Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Thursday, June 28, 2007

Psikologi Kata-Kata (2)
Ternyata kata-kata disamping mempunyai kekuatan positip juga dapat menyebabkan timbulnya kebencian, iri hati, dengki dan salah faham. Tak jarang kata-kata singkat dapat memicu terjadinya pertumpahan darah diantara dua orang, atau bahkan peperangan besar diantara dua bangsa.

Dalam berkomunikasi interpersonal, kekuatan kata-kata (atau tulisan) yang dapat menjadi stimuli yang merangsang respond orang terletak pada jenis-jenis kekuatan sebagai berikut;

1. Keindahan bahasa, seperti bait-bait syair atau puisi. Syair Iqbal sangat besar kekuatannya hingga dapat menggerakkan sebagian penduduk India untuk membangun bangsa sendiri dan Negara sendiri, yaitu Pakistan. Pakistan adalah Negara yang lahirnya digerakkan oleh puisi Iqbal.

2. Kejelasan informasi. Informasi yang sangat jelas mempunyai kekuatan yang sangat besar yang dapat menggerakkan orang banyak untuk secara spontan melakukan sesuatu; mendukung, menolak, atau lari. Informasi yang jelas tentang akan terjadinya tsunami misalnya, akan membuat orang secara spontan lari meninggalkan tempat tinggalnya.

3. Logika yang sangat kuat. Hal yang sangat logis dapat mendorong orang untuk mengambil keputusan yang sangat berani, meski mungkin harus menghadapi resiko berat.

4. Intonasi suara.. Suara berat, suara lembut, suara lantang, masing-masing mengandung kekuatan, sesuai dengan ketepatan timing. Suara berat cocok untuk teguran, suara lembut cocok untuk nasehat atau ungkapan cinta dan suara lantang cocok untuk agitasi. Bahkan sesungguhnya setiap huruf mempunyai power tertentu. Huruf sin, ha dan kho (Arab) mempunyai power spiritual, oleh karena itu kalimat doa dan wirid banyak menggunakan huruf itu, misalnya Bismillah, subhanalloh, alhamdu lillah, La ilaha illalloh. Dukun pun dalam mensugesti korban banyak menggunakan huruf ha, hahaha, hihihihi, huhuhuhu

5. Memberi harapan. Kata-kata yang memberi motivasi kepada orang yang sedang putus asa mengandung kekuatan yang luar biasa. . Dalam keadaan terjepit, kata-kata; Tuhan akan menolong kita, Tuhan tidak tidur, Tuhan Maha Adil, bisa menggerakkan kekuatan untuk bertahan karena terbitnya harapan jalan keluar.

6. Memberi peringatan. Dalam keadaan bimbang dan bingung, kata-kata yang berisi peringatan dapat menyadarkan kembali posisi dan memantapkan tekad.

7. Ungkapan penuh ibarat. Kata-kata semisal ; Tidak ada gelap yang selamanya atau habis gelap terbit terang, atau dibalik kesulitan ada kemudahan, atau tiada gading yang tak retak, atau setiap yang hidup pasti akan mati dan sebangsanya mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat pada saat-saat yang tepat.

Secara psikologis, bahasa mempunyai peran yang sangat besar dalam mengendalikan perilaku manusia. Bahasa ibarat remote control yang dapat menyetel manusia menjadi tertawa, sedih, menangis, lunglai, semangat dan sebagainya. Bahasa juga dapat digunakan untuk memasukkan gagasan-gagasan ke dalam pikiran manusia.. Perbedaan struktur kata-kata juga mempunyai perbedaan efek psikologis. Misalnya seorang guru diperkenalkan dengan kata-kata; pak guru ini meski ilmunya sedikit tetapi mengajarnya enak difahami, berbeda dampak psikologinya jika diperkenalkan dengan kata-kata; pak guru ini ngajarnya enak sih, tapi ilmunya sedikit. Atau kalimat; Pak Gubernur itu orangnya lambat, tapi sangat hati-hati, berbeda dengan kalimat; pak Gubernur itu sangat hati-hati tapi lambat.

Read More
posted by : Mubarok institute
Psikologi Kata-Kata (1)
Orang bijak berkata; jangan lihat orangnya, tetapi perhatikan apa yang dikatakan. (undzur ma qala wala tandzur man qala) Nasehat ini merujuk pada seringnya kejadian dimana orang sering tertipu oleh hallo effect. Karena yang berkata orang penting maka kata-katanya sering dianggap penting. Karena yang berkata orang pinter maka kata-katanya sering dipastikan benar, padahal belum tentu benar. Sebaliknya kata-kata orang kecil sering tidak diperhatikan meskipun benar.

Di sisi lain terkadang terjadi seseorang berkata yang sebenarnya dan perkataanya memang benar, tetapi perkataan itu tidak difahami oleh orang lain bahkan terkadang disalah fahami. Di sisi lain lagi ada seseorang yang berbicara tentang hal-hal yang tidak ada isinya, tetapi enak didengarnya dan banyak orang betah berlama-lama dengannya. Ada kata-kata yang setelah kita dengar langsung lewat dari telinga kiri ke telinga kanan, tak sedikitpun tertinggal di hati kita, tetapi ada kata-kata yang sangat singkat tetapi begitu kita dengar langsung menancap di hati mempengaruhi perilaku kita untuk waktu yang sangat lama.

Syahdan , dikisahkan dalam kisah sufi, bahwa Ibrahim bin Adham, seorang raja muda (putera mahkota) di negeri Khurazan Asia Tengah, sedang duduk di kursi kerajaannya. Tiba-tiba terdengar suara berderak di atas loteng langit-langit istananya. Sebagai seorang raja muda, ia sangat terganggu oleh suara berisik itu, maka secara spontan ia berteriak; hai siapa diatas itu ? terdengar jawaban dari atas; saya baginda.. Dengan heran campur marah Ibrahim bertanya; sedang apa kau disitu ?. Terdengar jawaban; sedang mencari kudaku yang hilang baginda. Dengar amat marah Ibrahim berteriak; dasar bodoh kamu, kenapa kau mencari kuda di loteng, disitu bukan tempat mencari kuda, wahai dungu !!! Tanpa di duga terdengar jawaban dari atas; Demikian juga baginda, jika baginda sedang mencari Tuhan, kenapa duduk di kursi kerajaan ! Baginda berada di tempat yang salah.

Mendengar jawaban singkat yang amat tenang itu, Ibrahim bin Adham kemudian terdiam. Kata-kata asing dari langit-langit istananya itu sungguh menyentuh nuraninya; suaranya mantap, kalimatnya jelas dan logikanya sangat kuat, sehingga keseluruhan kata-kata itu menjadi sangat berwibawa dan menggelitik jiwanya.

Berhari-hari kemudian Ibrahim bin Adham duduk menyendiri, merenungkan makna kata-kata orang asing itu, sampai akhirnya ia mengambil keputusan untuk meninggalkan tahta kerajaannya untuk kemudian menempuh jalan sufi Dengan berpakaian sangat sederhana Putera Mahkota itu mengembara mencari Tuhannya. Dua puluh tahun kemudian Ibrahim bin Adham dikenal sebagai ulama besar yang bermukim di Makkah dan menjadi rujukan utama ilmu tasauf.

Kisah tersebut menjadi contoh betapa kata-kata tertentu mempunyai kekuatan yang luar biasa dalam mengubah perilaku manusia, dan betapa suatu logika mempunyai peran yang sangat besar dalam pengambilan keputusan, dan betapa paduan suara, kata-kata dan logika mempunyai daya panggil yang sangat kuat dan berwibawa terhadap seseorang.

Read More
posted by : Mubarok institute
Makna Umroh Sebagai Bisnis
Banyak orang sinis kepada orang yang berbisnis dalam penyelenggaraan ibadah umroh, padahal arti umroh sendiri mengandung makna bisnis, dan latar belakang umroh juga memmpunyai dimensi bisnis. Kata umroh dalam bahasa Arab berhubungan dengan kata ta`mir, `imaroh, `umron, ma`mur yang mengandung arti meramaikan, membangun dan memakmurkan. Jadi `umroh adalah proses meramaikan kegiatan (ta`mir) yang mengandung dimensi pembangunan ekonomi (`umron), yang hasilnya diharap dapat melahirkan kemakmuran masyarakat (ma`mur). Oleh karena itu kegiatan yang mengiringi kegiatan ibadah umroh adalah jasa dan perdagangan. Konsep kota (makkah) yang diberkati seperti disebu al Qur’an (bi bakkata mubarokan) ,dengan ramainya kegiatan bisnis (horizontal dan vertical) dengan keramaian `umroh maka segala hajat hidup (makanan dan minuman, sayuran, buah2an, dagig, ikan dll) akan mudah diperoleh, meski Makkah sendiri adalah padang tandus.

Dalam Islam, berdagang (tijarah) dan pedagang (tajir) sangat diapresiasi, bahkan hidup dengan segala perjuangan juga disebut al Qur’an sebagai tijarah . Hal adullukum `ala tijarotin tunjikum min `azabin `alim ? maukah kalian aku tunjukkan bisnis yang akan menyalamatkan kalian dari siksaan yang pedih ? yakni 1. berimanlah kepada Alloh dan Rasul (tu’minuna billah wa rasulihi), 2. berjuanglah di jalan Alloh dengan harta dan dirimu (wa tujahiduna fi sabilillahi bi amwalikum wa anfusikum).

Orang berbisnis ada yang bersifat eceran dengan modal kecil, apa yang dijual hari itu diharap laku semua dan dari hasil penjualannya langsung digunakan untuk belanja dagangan hari esoknya. Bisnis seperti ini langsung dapat keuntungan, tetapi peredarannya biasanya sedikit. Yang lain berbisnis dengan skala besar. Yang dilakukan pertama adalah melakukan investasi dengan jumlah besar. Pada tahun-tahun pertama ia tak pernah membayangkan adanya keuntungan, karena semua kegiatan adalah kegiatan menanam, kegiatan pengeluaran. Keuntungn baru diharap akan masuk pada tahun ke 3, 4, 5 atau 10-20 tahun mendatang bergantung besar kecilnya investasi. Berdagang modal kecil langsung dapat untung, berdagang modal besar, keuntungan baru diraih beberapa tahun kemudian tapi dalam jumlah yang besar dan berkesinambungan dalam waktu lama.

Beribadah dan berjuang di jalan Alloh adalah investasi jangka panjang, oleh karena itu keuntungan tidak diperoleh langsung tapi nanti jauh di kemudian hari (berupa ketenteraman hidup di usia senja) atau bahkan di hari kemudian ( berupa kenikmatan surgawi yang abadi). Sambungan dari ayat Qur’an diatas berbunyi ; yaghfir lakum dzunubakum wa yudkhilkum jannatin tajri mintahtiha al anhar wa masakina thoyyibatan fi jannati `adn. Artinya; (jika engkau bebisnis dengan Tuhan) kalian akan diampuni Tuhan dan dimasukkan dalam surga `Adn dengan segala kenikmatannya). Wa ukro tuhibbunaha nashrun minalloh wa fathun qarib. Keuntungkan yang lain adalah berupa pertolongan Tuhan dan sukses yang menjanjjikan.

Nah ibadah umroh mengandung dua dimensi bisnis, bisnis sesama manusia yang akan melahirkan kemakmuran dalam hidup di dunia, dan berbisnis dengan Tuhan yang akan melahirkan keuntngan surgawi yang abadi. Untuk menggabungkan dua dimensi bisnis maka para pelaku bisnis penyelenggaraan umroh (dan haji) harus meluruskan niat bisnisnya, yakni membantu kelancaran orang menjalankan umroh dimana dengan pekerjaan itu ia berhak memperoleh margin keuntungan yang wajar. Mengekploitir jamaah haji dan umroh sebagai obyek bisnis adalah semacam bisnis eceran dengan skala kecil yang akan menghilangkan dimensi investasi dalam berbisnis dengan Tuhan, Sekali gagal dalam bisnis eceran modalnya akan habis. Sebaliknya berinvestasi jangka panjang dalam bisnis umroh , keuntungannya akan diperoleh pada tahun-tahun terakhir hidupnya di kemudian hari, plus kebahagiaan abadi nanti di hari kemudian insya Alloh.

Read More
posted by : Mubarok institute

Tuesday, June 26, 2007

Tugas Hidup
Hanya manusia yang sering merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu; untuk menyelamatkan orang lain dari bencana, merasa terpanggil untuk menyelamatkan bangsa, dan panggilan-panggilan lain yang bernuansa perjuangan dan pengorbanan. Ternyata orang juga jarang merumuskan apa tugasnya dalam hidup, kecuali tugas yang memang sudah menghadang di depan mata. Sedangkan rumusan tugas sebagai konsep hidup jarang yang merasa harus merumuskannya. Inilah yang menyebabkan ada pejuang yang tersesat. Awalnya seseorang merasa terpanggil untuk menyelamatkan orang banyak dari kesulitan, tetapi setelah berhasil dan ia diangkat menjadi pemimpin dan menikmati fasilitas sebagai pemimpin, konsep tugasnya menjadi kabur. Pejuang yang semula tulus bertugas membela orang lain itu akhirnya tersesat menjadi bekerja keras mempertahankan kedudukannya demi untuk diri sendiri, meski masih dibungkus demi rakyat atau demi kemanusiaan, tetapi hati dan nuraninya tidak bisa berbohong bahwa ia tidak sedang memperjuangkan orang lain.

Konsistensi terhadap panggilan tugas biasanya teruji ketika harus berkorban, atau menghadapi keadaan yang sangat sulit, atau ketika harus berpisah dengan fasilitas yang menyenangkan.

Rumusan tugas hidup juga bisa dibuat oleh manusia berdasarkan citarasanya sebagai manusia yang hidup di tengah realita obyektipnya, oleh karena itu rumusan tugas hidup yang dibuat tidak sama, bergantung kepada kemampuan memahami siapa dirinya dihubungkan dengan realitas yang dihadapi.

Menurut ajaran Islam, tugas hidup manusia, sepanjang hidupnya hanya satu tugas, yaitu menyembah kepada Tuhan Sang Pencipta, atau dalam bahasa harian disebut ibadah. Disebutkan dalam al Qur’an bahwa tidaklah Tuhan menciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah kepada Nya, wama khalaqtu al jinna wa al insa illa liya`budun. Menjalankan ibadah bukanlah tujuan hidup manusia, tetapi tugas yang harus dikerjakan sepanjang hidupnya. Ibadah mengandung arti menyadari dirinya kecil tak berarti, meyakini kekuasaan Yang amat Besar dari Tuhan Sang Pencipta, dan disiplin dalam kepatuhan kepada Nya. Oleh karena itu orang yang menjalankan ibadah mestilah rendah hati, tidak sombong dan disiplin. Itulah etos ibadah. Ibadah ada yang bersifat mahdlah atau murni, yakni ibadah yang hanya satu dimensi, yaitu dimensi vertikal, patuh tunduk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, seperti salat dan puasa, ada ibadah yang bersifat material-sosial seperti zakat dan sadaqah, ada ibadah yang bersifat fisik, material dan sosial seperti ibadah haji. Ibadah juga terbagi menjadi dua klassifikasi, ibadah khusus dan ibadah umum. Ibadah khusus adalah ritual yang bersifat baku dan ketentuannya langsung dari wahyu atau dari Nabi, sedangkan ibadah umum adalah semua perbuatan baik yang dikerjakan dengan niat baik (niat ibadah) dan dilakukan dengan cara yang baik.

Berbisnis yang dikerjakan dengan cara benar dan niat benar merupakan amal ibadah, bahkan oleh Nabi disebut sebagai sebaik-baik pekerjaan, karena inti berbisnis adalah membantu mendekatkan orang lain dari kebutuhannya. Menuntut ilmu adalah ibadah yang sangat besar nilainya, asal dilakukan dengan niat baik dan dengan cara yang baik. Bahkan menunaikan syahwat seksual yang dilakukan dengan halal (suami isteri) dan dilakukan dengan cara baik (ma`ruf) adalah ibadah. Dengan demikian kita dapat menjalankan tugas ibadah dalam semua aspek kehidupan kita, sesuai dengan bakat, minat dan professi kita. Perbedaan pandangan hidup akan membuat perbedaan nilai dan perbedaan persepsi. Orang yang tidak mengenal ibadah, mungkin sangat sibuk dan lelah mengerjakan tugas-sehari-hari, tetapi nilainya nol secara vertikal, sementara orang yang mengenal ibadah, mungkin sama kesibukannya, tetapi cara pandangnya berbeda, dan berbeda pula dalam mensikapi kesibukan, maka secara psikologis ia tidak merasa lelah karena merasa sedang beribadah.

Read More
posted by : Mubarok institute
Fungsi Hidup
Tuhan menciptakan alam semesta dan menentukan fungsi-fungsi dari setiap elemen alam ini. Mata hari punya fungsi, bumi punya fungsi, udara punya fungsi, begitulah seterusnya; bintang-bintang, awan, api, air, tumbuh-tumbuhan dan seterusnya hingga makhluk yang paling kecil masing-masing memiliki fungsi dalam kehidupan. Pertanyaan kita adalah apa sebenarnya fungsi manusia dalam pentas kehidupan ini, apakah sama fungsinya dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan ? atau mempunyai fungsi yang lebih istimewa ?

Bagi seorang atheis, manusia tak lebih dari fenomena alam seperti makhluk yang lain, oleh karena itu manusia menurut mereka hadir di muka bumi secara alamiah dan akan hilang secara alamiah. Apa yang dialami manusia, seperti peperangan dan bencana alam yang menyebabkan banyak orang mati , adalah tak lebih sebagai peristiwa alam yang tidak perlu diambil pelajaran atau dihubungkan dengan kejahatan dan dosa, karena dibalik kehidupan ini tidak ada apa-apa, tidak ada Tuhan yang mengatur, tidak ada sorga atau neraka , seluruh kehidupan adalah peristiwa alam. Bagi orang atheis fungsi manusia tak berbeda dengan fungsi hewan atau tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai bagian dari alam.

Bagi orang yang menganut faham sekuler, manusia adalah pemilik alam yang boleh mengunakannya sesuai dengan keperluan. Manusia berhak mengatur tata kehidupan di dunia ini sesuai dengan apa yang dipandang perlu, dipandang baik dan masuk akal karena manusia memiliki akal yang bisa mengatur diri sendiri dan memutuskan apa yang dipandang perlu. Mungkin dunia dan manusia diciptakan oleh Tuhan, tetapi kehidupan dunia adalah urusan manusia, yang tidak perlu dicampuri oleh agama. Agama adalah urusan indifidu setiap orang yang tidak perlu dicampuri oleh orang ain apa lagi oleh negara.

Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba Allah (`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai hamba Alah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan, oleh karena itu tugasnya hanya menyembah kepada Nya dan berpasrah diri kepada Nya. Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha besar maka manusia sebagai wakil Nya di muka bumi memiliki tanggungjawab dan otoritas yang sangat besar . Sebagai khalifah, manusia diberi tangungjawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan ummat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi otoritas untuk menghukum mati manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, hati nurani, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensil untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding binatang.

Read More
posted by : Mubarok institute

Monday, June 18, 2007

4. Akhlak Kepada Tetangga
Dalam kehidupan sosial, tetangga merupakan orang yang yang secara fisik paling dekat jaraknya dengan tempat tinggal kita. Dalam tatanan hidup bermasyarakat, tetangga merupakan lingkaran kedua setelah rumah tangga, sehingga corak sosial suatu lingkungan masyarakat sangat diwarnai oleh kehidupan pertetanggaan. Pada masyarakat pedesaan, hubungan antar tetangga sangat kuat hingga melahirkan norma sosial. Demikian juga pada lapisan masyarakat menengah kebawah dari masyarakat perkotaan, hubungan pertetanggaan masih sekuat masyarakat pedesaan. Hanya pada lapisan menengah keatas, hubungan pertetanggaan agak longgar karena pada umumnya mereka sangat individualistik.

Tradisi ke Islaman memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan norma-norma sosial hidup bertetangga. Adanya lembaga salat berjamaah di masjid atau mushalla, baik harian lima waktu, mingguan Jum'atan maupun tahunan Idul Fitri dan Idul Adha cukup efektip dalam membentuk jaringan pertetanggan. Demikian juga tradisi sosial keagamaan, seperti tahlilan, ratiban, akikah, syukuran, lebaran dan sebagainya sangat efektip dalam mempertemukan antar tetangga.

Tentang betapa besarnya makna tetangga dalam membangun komunitas tergambar pada hadis Nabi yang memberi petunjuk agar sebelum memilih tempat tinggal hendaknya lebih dahulu mempertimbangkan siapa yang akan menjadi tetangganya, al jaru qablad dar, bahwa faktor tetanga itu hams didahulukan sebelum memilih tempat tinggal.

Selanjutnya akhlak bertetangga diajarkan sebagai berikut:

(a) Melindungi rasa aman tetangga. Kata Nabi, ciri karakteristik seorang muslim adalah, orang lain (tetangga) terbebas dari gangguannya, baik gangguan dari kata-kata maupun dari perbuatan fisik.

(b) Menempatkan tetangga (yang miskin) dalam skala prioritas pembagian zakat.

(c) Memberi salam jika berjumpa.

(d) Menghadiri undangannya.

(e) Menjenguk tetanggga yang sakit.

(f) Melayat atau mengantar jenazah tetangga yang meninggal dunia.

Read More
posted by : Mubarok institute
3. Akhlak Terhadap Guru
Yang dimaksud dengan guru ialah orang yang berjasa mengajarkan ilmu pengetahuan kepada murid. Dalam hal guru, bisa dibedakan antara guru pengajar dan guru pendidik. Pengajar adalah orang yang berjasa mentranfer ilmu pengetahuan, sedangkan pendidik adalah orang yang berjasa menanamkan pola tingkahlaku tertentu. Ukuran keberhasilan guru pengajar terletak pada kemampuannya mentransfer ilmu pengetahuan sehingga si murid menguasai ilmu yang diajarkan.

Penguasaan ilmu oleh si murid dapat diketahui melalui metode ujian atau test, dan tingkat penguasaannya dapat dituangkan dalam bentuk nilai 0-100 atau indek prestasi 0-4. Sedangkan ukuran keberhasilan guru pendidik dapat dilihat pada ketrampilan, kedisiplinan dan konsistensi tingkahlaku anak didik sepanjang hidupnya.
Kedudukan guru dan orang tua dari segi etik adalah sejajar. Orang tua berjasa membesarkan anak, sementara guru berjasa mengenalkan ilmu pengetahuan dan menanamkan pola tingkahlaku sehingga memungkinkan seseorang mengembangkan konsep dirinya beraktualisasi diri menjadi sosok manusia yang didambakan, baik oleh dirinya maupun oleh keluarganya atau bahkan oleh masyarakatnya. Peran orang tua dan peran guru bisa dilakukan oleh dua orang yang berbeda, bisa juga oleh orang yang sama. Maksudnya bisa terjadi seorang ayah atau ibu adalah juga seorang guru bagi anaknya, baik guru dalam bidang ilmu pengetahuan maupun guru dalam bidang kehidupan.

Dalam dunia persilatan, seorang guru atau suhu sangat dihormati dan dipatuhi, baik secara teknis maupun secara etis. Kepatuhan adalah sikap mental, oleh karena itu seorang guru tidak otomatis dipatuhi oleh muridnya, melainkan terlebih dahulu hams membuktikan "kelebihan" yang dimilikinya di mata murid.

Dalam dunia pendidikan, seseorang dapat tiba-tiba menjadi pengajar dari suatu cabang ilmu pengetahuan, tetapi tidak untuk menjadi pendidik. Dari pengalaman penulis dalam dunia pendidikan menjadi guru di SD/SLP dan SLA, sepuluh tahun pertama penulis menjadi guru belum cukup mengantarnya menjadi pendidik. Baru pada tahun ke tigabelas, penulis merasa menjadi pendidik, bukan hanya sekedar menjadi pengajar.. Pusat perhatian seorang pengajar adalah pada transfer ilmu pengetahuan di kelas, dan kriterianya sudah diatur dalam metodologi pengajaran. Seorang pengajar merasa telah menyelesaikan tugasnya di kelas, dan apa yang terjadi di luar kelas merasa bukan menjadi bagian tugasnya. Oleh karena itu seorang pengajar pada umumnya hanya jengkel menghadapi problem murid, bukan memprihatinkannya.

Perasaan seorang pengajar kepada murid lebih terfokus pada konteks dirinya sebagai petugas, bukan pada kontek murid sebagai anak didik. Sedangkan pusat perhatian seorang pendidik adalah pada anak didik sebagai kesatuan pribadi manusia. Seorang pendidik akan sangat sedih jika melihat anak didiknya mengalami penurunan prestasi, dan is berusaha mencari akar permasalahannya, tak peduli apakah permasalahannya di kelas atau di luar kelas. Seorang pengajar akan dengan mudah tidak masuk kelas hanya karena merasa terganggu kesehatannya, tetapi seorang pendidik tetap akan berusaha hadir di kelas meski kesehatannya kurang mengizinkan.

Penulis, pada tahun ke tigabelas menjadi guru, baru merasa menjadi pendidik setelah bertemu dengan dua pengalaman:

Pertama: bergaul dengan seorang kepala sekolah yang sungguh sangat dedikatip dalam dunia pendidikan. Kepala Sekolah tersebut seorang yang sebenarnya berstatus sosial tinggi, tetapi perhatiannya kepada tugas kependidikannya sangat tinggi. Ia selalu menengok mu-rid yang sakit, menjenguk guru yang sakit, hadir dalam setiap undangan hajatan wali murid, satu hal yang bagi penulis pada mulanya sangat merepotkan, tetapi lama-kelamaan ikut menghayati makna tugas kependidikan secara konprehensip.

Kedua: setelah penulis berkenalan dengan tugas-tugas guru Bimbingan dan Penyuluhan (BP), atau Konseling pendidikan. Sebagai guru BP, penulis akhirnya mengetahui problem yang sebenarnya dari seorang murid sebagai anak manusia. Penulis menjumpai seorang murid yang sebenarnya cerdas, religius, tetapi terkadang tiba-tiba berperilaku aneh. Dari pendekatan yang selalu penulis lakukan akhirnya penulis tahu bahwa murid tersebut mengalami problem krisis identitas. la meragukan siapa jati dirinya setelah mengetahui dari guru biologinya bahwa dari golongan darah yang dimilikinya tak mungkin lahir dari dua orang yang selama ini dikenal sebagai ayah ibunya. Perasaan galau itu menjadi lebih dalam setelah memperoleh informasi dari rumah sakit bahwa pada tahun-tahun kelahiran dirinya pernah terjadi kasus bayi tertukar. Krisis identitas itu ternyata berakibat sangat serius dalam hubungan interpersonalnya dengan keluarganya, yang dampaknya melebar ke prestasi belajarnya, dan integritas dirinya. Kasus lain pernah penulis jumpai, seorang murid perempuan,

kelas tiga SLP sangat agresip kepada lelaki, termasuk kepada penulis. Penulis sering dibuat terkesima dan kikuk oleh agressifitas murid tersebut yang bernuansa seksual. Dari pendekatan yang penulis lakukan dapat diketahui bahwa anak tersebut ditinggal mati ayahnya ketika umur dua tahun dan sejak itu ibunya hidup menjanda. Gadis kecil itu rupanya tumbuh dalam rumah tangga yang sangat memprihatinkan. Karena rumahnya yang sempit ia sering memergoki ibunya berhubungan intim dengan lelaki kekasihnya yang tidak pernah menikahinya. Gadis belia itu telah teracuni oleh pemandangan yang tidak semestinya, tetapi keadaan tidak membantu mencarikan jalan keluar. Gadis itu rajin mengaji dan rajin menjalankan salat, dan prestasi sekolahnya juga tidak terlalu mengecewakan, tetapi alam bawah sadarnya sering datang muncul dalam wujud perilaku agressip, bahkan terhadap guru lelakinya seperti yang dia lakukan kepada penulis.

Sebagai guru BP penulis bukan hanya berhubungan dengan mu-rid tetapi juga dengan orang tua dari murid yang bermasalah, oleh karena itu penulis banyak sekali berjumpa dengan problem-problem "kemanusiaan" atau problem manusiawi, menyangkut murid, orang tua murid (masyarakat) dan juga rekan guru. Sebagai manusia, penulis sering mengalami konflik batin dalam menangani kasus-kasus konseling, tetapi sebagai pendidik, keprihatinan seorang guru lebih dominan. Penulis sangat akrab dengan problem anak didik, begitu akrabnya hingga terkadang terjadi bias cinta, antara cinta seorang guru dan cinta seorang lelaki.

Pengalaman berhubungan dengan problem anak didik (dan masyarakat) itu mengantar penulis pada keindahan perasaan seorang guru, baik ketika berhasil membantu orang lain maupun ketika menerima penghormatan yang tulus dari murid-murid. Sebagai pendidik, penulis sangat tertantang oleh problem yang dihadapi oleh murid (dan orang tuanya), seperti gairahnya seorang petinju menemukan lawan tanding yang seimbang atau lebih. Penulis sangat terharu ketika mengetahui bahwa ada sejumlah murid, meski tidak berjumpa selama lebih dari duapuluh tahun tetapi masih sering menyebut nama penulis sebagai gurunya ketika ia menasehati anaknya atau muridnya.

Dalam tradisi Islam, akhlak seorang murid kepada guru diwujudkan dalam berbagai bentuk, misalnya silaturrahmi secara berkala kepada guru, memperioritaskan sedekah atau infaq materiil kepada nya, memberi nama anaknya dengan nama guru, mohon nasehat dan doa restu kepada guru setiap mempunyai hajat stratetgis, sampai kepada mengirim fatihah dan menempatkan nama guru dalam susunan orang-orang yang tercatat dalam teks doa setiap ba'da salat atau pada event-event tertentu.

Read More
posted by : Mubarok institute

Monday, June 11, 2007

Psikologi Interpelasi Nuklir Iran (2)
Manfaat Interpelasi DPR tentang nuklir Iran bukan untuk hari ini, tetapi untuk politik luar negeri mendatang. Tak sepantasnya interpelasi masalah Iran dijadikan kesempatan untuk menggoyang Pemerintah, karena hal ini akan membuat Pemerintah disibukkan oleh politik “jaim” (jaga image), sementara tugas-tugas real Pemerintah bidang ekonomi jadi terganggu.

Dalam berdiplomasi Indonesia harus memiliki konsep diri positip, yakni sebagai Negara dengan jumlah penduduk besar bukan saja pasar yang bisa bernegosiasi, tetapi juga bisa memainkan peranan penting di dunia, berbasis Negara-negara Non Blok, maupun basis Negara-negara OKI. Jika potensi itu tidak digunakan, jangan berharap Indonesia akan mempunyai posisi tawar di dunia.

Nampaknya respond psikologis Pemerintah RI terhadap interpelasi DPR tntang resolusi nuklir Iran sudah langsung nampak pada Perwakilan Tetap Indonesia di PBB. Jum`at 8 Juni 2007 kemarin, Dewan Keamanan PBB gagal mengeluarkan pernyataan pers kecaman kepada Presiden Iran, karena sikap oposisi Indonesia, meski Indonesia hanya Anggauta tidak Tetap Dewan Keamanan PBB. Perancis sebagai inisiator yang didukung Amerika dan Inggris merasa sangat kecewa atas terganjalnya draft kecaman PBB kepada Presiden Iran Ahmadinejad. Dalam pidato ulang tahun wafatnya Imam Khumaini, Ahmadinejad memang melakukan serangan verbal atas Israel dengan mengatakan bahwa , hitungan mundur bagi Zionis Israel telah dimulai sejak kekalahan Israel melawan Hizbollah Lebanon baru-baru ini.

Kali ini, Perwakilan Tetap Indonesia di PBB benar-benar menunjukkan konsep diri positipnya sebagai bangsa besar.sehingga berani melakukan oposisi secara keras kepada Barat. Hasan Kleib, deputy Wakil tetap Indonesia di PBB menyatakan bahwa ada tiga alasan mengapa Indonesia menentang draft Dewan Keamanan PBB. Pertama; DK PBB tidak adil dalam memilih issue. Pernyataan dan bahkan perbuatan Israel yang nyata-nyata melanggar HAM dan perdamaian internasional, menangkapi tokoh-tokoh HAMAS tak pernah diprotes oleh DK PBB. Kedua; pernyataan Ahmadinejad hanyalah retorika, persis seperti retorika Israel pada April 2007 lalu, yang mengancam akan membunuh Presiden Iran . Ketiga. Ahmadinejad tidak menyebut Israel tetapi Zionis.

Ke depan, kita harus selalu nengok sejarah, bahwa Indonesia dalam usianya yang masih sangat muda pernah bisa menggerakkan Negara-negara Asia Afrika untuk melepaskan diri dari penjajahan, melalui Konprensi Asia Afrika .Bung Karno bahkan mengutip ayat al Qur’an dalam pidatonya di depan Sidang Umum PBB, suatu hal yang mencengangkan Negara-negara Islam ketika itu.

Di Malta saya pernah berjumpa seseorang dari Ghana yang selalu memperhatikan saya karena saya memakai peci hitam. Setelah tahu saya dari Indonesia, ia memeluk erat-erat saya sambil berkata oh Sukarno, Sukarno. Dia bilang sangat berterima kasih kepada Indonesia yang telah mengilhami perjuangan rakyat Ghana hingga merdeka.

Kaidah konsep diri berbunyi; barangsiapa merasa mampu pada akhirnya ia mampu beneran. Barangsiapa merasa tidak mampu maka akhirnya benar-benar tidak mampu. Mampukah Indonesia memainkan peran penting di dunia ? Jawabnnya;Pernah mampu, dan akan tetap mampu Insya Alloh.

Pelajaran dari konsep diri positip dapat juga diambil dari apa yang dilakukan oleh khalifah Abu Baker Siddiq. Ketika sepeninggal Rasulullah suasana dalam negeri kacau dengan adanya pembelotan dari kaum murtad dan kelompok yang enggan membayar zakat, khalifah Abu Baker justeru mengirim ekpedisi militer ke perbatasan Rumawi. Semua petinggi sahabat ketika itu menentang keputusan Khalifah, tetapi Abu Bakar Siddiq tetap bersikukuh dengan keputusannya dengan alasan bahwa ekpedisi ini sudah direncanakan oleh Rasulullah sebelum wafatnya. Ketika ekpedisi militer pulang dengan membawa keberhasilan, maka pemberontak dalam negeri menjadi kehilangan nyalinya. Luar negeri aja kalah, apalagi kita, kata mereka. Nah politik luar negeri Indonesia yang gagah akan mempersubur nasionalisme di hati rakyat. Kelembekan diplomasi akan membuat bargaining posisition ke luar lemah plus tidak dihormati oleh rakyat sendiri.

Read More
posted by : Mubarok institute
Psikologi Interpelasi Nuklir Iran (1)

Hiruk pikuk politik diseputar interpelasi DPR atas dukungan Indonesia terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB sungguh sangat ramai, dari yang pro maupun yang kontra, dari yang memandang substansi interpelasi; yang menunggu jawaban Pemerintah maupun yang mengejar-ngejar tubuh Presiden SBY supaya hadir di Senayan.


Sesungguhnya dukungan RI kepada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menjatuhkan sanksi kepada Iran adalah memang tidak pada tempatnya –untuk tidak mengatakan kesalahan fatal. Tetapi lolosnya dukungan RI sesungguhnya lebih disebabkan karena kelemahan strategi diplomasi dubes RI di PBB yang bertentangan dengan arah diplomasi yang selama ini justeru dibangun Presiden SBY untuk membela hak-hak Iran. Mestinya dari awal , diplomasi dubes PBB adalah menolak resolusi, nanti endingnya adalah abstain. Karena dubes RI menjalankan langkah diplomasi dengan mengusulkan perubahan redaksi dengan semangat menyodorkan usulan agar Timur Tengah dijadikan sebagai daerah bebas nuklir, maka ketika redaksi itu diterima konsekwensinya Indonesia harus mendukung Resolusi itu, padahal gagasan pembebasan Timur Tengah dari Nuklir pasti hanya akan mengenai Iran yang baru memulia era nuklir-itupun untuk damai (listrik)-, sebab Israel yang sudah punya lebih dari 200 hulu ledak nuklir tidak akan tersentuh oleh eksekusi karena dibela mati-matian oleh Amerika. Sudah banyak sekali resolusi PBB tentang Israel yang tidak pernah bisa dieksekusi karena factor Amerika.

Keputusan mendukung Resolusi Dewan Keamaan PBB bukan saja mengejutkan Iran, tetapi juga mengejutkan rakyat Indonesia. Bukan hanya politisi di parlemen yang protes, tapi ormas NU dan Muhammadiyah pun kompak. Apa boleh buat, kelemahan diplomasi dubes RI di PBB harus dipikul oleh Presiden. Jika Pakistan berdiplomasi tentang al Qaidah dan Taliban langsung dapat uang tunai dari Bush, Indonesia tidak memperoleh apa-apa dari Amerika, buktinya kasus penembakan oleh Marinir di Jawa Timur pun langsung menggerakkan Amerika untuk kembali mengembargo Indonesia. Dukunganj Indonesia terhadap resolusi PBB hanya menyenangkan Amerika, sebaliknya membuat sakit Iran, membuat kehilangan kesempatan dihormati oleh Negara-negara OKI, plus caci maki dari rakyat sendiri.

Tetapi, apakah Presiden SBY harus hadir sendiri ke DPR menjawab interpelasi DPR ? Dari interpelasi yang telah lalu, tentang flu burung maupun tentang Bulog, Presiden cukup mengutus menterinya untuk hadir ke DPR, nggak ada yang memasalahkan. Memang dulu Presiden Gus Dur selalu datang sendiri, tetapi kan sudah ketahuan, berbuntut politiking yang melengserkan Gus Dur, padahal secara substansial Gus Dur tidak bersalah. Oleh karena itu sudah tepat SBY tidak perlu hadis sendiri ke DPR, cukup mengirimkan pembantunya untuk membacakan jawaban presiden, seperti yang sudah sudah. Tidak hadir diributkan, hadirpun tidak menjamin tidak diributkan, karena politisi DPR memang sedang mengidap kegenitan politik.

Tetapi mubazirkah interpelasi DPR? tidak!. Interpelasi kasus nuklir Iran oleh DPR sangat diperlukan dalam pembelajaran politik luar negeri Indonesia. Selama ini ada konsep diri kebangsasan yang keliru, yakni konsep diri negatip. Bangsa yang begini besar, tetapi merasa dirinya kecil, menyetarakan dirinya dengan Qatar yang sebesar kecamatan atau kawedanan di Indonesia, padahal di Amerika Latin muncul Morales dan Gonzales yang punya konsep diri positip sehingga meski negaranya kecil tetapi dengan berani menatap keatas melawan hegemoni Amerika Serikat Mahatir (Malaysia) saja vocal menentang pasar global, masa Indonesia sebagai pasar terbesar tidak berani meski hanya vokal, Dalam sejarah, Amerika tak pernah benar-benar membantu negeri berkembang untuk maju, oleh karena itu “pelacuran” politik dengan Amerika tak pernah menguntungkan.

Read More
posted by : Mubarok institute

Thursday, June 07, 2007

2. Akhlak Kepada Orang Tua dan Kerabat
Al Qur'an secara tegas mewajibkan manusia untuk berbakti kepada kedua orang tuanya (Q/17:23). Berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain) merupakan alkhoir, yakni nilai kebaikan yang secara universal diwajibkan oleh Tuhan. Artinya nilai kebaikan berbakti kepada orang tua itu berlaku sepanjang zaman dan pada seluruh lapisan masyarakat. Akan tetapi bagaimana caranya berbakti sudah termasuk kategori al ma'ruf, yakni nilai kebaikan yang secara sosial diakui oleh masyarakat pada suatu zaman dan suatu lingkungan. Dalam hal ini al Qur 'anpun memberi batasan, misalnya seperti yang disebutkan dalam surat al Isra, bahwa seorang anak tidak boleh berkata kasar apalagi menghardik kepada kedua orang tuanya(Q/17:23). Seorang anak juga harus menunjukkan sikap berterima kasihnya kepada kedua orang tua yang menjadi sebab kehadirannya di muka bumi. Di mata Tuhan sikap terima kasih anak kepada orang tuanya dipandang sangat penting, sampai perintah itu disampaikan senafas dengan perintah bersyukur kepadaNya (anisykur li wa liwa lidaika (Q/31:14)). Meski demikian, kepatuhan seorang anak kepada orang tua dibatasi dengan kepatuhannya kepada Tuhan. Jika orang tua menyuruh anaknya.

melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perintah Tuhan, maka sang anak dilarang mematuhi perintah orang tua tersebut, seraya tetap harus menghormatinya secara patut (ma'ruf) sebagai orang tua (Q/ 31:15). Seorang anak, oleh Nabi juga dilarang berperkara secara terbuka dengan orang tuanya di forum pengadilan, karena hubungan anak —orang tua bukan semata-mata hubungan hukum yang mengandung dimensi kontrak sosial melainkan hubungan darah yang bernilai sakral.

Sementara itu orang tua harus adil dalam memberikan kasih sayangnya kepada anak-anaknya. Diantara kewajiban orang tua kepada anak-anaknya adalah; memberi nama yang baik, menafkahi, mendidik mereka dengan agama (akhlak kehidupan) dan menikahkan jika sudah tiba waktunya.

Adapun jika orang tua sudah meninggal, maka kewajiban anak kepada orang tua adalah (a) melaksanakan wasiatnya, (b) menjaga nama baiknya, (c) meneruskan cita-citanya, (d) meneruskan silaturahmi dengan handai tolannya, (e) memohonkan ampun kepada Tuhan.
Dalam hubungan dengan kerabat, secara umum semangat hubungan baiknya sejalan dengan semangat keharusan berbakti kepada orang tua. Paman, bibi, mertua dan seterusnya harus dideretkan dalam deretan orang tua, saudara misan yang muda dan seterusnya dideretkan pada saudara muda atau adik, yang tua dideretkan kepada kakak. Secara spesifik kerabat harus didahulukan dibanding yang lain, misalnya jika seseorang mengeluarkan zakat, kemudian diantara kerabatnya ada orang miskin yang layak menerima zakat itu, maka ia harus didahulukan dibanding orang miskin yang bukan kerabat. Semangat etik hubungan kekerabatan diungkapkan oleh Rasulullah dengan kalimat menghormati kepada yang lebih tua dan menyayangi kepada yang lebih muda. (laisa minna man lam yuwagir kabirana wa lam yarham soghirana).

Read More
posted by : Mubarok institute
Cabang-Cabang Akhlak
Manusia adalah makhluk sosial di samping sebagai individu yang unik. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain sebagai medan aktualisasi diri. Tanpa orang lain manusia tidak akan menjadi manusia. Manusia akan menjadi siapa juga bergantung dengan siapa is hidup bermasyarakat. Pergaulan sosial masyarakat akan melahirkan norma-norma sosial, suatu nilai yang disepakati oleh masyarakat sebagai kebaikan atau keburukan, dan dalam hal ethics disebut etika sosial, dan dalam ilmu akhlak disebut al ma'ruf, yaitu sesuatu yang secara sosial diketahui umum sebagai kebaikan. Sesuai dengan luasnya lingkup pergaulan manusia maka dalam etika lahir cabang-cabang etika, seperti etika sosial, etika politik, etika bisnis, etika kedokteran dan sebagainya, yang kesemuanya merupakan tuntunan tentang apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang tidak selayaknya dilakukan dalam bidangnya masing-masing. Sesuai dengan ruang lingkup ethica yang bersumber kepada akal atau kebudayaan, maka cabang-cabang etika, kesemuanya mengatur tata nilai hubungan horizontal antar manusia.

Adapun akhlak yang bersumber kepada nilai-nilai universal wahyu, ruang lingkupnya mencakup hubungan horizontal antara manusia dengan manusia lain dan alam sekitarnya dan hubungan vertikal manusia dengan Tuhannya. Secara rinci akhlak manusia dalam perspektip hubungan vertikal dan horizontal adalah sebagai berikut:

A. AKHLAK MANUSIA TERHADAP MANUSIA

1. Akhlak Terhadap Nabi
Tuhan memberikan petunjuk kepada manusia dalam empat tingkatan. Yaitu (1) instink, (2) panca indera, (3) akal, dan (4) wahyu. Petunjuk pertama dan ke dua disamping kepada manusia juga diberikan kepada hewan. Petunjuk ke tiga, yakni akal adalah hal yang menyebabkan manusia berbeda dengan hewan. Dengan akalnya manusia bisa memecahkan masalah yang dihadapi (problem solving) sehingga manusia mampu merencana, mengevaluasi dan merekayasa apa apa yang diperlukan. Meskipun manusia memiliki keterbatasan fisik, misalnya tidak dapat terbang seperti burung atau tidak dapat menyelam seperti ikan tetapi dengan akalnya, manusia mampu mengatasi kekurangan itu. Dengan akalnya manusia mampu mengerjakan semua hal yang dikerjakan binatang. Dengan teknologi yang dibuatnya manusia mampu menguasai bumi dan atsmosfirnya bagi keperluan hidupnya.

Disamping hal-hal yang bersifat teknis, manusia dengan akalnya dapat pula membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang secara etis harus dikerjakan dan mana yang tidak boleh dikerjakan. Oleh karena itu dengan akalnya manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatanya, baik kepada masyarakatnya sebagai sistem sosial maupun kepada Tuhan kelak di akhirat. Meski demikian, akal tidak bisa menentukan kebenaran universal, karena setiap orang berbeda pula akalnya. Kebenaran menurut akal sangat relatip, karena manusia masih dipengaruhi oleh hal-hal yang subyektip sehingga manusia tidak bisa mencapai kebahagiaan hakiki jika hanya menggunakan akal. Akal hanya bisa menemukan kebenaran, bukan menentukan.Untuk melengkapi rahmat Nya, Tuhan memberikan hidayah ke empat, yaitu wahyu. Wahyu adalah kebenaran universal yang diturunkan Tuhan untuk membimbing manusia mencapai kebahagiaan hakiki. Sesuai dengan tingkat kemampuan manusia menyerap informasi, maka Tuhan mengirimkan Nabi atau Rasul sebagai pembawa wahyu sekaligus sebagai contoh teladan hidup yang benar. Jika dalam agama Kristen Yesus dikatakan sebagai firman yang hidup, maka dalam Islam, nabi

Muhammad dianggap sebagai perwujudan dari nilai-nilai kebenaran wahyu Al- Qur'an (kana khuluquhu al Qur'an) dan teladan utama manusia (uswah hasanah). Nabi adalah utusan Tuhan kepada masyarakat manusia. Ada Nabi yang diperuntukkkan bagi sekelompok masyarakat pada suatu zaman, ada yang diperuntukkan bagi ummat manusia secara keseluruhan dan sepanjang masa. Menurut pandangan Islam, Nabi Muhammad adalah nabi penutup atau Nabi terakhir yang ajarannya berlaku bagi seluruh ummat manusia hingga akhir zaman. Secara mendasar tidak ada pertentangan antara wahyu yang dibawa oleh Nabi terdahulu dengan yang dibawa oleh Nabi terkemudian, karena kesemuanya berasal dari sumber yang sama (min manba'in wahid).

Wujud Akhlak manusia kepada Nabi. Ketika seorang Nabi masih hidup, maka secara etis dan rasionil, perilaku manusia yang hidup pada masanya dalam menyongsong kehadiran seorang utusan Tuhan adalah menerima dan menghormati serta percaya kepadanya. Dalam Al Qur'an disebutkan bahwa seorang mukmin harus percaya kepada Nabi (Q/ 7:157) tidak boleh mendustakan Nabi (Q/3:184), tidak boleh berbicara terlalu keras di hadapannya atau sopan (Q/49:2),tidak boleh menyakiti hatinya, (Q/33:53) apalagi membunuhnya (Q/3:21). Selanjutnya manusia diperintahkan untuk mencintai dan membelanya dan mengikuti sunnahnya.

Setelah Nabi wafat, perilaku seorang mukmin terhadap Nabinya adalah:
(a) Mengikuti sunnahnya. Sunnah mengandung pengertian lebih luas dibanding hadis. Sunnah Nabi adalah perilaku keseharian yang dicontohkan oleh Nabi, baik ketika beliau sedang menjalankan ibadah, sedang menjadi kepala keluarga, sedang menjadi kepala negara, sedang menjadi sahabat, menjadi warga masyarakat, menjadi panglima perang dan seterusnya. Yang sering diperdebatkan adalah apakah sunnah Nabi yang harus diikuti itu terbatas kepada perbuatan Nabi sebagai Rasul, atau juga perbuatan nabi sebagai basyar, sebagai manusia biasa. Jumhur ulama berpendapat bahwa seluruh perilaku Nabi, baik ketika menjalankan tugas kerasulan maupun sebagai manusia biasa adalah sunnah yang harus diikuti, karena perbuatan Nabi sebagai manusia


biasapun disinari oleh wahyu sehingga tidak ada satupun perbuatan Nabi yang tercela. Kritikan orientalist kepada perilaku Nabi Muhammad —tentang poligami misalnya— pada umumnya tidak cermat karena analisisnya tidak konprehensip.
(b) Mencintai Nabi. Wujud cinta kepada Nabi antara lain dalam bentuk mengikuti sunnahnya, membaca salawat kepada nya, memberi nama anak-cucu dengan nama-nama yang berhubungan dengan Nabi, dan mengutamakan mengikuti sunnah nabi dari mengikuti hal-hal lain. Salawat adalah doa ma'tsurah, doa yang diajarkan Nabi bahkan diperintahkan dalam al Qur'an. Bagi Nabi sendiri sebagai Rasul yang ma'sum sebenanrnya doa ummatnya tidak berpengaruh apa-apa, tetapi salawat lebih merupakan kebutuhan orang yang membaca karena mengharap syafaat Nabi kelak di akhirat. Adapun memperingati maulid Nabi lebih merupakan kebudayaan dan kebutuhan sosial masyarakat Islam, bukan anjuran Nabi.

Read More
posted by : Mubarok institute
My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger