Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Sunday, April 29, 2007

Tingkatan Nilai Akhlak
Seorang perampok terkadang iba juga melihat penderitaan orang lain. Dari perasaan ibanya maka ia boleh jadi menyisihkan sebagian hasil rampokannya untuk menolong orang yang menderita itu, sehingga bisa terjadi seorang perampok profesional yang tak pernah tertangkap justru dikenal sebagai sosiawan di kampung halamannya. Adakah perampok yang sosiawan itu dapat disebut sebagai orang yang berakhlak?

Apa yang dilakukan oleh perampok itu adalah perbuatan baik, tetapi bukan kebaikan, karena tidak bersumber dari nilai-nilai akhlak. Kebaikan itu sifatnya utuh, tidak kontradiktip, meski boleh jadi ada perbedaan persepsi orang lain terhadapnya. Perbuatan seseorang dapat dipandang sebagai perwujudan dari akhlaknya manakala ia keluar dari keadaan batinnya. Dalam perspektip ini maka suatu perbuatan dapat diklassifikasi dengan ukuran-ukuran-ukuran (a) Perbuatan baik atau buruk, (b) Kriteria atau konsep tentang baik dan buruk, (c) Pengenalan atau makrifat terhadap kebaikan atau keburukan, dan (d) kecenderungan jiwa terhadap kebaikan atau keburukan.

1. Perbuatan Baik atau Buruk
Perbuatan baik atau buruk yang dilakukan seseorang tanpa ada hubungannya dengan akhlaknya atau tabiatnya adalah hanya bernilai perbuatan. Suatu ketika seorang yang akhlaknya buruk tanpa kesadaran akan makna baik buruk melakukan suatu perbuatan yang bernilai baik. Demikian juga seseorang yang sebenarnya akhlaknya baik, suatu ketika tanpa menyadari makna keburukan melakukan sesuatu yang bernilai buruk.. Perbuatan baik dan perbuatan buruk dari dua orang itu hanya bernilai sebagai perbuatan, tetapi tidak bermakna sebagai kebaikan atau kejahatan. Dilihat dari sudut agama, maka perbuatan itu tidak mendatangkan pahala dan dosa.

Seorang pencuri yang sedang mencuri di rumah seseorang karena kepergok kemudian mebunuh tuan rumah. Tetapi setelah peristiwa pembunuhan itu terungkap bahwa orang yang dibunuh oleh pencuri itu adalah tokoh pemberontak yang sangat berbahaya bagi bangsa dan negara, yang telah sekian lama tidak berhasil ditangkap oleh aparat keamanan. Senyatanya pencuri itu berjasa bagi negara dan bangsa, tetapi di depan Tuhan ia tidak memperoleh apa-apa selain dosa membunuh. Demikian juga seorang peneliti, tanpa disadari produk penelitiannya itu justeru menyebabkan timbulnya wabah yang menelan ratusan korban meninggal. Di depan masyarakat, peneliti tersebut bisa disebut sebagai pmbunuh massal, tetapi di depan Tuhan ia tidak dihukumi sebagai pembunuh.

Read More
posted by : Mubarok institute
Akhlak Al Karimah, Pengertian Dan Ruang Lingkupnya
Pengertian Akhlak

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak (akhlaq) diartikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama. Meskipun kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak terdapat di dalam Al Qur'an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadis. Satu-satunya kata yang ditemukan semakna akhlak dalam al Qur'an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluq, tercantum dalam surat al Qalam ayat 4: Wa innaka la'ala khuluqin 'adzim, yang artinya: Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung. Sedangkan hadis yang sangat populer menyebut akhlak adalah hadis riwayat Malik, Innama bu'itstu liutammima makarima al akhlagi, yang artinya: Bahwasanya aku (Muhammad) diutus menjadi Rasul tak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia.

Perjalanan keilmuan selanjutnya kemudian mengenal istilah-istilah adab (tatakrama), etika, moral, karakter disamping kata akhlak itu sendiri, dan masing-masing mempunyai definisi yang berbeda.

Menurut Imam Gazali, akhlak adalah keadaan yang bersifat batin dimana dari sana lahir perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan tanpa dihitung resikonya (al khuluqu haiatun rasikhotun tashduru 'anha al afal bi suhulatin wa yusrin min ghoiri hqjatin act_ fikrin wa ruwiyyatin. Sedangkan ilmu akhlak adalah ilmu yang berbicara tentang baik dan buruk dari suatu perbuatan. Dari definisi itu maka dapat difahami bahwa istilah akhlak adalah netral, artinya ada akhlak yang terpuji (al akhlaq al mahmudah) dan ada akhlak yang tercela (al akhlaq al mazmumah). Ketika berbicara tentang nilai baik buruk maka muncullah persoalan tentang konsep baik buruk. Dari sinilah kemudian terjadi perbedaan konsep antara akhlak dengan etika.
Etika (ethica) juga berbicara tentang baik buruk, tetapi konsep baik buruk dalam ethika bersumber kepada kebudayaan, sementara konsep baik buruk dalam ilmu akhlak bertumpu kepada konsep wahyu, meskipun akal juga mempunyai kontribusi dalam menentukannya. Dari segi ini maka dalam ethica dikenal ada ethica Barat, ethika Timur dan sebagainya, sementara al akhlaq al karimah tidak mengenal konsep regional, meskipun perbedaan pendapat juga tak dapat dihindarkan. Etika juga sering diartikan sebagai norma-norma kepantasan (etiket), yakni apa yang dalam bahasa Arab disebut adab atau tatakrama.

Sedangkan kata moral meski sering digunakan juga untuk menyebut akhlak, atau etika tetapi tekanannya pada sikap seseorang terhadap nilai, sehingga moral sering dihubungkan dengan kesusilaan atau perilaku susila. Jika etika itu masih ada dalam tataran konsep maka moral sudah ada pada tataran terapan.Melihat akhlak, etika atau moral seseorang, harus dibedakan antara perbuatan yang bersifat temperamental dengan perbuatan yang bersumber dari karakter kepribadiannya. Temperamen merupakan corak reaksi seseorang terhadap berbagai rangsang yang berasal dari lingkungan dan dari dalam diri sendiri. Temperamen berhubungan erat dengan kondisi biopsikologi seseorang, oleh karena itu sulit untuk berubah. Sedangkan karakter berkaitan erat dengan penilaian baik buruknya tingkahlaku seseorang didasari oleh bermacam-macam tolok ukur yang dianut masyarakat. Karakter seseorang terbentuk melalui perjalanan hidupnya, oleh karena itu ia bisa berubah.

Read More
posted by : Mubarok institute

Thursday, April 26, 2007

Sudahkah Sholat Tahajjud?
Ditengah kesibukan sehari-hari. banyak cara hidup kita menjadi bahagia. Salah satu dengan sholat tahajjud. Sama seperti halnya Mbak Shinta yang bertanya pada Prof. Achmad Mubarok tentang manfaat sholat tahajjud dan berapa rekaat yang mesti dikerjakannya. Abah menjawabnya. "tahajjud itu forum berduaan dengan Dia yang kita cintai. Membuat hidup kita bahagia, riang gembira dan selalu menjadi kenangan indah. tahajjud bisa dikerjakan dalam 2 ,4,6,8 rekaat akhiri dengan witir"

Sungguh indah sholat tahajjud itu. Tidak ada salahnya mencoba.(agussyafii)

Read More
posted by : Mubarok institute

Tuesday, April 24, 2007

Kualitas Keluarga Sakinah
Ternyata resep membangun keluarga sakinah tidak berubah. Dalam zaman apapun, jika petunjuk Rasul tersebut diatas diikuti, maka pada keluarga itu akan terbangun benteng yang resisten terhadap penyakit kerangkeng sosial itu. Ada beberapa tingkatan kualitas keluarga.

Pertama kualitas mutiara. Mutiara tetaplah mutiara meski terendam puluhan tahun di dalam lumpur. Keluarga yang berkualitas mutiara, meski hidup di zaman yang rusak atau tinggal di lingkungan sosial yang rusak, ia tetap terpelihara sebagai keluarga yang indah dengan pribadi-pribadi yang kuat. Keluarga ini memiliki mekanisme dan sistem dalam pergaulan sosial yang menjamin keutuhan kualitasnya meski di tengah masyarakat yang tak berkualitas.

Kedua, kualitas kayu. Kursi kayu akan tetap kuat dan indah jika berada dalam ruang yang terlindung, tetapi jika terkena panas dan hujan, lama kelamaan akan rusak. Model keluarga seperti ini sepertinya terpengaruh oleh lingkungan negatip masyarakatnya, tetapi sebenarnya yang terpengaruh hanya lahirnya saja, mungkin hanya mode pakaiannya, hanya kemasan lahirnya, sedangkan etosnya, semangatnya, komitmennya, keteguhannya tidak terlalu terusik oleh situasi sosial. Kerusakan lahir keluarga ini dapat segera diperbaiki dengan sedikit shock therapy, dengan sedikit pendisiplinan kembali, seperti kursi yang rusak karena kehujanan bisa diperbaiki dengan dipoliytur kembali.

Sementara itu, yang ketiga kualitas kertas, apalagi sekelas kertas tissue, ia segera akan hancur jika terendam air. Model keluarga seperti ini sangat rapuh terhadap dinamika sosial. Mereka mudah mengikuti trend zaman dengan segala macam assesorisnya sehingga identitas asli keluarga itu hampir tidak lagi nampak. Segala macam trend masyarakat diikuti dengan semangat, tanpa mempertimbangkan esensinya. Di butuhkan “laminating” sosial untuk melindungi keluarga seperti ini dari pengaruh buruk masyarakatnya. Laminating sosial bisa berbentuk pakaian, yaitu mengenakan pakaian yang dikenali sebagai pakaian orang baik-baik, misalnya busana muslimah, bisa juga menjadi anggauta dari club atau kumpulan orang-orang yang dikenali sebagai kumpulan orang-orang baik, misalnya menjadi anggauta majlis pengajian atau orhganisasi yang dikenal melakukan aktifitas keagamaan berstruktur, atau tinggal di dalam lingkungan yang ketat sistem pemeliharaan identitasnya.

Read More
posted by : Mubarok institute

Monday, April 23, 2007

Hidayah Alloh SWT
Alloh SWT memberikan hidayah Nya kepada manusia dalam empat tingkatan.

Pertama : hidayah instink.. Dengan instink manusia diberitahu dengan haus ketika tubuhnya membutuhkan air, diberitahu dengan lapar ketika tubuhnya membutuhkan bahan bakar (makanan) dan diberitahu dengan kantuk ketika tubuhnya memerlukan istirahat.

Kedua : Hidayah indera. Dengan panca indera manusia diberitahu tentang rasa yang berbeda-beda, suara yang berbeda-beda, wujud sesuatu yang berbeda. Kedua hidayah ini merupakan hidayah basyariah yang juga diberikan kepada hewan.

Ketiga ; Hidayah Akal. Dengan akal (maksudnya akal sebagai kesatuan sistem kejiwaan yang bisa berfikir dan merasa) manusia diberi kemampuan untuk memecahkan masalah, untuk membedakan nilai-nilai yang baik dari yang buruk, juga untuk berimajinasi. Akal bisa menemukan kebenaran tetapi bukan menentukannya. Kebenaran akal bersifat relatip, bisa mencapai kebenaran tinggi seperti yang dicapai oleh al aql as salim, tetapi juga bisa tersesat sehingga persepsinya terbalik, yang benar diangggap salah dan yang salah dianggap benar, yakni ketika akalnya lebih dikuasai oleh dorongan syahwat dan hawa. Oleh karena itu akal tidak bisa menjamin manusia mencapai kebenaran, karena seribu akal bisa memiliki seribu macam kebenaran.

Keempat.Hidayah wahyu. Wahyu merupakan hidayah yang tertinggi, yang kebenarannya tidak diragukan (la roiba fihi). Akan tetapi untuk bisa memahami kebenaran wahyu, disamping dituntut adanya kejujuran dan konsistensi berfikir dan tafakkur, juga ada faktor kehendak Tuhan (yahdi man yasya’(Q/35:8). Nabi sendiri tidak bisa memberi hidayah kepada orang yang diinginkan (Q/28:56), karena hidayah merupakan hak preogratip Tuhan. Paman Nabi, Abdul Muttalib yang begitu besar jasanya membela Muhammad hingga akhir hayat tidak memperoleh hidayah tauhid.

Menurut tafsir sufi atas ayat ihdina assirat al mustaqim (Q/1:6)) , hidayah dapat dibagi menjadi enam tingkatan :

1. Hidayah bertingkat Kalamullah seperti yang diterima Nabi Musa
2. Hidayah berupa wahyu
3. Hidayah berupa pengiriman malaikat Jibril kepada Nabi
4. Hidayah setingkat ilham (al muhaddats), seperti yang diterima Umar bin al Khattab
5. Hidayah berupa pemahaman
6. Hidayah berupa penjelasan, baik yang terdengar atau yang terlihat

Read More
posted by : Mubarok institute

Wednesday, April 18, 2007

Perilaku Manusia (5)
Mengubah Perilaku Manusia

Menurut Al Qur'an, tingkah laku manusia memiliki karakteristikkarakteristik sebagai berikut: (1) Terkendali, (2) mengandung unsur tanggungjawab, (3) bersifat lahir dan batin (4) berkategori tingkahlaku individual dan tingkahlaku kelompok.

Tmgkahlaku manusia di satu sisi tunduk kepada motivasi, orientasi dan kecenderungan yang dimilikinya, di sisi lain ia berhubungan dengan faktor intelektual, logika, moralitas dan kemerdekaannya. Jika seseorang telah mengambil keputusan untuk menggapai sesuatu, maka ia akan memusatkan perhatian dan pekerjaannya pada pencapaian hal yang diinginkan itu. Dalam perspektip ini maka tingkahlaku manusia bisa diubah.

Al Qur'an mengisyaratkan bahwa tingkahlaku manusia bisa dibangun, diluruskan dan diubah. Perubahan itu bisa datang dari diri sendiri atau terbentuk karena pengaruh yang datang dari luar. Dalam hal ini Al-Qur'an memberikan contoh tentang terbukanya pintu taubat bagi orang yang menyesali kekeliruannya dan peluang bagi orang jahat untuk kembali ke haribaan rahmat Tuhan. Seseorang jika bertaubat, maka pertama ia menyesali perbuatan masa lalunya yang keliru, dan ia bertekad untuk tidak kembali pada perbuatan dosanya itu. Bersamaan dengan itu ia berusaha melakukan perbuatan yang positif sebagai perwujudan dari keinginannya memperbaiki diri, maka, kata Al Qur'an, pintu taubat terbuka baginya, dan bagi setiap orang yang ingin mengubah tingkah lakunya.

Tekad untuk memperbaiki diri bisa datang karena keinginannya yang kuat, bisa juga karena pengaruh positip yang datang dari luar, dari ajakan orang atau dari pengaruh lingkungan sosial yang kondusip, tetapi keputusan akhir untuk mengubah tingkahlaku tetap pada orang itu sendiri. Sebagaimana disebut dalam surat ar Ra'd/13: 11 Allah tidak mengubah suatu kaum sampai kaum itu sendiri mengubah apa yang ada dalam jiwanya. Pekerjaan mengubah tingkahlaku manusia adalah pekerjaan mengubah cara berfikir, mengubah mental dan mengubah karakter.

Cara berfikir, perilaku, mental dan karakter manusia memang bisa diubah, tetapi proses perubahan itu tidaklah sederhana karena menyangkut aspek nafs manusia. Menurut teori psikologi ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengubah tingkahlaku manusia, yaitu hukuman dan ganjaran.9 Manusia yang bertingkahlaku buruk dihukum setiap kali melakukan kejahatan dengan asumsi bahwa ia akan merasa jera dan kemudian takut melakukan kejahatan karena takut mendapat hukuman. Orang lain yang melihat ada orang dihukumpun diharap untuk tidak mendekati perbuatan jahat karena takut dihukum. Teori kedua mengatakan bahwa untuk merangsang manusia melakukan kebaikan justeru dengan memberikan penghargaan kepada orang yang berprestasi, kepada orang yang terbaik. Penghargaan itu dimaksud untuk membuat orang lain berlomba-lomba mencapai tingkat terbaik. Dengan demikian maka pendidik, da'i atau pemerintah sibuk memikirkan apa yang akan diberikan kepada orang yang terbaik, bukan sibuk memikirkan bagaimana menghukum orang yang bersalah.

Read More
posted by : Mubarok institute
Perilaku Manusia (4)
Perilaku manusia dalam Interaksi sosial

Tuhan memberi dua predikat kepada manusia, yaitu sebagai hamba Alloh (Abdullah) dan wakil Alloh (khalifatullah). Karakteristik hama adalah lemah, kecil dan terbatas. Sedangkan karakteristik khalifatullah adalah besar, bebas dan memikul tanggungjawab. Ada manusia yang konsep dirinya lebih sebagai hamba, maka ia tidak memiliki rasa percaya diri, dan menghindari tantatangan hidup dengan berpasrah diri kepada nasib. Ada yang konsep dirinya lebih merasa sebagai khalifatullah, yang oleh karena itu ia selalu tertantang untuk mengatasi problem, membela yang lemah dan menyebarluaskan kemanfaatan. Yang proporsional adalah semestinya manusia merasa dirinya kecil dalam dimensi vertical, dan harus merasa besar dalam dimensi horizontal.

Manusia juga dianugerahi dua tabiat; suka kerjasama dan suka bersaing. Ketika bekerjasama atau ketika bersaing, ada yang lebih dikendalikan oleh akalnya, ada yang lebih dikendalikan oleh hatinya, oleh nuraninya, oleh syahwatnya dan ada yang lebih dikendalikan oleh hawa nafsunya. Oleh karena itu kualitas kerjasama dan kualitas persaingan berbeda-beda dipengaruhi oleh apa yang paling dominant pada dirinya dari lima subsistem itu. Kerjasama bisa terasa indah, bisa juga menyakitkan. Persaingan juga bisa melahirkan keindahan, bisa juga melahirkan permusuhan.


Dasar-Dasar Perilaku

Karakter Manusia tidak terbentuk secara tiba-tiba, tetapi bermodal tabiat bawaan genetika orang tuanya kemudian terbangun sejalan dengan proses interaksi social dan internalisasi nilai-nilai dalam medan Stimulus dan Respond sepanjang hidupnya. Perilaku manusia tidak cukup difahami dari apa yang nampak, tetapi harus dicari dasarnya. Tidak semua senyum bermakna keramahan, demikian juga tidak semua tindak kekerasan bermakna permusuhan. Diantara yang mendasari tingkah laku manusia adalah :

• Instinc. Instinc bersifat universal; seperti (1) instinct menjaga diri agar tetap hidup, (2) instinct seksual dan (3) instinct takut. Semua manusia memiliki instinct ini.

• Adat kebiasaan. Perbuatan yang diulang-ulag dalam waktu lama oleh perorangan atau oleh kelompok masyarakat sehingga menjadi mudah mengerjakannya, disebut kebiasaan. Cara berjalan, cara mengungkapkan kegembiraan atau kemarahan, cara berbicara adalah wujud dari kebiasaan. Orang merasa nyaman dengan kebiasaan itu meski belum tentu logis.

• Keturunan. Ajaran Islam menganjurkan selektip memilih calon pasangan hidup, karena karakteristik genetika orang tua akan menurun kepada anaknya hingga pada perilaku.

• Lingkungan. Menurut sebuah penelitian psikologi; 83% perilaku manusia dipengaruhi oleh apa yang dilihat, 11% oleh apa yang didengar dan 6% sisanya oleh berbagai stimulus.

• Motivasi. Setiap manusia melakukan sesuatu pasti ada tujuan yang ingin dicapai. Motivasi melakukan sesuatu bisa karena (a) keyakinan terhadap sesuatu, (b) karena terbawa perilaku orang lain, (c) karena terpedaya atau terpesona terhadap sesuatu.

• Keinsyafan. Keinsyafan merupakan kalkulasi psikologis yang berhubungan dengan (a) ketajaman nurani, atau (b) kuatnya cita-cita atau (c) kuatnya kehendak.

Read More
posted by : Mubarok institute

Monday, April 16, 2007

Perilaku Manusia (3)
Islamic Psychology sebagai Mazhab ke Lima

Setelah Psikologi Humanisme mulai menyentuh kecerdasan spiritual yang sesungguhnya mempunyai dimensi vertical, muncul gagasan Psikologi Islam. Seperti gagasan bank Islam (bank syari`ah) yang dulu dimustahilkan tetapi sekarang tumbuh menjamur, gagasan Psikologi Islam juga masih banyak ditolak oleh kalangan Western Psychology, tetapi pada akhirnya nanti Psikologi Islam juga akan diterima dan bahkan akan menjadi mazhab kelima

Sejarah keilmuan Islam tidak melahirkan ilmu semacam psikologi, karena berbeda dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Barat yang bermusuhan dengan agama (Gereja), perkembangan ilmu pengetahuan dalam sejarah keilmuan Islam disamping terinspirasi oleh kitab suci Al Qur’an, pertumbuhannya juga dilakukan oleh ulama. Al Khawarizmi (ahli matematika) al Birruni (ahli sain) …………(ahli kedokteranm) adalah juga ulama ahli agama.

Kajian tentang Jiwa manusia dalam sejarah keilmuan Islam tidak melahirkan psikologi, tetapi ilmu Akhlak dan Tasauf.

Perbedaan Psikologi Barat dengan Psikologi Islam
1. jika Psikologi Barat merupakan produk pemikiran dan penelitian empiric, Psikologi Islam , sumber utamanya adalah wahyu Kitab Suci Al Qur’an, yakni apa kata kitab suci tentang jiwa, dengan asumsi bahwa Tuhanlah sebagai pencipta manusia yang paling mengetahui anatomi kejiwaan manusia. Selanjutnya penelitian empiric membantu menafsirkan kitab suci.

2. Jika tujuan Psikologi Barat hanya tiga; menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah laku, maka Psikologi Islam menambah dua poin; yaitu membangun perilaku yang baik dan mendorong orang hingga merasa dekat dengan Tuhan.

3. Jika konseling dalam Psikologi Barat hanya di sekitar masalah sehat dan tidak sehat secara psikologis, konseling Psikologi Islam menembus hingga bagaimana orang merasa hidupnya bermakna, benar dan merasa dekat dengan Tuhan.

Perilaku perspektip Psikologi Islam
Manusia adalah makhluk yang berfikir, merasa dan berkehendak, dan kehendaknya dipandu oleh apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan. Jiwa manusia bekerja secara sistemik, dan ditopang oleh lima subsistem.

• Jiwa (disebut nafs) merupakan sisi dalam manusia, ia bagaikan ruangan yang sangat luas dan didalamnya terdapat bagian-bagian sebagai subsistemnya, terdiri dari `aql (mind), qalb (hati), bashirah (hati nurani), syahwat (motiv) dan hawa (hawa nafsu). Tingkat keluasan jiwa manusia berbeda-beda dipengaruhi oleh factor hereditas dan proses interaksi psikologis sepanjang hidupnya.

1. Aqal adalah problem solving capacity, tugasnya berfikir. Akal tidak bisa memutuskan kebenaran tapi ia bisa menemukan kebenaran. Kebenaran intelektual sifatnya relatip.

2. Qalb(hati), . merupakn alat untuk memahami realita,. Sesuatu yang tidak rationil masih bisa difahami oleh qalb . Dalam system nafsani qalb merupakan pusat pengendali sistem , yang memimpin kerja jiwa manusia. Di dalam qalb ada berbagai kekuatan dan penyakit; seperti iman, cinta dengki, keberanian, kemarahan, kesombongan, kedamaian, kekufuran dan sebagainya. Qalb memiliki otoritas memutuskan sesuatu tindakan, oleh karena itu segala sesuatu yang disadari oleh qalb berimplikasi kepada pahala dan dosa. Apa yang sudah dilupakan oleh qalb masuk kedalam memory nafs (alam bawah sadar), dan apa yang sudah dilupakan terkadang muncul dalam mimpi. Sesuai dengan namanya qalb, ia sering tidak konsisten.

3. Bashirah, adalah pandangan mata batin sebagai lawan dari pandangan mata kepala. Berbeda dengan qalb yang tidak konsisten, bashirah selalu konsisten kepada kebenaran dan kejujuran. Ia tidak bisa diajak kompromi untuk menyimpang dari kebenaran. Bashirah disebut juga sebagai nuraniy, dari kata nur, .Bashirah adalah cahaya ketuhanan yang ada dalam hati, nurun yaqdzifuhullah fi al qalb. Interospeksi, tangis kesadaran, relegiusitas, god spot,bersumber dari sini.

4.Syahwat adalah motiv kepada tingkahlaku. Semua manusia memiliki syahwat terhadap lawan jenis, bangga terhadap anak2, menyukai benda berharga, kendaraan bagus, ternak dan kebun. Syahwat adalah sesuatu yang manusiawi dan netral.

5. Hawa adalah dorongan kepada obyek yang rendah dan tercela. Perilaku kejahatan, marah, frustrasi, sombong, perbuatan tidak bertanggung jawab, korupsi, sewenang-wenang dan sebagainya bersumber dari hawa. Karakteristik hawa adalah ingin segera menikmati apa yang diinginkan tanpa mempedulikan nilai-nilai moralitas.

• Orang yang ke lima subsistemnya normal, maka perilakunya proporsional.

• Orang yang lebih mengikuti akalnya, perilakunya sangat rationil tapi hidupnya cenderung kering.

• orang yang lebih menggunakan hatinya, hidupnya tenang meski terkadang tidak rationil.

• orang yang lebih menggunakan bashirahnya pilihannya dijamin tepat, perilakunya dijamin benar secara vertical maupun horizontal.

• Orang yang lebih mengikuti syahwatnya cenderung konsumtip dan hedonis dalam hidupnya.

• Orang yang lebih mengikuti hawa nafsunya cenderung destruktip bagi dirinya dan orang laiN.

Read More
posted by : Mubarok institute

Thursday, April 12, 2007

Perilaku Manusia (2)
Konsep Psikologis manusia

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa menjadi subyek dan obyek sekaligus. Menusia berfikir dan merenung, kemudian menjadikan dirinya sebagai obyek fikiran dan renungan.. Manusia sangat menarik di mata manusia itu sendiri. Terkadang manusia dipuja, tetapi di kala yang lain ia dihujat. Scara internal manusia sering merasa bangga dan bahagia menjadi manusia, tetapi di mata orang lain atau di waktu yang lain, ia terkadang menyesali diri sendiri, menyesali keberadaannya sebagai manusia.

Ada manusia yang perilakunya berada di luar batas perikemanusiaan, tetapi ada juga manusia yang begitu tinggi tingkat kemanusiaannya sehingga ia disebut sebagai “manusia suci”. Pada umumnya manusia tertarik untuk bertanya tentang dirinya ketika berada dalam puncak-puncak kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, keberhasilan dan puncak kegagalan. Ada kesepakatan pandangan, bahwa betapapun manusia terdiri dari jiwa dan raga, tetapi penilaian tentang kualitas manusia terfokus pada jiwanya, terkadang disebut hatinya, karena hakikat manusia adalah jiwanya..

Dalam sejarah keilmuan, lahirnya filsafat, antropologi, psikologi, ekonomi dan politik sesungguhnya juga merupakan upaya mencari jawaban tentang manusia, tetapi khusus tentang jiwa manusia, ia dibahas oleh filsafat, psikologi dan agama.

Psikologi sebagai disiplin ilmu baru lahir pada akhir abad 18 Masehi, tetapi akarnya telah menghunjam jauh ke dalam kehidupan primitip ummat manusia. Plato sudah mengatakan bahwa manusia adalah jiwanya, tubuhnya hanya sekedar alat saja. Aristoteles mengatakan bahwa jiwa adalah fungsi dari badan sebagaimana penglihatan adalah fungsi dari mata. Hinga kini sekurang-kurangnya ada empat mazhab psikologi, yakni (1)Psikoanalisa, (2) Behaviorisme, (3) Kognitip dan (4) Humanisme. Empat mazhab itu menggambarkan adanya dinamika pemahaman terhadap manusia yang sifatnya trial and error.

Freud dengan teori psikoanalisanya memandang manusia sebagai homo volens, yakni makhjluk yang perilakunya dikendlikan oleh alam bawah sadarnya. Menurut teori ini, perilaku manusia merupakan hasil interaksi dari tiga pilar kepribadian; id, ego dan super ego, yakni komponen biologis, psikologis dan social, atau komponen hewani, intelek dan moral.

Teori ini dibantah oleh Behaviorisme yang memandang perilaku manusia bukan dikendalikan oleh factor dalam (alam bawah sadar) tetapi sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan yang nampak,y ang terukur, dapat diramal dan dapat dilukiskan. Menurut teori ini manusia disebut sebagai homo mechanicus, manusia mesin. Mesin adalah benda yang bekerja tanpa ada motiv di belakangnya, sepenuhnya ditentukan oleh factor obyektip (bahan baker, kondisi mesin dsb). Manusia tidak dipersoalkan apakah baik atau tidak, tetapi ia sangat plastis, bisa dibentuk menjadi apa dan siapa sesuai dengan lingkungan yang dialami atau yang dipersiapkan untuknya.

Teori ini dibantah lagi oleh teori Kognitip yang menyatakan bahwa manusia tidak tunduk begitu saja kepada lingkungan, tetapi ia bisa aktip bereaksi secara aktip terhadap lingkungan dengan cara berfikir. Manusia berusaha memahami lingkungan yang dihadapi dan merespond dengan fikiran yang dimiliki. Oleh karena itu menurut teori Kognitip, manusia disebut sebagai homo sapiens, makhluk yang berfikir.

Teori Kognitip dilanjutkan oleh teori Humanisme. Psikologi Humanistik memandang manusia sebagai eksistensi yang positip dan menentukan. Manusia adalah makhluk yang unik, memiliki cinta, krestifitas, nilai dan makna serta pertumbuhan pribadi. Oleh karena itu teori Humanisme menyebut manusia sebagai homo ludens, yakni manusia yang mengerti makna kehidupan.

Psikologi lahir dari budaya sekuler, oleh karena itu Psikologi tidak mengenal Tuhan, dosa maupun baik buruk. Yang dikenal dalam Psikologi adalah sehat psikologis dan sakit psikologis. Meski demikian dewasa ini Psikologi Humanistik sudah mulai meraba-raba wilayah yang sumbernya dari wahyu, yakni disamping membahas kecerdasan intelektual dan emosional, juga dibahas kecerdasan spiritual.

Read More
posted by : Mubarok institute

Wednesday, April 11, 2007

Perilaku Manusia (1)
Globalisasi dan Perilaku Manusia

Globalisasi memungkinkan kita mengetahui berbagai ragam perbuatan manusia di berbagai belahan bumi, baik yang diaekakukan oleh orang-orang primitip di Negara terbelakang, maupun yang dilakukan oleh orang terpelajar dari Negara maju. Kita cepat memahami perilaku aneh dari orang-orang primitip, tetapi kita tak habis-habisnya heran terhadap perilaku biadab yang dilakukan oleh manusia terpelajar dari Negara maju. Ketinggian sain dan kemajuan tekonologi bukan meningkatkan kualitas makna hidup, tetapi justeru mempertinggi kualitas kejahatannya.. Banyak sekali bendera kemajuan yang mengatasnamakan demokrasi, Hak Azazi Manusia, PerdaganganBebas dan issue-issue lainnya, dibawahnya justeru berlangsung penghancuran infrastruktur, warisan budaya, ekploitasi , bahkan pemusnahan ummat manusia. Jika kita merenungkan hal itu dalam-dalam, maka kita terkadang menjadi tidak faham, siapa sebenarnya manusia itu.

Inilah yang menyebabkan studi tentang manusia itu selalu menarik dan akan tetap menarik. Daya tarik pembicaraan tentang manusia itu disebabkan karena pengetahuan tentang makhluk hidup dan terutama tentang manusia belum mencapai kemajuan seperti yang telah dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan lainnya. Pertanyaan tentang manusia pada hakikatnya hingga kini masih tetap tanpa jawaban.

Read More
posted by : Mubarok institute

Monday, April 09, 2007

Konsep Diri (4)
Kualitas Konsep Diri

Konsep diri ada yang positip dan ada yang negatip, masing-masing ada cirri-cirinya orang yang memiliki konsep diri positip adalah;

1. Memiliki keyakinan bahwa ia mampu mengatasi masalah yang dihadapi. Seberat apapun kesulitan yang terbayang, ia yakin akan dapat menemukan jalan keluarnya.

2. Merasa setara dengan orang lain. Oleh karena iu ia tidak kecil hati dalam bergaul, dan ia merasa bahwa jika orang lain bisa mengerjakan, maka iapun yakin akan bisa mengerjakan.

3. Menganggap pujian sebagai kewajaran. Oleh karena itu jika ia dipuji, ia tidak tersipu-sipu malu, karena pujian adalah satu kewajaran. Pujian tidak membuatnya tinggi hati apalagi kagum diri (`ujub). Pujian diterimanya secara terbuka dan ditempatkan pada tempatnya.

4. Menyadari tidak mungkin bisa memuaskan semua orang,. Oleh karena itu jika ada orang yang menyatakan kecewa atau mengkritiknya, ia terima dengan tenang. Ia sadar bahwa ia bisa membuat orang lain senang, tetapi hal yang sama mungkin membuat orang lain tidak senang.

5. Mampu mengubah diri. Baginya kritikan dan kekecewaan orang dipersepsi sebagai masukan untuk memperbaiki diri.

Adapun cirri-ciri dari orang yang memiliki konsep diri negatip adalah sbb:

1. Peka terhadap kritik. Ia mempersepsi kritikan orang sebagai upaya untuk menjatuhkan dirinya, oleh karena itu ia melakukan perlawanan, mempertahankan logikanya yang belum tentu benar, atau telinganya merah.

2. Jika dipuji merasa sangat senang, meski pura-pura menyembunyikan kesenangannya. Pujian orang benar-benar membuatnya bahagia bahkan sesak nafas Baginya pujian orang merupakan pembenaran terhadap logikanya sehingga ia tidak lagi kritis tehadap kesalahan sendiri.

3. Hiperkritis. Ia terlalu kritis terhadap orang lain hingga cenderung merendahkan dan meremehkan mereka, Baginya yang benar adalah dirinya dan orang lain pasti salah.Kebenaran orang lain hanya diakui jika berhubungan dengan pujian untuk dirinya.

4. Merasa tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu ia merasa ditinggal dan dizalimi oleh system social. Ia tidak bisa akrab bergaul karena kebanyakan orang dipersepsi sebagai rival atau bahkan musuh. Ia juga selalu curiga kepada orang yang mendekat.

5. merasa pesimis bersaing secara fair, karena ia merasa sistemnya tidak adil dan pasti merugikan dirinya.

Read More
posted by : Mubarok institute
Konsep Diri (3)
Konsep Diri bangsa

Hanya bangsa besar yang bisa mengukir sejarah besar, dan hanya bangsa yang memiliki pemimpin besar yang dapat mengangkat dirinya menjadi bangsa besar. Dulu Sukarno pernah mengukir sejarah besar dengan menyelenggarakan Konperensi Asia Afrika di Bandung. Gagasan besar Sukarno itu kemudian mengilhami bangsa-bangsa Afrika untuk melepaskan diri dari penjajahan. Hingga hari ini nama Sukarno masih melekat di hati orang-orang Afrika. Pernah saya berkenalan dengan orang Ghana di lift hotel di negeri Malta. Ketika saya menyebut dari Indonesia, orang Ghana itu langsung memeluk saya sambil menyebut ohh…. Sukarno. Sukarno kemudian jatuh ketika memusatkan perhatiannya pada membesarkan nama dirinya (pemimpin besar revolusi) , bukan membesarkan bangsanya.

Kini, setelah Pak Harto jatuh, Indonesia mengalami krisis pemimpin, yakni tidak ada satupun pemimpin besar di negeri ini yang mampu mengajak bangsa berfikir besar dan memandang jauh de depan menembus sekat ruang dan waktu.. Oleh karena itu kini orang-orang Indonesia lebih banyak mengeluh dan kecewa dibanding merancang masa depan. Kebanyakan orang hanya berfikir aku dapat apa, bukan apa yang dapat kuwariskan kepada generasi bangsa. Para politisipun berhenti pikirannya pada agenda 2009, hanya sedikit yang mampu menggagas untuk 2030 atau 2050. Bahkan, ketika Indonesia menjadi anggauta tidak tetap di Dewan Keamanan PBB, Indonesia ikut menyetujui sanksi tambahan kepada Iran, tidak berani membela hak-hak Iran dengan mengatakan Qatar saja yang Negara Islam dan Timur tengah menyetujui sangksi untuk Iran. Jadi konsep diri Dubes kita di PBB, memandang dan merasa Indonesia yang berpenduduk 235 juta sama kecilnya dengan negeri kecil Qatar yang hanya berpenduduk satu juta dan sudah lama menjadi satelit Amerika.,


Pemimpin besar itu biasanya lahir dari dua jalan

1. sebagai produk revolusi. Dari revolusi muncullah pemimpin besar yang tak pernah diduga-duga sebelumnya, atau dari satrio piningit.

2. Kedua dari periode dimana sang pemimpin yang sebenarnya bukan orang besar tetapi dipaksa harus mengatasi problem-problem besar bangsa. Dari pengalamannya mengatasi problem besar itu akhirnya ujungnya ia menjadi permimpin besar juga. Akankah SBY yang sekarang dipaksa harus mengatasi problem2 besar bangsa akhirnya menjadi Pemimpin besar Indonesia? Wallohu a`lam, sejarah yang akan membuktikan.

Read More
posted by : Mubarok institute
Konsep Diri (2)
Konsep Diri dan Etika

Barang siapa mengenali siapa dirinya maka ia akan mengenali siapa Tuhannya, demikian kata orang bijak. Orang yang mengenali anatomi dirinya, fisik dan psikologinya, ia akan menyimpulkan bahwa betapapun manusia dipandang hebat, tetapi tetap saja ia memiliki banyak keterbatasan. Ia juga akan menyadari bahwa kehebatan manusia tidak terjadi dengan sendirinya, tapi pasti ada konsep yang dirancang oleh Dia Yang Maha Hebat. . Manusia dengan segala kerumitannya merupakan perwujudan (tajalli) dari kebesaran Sang Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Sempurna.

Oleh karena itu orang yang mengenali dirinya, ia akan tunduk dan patuh kepada Tuhan, merasa sejajar dengan manusia yang lain, menghormati yang lebih tua dan meyayangi yang lebih muda. Orang yang kafir (mengingkari Tuhan) pasti dia tidak mengenali diri sendiri. Demikian juga orang sombong, dan tinggi hati yang menganggap dirinya paling hebat seraya merendahkan orang lain, pasti ia buta terhadap dirinya. Rendah hati dan merendahkan diri hanya bisa dilakukan oleh orang kuat, karena untuk merendahkan diri dibutuhkan kekuatan. Sebaliknya orang yang rendah diri sehingga tidak memiliki rasa percaya diri juga disebabkan oleh ketidak tahuannya terhadap potensi yang ada dalam dirinya.

Read More
posted by : Mubarok institute

Sunday, April 08, 2007

Konsep Diri (1)
Konsep adalah lambang dan symbol yang ada dalam fikiran. Berfikir adalah bekerja dengan menggunakan lambang dan symbol sehingga tidak perlu menghadirkan benda-benda itu ke ruang dimana orang sedang berfikir. Dalam fikirannya, orang dapat menghadirkan begitu banyak benda dan hal, menembus ruang dan waktu. Tetapi tetap saja ada orang yang mampu berfikir besardisamping ada orang yang pemikirannya sangat terbatas. Dengan berfikir orang bisa menjawab pertanyaan, mengambil keputusan, dan membuat kreasi baru.

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang terhadap diri sendiri. Konsep diri bisa bersifat physic, psikis dan social. Seorang gadis yang merasa dirinya cantik, dengan percaya diri memasuki ruang pesta, tetapi seorang mahasiswi yang malas belajar meski cantik, ia merasa tidak percaya diri ketika memasuki ruang ujian. Seorang anak gubernur merasa tenang-tenang saja ketika disetop polisi karena melanggar rambu-rambu lalu lntas, tetapi seorang tukang ojek buru-buru minta damai sebelum ditanya oleh polisi yang menyetopnya. Orang yang merasa mampu mengatasi masalah, pada akhirnya ia bisa mengatasi masalah yang dihadapi, sedangkan orang yang merasa bodoh, pada akhirnya ia menjadi bodoh beneran.

Konsep diri terbangun karena dipengaruhi dua hal.
Pertama karena dipengaruhi orang lain, misalnya sering dipuji sebagai orang pintar dan memperoleh banyak sertifikat kepintaran maka tumbuhlah rasa percaya diri dan akhirnya pintar beneran. Sebaliknya jika sering di bodoh-bodohin dan dipermalukan di depan umum, maka akhirnya ia bisa menjadi bodoh beneran dan minder.


Kedua karena dipengaruhi oleh kelompok rujukan. Contohnya, Dulu saya merasa tidak percaya diri mengetengahkan gagasan psikologi Islam, karena banyak teman-teman psikolog Barat menganggap tidak ada psikologi Islam, sementara saya tidak memiliki latar belakang studi psikologi. Ketika itu saya maksimal hanya bisa menyampaikan gagasan Psikologi Islami, bukan Psikologi Islam. Tetapi setelah saya dikukuhkan sebagai Guru Besar Psikologi Islam dan memperoleh apresiasi dari Presiden The International Association of Moslem Psychologist, Prof Malik Badri, bahwa saya adalah Profesor pertama di dunia dalam bidang Psikologi Islam, maka tumbuh rasa percaya diri untuk mengeluarkan gagasan Psikologi islam, dan bahkan berniat mempromosikan Psikologi Islam untuk menjadi Mazhab Ke lima setelah mazhab-mazhab Psikoanalisa, Behaviorisme, Kognitip dan Psikologi Humanism

Read More
posted by : Mubarok institute

Tuesday, April 03, 2007

Kiat 7: Ketika Bicara
Manusia tidak bisa menghindar dari berbicara, dan bahkan cara berbicara manusia akan mencerminkan kualitas intelektualitas dan lingkungan dirinya. Agama Islam mengajarkan tatakrama berbicara sebagai berikut:

1. Pembicaraan hendaknya mengarah kepada kebaikan, karena Rasulullah bersabda:
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata yang baik-baik, atau berdiam diri saja. (H. Muttafaq `alaih)

2. Menjauhkan diri dari pembicaraan yang bathil. Hadis riwayat Abdullah bin Mas`ud menyebutkan bahwa manusia yang paling besar dosanya di hari kiamat ialah orang yang paling banyak bicaranya soal kebatilan.

3. Meskipun berada di pihak yang benar, hendaknya tetap menghindari pertengkaran. Rasulullah pernah bersabda: Aku adalah pemimpin suatu rumahtangga di taman sorga yang diperuntukkan bagi orang-orang yang menghindari pertengkaran meski berada di pihak yang benar. (Sahih al Jami`, 1477)

4. Menjauhi pembicaraan yang berlebihan. Rasulullah pernah bersabda: Bahwa orang yang paling aku benci dan paling jauh tempatnya dariku nanti di hari kiamat adalah orang yang suka bicara banyak, yang suka membuat-buat dan yang pembicaraannya penuh kesombongan. (Silsilah sahihah, 791)

5. Memperhatikan pembicaraan lawan bicara, tidak memotong pembicaraan orang, tidak mendengar sambil main-main dan tidak mengalihkan perhatiannya ke hal lain. Ketika haji wada` Rasulullah pernah berkata: Tolong, orang-orang supaya diam mendengarkan (kata-kataku). (H. Muttafaq `alaih)

6. Menjauhi kata-kata yang sifatnya menghujat dan menjelek-jelekkan orang lain, karena hal itu akan mendatangkan banyak mudlarat. Firman Allah: Artinya: Janganlah sebagian kamu mengupat sebagian yang lainnya, apakah salah seorang diantaramu sudi memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian jijik memakannya. (al Hujurat: 12)

Menurut Abu Hurairah, Rasulullah pernah menyebutkan bahwa; mengumpat (ghibah) itu menyebut sesuatu pada orang lain yang ia tahu bahwa apa yang disebutkan itu pasti tidak disukai oleh orang yang diceriterakan itu. Jika yang dikatakan itu benar, kata Rasulullah, hal itu disebut ghibah, jika tidak benar berarti dusta. (HR. Muslim)

7. Menjauhi pembicaraan yang berakibat adu domba atau memecah belah (namimah), yakni menyebarkan kebohongan, kebencian dan fitnah antara sesama manusia. Rasulullah pernah bersabda: Tidak akan masuk sorga tukang pemecah belah manusia. (HR.Muslim)

8. Tidak menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya, tidak pula menceriterakan rahasia orang lain tanpa seizin yang mempunyai rahasia. Rasulullah pernah bersabda: Cukup seseorang dipandang sebagai pembohong jika ia menceriterakan segala apa yang didengarnya. (HR. Muslim)

Allah berfirman:Artinya: Tidak ada yang ke luar dari ucapan seseorang melainkan dicatat oleh malaikat Raqib dan Atid. (Q/s.Qaf: 18)

9. Apabila merasa perlu untuk mengkoreksi kesalahan orang lain, maka hendaklah dilakukan dengan bijaksana dan kasih sayang, tidak dengan emosionil, tidak konfrontatif, tidak meremehkannya atau membohonginya. Bersikaplah proporsionil, tidak main-main ketika ia harus serius, dan tidak tertawa-tawa ketika harus berduka cita.

Read More
posted by : Mubarok institute
Lagu Alhamdulillah
Mohon maaf, berhubung adanya pemasangan youtube lagu pengiringnya tidak terdengar. Namun bisa didengar di edisi inggris

salam,
admin


Read More
posted by : Mubarok institute
My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger