Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Tuesday, February 27, 2007

Sabar : Kunci Kecerdasan Emosi (4)
Hukum sabar.
Meski sabar itu konotasinyya positip, tetapi belum tentu tepat. Oleh karena itu hukum sabar terbagi tiga, yaitu wajib, sunnat dan makruh. Menyaksikan anggauta keluarganya terlibat maksiat misalnya, bersabar dalam arti tabah hati tanpa mengeluh adalah makruh, tetapi sabar ketika selalu gagal dalam berusaha memperbaiki mereka adalah wajib.

Kembali kepada pengertian sabar : tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi rintangan dalam jangka waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan, maka kunci kesabaran adalah kesadaarn atas tujuaan yang ingin dicapai. Orang yang lupa tujuan biasanya tidak mampu mengendalikan emosi ketika menghadapi keadaan yang tidak mengenakkan. Tetapi sabar juga ada batasnya, oleh karena itu kesabaran harus selalu dievaluasi secara dinamis. Kesabaran juga biasanya berhubungan erat dengan perasaan syukur. Artinya orang yang pandai berterima kasih biasanya ia penyabar, sedangkan orang yang tidak mengerti berterima kasih (kufr ni`mat) biasanya emosinya mudah digelitik.

Dalam usaha problem solving menyangkut berbagai urusan kehidupan, sabar merupakan kekuatan yang sangat besar dan efektip. Oleh karena itu al Qur’an secara jelas mengingatkan agar dalam upaya memohon pertolongan kepada Tuhan, jangan lupa membangun infrastruktur psikologinya yang terdiri dari kesabaran dan doa (salat). Ya ayyuhalladzina amanu ista`inu bis sobri was salat, innalloha ma`a as sobirin (Q/2:153)

Read More
posted by : Mubarok institute
Sabar : Kunci Kecerdasan Emosi (3)
Ranking Sabar
Ada tiga tingkatan orang sabar :

1. Orang yang dapat menekan habis dorongan hawa nafsu hingga tidak ada perlawanan sedikitppun, dan orang itu bersabar secara konstan. Mereka adalah orang yang sudah mencapai tingkat shiddiqin.

2. Orang yang tunduk total kepada dorongan hawa nafsunya sehingga motivasi agama sama sekali tidak dapat muncul. Mereka termasuk kategori orang-orang yang lalai (al ghofilun).

3. Orang yang senantiasa dalam konflik antara dorongan hawa nafsu dengan dorongan keberagamaan. Mereka adalah orang yang mencampuradukkan kebenaran dengan kesalahan.
Secara ppsikologis, tingkatan orang sabar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

satu. Orang yang sanggup meninggalkan dorongan syahwat. Mereka termasuk kategori orang-orang yang bertaubat (at Taibin).

dua. Orang yang ridla (senang/puas) menerima apapun yang ia terima dari Tuhan, mereka termasuk kategori zahid.

Tiga. Orang yang mencintai apapun yang diperbuat Tuhan untuk dirinya, mereka termasuk kategori shidddiqin.

Read More
posted by : Mubarok institute

Sunday, February 25, 2007

Sabar : Kunci Kecerdasan Emosi (2)
Sabar Dan Kecerdasan Emosi
Pengertian sabar adalah tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi godaan dan rintangan dalam jangka waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan. Dalam agama, sabar merupakan satu diantara stasiun-stasiun (maqamat) agama, dan satu anak tangga dari tangga seorang salik dalam mendekatkan diri kepada Allah. Struktur maqamat agama terdiri dari (1) Pengetahuan (ma`arif) yang dapat dimisalkan sebagai pohon, (2) sikap (ahwal) yang dapat dimisalkan sebagai cabangnya, dan (3) perbuatan (amal) yang dapat dimisalkan sebagai buahnya. Seseorang bisa bersabar jika dalam dirinya sudah terstruktur maqamat itu. Sabar bisa bersifat fisik, bisa juga bersifat psikis.

Karena sabar bermakna kemampuan mengendalikan emosi, maka nama sabar berbeda-beda tergantung obyeknya.

1. Ketabahan menghadaapi musibah, disebut sabar, kebalikannya adalah gelisah (jaza`) dan keluh kesah (hala`)

2. Kesabaran menghadapi godaan hidup nikmat disebut, mampu menahan diiri (dlobth an Nafs), kebalikannya adalah tidak tahanan (bathar).

3. Kesabaran dalam peperangan disebut pemberani, kebalikannya disebut pengecut
4. Kesabaran dalam menahan marah disebut santun (hilm), kebalikannya disebut pemarah (tazammur)

5. Sabar dalam menghadapi bencana yang mencekam disebut lapang dada, kebalikannya disebut sempit dadanya.

6. Sabar dalam mendengar gossip disebut mampu menyembunyyikan rahasia (katum).

7. Sabar terhadap kemewahan disebut zuhud, kebalikannya disebut serakah, loba (al hirsh).

8. Sabar dalam menerima yang sedikit disebut kaya hati (qana`ah), kebalikannya disebut tamak, rakus (syarahun)

Read More
posted by : Mubarok institute

Thursday, February 22, 2007

Sabar : Kunci Kecerdasan Emosi (1)
Pendahuluan
Kecerdasan merupakan ciri keunggullan manusia dalam memahami , memutuskan dan mengantisipasi. Kecerdaasan seseorang sering tidak dapat difahami seketika oleh orang kebanyakan , tetapi kemudian menjadi kajian yang tak habis-habisnya setelah menjadi sejarah. Dalam perspektip ini jarak antara orang cerdas dengan orang gila sebenarnya sangat tipis, sehingga gagasan-gagasan orang cerdas sering dianggap gagasan gila. Kecerdasan seseorang memungkinkannya memiliki jarak pandang yang jauh, dua, tiga atau lebih dimensi, sementara orang kebanyakan hanya mampu melihat satu atau maksimal dua dimensi.

Pada umumnya kecerdasan dihubungkan dengan akal (intelektuil), tetapi kecerdasan intelektual ternyata belum menjamin ketepataan keputusan, sehingga dewasa ini orang sudah mulai membicarakan tentang kecerdasan yang lain, yaitu kecerdasan emosionil dan kecerdasaan spirituil. Kecerdasan intelektuil diwujudkan dalam kemampuan berfikir. Menurut Asfihani, fikiran adalah potensi yang dapat mengantar pengetahuan sampai kepada obyek (quwwatun mudrikatun li al `ilmi ila al ma`lum), sedangkan berfikir artinya menggunakan potensi itu sesuai dengan kapasitas intelektualnya.

Dalam kehidupan, berfikir diperlukan untuk (a) memecahkan masalah (problem solving), (b) mengambil keputusan (decision making) dan © melahirkan sesuatu yang baru (kreatifitas). Karena kecerdasan merupakan keunggulan maka hal itu dapat diukur kualitasnya, antara lain melaui metode yang digunakan (deduksi,induksi), atau dilihat seberapa tingkat kreatifitasnya (metode berfikir kreatip). Metode berfikir kreatip sering tidak bisa difahami orang lain, dan prosesnya melalui tahapan-tahapan, dari (a) orientasi, (b) Preparasi, © Inkubasi, (d) Iluminasi dan (e) Verifikasi. Orang yang bisa berfikir kreatip biasanya mempunyai ciri-ciri : (1) meemiliki kecerdasan diatas rata-rata, (2) memiliki sifat terbuka dan (3) memiliki sifat bebas, otonom dan percaya diri.

Jika kecerdasan intelektuil diwujudkan dalam berfikir, maka kecerdasan emosi diwujudkan dalam merasa. Manusia memang makhluk yang berfikir dan merasa. Emosi nampak dalam perubahan fisik yang diakibatkan oleh peristiwa mental, seperti : muka merah (karena malu), muka pucat, tubuh gemetar, terkencing (karena takut) otot mengencang (karena marah) ,mata terpejam dan menangis (karena haru atau gembira) dan sebagainya. Emosi adalah perubahan jasmani langsung mengikuti persepsi mengenai kenyataan yang menggairahkan.

Dalam kehidupan, kita mengenal berbagai tipologi manusia dilihat dari sudut ini, misalnya ada orang yang sangat pemalu disamping yang tidak tahu malu, yang penakut, disamping yang pemberani, yang sangat perasa disamping yang sudah mati rasa atau tidak berperasaan, yang pemarah disamping yang penyabar. dan sebagainya. Jika kecerdasan intelektual bisa diasah, demikian juga kecerdasan emosi dapat dirangsang. Kecerdasan emosi ditandai dengan kemampuan pengendalian emosi ketika menghadapi kenyataan yang menggairahkan (menyenangkan, menakutkan, menjengkelkan, memilukan dsb). Kemampuan pengendalian emosi itulah yang disebut sabar, atau sabar merupakan kunci kecerdasan emosional.

Adapun kecerdasan spirituil merupakan kualitas kehidupan ruhaniah seseorang dimana seseorang dimungkinkan berkomunikasi secara rohaniah, baik secara horizontal maupun vertikal. Memahami kecerdasan spirituil akan mudah jika menggunakan paradigma tasauf.

Read More
posted by : Mubarok institute
Hati dalam Sistem Nafsani (2)
Nafs (jiwa)
manusia bagaikan dunia yang ada dalam setiap indifidu. Nafs, sesuai dengan kapasitas masing-masing dapat menampung begitu banyak isi dunia hingga seluas dunia itu sendiri. Sebagai sistem, di dalam jiwa (nafs) ada subsistem, yaitu ; hati, akal, hati nurani dan ruh. Di dalamnya juga ada subsistem fitrah dan syahwat. Kesemuanya itu ada dalam alam ruhani. Nafs bagaikan ruang yang amat luas dimana di dalamnya ada kamar-kamarnya sebagai subsistem.

Read More
posted by : Mubarok institute

Tuesday, February 20, 2007

Akhlak dan Ibadah
Manusia tidak bisa menghindar dari berhubungan dengan yang lain karena manusia adalah makhluk sosial. Tanpa berhubungan dengan manusia yang lain, manusia tidak “menjadi” manusia. Hubungan antar makhluk itu ada yang sifatnya saling membantu (seperti manusia dengan kuda piaraan), ada juga yang saling memusnahkan (seperti antar serigala) dan ada hubungan sepihak, predator dan korbannya (seperti cecak dengan nyamuk). Manusia dalam pergaulan hidupnya dengan sesama manusia adakalanya saling membantu (yasyuddu ba`dluhum ba`dla) , adakalanya bersaing secara sehat (fastabiqul al khairat) dan tak jarang menindas serta mengekploitir yang lain untuk kepentingan dirinya.

Agama mengajarkan bahwa tidak ada satupun ciptaan Tuhan yang tidak fungsionil, semuanya ada makna keberadaannya sehingga diciptakan. Perbedaan antara manusia yang satu dengan yang lain dimaksud agar mereka saling mengenal dan saling memberi manfaat (lita`arafu), dan perbedaan kondisi serta perbedaan peluang dimaksud untuk menguji manusia, siapa yang paling baik perbuatannya (liyabluwakum ayyukum ahsanu `amala), dan manusia yang paling terhormat di depan Tuhan adalah manusia yang paling bertakwa (atqakum).

Hidup saling menindas pastilah tidak indah. Demikian juga persaingan secara tidak fair juga tidak menimbulkan keindahan. Keindahan dalam hidup adalah manakala manusia berpegang teguh kepada nilai luhur dalam hidupnya. Manusia boleh bekerjasama, boleh bersaing, dan sesekali boleh berperang membela hak-haknya. Jika dalam hidupnya yang dinamis, masyarakat manusia tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai akhlak, maka peperangan sekalipun akan melahirkan pelajaran dan hikmah yang tak ternilai harganya.

Akhlak bukanlah perilaku, tetapi keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah dan spontan tanpa berfikir untung rugi. Orang yang berakhlak mulia pastilah mulia pula perbuatannya, tetapi tidak semua perbuatan baik dikerjakan oleh orang yang berakhlak baik. Penipu terkadang melakukan perbuatan baik, ramah dan menolong orang sebagai bagian dari rencana penipuannya.

Agama mengajarkan kepada manusia untuk bergaul secara indah dengan yang lain, vertikal dan horizontal. Kepada Tuhan, manusia diajarkan untuk tahu diri sebagai makhluk ciptaan Nya, oleh karena itu akhlak manusia kepada Tuhan antara lain berterima kasih (syukur), berpasrah diri (tawakkal) dan siap melaksanakan tugas (ibadah). Kepada sesama manusia diajarkan untuk saling mengapresiasi, yang muda hormat kepada yang tua, dan yang tua menyayangi yang muda. Kepada alam, manusia dianjurkan untuk mengelola dan memanfaatkan secara wajar, tidak mengekpoitir dan merusaknya. Kepada diri sendiri manusia diajarkan untuk sabar dan jujur.

Read More
posted by : Mubarok institute

Sunday, February 18, 2007

Hati dalam Sistem Nafsani (1)
Agama mengajarkan agar kita selalu mohon perlindungan kepada Alloh dari godaan syaitan (ta`awudz; a`uzu billahi min as syaithon ar rojim), sementara syaitan adalah makhluk halus yang tidak dapat dilihat oleh manusia. Tapi Alqur’an mengatakan bahwa syaitan itu ada yang berujud jin dan ada yang berujud manusia (min al jinnati wan nas). Dalam bahasa sehari-hari kita suka menyebut syaitan sebagai ungkapan kemarahan kepada orang lain. Kita juga suka mendengar ungkapan yang mengatakan bahwa ada manusia berhati iblis.

Manusia adalah makhluk yang memiliki dimensi jasmani, ruhani dan nafsani. Dalam al Qur’an manusia disebut dengan nama basyar dan insan. Basyar adalah manusia lebih dalam arti fisik dimana manusia memiliki kesamaan-kesamaan, sedangkan insan adalah manusia lebih dalam arti psikologis dimana setiap manusia memiliki keunikan yang bersifat pribadi. Aspek jasmani manusia, meski juga rumit tetapi ilmu pengetahuan sudah banyak mengetahuinya. Aspek ruhani manusia merupakan garapan ilmu tasauf, sedangkan nafsani (kejiwaan) merupakan garapan psikologi dan juga tasauf.

Read More
posted by : Mubarok institute

Thursday, February 15, 2007

Membangun Masyarakat (5)
Pilar-Pilar Masyarakat Islami.
Sebagaimana telah disebutkan terdahulu bahwa masyarakat adalah kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda tetapi menyatu dalam ikatan kerjasama, dan mematuhi peraturan yang disepakati bersama. Masyarakat yang ideal adalah yang meski mereka memiliki sub jati diri yang berbeda-beda tetapi mereka menyatu dalam satu identitas masyarakat, mematuhi peraturan yang disepakati bersama dan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Sepintas pemikiran ini sejalan dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi ruh terbangunnya bangsa Indonesia. Tujuan bersama masayarakat adalah membangun kesejahteraan sosial dimana setiap indifidu terlindungi hak-haknya oleh sistem sosial. Sistem sosial akan kuat jika didukung oleh sub sistem yang menjadi pilarnya.

Harus dibedakan antara nama masyarakat Islam dan masyarakat Islami. Masyarakat Islam adalah kumpulan masyarakat yang beragama Islam dan memberlakukan nilai-nilai Islam, sedangkan masyarakat Islami adalah masyarakat yang didalamnya berlaku nilai-nilai Islam, meski mereka menganut berbagai agama.

Jika suatu masyarakat terbangun sesuai dengan konsep tersebut diatas maka tatanan masyarakat itu akan sangat indah, apa yang oleh Nabi disebut sebagai taman (bustan). Dunia manusia (masyarakat) itu berpeluang menjadi taman yang indah (bustan) jika didukung oleh pilar-pilar yang kuat. Ad dunya bustanun tuzuyinat bikhamsati asy ya’. Menurut Nabi ada enam pilar yang diperlukan bagi terbangunnya taman manusia, yaitu (1) ilmunya ulama, (2) keadilan penguasa, (3) kejujuran para pengusaha (4) kemurahan hati orang kaya, (5) doa orang miskin dan (6) disiplin para pekerja (7) ibadahnya para hamba.

Pilar pertama ; ilmunya ulama
Yang dimaksud ulama dalam konteks ini adalah para ahli, ilmuwan tidak terbatas pada ahli ilmu agama. Yang dimaksud ilmunya ulama sebagai pilar masyarakat adalah konsep ilmiyah. Suatu tatanan masyarakat harus berdiri diatas konsep ilmiyah. Undang-undang, peraturan, Struktur organisasi dan program-program harus teruji secara ilmiah. Sebuah konsep harus didasari oleh filosofi ya\ng benar dan struktur pemikiran yang logis. Dengan konsep yang logis maka dinamika masyarakat bisa direkayasa (sosial engeenering) dan diprediksi. Pada tataran masyarakat manapun ulama (ilmuwan) menempati kedudukan yang terhormat.

Pilar Kedua; Keadilan Penguasa (Umara)
Ketika sebuah konsep diaplikasikan maka ia harus dipatuhi secara konsisten dan proporsional menyangkut tertib, sistem, kadar dan peruntukan. Sebaik apapun suatu konsep jika ketika diterapkan tidak dipatuhi maka hasilnya tidak akan optimal atau bahkan gagal. Yang berwenang mengawasi agar suatu peraturan berlangsung sebagaimana mestinya adalah Pemerintah atau Penguasa (Umara) dalam semua tingkatanya. Jika Pemerintah menjalankan secara benar maka ia disebut adil. Jika dalam menjalankan peraturan itu banyak penyimpangan, distorsi dan korupsi maka ia disebut zalim. Keadilan Penguasa merupakan pilar kedua yang menjamin terbangunnya masyarakat sebagai taman inah.

Pilar Ketiga ; Kejujuran Para Pengusaha
Dalam tatanan masyarakat manapun ada kelompok pengusaha, yakni mereka yang bekerja mendekatkan masyarakat dari kebutuhannya yang dengan itu masyarakat merasa nyaman dalam hidupnya karena segala kebutuhannya mudah dijangkau. Untuk jasa mendekatkan masyarakat dari kebutuhannya pengusaha atau pedagang boleh mengambil keuntungan. Jika dunia usaha tumbuh dengan sehat maka kehidupan masyarakat akan dinamis dan semarak. Tetapi pengusaha juga punya peluang untuk memeras masyarakat dan menghancurkan tatanannya, yaitu jika para pengusaha tidak jujur atau tidak amanah. Pengusaha dapat memark up harga, kongkalingkong dengan penguasa, manipulasi kualitas, manipulasi pajak dan sebagainya yang bisa berdampak pada hilangnya rasa kepercayaan (trust) masyarakat. Jika kepercayaan sudah hilang, maka hidup di tengah masyarakat seperti itu sama sekali tidak nyaman. Kejujuran pengusaha dikontrol oleh Pemerintah dan masyarakat, jika aparat Pemerintah (umara) berhasil disuap oleh pengusaha sehinga keuangan negara dibobol, kualitas produk dipalsu maka yang dirugikan adalah masyarakat dan negara. Disinilah perlunya aparat yang kuat mental sehingga mereka tetap bertindak adil

Pilar Ke Empat : Kemurahan Hati Orang Kaya
Pada tataran masyarakat manapun ada kelompok orang kaya dan kelompok orang miskin. Secara sosiologis orang kaya biasanya dekat dengan penguasa, dan bahkan ada masyarakat dimana penguasa dikendalikan oleh pengusaha. Dalam dunia modern seringkali terjadi yang kaya bertambah kaya dan yang miskin bertambah miskin. Akibatnya kecemburuan sosial terjadi, orang miskin membenci orang kaya, orang kaya mempersempit ruang gerak orang miskin. Dalam praktek sering terjadi pengusaha diperalat oleh orang kaya justeru untk menindas orang msikin sekaligus melindungi orang kaya. Orang kaya akan menjadi pilar masyarakat apabila mereka memiliki sifat murah hati. Mereka berfikir positip terhadap lapisan orang miskin, sehingga dengan segala cara melakukan usaha bagaimana meningkatkan kesejahteraan orang miskin. Harus diakui bahwa orang kaya biasanya lebih kreatip dibanding orang miskin. Orang kaya yang murah hati biasanya dicintai dan dibela oleh orang miskin, dan ini memberi kontribusi yang sangat besar pada stabilitas sosial, karena kecemburuan sosial justeru sangat rentan terhadap munculnya perilaku anarkis orang miskin terhadap orang kaya.

Pilar Kelima : Doa orang miskin
Orang-orang miskin secara ekonomi adalah kaum lemah yang terkadang menjadi beban Pemerintah. Secara sosiologis psikologis kelompok miskin (proletar menurut term komunis) bisa berubah menjadi bara panas yang bisa mengguncangkan tatanan sosial. Di negeri-negeri Komunis lapisan orang miskin dijadikan ikon perjuangan politik melawan orang kaya (borjuis). Di Jakarta ada kelompok kecil yang menjadikan orang miskin perkotaan sebagai ikon perjuangan politik melawan kemapanan, meski kecil tetapi sangat efektip untuk mengguncang-guncang ibu kota. Kemiskinan adalah musuh, tetapi apa persepsi musuh bisa berbeda-beda. Untuk memadamkan bara api kemiskinan dapat dilakukan dengan pemberlakuan pola hidup sederhana, yakni meski orang kaya tetapi pola konsumsi tetap sederhana, sekedar meme nuhi kebutuhan obyektip.

Pamer kemewahan dari kelompok orang kaya akan mudah sekali menumbuhkan kecumburuan sosial yang bisa dipropokasi untuk menjadi anarki. Tetapi jika lapisan orang miskin tidak cemburu kepada orang kaya, apalagi jika merasa terbuka peluang obyektipnya untuk berjuang, dan merasakan kehangatan dari kemurahan hati orang kaya, maka orang-orang miskin akan selalu mendoakan secara berjamaah, berdoa untuk pemimpinnya dan berdoa untuk orang-orang baik. Nah doa orang miskin mempunyai peran signifikan dalam membangun rasa tenteram masyarakat. Orang miskin yang sabar pada umumnya didalam jiwanya penuh dengan rasa kasih sayang yang oleh karena itu sangat terdorong untuk berdoa, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain, sementara orang msikin yang merasa teraniaya pada umumnya dipenuhi rasa marah dan dendam yang mudah sekali dipropokasi untuk melakukan tindak anarkis.

Pilar keenam; Disiplin Para Pekerja
Dari delapan asnaf yang berhak menerima zakat ada yang disebut `amilin, yakni orang-orang yang bekerja mengumpulkan dan mendistribusikan zakat. Maknanya setiap program, pekerjaan dan usaha pasti ada elemen pekerja atau buruh, dan mereka adalah bagian dari produksi yang berhak menerima upah. Tanpa pekerja pabrik tak akan jalan, tanpa pegawai Pemerintah tak akan jalan, tanpa karyawan institusi usaha tak kan jalan. Jadi pekerja adalah bagian dari produksi yang juga sangat menentukan tingkat produktiftas sebuah lembaga. Buruh adalah orang yang menggantungkan hidupnya dari upah kerja, dimana modalnya bukan uang tetapi tenaga dan kepandaian. Oleh karena itu agama menganjurkan agar upah kerja dibayarkan segera sebelum “keringatnya” kering. Maknanya karena buruh hidupnya sangat bergantung kepada gaji maka pembayaran gaji tidak boleh ditunda, sesuai dengan sistemnya, harian, mingguan, bulanan atau borongan. Di negara industeri kaum buruh sangat besar peranannya hingga mereka bisa mengontrol pemerintahan dengan mendirkan Partai Buruh . Gerakan buruh yang kompak juga bisa mengguncangkan sendi-sendi pemerintahan. Oleh karena itu perlu ada sistem perburuhan yang menjamin kesejahteraan kaum pekerja, dan disiplin kaum pekerja akan menjadi pilar dari keindahan taman dunia.

Read More
posted by : Mubarok institute

Wednesday, February 14, 2007

Membangun Masyarakat (4)
Lahirnya Masyarakat Islam Yang Pertama
Tiga belas tahun pertama risalah Nabi, yakni periode Makkah, Nabi belum berhasil membangun masyarakat dengan tatanan yang beretika dan berkesejahteraan sosial. Makkah bagaikan tanah tandus yang susah ditanami nilai-nilai ke Islaman. Keputusan Nabi untuk hijrah ke Madinah membuka peluang untuk lahirnya masyarakat Islam, yakni masyarakat yang memiliki tatanan etik dan sosial sesuai dengan ajaran Islam, atau yang sekarang disebut dengan nama masyarakat madani. Pertanyaan yang timbul adalah sejak kapan masyarakat Islam itu terwujud di Madinah ? Pendapat para ahli berbeda-beda, ada yang mengatakan ; (1) hanya enam bulan terakhir masa kenabian, (2) sejak berakhirnya perang Ahzab dan putusnya perjanjian Nabi dengan kaum Yahudi Madinah.

Yang menarik ialah perubahan nama kota Yatsrib yang oleh Nabi diganti menjadi Madinah. Penggantian nama Madinah bukan hanya sekedar nama tetapi mengandung konsep masyarakat. Jika Al Qur’an menyebut istilah khairo ummah (umat yang ideal) dan ummatan wasathan (umat yang berkeadilan/penengah), maka nama Madinah mengandung arti negeri dimana penduduknya hidup secara beradab atau berperadaban tinggi. Jika dilengkapi dengan al Munawwarah maka artinya peradaban tingi yang disinari atau diterangi (oleh wahyu). Jadi Kota madinah al Munawwarah adalah konsep civil society, masyarakat kota yang berperadaban tinggi dimana kebudayaannya bukan saja berdimensi horizontal tetapi mempunyai hubungan vertical, mengikuti panduan suci dari wahyu Tuhan.

Ada proses-proses bagaimana Nabi menegakkan pilar-pilar masyarakat Madinah, antara lain :

1. Mempersaudarakan pengungsi Makkah (Muhajirin) dengan penduduk Madinah (Ansar), dan kedua kelompok itu akhirnya menjadi pilar utama tegaknya masyarakat Islam di Madinah. Interaksi social antara kelompok Muhajirin dan Ansor sangat kental dan indah, dan nampaknya tak ada bandingannya baik dengan model sebelumn maupun sesudahnya hingga sekarang.

2. Mengatur tata pergaulan sosial dengan agama, baik dalam kehidupan rumah tangga atau ahwal as syahshiyyah (pernikahan dengan segala hal yang terkait/) maupun kehidupan sosial (mu`amalah).

3. Meneguhkan kedudukan dirinya (Rasul) sebagai pemimpin masyarakat, yang dalam menjalankan kebijakan selalu bermusyawarah dengan sahabat-sahabat besar (aspirasi masyarakat), otoritas Nabi seperti raja dalam Kerajaan, tapi aplikasinya berlangsung seperti dalam Negara Republik.

4. Menjalin perjanjian perdamaian dengan semua kekuatan sosial yang ada (terkenal dengan Piagam Madinah, mirip dengan Panca Sila)

5. Menegakan hukum yang disepakati (Piagam Madinah), antara lain menghukum para penghianat perjanjian.

6. Memberikan keteladanan yang sangat tinggi (uswah hasanah) dalam kehidupan sebagai pribadi, sebagai pemimpin keagamaan dan pemimpin masyarakat.

Selama sepuluh tahun periode Madinah, Nabi bukan saja berhasil membangun masyarakat madani di kota Madinah, tetapi juga berhasil menyatukan seluruh wilayah semenanjung Arabia dalam kesatuan wilayah politik.

Read More
posted by : Mubarok institute

Tuesday, February 13, 2007

Membangun Masyarakat (3)
Ideologi Masyarakat Islam
Masyarakat terbentuk sebagai wujud ketergantungan individu terhadap orang lain, karena manusia memang makhluk sosial. Manusia akan menjadi apa dan siapa tergantung dengan siapa ia bermasyarakat. Manusia di satu sisi memiliki tabiat kooperatip, tabiat bekerjasama dengan yang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Di sisi lain manusia juga memiliki tabiat kompetitip, bersaing dengan yang lain dalam mencapai apa yang dibutuhkan. Tetapi manusia sebagai hayawanun nathiqun (hewan yang berfikir) terkadang lebih dominan hewannya dibanding berfikirnya.

Sebuah Hadis Rasul bahkan menyebut tiga klassifikasi manusia, yaitu (1) shinfun hayawanun; yakni manusia dengan tabiat binatang, (2) shinfun ajsamuhum bani Adam wa arwahuhum arwah as syayathin (manusia dengan tabiat syaitan) dan (3) shinfun fi dzillillah (manusia pilihan). Oleh karena itu dalam bermasyarakat, terutama ketika sedang berkompetisi ekpressi manusia bermacam-macam, ada yang lebih menonjol kebinatangannya, ada yang lebih menonjol kesyaitanannya, dan sedikit yang mencerminkan manusia pilihan. Dalam hal manusia bertabiat hewan, ada yang seperti anjing (dengki), serigala (predator/buas), ular (licik) , ayam jago (free sex), dan lalat (yang bersih dan yang kotor diembat semua). Ciri manusiabinatang adlah punya hati tapi tak berfungsi untuk berperasaan, punya mata tapi tak berfungsi untuk membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak, punya telinga tapi tak berfungsi untuk membedakan mana yang perlu didengar dan yang tidak boleh didengar. Sedangkan cirri manusia syaitan adalah mereka tidak memiliki perikemanusiaan sekaligus tidak juga memiliki perikebinatangan.

Al Qur’an sebagai petunjuk hidup manusia juga membimbing mereka dalam membangun sebuah masyarakat. Tatanan masyarakat yang dikehendaki al Qur’an adalah masyarakat yang adil , berdasarkan etika dan dapat bertahan di muka bumi, dan model masyarakat seperti itu hanya mungkin terwujud jika memiliki ideologi. Manusia memiliki kebutuhan fitri untuk mempertahankan hidupnya, oleh karena itu manusia terdorong untuk memiliki jaminan ekonomi dan jaminan rasa aman. Semua tatanan masyarakat sebenarnya dimaksud untuk memperoleh dua hal tersebut. Oleh karena itu tuntunan Al Qur’an dalam membangun masyarakat juga mengedepankan infratruktur kesejahteraan sosial bagi terwujudnya dua jaminan tersebut. Butir-butir al Qur’an tentang infrastruktur kesejahteraan sosial antara lain :

1. Kekayaan tidak boleh berputar di kalangan orang kaya saja, kaila yakun dulatan baina al aghniya (Q/59:7), di dalam harta si kaya ada hak orang miskin, wafi amwalihim haqqun lissa’ili wa al mahrum (Q/70:24-25), zakat diratakan kepada kelompok yang membutuhkan (8 asnaf), harta kekayaan dipandang sebagai karunia Tuhan (fadhlullah (Q/62:10) dan modal kebaikan universal , faman tathawwa`a khairan fahuwa khairun lahu (q/2:184), berlomba-lomba menumpuk kekayaan dicela, alhakum attakatsur (Q/102), alladzi jama`a malan wa `addadahu (Q/104) , riba juga dilarang (Q/30:39)

2. Keadilan harus ditegakkan, kunu qawwamuna bi al qisth (Q/4:135), kesaksian juga harus diberikan secara jujur, meski merugikan diri sendiri, kepada musuhpun harus bersikap adil, wala yajrimannakum syana’anu qaumin an ta`dilu (Q/5:8).

3. Untuk melanggengkan ikatan masyarakat, harus ada kepemimpinan kolektip, wa amruhum syura bainahum (Q/42:38), tetapi juga harus ada otoritas negara sebagai wakil masyarakat yang tertinggi, disebut ulil amri, dimana ia berwenang menegakkan hukum di tengah masyarakat, menengahi konflik sosial, dan mengamankan distribusi bagi kesejahteraan sosial.

4. Dalam hidup kemasyarakatan, unit kekeluargaan diperkukuh, ketaatan kepada orang tua sangat ditekankan , wa bil walidaini ihsana, wa dzil al qurba wa al yatama wa al masakin (Q/2:83) dan solidaritas sosial mukmin ditekankan, (Q/4:36).

5. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat, di buka pintu amar ma`ruf nahi munkar sebagai sistem kontrol sosial (Q/3:104)

6. Persekongkolan jahat sangat dicela, pemberontakan destruktip (bughat) kepada negara tidak dibolehkan, tetapi kritis kepada perilaku yang salah sangat dianjurkan.Nabi Nuh misalnya adalah pemberontak terhadap tatanan masyarakat yang menyimpang, fasad fi al ardh..






Read More
posted by : Mubarok institute

Thursday, February 08, 2007

Cabut Mandat Dan Revolusi Nurani
Dalam kesempatan ulang tahun demo Malari 15 Januari yang lalu, Hariman Siregar, tokoh Malari, menggulirkan gagasan cabut mandate SBY, sebuah gagasan yang sangat berani karena bertentangan dengan perjalanan reformasi. Reformasi telah mengamandemen UUD 45 yang kemudian lanjutnya muncul berbagai peristiwa, tokoh, sistem dan institusi yang sebelumnya tak terbayangkan. Partai-partai baru, tokoh-tokoh baru dan suasana baru adalah buah reformasi, terlepas dari apakah buah itu manis atau pahit.

Diantara tokoh-tokoh baru produk reformasi adalah SBY, melalui sistem baru dan dicalonkan oleh partai baru SBY terpilih sebagai presiden pertama produk sistem pilihan rakyat langsung. Sebagai presiden pilihan rakyat, secara teori SBY mestinya kuat dan disegani oleh parlemen sehingga DPR (mestinya) selalu menyatakan presiden boleh begini dan boleh begitu. Tetapi realitas politik ternyata berbeda. DPR sangat galak karena DPR yang diisi oleh banyak tokoh-tokoh baru juga menikmati euforia politik. Presiden diawasi secara ketat, bukan saja tidak diberi kelonggaran tetapi presiden lebih banyak diawasi tidak boleh begini dan tidak boleh begitu. sehingga presiden tidak bisa tidak harus memperhatikan realitas politik diparlemen, apalagi fraksi Partai Demokrat, partai presiden hanya mempunyai 57 kursi (sekarang 60 kursi). Dua tahun pertama kinerja presiden memang belum bisa membalik keadaan negeri menjadi makmur, disamping karena sulitnya menjalankan sistem baru terhadap warisan lama, juga banyak sekali hal-hal yang terjadi diluar agenda, yaitu bencana alam. banjir Jakarta kemarin misalnya, itu bukan hanya karena curah hujan hari ini, tetapi juga warisan tidak konsistenan tata ruang dari pendahulu era sekarang.

Hariman memandang suasana politik sudah buntu, keadaan sudah seperti tahun 97 atau 65, maka satu-satunya jalan adalah cabut mandat SBY. Saya kenal Hariman karena sering bareng di forum Barisan Kebangkitan Indonesia Raya (BKIR). Kebetulan saya generasi awal pendiri BKIR bersama Pak Tri Sutrisno dan KH Ali Yafie. Menurut saya, Hariman Siregar an sich tidak salah, karena sebagai tokoh legendaris demonstran, baginya semua jalan sudah buntu dan hanya ada satu jalan, yaitu demonstrasi. Terlepas dari ajakan Hariman yang tidak laku, terbukti tidak ada satu perspun yang menyambut, gagasan cabut mandat presiden dari presiden pertama produk reformasi, rasanya kita tidak bisa menyikapi secara serius karena terlalu jelas bertentangan dengan sistem yang sedang berlangsung. Ibarat orang kuliah, kita baru dua semester dati lima semester yang harus ditempuh, lha kok mau pindah hanya karena tidak puas. Jika pilihan pribadi, silahkan itu hak azasi manusia, tetapi jika mengajak bangsa untuk keluar dari sistem yang baru saja dengan susah payah diterapkan, maka nagsa ini tidak pernah bisa menyelesaikan agendanya, terus menerus disemester pertama. Apalagi jika melihat sekitar 800 orang yang ikut demonstrasi, saya tidak mengenal mereka dalam barisan pemilih SBY-JK sewaktu pilpres I maupun pilpres II dulu. Jadi kalau tidak menusuk, apa yang mau dicabut?

Pak Tyasno tidak bilang cabut mandate, tetapi menawarkan gagasan Revolusi Nurani. Nurani berasal dari kata bahasa arab, NUR yang artinya cahaya. Dalam literatur tasauf, nurani adalah cahaya Tuhan yang ditempatkan di dalam hati manusia (nurun yaqdzifuhulloh fi al qolbi) oleh karena itu nurani tidak bisa kompromi dengan kebohongan, nurani selalu jujur dan memiliki dimensi vertikal dengan Tuhan. Adapun maneuver politik lebih banyak berhubungan dengan syahwat dan bahkan terkadang malah dikendalikan oleh hawa nafsu. Oleh karena itu gagasan revolusi nurani saya khawatir akan terjerumus kepada revolusi syahwat (politik) atau revolusi hawa nafsu. Na’udzu billah.

Read More
posted by : Mubarok institute

Wednesday, February 07, 2007

Kenapa Kita Mesti Bertaubat?
Dalam menempuh perjalanan hidup, ada orang yang dapat dimisalkan dengan (1) orang buta tetapi ia merasa tidak memerlukan penuntun, dan (2) orang yang sehat penglihatannya, tetapi bahkan ia selalu berhitung cermat kemana langkah akan diayunkan.

Dalam perspektif keberagamaan, juga ada (1) orang yang rendah langitnya atau sempit dadanya. Dalam setiap hal ia membutuhkan petunjuk tekstual dari al Qur’an atau hadis, tetapi ketika harus menangkap substansi masalah, ia malah kebingungan. Orang seperti ini meskipun usianya panjang tetapi langkah hidupnya tetap pendek. (2) ada juga orang yang beruntung memiliki dada yang lapang. Dari kelapangannya itu ia dapat menangkap cahaya ketuhanan, cahaya iman dan cahaya al Qur’an, yang oleh karena itu ia dengan mudah dapat melampaui “jurang-jurang” kehidupan tanpa harus setiap saat membuka teks al Qur’an atau hadis.

Karena ia dapat menangkap substansi masalah, maka ia dapat cepat mengambil keputusan, termasuk keputusan untuk mengakui kesalahannya, dan keputusan untuk segera bertaubat. Orang yang gelap hati sering berfikir untuk menunda taubat meski ia sudah berada di ambang bencana, sedang orang yang tajam mata hatinya, ia merasa tersiksa oleh perbuatan dosa sehingga bersegera untuk bertaubat seperti bersegeranya orang yang ingin cepat sembuh dari rasa sakit.




Read More
posted by : Mubarok institute

Tuesday, February 06, 2007

Seni Kepimpinan
Seni kepemimpinan telah banyak diajarkan orang dari masa ke masa, mulai dari rangkaian Mitologi Yunani yang amat terkenal, Tao dan Sun Tzu dari Cina, Nasihat Bagi Penguasanya Al Ghazali, Sang Penguasanya Niccolo Machiavelli, Hasta Brata — Raja Kapa-Kapa —Wulangreh—Wedhatama dari Jawa, sampai ratusan mungkin ribuan buku-buku teks kepemimpinan abad 20 seperti The Art of The Leader-nya William A. Cohen, dan The Charismatic Leader-nya Jay A. Conger dan sebagainya.

Dengan apa kekuasaan dapat dipertahankan? Al Ghazali mengawali nasihatnya dengan mengemukakan 2 hal, yaitu jangan pernah melakukan sesuatu tanpa perhitungan dan selalu konsisten serta tak pernah meralat. Yang terakhir ini, juga merupakan benang merah yang kuat dalam seni kepemimpinan raja-raja Jawa. Agar berwibawa, maka seorang raja harus memiliki, Sabda Pandhita Ratu, tan kena wolak-walik, artinya, raja harus memegang teguh satu kata dan perbuatan. Ucapannya bagaikan ucapan seorang pendeta sakti nan manjur yang segera menjadi kenyataan. Ludahnya ludah api yang sekali dilontarkan langsung mewujudkan keinginannya. Ucapannya konsisten dan tidak mencla-mencle. Tidak pagi tempe, sore mentah kembali menjadi kedelai. Ini juga sekaligus mengajarkan bahwa seorang pemimpin tidak boleh berkata atau bertindak ngawur, karena dampaknya sangat luas bagi rakyat banyak yang tak berdosa.




Read More
posted by : Mubarok institute
Memelihara Bibit Cinta
Setiap Manusia memiliki potensi; fisik, intelektual, emosionil dan spiritual yang berbeda-beda kapasitasnya. Ada orang yang sangat intelek, tetapi emosinya tidak stabil. Yang lain emosinya sangat terkendali tetapi intelektualitasnya kurang. Ada juga orang yang menonjol justeru potensi spiritualitasnya . Perilaku manusia dalam keseharian mencerminkan aktualitas dari potensi itu.

Ada orang yang berwajah garang tetapi hatinya lembut, ada orang yang fisiknya kecil dan nampak lemah tetapi hatinya bergejolak penuh dengan kebencian dan dendam. Demikian juga halnya dengan corak cinta, ada seorang lelaki yang jika jatuh cinta kepada seorang wanita, ia merasa harus menguasai dan memonopoli secara total lahir batin, tidak boleh sedikitpun si wanita memiliki perhatian kepada selain dirinya. Ia sangat pecemburu, dan jika ia gagal “memiliki” wanita yang dicintainya itu maka ia memilih “menghancurkan” sang kekasih daripada harus melihat ia dimiliki oleh orang lain. Di sisi lain, ada seorang lelaki pecinta yang sangat penuh pengertian, ia sangat memaklumi dan sangat memaafkan atas kekurangan sang kekasih.

Ia bukan saja tidak bermaksud “menguasai” tetapi justeru selalu ingin memberi kepada kekasihnya apa yang menjadi keinginannya,. Ia sangat berbahagia jika bisa memberikan kesenangan kepada kekasihnya, meski untuk itu ia menderita. Nah cinta itu ada di dalam hati. Hadis Nabi menyebutkan bahwa di dalam tubuh setiap manusia ada qalbu (hati) yang menjadi penentu kualitas manusia, jika qalbu nya baik maka seluruh ekpressinya baik, sebaliknya jika qalbu nya buruk maka buruk pula ekpressi orang itu. Orang suka berkata; dalamnya laut dapat di duga, dalamnya hati siapa yang tahu ?

Isi hati manusia sungguh sangat sangat banyak dan beragam, diantaranaya adalah cinta. Dapat dipastikan bahwa tidak ada satupun keterangan yang obyektip tentang hati manusia yang berasal dari manusia, karena semua manusia bersifat subyektip, oleh karena itu keterangan yang paling obyektip tentang hati manusia hanya yang berasal dari sang Pencipta hati itu sendiri, yaitu Tuhan, dan keterangan itu ada di dalam kitab suci Al Qur’an.

Read More
posted by : Mubarok institute
My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger