Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Thursday, June 26, 2008

Etika & Moral Kepemimpinan
Bercermin kepada realitas bangsa dewasa ini, runtuhnya kepercayaan rakyat sesungguhnya bukan hanya terhadap Pemerintah saja, tapi juga terhadap para pemimpin dan para elit politik formal. Rakyat sungguh tidak habis mengerti mengapa ekonomi terus merosot; rasa aman dalam kehidupan sehari-hari terus memburuk; hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan tentang penyelewengan uang negara ratusan triliun rupiah tidak ditindak lanjuti oleh DPR dan Kejaksaan Agung; mengapa penyelewengan besar tidak ditemukan penye¬lewengnya; sementara maling-maling ayam yang sekedar untuk penyambung hidup cepat dihukum.

Ketika para elit politik di legislatif dan eksekutif sibuk melancarkan perang pernyataan, lembaga peradilan tidak mampu menegakkan keadilan, praktek-praktek peradilan rakyat merebak. Pencopet dan maling singkong yang tertangkap dibakar hidup-hidup. Rakyat di Aceh dan di Irian Jaya yang selama ini hidup menderita bergolak. Rakyat di Kalimantan, Maluku, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara menjadi beringas mudah mengamuk dan gampang main hakim sendiri dengan mencabut nyawa sesamanya.

Para elit politik yang semula saling mendukung hanya dalam kurun waktu singkat sudah berbalik saling mendongkel, saling serang satu sama lain. Fenomena ini mengingatkan nasihat Sang Guru kepada Antigone dalam kisah Oedipus dari mitologi Yunani yang amat termashur, “....dari semua ke¬jahatan yang bagai cacing mengerikiti jalan menuju istana raja-raja, yang terburuk adalah nafsu berkuasa. Nafsu berkuasa mengadu saudara lawan saudara, ayah lawan anak dan anak lawan tenggorokan orang tuanya.”

Kekuasaan dan kepemimpinan adalah bagaikan dua sisi dari satu keping mata uang. Mengenai ke¬pemimpinan ini Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Semua kamu adalah pemimpin dan bertanggung-jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan bertanggungjawab atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggujawab atas kepemimpinannya. Seorang isteri adalah pemimpin dan bertanggung¬jawab atas penggu¬naan harta suaminya. Seorang karyawan (pelayan) bertanggungjawab atas harta perusa¬haannya (majikan). Seorang anak bertang¬gung¬jawab atas penggunaan harta ayahnya. (HR, Al Bukhari dan Muslim)

Demikianlah, para elit politik, para negarawan, pemimpin partai politik, para penguasa negara dari masa ke masa, baik yang bergelar Raja, Kaisar, Sultan, Sunan maupun Presiden, dan kita semua adalah pemimpin-pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh masyarakat dan lebih-lebih oleh Allah SWT. Semakin besar keku¬asaan yang melekat pada kepemimpinan kita, semakin besar pertang¬gung¬jawaban yang dituntut dari kita. Oleh karena itulah para cerdik pandai dan filsuf, memberi bobot etika dan moral yang tinggi terhadap para pemimpin, penguasa negara dan penyelenggara pemerintahan.

Read More
posted by : Mubarok institute

Tuesday, June 24, 2008

19 Kiat Hidup Berkah: Kiat 5 Ketika Berada di Dalam Majlis
Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa menghindar dari pergaulan, dan dalam per¬gaulan untuk berbagai urusan pasti kita berbicara antara yang satu dengan yang lainnya. Ada¬kalanya urusan yang kita kerjakan hanya dian¬tara dua orang, te¬tapi terkadang harus dise¬lesaikan menyangkut orang banyak, dan dila¬kukan dalam suatu majlis atau sebuah forum. Majlis itu mungkin majlis musyawarah, majlis mu`amalah, boleh jadi majlis belajar atau pengajian. Agama Islam mengajarkan kepada kita adab ketika kita berada dalam suatu majlis, sebagai berikut:

1. Hendaknya masuk ke majlis setelah terlebih dahulu minta izin atau melalui prosedur se¬mestinya. Memasuki majlis tanpa izin dapat menimbulkan kecurigaan dan menyalahi tata krama pergaulan.

Allah berfirman:
Yaa `ayyuhalladziina aamanu latad huluu buyuutan ghaira buyuu tikum hattaa tasta` nisuu wa tusallimuu `alaa ahlihaa dzaa likum khairullakum la`allakum tadzakkaruuna.

Artinya: Wahai orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah yang bukan rumahmu sebelum kamu meminta permisi dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, mudah-mudahan kamu (selalu) teringat. (an Nur :27)

2. Memberi salam ketika masuk dan ketika mening¬galkan majlis. Salam pertama sebagai tanda ia hadir di majlis, dan salam kedua sebagai tanda pamitan meninggalkan majlis. Perilaku demikian itu me¬ngundang simpatik antara anggauta majlis.

3.Jika anda datang ke majlis pada awal waktu, hen¬daknya memberi jalan atau tempat kepada orang yang datang belakangan. Allah ber¬firman:

"Yaa `ayyuhal ladziina aamanuu idzakiila lakum tafassakhuu fil majaalisi fafsahuu yafsahillaahu lakum"

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah di dalam majlis, maka berlapang-lapanglah kamu supaya Allah melapangkan kepadamu. (QS al Mujadalah: 11)

4.Termasuk adab majlis adalah tidak duduk dengan perilaku yang tidak sopan atau mengambil ruang lebih banyak dari semes¬tinya sehingga mengganggu orang lain, atau mengambil tempat yang telah diketahui disediakan untuk orang lain.

5.Tidak memisahkan diantara dua orang ang¬gauta majlis, kecuali dengan seizin mereka. Memisah¬kan dua orang tanpa izin disamping menggang¬gu juga mengesankan arogansi. Rasulullah bersabda:

Tidak halal bagi seseorang memisahkan antara dua orang teman tanpa seizin keduanya.

6. Tidak memindahkan seseorang dari tempat duduknya dengan tujuan untuk ditempati sendiri, karena hal itu disamping menggang¬gu orang lain juga tidak pantas, tidak etis serta mengan¬dung arti kesombongan. Rasulullah bersabda:

Tidak boleh seseorang memindahkan orang lain dari tempat duduknya untuk ditempati oleh dirinya sendiri. (HR.Bukhari)

7.Tahu diri dalam memilih tempat duduk. Bahwa duduk di bagian belakang kemudian dipersi¬lahkan pindah ke depan itu lebih baik daripada memilih duduk dibagian depan (yang memang disediakan untuk orang lain) tetapi kemudian dimohon mundur ke bela¬kang (karena yang berhak duduk sudah hadir).

8. Menutup pertemuan dengan doa kaffarah, yakni memohonkan ampun dari dosa yang mungkin dilakukan selama mengikuti pertemuan, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah, sebagai berikut:

Subha naka Allahumma wa bihamdika asyhadu an la ila ha illa anta astaghfiruka wa atu bu ilaika.

Artinya: Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan memuji Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku mohon ampun kepada Mu dan bertaubat kepada Mu.

Manurut hadis Rasulullah, barang siapa menyadari kesalahannya selama dalam majlis, kemudian sebelum berdiri meninggalkan majlis membaca doa tersebut, Allah akan mengampuni dosa-dosa dari kesalahannya itu. (HR. Muslim).

Read More
posted by : Mubarok institute
19 Kiat Hidup Berkah: Kiat 4 Cara Berpakaian
Setelah sarapan pagi, bersiap diri untuk berang¬kat kerja, maka anda
akan mengenakan pakaian sesuai dengan sifat pekerjaannya. Adab berpakaian adalah sebagai berikut :

1. Hendaknya pakaian yang dikenakan bersih, longgar (tidak ketat), tidak tembus pandang dan menutup aurat.

2. Pakaian laki-laki hendaknya tidak terlalu pan¬jang sampai menutupi dua mata kaki yang melambangkan kesombongan. Rasulullah mencela pakaian yang menyimbolkan kesom¬bongan itu.

3. Pakaian perempuan muslimah panjangnya sam¬pai menutupi dua telapak kaki, kerudung¬nya menutupi kepala, leher dan dada.

4. Lelaki muslim tidak mengenakan pakaian yang diharamkan, seperti sutera dan emas. Rasulullah ber¬sabda: Sesungguhnya dua benda ini (emas dan sutera) haram atas lelaki
ummatku. (H.R.Abu Daud)

5. Lelaki tidak berpakaian dengan pakaian pe¬rempuan dan sebaliknya. Rasulullah bersabda: Allah melaknati lelaki yang memakai pakaian perem¬puan, dan perempuan
yang memakai pakaian laki-laki. (H.R. Bukhari)

6. Disunatkan memakai pakaian dimulai dari sebelah kanan. Khusus untuk pakaian baru di¬sunatkan membaca doa:

Allahumma laka al hamdu anta kasautani hi. As `aluka khairahu wa khaira ma suni `a lahu, wa a'u dzu bika min syarrihi wa syarri ma suni`a lahu

Artinya: Ya Allah bagi Mu segala puji, Engkau telah me¬makaikan pakaian ini kepadaku. Aku mohon kepada Mu kebaikannya dan kebaikan akibatnya. Aku berlindung pula kepada Mu dari kejahatannya dan kejahatan akibatnya. (HR. Abu Daud dan Turmuzi)

7. Tidak memakai pakaian yang bertambal atau yang lusuh, karena menurut Rasulullah, Allah senang melihat jejak nikmat Nya pada hamba Nya, (HR. Bukhari) dan mengenakan pakaian yang pantas merupakan wujud dari syukur nikmat.

8. Tidak mengenakan pakaian mewah yang mengindikasikan kesombongan.

9. Mengutamakan pakaian yang berwarna putih, karena Rasulullah juga menyukai warna itu.

10. Berpakaian rapi dan indah disesuaikan dengan tempat, tanpa berlebihan dan tidak dipaksakan.

Read More
posted by : Mubarok institute
Imam Yang Berakhlak
Akhlak menurut Al-Ghazali adalah keadaan batin yang menjadi sumber lahirnya suatu perbuatan di mana perbuatan itu lahir secara spontan, mudah, tanpa menghitung untung rugi. Orang yang berakhlak baik, ketika menjumpai orang lain yang perlu ditolong maka ia se¬cara spontan menolongnya tanpa sempat memi¬kirkan resiko. Demikian juga orang yang berakhlak buruk secara spontan melakukan kejahatan begitu peluang terbuka. Akhlak seseorang, di samping bermodal pembawaan sejak lahir, juga dibentuk oleh lingkungan dan perjalanan hidupnya.

Nilai-nilai akhlak Islam yang universal bersumber dari wahyu, disebut al-khair, sementara nilai akhlak regional bersumber dari budaya setempat, di sebut al-ma‘ruf, atau sesuatu yang secara umum diketahui masyarakat sebagai kebaikan dan kepatutan. Sedangkan akhlak yang bersifat lahir disebut adab, tatakrama, sopan santun atau etika. Akhlak universal berlaku untuk selu¬ruh manusia sepanjang zaman. Demikian juga orang yang berakhlak buruk secara spontan melaku¬kan ke¬jahatan begitu peluang terbuka. Tetapi, sesuai dengan keragaman manusia, juga dikenal ada akhlak yang spe¬sifik, misalnya akhlak anak kepada orang tua dan seba¬lik¬nya, akhlak murid kepada guru dan sebaliknya, akh¬lak pemimpin kepada yang dipimpin dan sebagainya.

Seseorang dapat menjadi pemimpin (imam) dari orang banyak manakala ia memiliki (a) kelebihan dibanding yang lain, yang oleh karena itu ia bisa mem¬beri (b) memiliki keberanian dalam memutuskan sesuatu, dan (c) memiliki kejelian dalam memandang masalah sehingga ia bisa bertindak arif bijaksana. Secara sosial seorang pemimpin (imam) adalah penguasa, karena ia memiliki otoritas dalam memutuskan sesuatu yang mengikat orang banyak yang dipimpinnya. Akan tetapi menurut etika keagamaan, seorang pemimpin pada hakekatnya adalah pelayan dari orang banyak yang dipimpinnya (sayyid al-qaumi khodimuhum). Pemimpin yang akhlaknya rendah pada umumnya lebih menekan¬kan dirinya sebagai penguasa, sementara pemimpin yang berakhlak baik lebih menekankan dirinya sebagai pelayan masyarakatnya.

Dampak dari keputusan seorang pemimpin akan sangat besar implikasinya pada rakyat yang dipimpin. Jika keputusannya tepat maka kebaikan akan merata kepada rakyatnya, tetapi jika keliru maka rakyat banyak akan menanggung derita karenanya. Oleh karena itu pemimpin yang baik disebut oleh Nabi dengan sebutan pemimpin yang adil (imamun ‘adilun) sementara pemimpin yang buruk digambarkan al-Qur’an, dan juga hadis, sebagai pemimpin yang zalim. Adil artinya me¬nempatkan sesuatu pada tempatnya, sedangkan seba¬liknya zalim artinya menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.

Hadis Riwayat Bukhari menempatkan seorang Pemimpin yang adil dalam urutan pertama dari tujuh kelompok manusia utama. Hadis Riwayat Muslim menyebutkan bahwa pemimpin yang terbaik adalah pemimpin yang dicintai rakyatnya dan iapun mencintai rakyatnya. Sementara pemimpin yang terburuk menurut Nabi, adalah pemimpin yang dibenci rakyatnya dan iapun membenci rakyatnya, mereka saling melaknat satu sama lain. Hadis lain menyebutkan bahwa dua dari lima golongan yang dimurkai Tuhan adalah (1) penguasa (amir) yang hidupnya ditopang oleh rakyat (sekarang-pajak), tetapi ia tidak memberi manfaat kepada rakyat¬nya, dan bahkan tidak bisa melindungi keamanan rakyatnya. (2) Pemimpin kelompok (za‘im) yang dipa¬tuhi pengikutnya tetapi ia melakukan diskriminasi terhadap kelompok kuat atas yang lemah, serta berbicara sekehendak hatinya (tidak mendengarkan aspirasi pengikutnya). Hadis Riwayat Dailami bahkan menyebut pemimpin yang sewenang-wenang (imam jair) sebagai membahayakan agama.

Kisah Al-Qur’an yang menyebut Nabi (Raja) Sulaiman yang memperhatikan suara semut mengan¬dung pelajaran bahwa betapa pun seseorang menjadi pemimpin besar dari negeri besar, tetapi ia tidak boleh melupakan kepada rakyat kecil yang dimisalkan semut itu. (Q/27:16). Meneladani kepemimpinan Rasulullah, akhlak utama yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah keteladanan yang baik (uswah hasanah), terutama dalam kehidupan pribadinya, seperti; hidup bersih, sederhana dan mengutamakan orang lain. Tentang betapa tingginya nilai keadilan pemimpin, Hadis Riwayat Tabrani menyebutkan bahwa waktu satu hari efektif dari seorang imam yang adil setara dengan ibadah tujuhpuluh tahun.

Read More
posted by : Mubarok institute

Thursday, June 19, 2008

Dialog Tentang PancaSila Sebagai Ideologi Bangsa
Pada tulisan yang lalu dengan judul "Aktualisasi Panca Sila Sebagai Ideologi Bangsa" salahsatu pembaca Blog Prof. Dr Achmad Mubarok yang berkenan memberikan tanggapan yang patut kita simak bersama.

Dear Prof. Dr. Ahmad Mubarok,

Saya beranikan diri untuk mengirim email kepada Bpk, setelah membaca artikel bapak yang berjudul "Aktualisasi Panca Sila Sebagai Ideologi Bangsa".

Dari artikel itu, saya melihat pandangan Bapak terhadap pancasila sangat tinggi, Bapak sangat mensyakralkan dan mengagungkan pancasila. Lebih-lebih statement Bapak yang mengatakan "Ideolog Islamisme tidak lagi perlu menyuarakan gerakan pemberlakuan syariat Islam, karena disamping kontraproduktip, sesungguhnya nilai itu sudah tertampung dalam dekrit Presiden 5 Juli 1959, yakni Piagam Jakarta menjiwai seluruh batang tubuh UUD 45."

Dari situ telihat jelas bahwa Bapak sangat mengagungkan pancasila dan menolak Islam. Kita sebagai umat Islam, tidak seharusnya mengeluarkan statement seperti itu, apalagi orang sekelas Bapak yang mempunyai banyak massa.

Tolong Bapak lebih berhati-hati dalam mengeluarkan statement, jangan sampai statement yang bapak keluarkan nantinya akan membawa Bapak masuk ke dalam Neraka Alloh... (dan mungkin itulah syurga-nya pancasila)
Mohon maaf kalo tidak berkenan...



Jawaban Prof. Dr. Achmad Mubarok


Panca Sila itu kebudayaan, tidak sakral, ia bisa berubah, negara NKRI juga kebudayaan, tidak sakral, bisa berubah menjadi kerajaan bisa menjadi federal, bisa dijajah. Agama Islam ada sisi yang bersifat mahdlah, murni, tak boleh diubah, tidak ada ruang kreatifitas. Tetapi kebudayaan Islam itu hasil pemikiran manusia yang diilhami oleh ajaran Islam,maka karena kebudayaan itu ruang kreatifitas maka kebudayaan Islam bisa berubah, bisa berbeda-beda pandangan, berbeda mazhab.

Mengetrapkan syariat Islam ke dalam kehidupan bernegara adalah proses pembudayaan, karena negara dan Panca Sila itu kebudayaan, maka prosesnya antara lain melalui Piagam Jakarta yang berbunyi, negara berdasarkan ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluknya (Piagam jakarta juga kebudayaan). Konstitusi kita sudah memberi peluang untukmemasukkan nilai-nilai syariat Islam ke dalam Undang-Undang, maka sudah ada Undang2 Haji, Undang2 Perkawinan,UU wakaf,UU Zakat, dan silahkan UU apa lagi yang berisi nilai-nilai syari'at Islam boleh diusulkan dan diperjuangkan melalui parlemen.UU sisdiknas pun sudah memasukkan akhlakmulia sebagai bagian dari sistem.

Tetapi kalau kita langsung berteriak dengan gerakan pemberlakuan syariat Islam maka kita akan berhadapan dengan lawan yang sesungguhnya tidak diperlukan, dari non muslim dan orang Islam awam, karena tidak semua penganut Islam mempunyai visi yang sama (Piagam Jakarta ditolak oleh sidang Konstituante tahun 1955,padahalmayoritas anggauta konstituate beragama Islam). Anda tahu kan,di awal reformasi Prof Deliar Noor membikin PartaiUmmat Islam (PUI), mestinya di negara yang mayoritasnya umat Islam kan PUI menang, tetapi nyatanya tak satu kursipun diperoleh, karena identitas ummat belum menjadi identitas politik dan identitas budaya.

Hidayat Nur Wahid juga tidak membuat Partai Islam, tapi Partai Keadilan Sejahtera,karena keadilan dan kesejahteraan adalah nilai-nilai syari`at Islam. Amin Rais tidak membuat Partai Islam tetapiPartai Amanat Nasional, karena amanat adalah nilai syari'at Islam. Kelemahan orang seperti anda, anda mencampur adukkan kebudayaan dengan agama mahdloh, sehingga anda menganggap saya menolak Islam dan anda mencancam saya akan masuk neraka, sepertinya sorga milik anda. Coba anda tengok semua negara Islam, di Malaisia,Mesir, Saudi,Sudan, Libia, Suriah, Turki,Emirat,Pakistan, Yaman dan mana lagi.

Ummat Islam Indonesia lebih membutuhkan orang yang mampu secara cerdas memasukkan nilai-nilai syari'at Islam ke dalam kehidupan bangsa Indonesia. Berteriak-teriak takbir di jalanan sxambil mengusung bendera syariat Islam sambil juga mengkafirkan muslim lain yang berbeda pandangan memang meriah, tetapi tidak strategis. Kalau Iran memang bisa karena memiliki tokoh sekaliber Imam Khumaini dengan konsep wilayatul faqih nya dan masyarakat Syi`ah secara sosiologis adalah masyarakat yang sangat patuh kepada pimpinan mullah-mullah dibawah ayatullah al uzma.

Indonesia muslimnya Sunni, ulamanya tidak terorganisir seperti mullah-mullah, dan tiap kelompok mempunyai ulama sendiri-sendiri. Jika Iran efektip dipimpin oleh kesatuan imamah, Indonesia membutuhkan kemampuan meminij keragaman. OK, saya senang anda jujur, dan Afif bisa lebih banyak belajar lagi, syukur-syukur mau ketemu saya,mudah-mudahan nanti kita bersama-sama di sorga yang sama.. Afif itu artinya orang yang hatinya bersih (`iffah) sehingga tidak terlintas keinginan terhadap milik orang lain.

Read More
posted by : Mubarok institute

Tuesday, June 17, 2008

Kepemimpinan Tao
Jika dalam uraian-uraian terdahulu banyak dikemukakan contoh dan referensi-referensi dari Barat dan Islam, mungkin menarik juga untuk melihat pembanding dari Cina, sebuah bangsa, negeri dan budaya yang amat tua.

Lao Tzu dalam karyanya Tao Te Ching, telah mempersembahkan karya sastra dan moral keagamaan klasik yang dikenal amat indah , yang telah menjadi sumber kebijakan selama lebih dari 2500 tahun. Tao Te Ching atau buku Tao ini menga¬jarkan Kepe¬mimpinan Tao, antara lain sebagai berikut: Pemimpin bijak hendaknya seperti air, member¬sihkan dan menyegarkan semua makhluk tanpa pandang bulu. Air dengan bebas tanpa rasa takut menembus ke dalam permukaan suatu benda. Air bersifat cair dan responsif. Air mengikuti hukum secara bebas.

Kepemimpinan yang benar menurut Lao Tzu, adalah pelayan, bukan mementingkan diri sendiri. Pemimpin dapat lebih tumbuh dan berakhir lebih lama dengan menempatkan kesejahteraan semua di atas kesejahteraan sendiri (bandingkan dengan hadis-hadis Rasulullah Saw). Pemimpin juga harus me¬megang teguh tiga hal yaitu, mengasihi semua mahluk, sederhana dan hemat, rasa persamaan dan sopan. Dan pada akhirnya, pemimpin bijak men¬contoh perilaku spiritual dan hidup dalam harmoni bersama nilai-nilai spiritual.

Sementara itu panglima perang Cina, Sun Tzu, pada 500 tahun sebelum Masehi telah menggariskan, visi dan seni berperang ditentukan oleh lima faktor yaitu hukum moral, langit (waktu dan cuaca), bumi (alam, jarak dan ukuran), pimpinan serta metode dan disiplin. Mengenai pimpinan Sun Tzu menyatakan; pimpinan harus menegakkan kearifan, kejujuran, kebaikan, keberanian dan ketelitian. Sebaliknya pimpinan harus menghindari lima kesalahan fatal yaitu gegabah, takut, terburu nafsu, gila hormat dan kekhawatiran yang berlebihan.

Read More
posted by : Mubarok institute

Sunday, June 15, 2008

Zakat Sebagai Sistem Kesejahteraan Sosial
Zakat adalah satu dari rukun Islam yang lima, artinya zakat merupakan sendi agama. Bentuk zakat adalah memberikan sebagian harta secara reguler kepada orang lain yang berhak, ada yang setahun sekali setiap Idul Fitri (zakat fitrah), ada yang setiap panen (zakat pertanian) ada yang setiap tutup buku (perdagangan) dan ada yang setiap berjumpa obyeknya (zakat barang temuan/harta karun). Bagi pembayar, zakat sebagaimana arti bahasa dari kata zakat mengandung arti suci dan tumbuh, yakni orang yang patuh membayar zakat , hatinya dididik menjadi suci, yakni hatinya sedikit-sedikit dilatih untuk tidak terbelenggu oleh harta karena memberi kepada orang lain merupakan latihan jiwa membuang sifat tamak, menanamkan kesadaran bahwa didalam harta miliknya ada hak orang lain yang harus ditunaikan. Harta pun menjadi suci karena terbebas dari apa yang bukan miliknya.

Menurut al Qur’an, di dalam harta si kaya terkandung hak-hak orang lain, yang meminta dan yang tidak berani meminta. wa fi amwalihim haqqun li as saili wa al mahrum. Jadi zakat memang milik mustahiq yang harus dibayarkan, jika tidak dibayarkan maka berarti si kaya menahan hak-hak orang miskin yang berhak, dan perbuatan itu searti dengan korupsi. Zakat juga mengandung arti tumbuh, yakni bahwa harta yang dizakati akan tumbuh berkembang secara sehat seperti pohon yang rindang, indah dipandang mata, bisa untuk berteduh orang banyak dan buahnya bermanfaat.

Zakat merupakan rukun Islam yang wajib dilaksanakan. Prinsip dasar syariat Islam adalah memperkecil beban, oleh karena itu zakat bersifat ringan, hanya 2,5 % (zakat niaga/kekayaan), 5 % (zakat produksi pertanian padat modal) , 10 % (zakat produksi pertanian tadah hujan dan 20 % (zakat barang temuan atau rejeki nomplok). Zakat dipusatkan pada membayar, bukan pada menerima, oleh karena itu zakat lebih merupakan shok terapi bagi pemilik harta agar tidak serakah memonopoli kekayaan. Zakat tidak relefan dengan pengentasan kemiskinan karena jumlahnya yang sangat sedikit. Oleh karena itu sebagaimana disamping salat wajib juga dianjurkan salat sunnat yang bermacam-macam dan jauh lebih banyak dibanding salat wajib, maka disamping kewajiban berzakat, pemilik harta dianjurkan untuk memberi sedekah dan infaq. Shadaqah adalah pemberian yang diberikan kepada fakir miskin dengan niat ibadah. Fakir adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak pula memiliki harta untuk membiayai hidupnya, sedangkan orang miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan tetapi hasilnya tidak mencukupi untuk membiayai hidupnya secara “pantas”. Jika zakat hanya diwajibkan kepada orang kaya, sadaqah bukan saja dianjurkan kepada orang kaya tetapi juga dianjurkan kepada orang miskin. Jika zakat ditentukan obyeknya, tarifnya dan mustahiqnya, maka sedekah tidak dibatasi jumlahnya, boleh 1 % dari hartanya, boleh 10 %, boleh 50 % dan bahkan boleh menyedekahkan hartanya secara keseluruhan.

Adapun infaq adalah pemberian yang ditentukan jumlahnya untuk kepentingan tertentu, misalnya infaq untuk membangun jalan, membangun sekolah, membangun masjid dan sebagainya. Dalam keadaan sulit pada zaman Rasul, Usman bin Affan sebagai orang kaya menyerahkan 50 % hartanya untuk infaq dan sadaqah, sementara Abu Bakar Siddiq sebagai orang miskin menyerahkan 100 % harta miliknya untuk infaq dan sedeqah.

Kata sadaqah ada hubungannya dengan kata shadiq-shidaqah yang berarti persahabatan. Maknanya orang yang gemar sedekah akan memperoleh banyak sahabat, terutama dari orang yang menerima sedekah itu. Shadaqah juga berhubungan dengan kata shidq yang artinya benar atau jujur, maknanya bahwa pemberian shadaqah akan menumbuhkan persahabatan yang benar, persahabatan yang dilandasi oleh nilai kejujuran bukan persahabatan palsu. Suap juga merupakan pemberian, bahkan biasanya pemberian dalam jumlah besar, tetapi praktek suap tidak akan melahirkan persahabatan yang benar dan jujur, sebaliknya jika tujuan suap tidak tercapai, penyuapan akan berbuntut menjadi permusuhan.

Memang zakat, infaq dan sadaqah bisa dimenej menjadi potensi ekonomi masyarakat, tetapi psikologi zakat infaq dan sedekah lebih pada penjalinan hubungan antar manusia dalam keluarga, hubungan pertetanggaan dan pembinaan masyarakat secara lebih luas. Oleh karena itu dalam agama ditetapkan tiga perioritas penerima zakat dan sedekah, yaitu orang miskin, tetangga dekat dan kerabat. Jika banyak orang miskin sementara yang disedekahkan sedikit, utamakan untuk orang miskin yang masih ada hubungan kerabat dekat dan orang miskin yang menjadi tetangga dekat. Nabi bahkan menganjurkan agar jika di rumah memotong ayam (atau yang lain), perbanyak kuahnya ketika memasak agar bisa memberi tetangga. Nabi bahkan menekankan agar tidak malu memberi tetangga meski hanya “ceker ayam”. Mengapa ?, tradisi saling memberi makanan anta\r tetangga , meski hanya makanan sederhana sangat besar peranannya dalam mengeratkan hubungan sosial. Sebaliknya pemberian bergengsi mungkin justeru memberatkan kepada yang menerima karena ia dibebani perasaan harus membalas dengan pemberian yang gengsinya setara.

Jadi zakat merupakan konsep dasar dari pembangunan kesejahteraan sosial yang harus dikembangkan secara cerdas, sejalan dengan tradisi masyarakat . Dalam ajaran Islam disebutkan bahwa zakatnya rumah adalah menjamu tamu. Ajaran ini bisa dikembangkan misalnya, zakatnya mobil pribadi adalah pada sekali-sekali mengantarkan tetangga yang membutuhkan angkutan . Begitulah seterusnya sehingga pada setiap harta, disadari bahwa di dalamnya ada hak orang lain. Sosiolog Ibnu- Khaldun bahkan memperkenalkan istilah produk seribu orang, yakni bahwa dalam setiap benda yang kita miliki, kata Ibn Khaldun, proses keberadaanya telah melibatkan seribu orang. Kursi kayu yang kita duduki misalnya telah melibatkan penanam kayu, penebang kayu, pembuat alat pertukangan, tukang kayu, pembuat pelitur, pemelitur, pembuat paku, pengali tambang biji besi sampai kepada angkutan yang membawa kursi itu ke rumah. Angka seribu yang diperkenalkan Ibn Khaldun bukan angka matematik tetapi untuk menunjukan betapa banyaknya orang yang terlibat dalam proses kehadiran suatu benda, oleh karena itu kata Ibn Khaldun, setiap benda memiliki fungsi sosial.

Ada tiga format pemberian dengan nama yang berbeda, yaitu hadiah, hibah dan sedekah. Hadiah adalah pemberian dari orang kecil kepada orang yang dihormati. Misalnya persatuan guru SD memberi hadiah kepada Gubernur, sebuah produk kerajinan yang dilakukan oleh murid-murid SD Teladan. Hibah adalah pemberian dari seseorang kepada orang yang setara tingkatnya, pemberian yang bersifat persahabatan atau solidaritas sesama teman. Sedekah adalah pemberian dari orang yang lebih kuat kepada orang yang lebih lemah. Orang yang memiliki uang seratus ribu tetapi berani bersedekah sembilanpuluh ribu, adalah termasuk orang kuat dibanding orang yang memiliki sejuta rupiah tetapi tidak mampu bersedekah dalam jumlah yang sama.

Dalam Islam diajarkan bahwa sedekah akan menghilangkan bala (bencana), as- shadaqatu tadfa`u al bala’. Maknanya orang yang gemar memberi, ia akan memiliki banyak teman dan dicintai orang banyak secara jujur. Oleh karena itu setiap kali datang gangguan datang kepadanya, orang banyak akan datang ramai-ramai membantunya sehinga ia terhindar dari bencana yang tak diinginkan.

Kemampuan memberi tidak mesti berhubungan dengan banyaknya kepemilikan. Ada orang yang hanya memiliki sedikit tetapi mampu memberi banyak, sementara ada orang yang banyak memiliki tetapi tidak mampu memberi walau sedikit. Kemampuan memberi berkaitan erat dengan cara berfikir. Ada orang memiliki kambing 99 ekor, ketika sedang menggembala berjumpa dengan seseorang yang sedang menggembalakan kambingnya satu ekor, karena hanya satu ekor itulah kambing yang dimiliki. Dalam pikiran pemilik 99 ekor, tanggung amat kau, kambing hanya satu, saya punya 99, maka yang ia pikirkan adalah bagaimana memindahkan yang satu ekor itu untuk menggenapkan kambingnya menjadi seratus. Seandainya ia berfikir untuk memberi maka akan ada rumus; biar kambingku genap, ini yang sembilan aku berikan padamu, aku punya 90 dan engkau punya 10.

Hasan al Banna, pendiri Ikhwan al Muslimin Mesir pernah memberi tiga nasehat yang sangat baik. Katanya : (a) berfikirlah untuk memberi agar orang lain memperoleh faedahnya (b) berfikirlah untuk selalu menanam agar orang lain bisa memetiknya, dan (c) bersusahpayahlah untuk memberi kesempatan orang lain beristirahat.

Nasehat ini sesungguhnya sangat mendalam, karena dibalik nasehat itu ada logika-logika yang bisa dijelaskan;
(1) hendaknya semua orang dalam masing-masing kapasitasnya, sebagai pemimpin, sebagai anak buah, sebagai suami, sebagai isteri, sebagai orang tua, sebagai anak dan seterusnya berfikirlah untuk dapat memberi sesuai dengan posisinya, jangan hanya berfikir apa yang dapat saya peroleh. Bayangkan seandainya semua karyawan dalam suatu kantor selalu bertanya apa yang dapat saya ambil dari kantor ini, maka pasti tak lama kemudian kantor itu bangkrut. Begitupun negara kita akan bangkrut jika setiap aparat negara selalu berfikir apa yang dapat saya ambil dari negeri ini.

(2) Hendaknya semua orang berfikir untuk menanam agar orang lain bisa memetiknya. Jika semua orang berfikir menanam untuk memetik sendiri, maka tidak ada orang tua yang mau menanam kelapa, karena tanaman kelapa biasanya baru bisa dipetik oleh generasi anaknya. Jika orang menanam hanya untuk dapat segera memetik buahnya maka orang lebih suka menanam bayam, tidak mau menanam pohon jati. Nasehat ini menjadi sangat mengena karena sesungguhnya semua yang kita petik (di pasar); buah-buahan, sayuran, dan beras adalah tanaman orang lain di tempat lain. Yang paling berbahaya adalah jika orang hanya berfikir memetik dan tidak mau menanam, seperti orang yang dengan rakus membabat hutan tanpa berusaha menanam kembali. Apa yang bisa ditanam ? Pohon-pohonan, ilmu pengetahuan dan jasa. Orang bijak berkata; barang siapa menanam pasti memetik, man zaro`a hashada, meski yang dipetik mungkin tanaman orang lain, di tempat lain dan di kurun waktu yang lain.

(3) Hendaknya semua orang memusatkan perhatian untuk bekerja keras untuk memberi kesempatan orang lain beristirahat. Kenapa ? karena sesungguhnya orang bisa istirahat juga jika ada orang lain yang susah payah bekerja. Penumpang bus Surabaya Jakarta bisa tertidur lelap karena ada supir yang tetap terjaga. Ibu-ibu bisa isterihat di rumah karena ada bapak dan ibu guru yang bekerja keras mengajar anak-anak mereka di sekolah.

Read More
posted by : Mubarok institute

Thursday, June 12, 2008

19 Kiat Hidup Berkah:Kiat 3 Ketika Makan
Setelah pulang dari masjid, mempersiapkan diri untuk bekerja, terlebih dahulu menyantap hidangan pagi untuk sarapan, mungkin sendiri-sendiri, mung¬kin bersama keluarga dalam satu meja makan. Agama Islam mengajarkan adab makan sebagai berikut:

1. Hendaknya mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan, jika tangannya kotor.

2. Niat makan (minum) untuk memperkuat tubuh menjalankan tugas beribadah kepada Allah.

3. Memulai dengan berdoa ketika mencicipi makanan, dengan doa sebagai berikut:

Allahumma ba rik lana fi hi wa at `imna khairan minhu
Artinya: Ya Allah berkatilah kami pada makanan ini dan berikan kami makanan yang lebih baik dari ini.

Setelah selesai makan hendaknya membaca doa:

Allahumma ba rik lana fi hi wa zidna minhu
Artinya: Ya Allah berkatilah kami pada makanan ini dan tambahilah kami dari padanya. (H.R.Silsilah sahihah)

4. Bacalah Bismillah ketika mulai makan, dan jika lupa membaca pada awalnya, maka bacalah:

Bismillahi awwalahu wa akhirahu
Artinya: Dengan nama Allah awal dan akhirnya.

5. Hendaknya makan dengan tangan kanan, dan mengambil makanan yang dekat dengannnya.

6. Duduk dalam keadaan merendah. Jika makan¬nya lesehan maka hendaknya melipat dua lutut dan duduk diatas dua kaki, atau duduk di atas kaki kiri dengan menegakkan kaki kanan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah. Jangan makan sambil bertelekan.

7. Memakan makanan yang tersedia dan tidak menghina makanan. Jika sesuai dengan selera silakan makan, jika tidak sesuai, tinggalkan.

8. Hendaknya makan tidak terlalu kenyang te¬tapi juga tidak terlalu sedikit. Rasulullah bersabda:

Cu¬kuplah bagi anak Adam makan beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya untuk beribadah.

9. Tidak memaksakan diri menyantap makanan (minuman) yang masih terlalu panas, tung¬gulah hingga mendingin. Tidak pantas pula meniup makanan (minuman) apalagi sampai bernafas da¬lam gelas atau mangkok. Hadis Ibn Abbas mence¬ri¬terakan bahwa Rasulullah melarang bernafas dalam bejana atau menghembusnya. (HR. Turmuzi)

10. Tidak terlalu banyak memasukkan makanan ke dalam mulut, mengecil¬kan suap ke mulut dan mengunyah hingga lembut. Jangan sisakan makanan sedikitpun dari piring anda, dan bahkan dari tangan anda, karena kita tidak tahu bagian makanan mana yang paling diberkati Allah.

11. Jika sedang makan bersama, jangan melaku¬kan sesuatu yang membuat orang lain merasa jijik, misalnya mengambil lauk dari mangkok bersama langsung dengan tangannya, atau terlalu mendekatkan mulut ke makanan yang sedang disantap bersama. Demikian juga hendaknya tidak membicarakan hal-hal yang menjijikkan atau hal yang dapat menghi¬langkan selera makan orang lain.

12. Hendaknya mengambil makanan ke dalam piring secukupnya saja, agar tidak tersisa karena kekenyangan, seperti yang biasa terjadi dalam persta-pesta, karena makanan yang tersisa itu kemudian menjadi mubazir. Menurut Al Qur’an perbuatan mubazir itu merupakan perilaku tercela.

13. Hendaknya jangan memaksa orang lain memakan makanan banyak, seperti yang terkadang terjadi ketika tuan rumah menjamu tamu.

14. Bersyukur dan memuji Allah setelah mencicipi makanan, seperti yang diajarkan oleh Ra¬sulullah, yakni dengan membaca doa:

Al hamdu lillahil lazi at `amani ha dzat ta `am, wa razaqani hi min ghairi haulin minni wala quwwah
Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah memberi aku makanan ini serta memberikan padaku rizki tanpa daya kekuatan dariku. (HR. Muslim)

15. Jika makanan itu merupakan jamuan, berdoa¬lah untuk tuan rumah yang menjamunya, sebagai berikut:

Aftara `indakum as sa imun wa akala ta `a makum al abra ru wa sallat `alaikum al mala ikatu
Artinya: Telah berbuka di sisimu orang yang berpuasa, telah dicicipi makananmu oleh orang-orang yang berbuat kebaikan dan telah didoakan kepadamu oleh para malaikat. (H.R. Muslim)

atau doa di bawah ini:
Allahumma at `im man at `amani wa asqi man saqa ni
Artinya: Ya Allah berilah makanan kepada orang yang telah memberi makanan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang telah memberi minuman kepadaku. (H.R. Muslim)

Read More
posted by : Mubarok institute
19 Kiat Hidup Berkah: Kiat 2 Di Masjid
Setelah bangun tidur dan membersihkan diri, ditekankan untuk menjalankan salat subuh secara berjamaah, baik di rumah sekeluarga atau di masjid bersama masyarakat banyak (terutama pria). Jika anda pergi ke masjid, maka adabnya adalah sebagai berikut:

1. Mengenakan pakaian yang bersih dan pantas, seperti yang dimaksud al Qur`an:

Artinya: Wahai bani Adam, kenakanlah pakaianmu yang indah di setiap kali kamu memasuki masjid. (Q/7:31)

2. Tidak mengotori masjid, misalnya meludah dengan sembarangan. Menurut hadis Rasu¬lullah: meludah di masjid adalah dosa, pene¬busnya ialah dengan menghilangkannya.

3. Menghindarkan diri dari bau tak sedap yang menggaggu orang lain, seperti bau jengkol, bau bawang, atau bau badan karena belum mandi dan sebagainya. Rasulullah bersabda:

Barang siapa makan bawang putih, maka sekali-kali jangan mendekati masjid kami. (muttafaq `alaih)

4. Tidak membicarakan urusan bisnis, apalagi transaksi di dalam masjid, Rasulullah ber¬sabda:

Seandainya kalian itu penduduk di sini (bukan tamu) sungguh akan kucambuki kalian, karena kalian berteriak-teriak di masjid Rasulullah. (H.R. Bukhari)

5. Mengerjakan salat tahiyatal masjid, dua rakaat. Rasulullah bersabda:

Apabila seseorang diantara ka¬lian masuk masjid, maka janganlah duduk dulu sebelum salat dua rakaat.

6. Tidak meninggalkan masjid jika azan sudah dikumandangkan. Seperti yang dikatakan oleh hadis riwayat Abu Hurairah.

7. Memperpanjang jarak perjalanan ke masjid agar jumlah langkahnya lebih banyak, misal¬nya dengan mengambil rute yang berbeda-beda. Rasulullah bersabda:

Barang siapa bersuci di rumahnya, lalu pergi ke salah satu masjid untuk menunaikan kewajiban salat fardlu, maka semua langkahnya yang satu menggugurkan dosanya dan yang lain mengangkat derajatnya. (H.R.Muslim)

8. Sepanjang perjalanan menuju ke masjid hen¬daknya membaca doa, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah :

Allahummaj `al fi qalbi nu ran, wafi lisa ni nu ran, waj `al fi sam 1I nu ran, waj `al fi basari nu ran, waj `al min khalfi nu ran, wa min ama mi nu ran, waj `al min fauqi nu ran, wamin tahti nu ran, Allahumma a`tini nu ran.

Artinya: Ya Allah jadikanlah cahaya di hatiku dan di lidah¬ku, jadikanlah pula cahaya di pendengaranku dan pengli¬hatanku, ya Allah, jadikanlah cahaya dari belakangku dan dari hadapanku, jadikanlah pula cahaya dari atasku dan dari bawahku, ya Allah berikanlah kepadaku cahaya Mu. (muttafaq `alaih)

9. Memulai dengan kaki kanan ketika memasuki masjid, sambil membaca doa:

Bismillahi was sala tu was sala mu `ala rasulillah. Allahumma iftah li abwa ba rahmatika

artinya: Dengan nama Allah, salawat dan salam kepada Rasulullah Nya, ya Allah bukakanlah kepadaku semua pintu rahmat Mu. (H.R. Muslim)

10. Saat ke luar dari masjid, mendahulukan kaki kiri, dan membaca doa:
Bismillahi was sala tu was sala mu `ala rasulillahi Allahumma inni as`aluka min fadhlik

Artinya: Dengan nama Allah, salawat dan salam kepada Rasulullah Nya, Ya Allah sesungguhnya aku mohon anugerah Mu. (H.R. Muslim)

Read More
posted by : Mubarok institute

Tuesday, June 10, 2008

19 Kiat Hidup Berkah
Kualitas hidup seseorang dapat dilihat pada perilakunya sehari-hari, dari bangun tidur pagi hari hingga kembali ke peraduan pada malam hari. Setiap orang berbeda-beda tingkat pendi¬dikan, tingkat sosial dan tingkat keimanannya, tetapi peri¬lakunya sehari-hari akan mengumpul¬kan mereka dalam satu kelompok yang identik. Meski akhlak seseorang tersembunyi di dalam jiwanya, tetapi adab dan tatakarama yang diikuti dan nampak dari luar akan menyuburkan akhlak yang tersembunyi itu. Kemuk¬minan seseorang dapat dilihat dari perilakunya sehari-hari yang secara konsisten dilakukannya, dan menurut hadis Rasulullah indikator imannya dapat dilihat pada 77 variabel (disebut 77 cabang iman).

Adab adalah akhlak yang bersifat lahir. Untuk menyuburkan nilai keimanan, agama Islam menga¬jarkan adab yang sangat dianjurkan untuk diikuti. Adab Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan, baik dalam berhubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia, maupun dengan diri sendiri, dari sejak bangun tidur, beribadat, bekerja dan hingga kembali ke tempat tidur.

Kiat 1 Bangun Tidur

Setiap mukmin dianjurkan untuk bangun tidur pada pagi hari sebelum subuh, karena sebagai¬mana dikatakan oleh Rasulullah, bahwa saat pagi hari menje¬lang subuh itu merupakan saat-saat penuh berkah. Rasulullah bersabda:

Ummatku diberkati Allah (ketika mereka bangun) di pagi hari (burika liummati fi bukuriha).

Berkah artinya terkumpulnya kebaikan ilahiah pada seseorang atau sesuatu atau suatu waktu seperti ter¬kumpulnya air di dalam kolam (tajam¬mu` al al khair al Ilahy ka tajammu` al ma fi al birkati). Dalam kehidupan sehari-hari, berkah artinya ter¬dayagunakannya nikmat Tuhan secara optimal. Orang yang bangun pagi akan memperoleh udara bersih, kesegaran badan, dan peluang bekerja yang lebih banyak.
Ketika bangun tidur dianjurkan untuk mem¬baca doa seperti yang diajarkan oleh Rasulullah, sebagai berikut:

Al hamdu lillahillazi ahya na ba`da ma ama tana wa ilaihin nusyur

Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada Nyalah kami kembali.

Rasulullah juga mengajarkan doa yang seyog¬yanya dibaca setiap pagi, sebagai berikut:
Allahumma bika asbahna wabika amsaina wa bika nahya wa bika namutu wa ilaihin nusyur
Artinya: Ya Allah, dengan nama Mu aku memasuki pagi hari dan dengan nama Mu pula aku memasuki sore hari. Dengan nama Mu ya Allah aku hidup, dan dengan nama Mu pula aku mati, dan kepada Mu lah tempatku kembali.

Read More
posted by : Mubarok institute

Thursday, June 05, 2008

Bertafakkur dan Tadabbur (3)
Tafakkur disebut juga merenung. Jika fikiran itu suatu potensi yang bisa menghubungkan konsep ilmu dengan obyek,maka tafakkur atau merenung adalah pengembaraan potensi itu mengikuti kapasitas akalnya. Tidak semua orang bisa bertafakkur, hanya orang dengan kualitas intelektual tertentu yang bisa bertafakkur, sedang orang awam biasanya tersesat pada lamunan, bukan renungan. Obyek berfikir biasanya ”teknis” sedangkan obyek renungan sifatnya sangat luas, misalnya merenungkan makhluk ciptaan Tuhan, merenungkan proses pergantian siang dan malam, merenungkan perjalanan hidup dirinya atau perjalanan hidup suatu bangsa. Tuhan melalui al Qur’an banyak sekali menegur manusia yang tidak mau bertafakkur (afala tatafakkarun). Produk tafakkur bukan hanya ilmiah, tetapi bahkan menggapai hakikat sesuatu. Bertafakkur bebas bisa menghasilkan filsafat dan orangnya disebut failasuf, sedangkan bertafakkur yang berdimesi vertikal bisa mengantar orangnya menjadi ulu al- albab yang renungannya bukan saja berbentuk ilmu pengetahuan atau filsafat, tetapi juga tercermin pada perilaku orang yang mengetahui rahasia berbagai fenomena alam dan kehidupan.

Bertadabbur.

Tadabbur berasal dari bahasa Arab dubur yang artinya dibalik atau di belakang . Jika orang bertafakkur fikirannya melayang-layang ke wilayah yang sangat luas dan jauh, tadabbur langsung menangkap apa yang ada dibalik yang difikir. Orang yang dendam sering berfikir keras bagaimana caranya membalas dendam dengan volume yang lebih dahsyat tapi ia berharap tindakan dendamnya tidak diketahui orang, tetapi ketika suatu ketika ia mengalami hal yang sama persis dengan kejahatan yang ia perbuat,maka ia langsung bisa melihat hakikat dibalik peristiwa. Maka sejak peristiwa itu ia takut mendendam, sebaliknya ia selalu menebar kasih sayang.

Orang yang memandang bentangan alam luas, fikirannya bisa melayang-layang jauh hingga kepada Tuhan sang Pencipta. Tetapi seorang yang untuk pertama kalinya menjalankan ibadah haji,ketika di Ka`bah ia bisa mencium hajar aswad dan bisa berdoa di multazam,maka ia tidak bisa berfikir melayang-layang jauh. Yang terasa ia merasa disambut langsung oleh Tuhan sehingga dari ratusan ribu orang tawaf ia merasa dipilih langsung oleh Nya untuk bisa mengadu di multazam. Ia tidak mengerutkan keningnya seperti orang yang bertafakkkur, tetapi air matanya bercucuran, ia merasa sangat diistimewakan oleh Tuhan padahal ia merasa sudah banyak melakukan dosa.
Al Qur’an surat Qaf 16 menyebut bahwa Tuhan berada pada jarak yang lebih dekat dibanding urat leher manusia, mengawasi lalu lintas bisikan jiwa, bukan hanya apa yang diperbuat dan dikatakan, tetapi apa yang hanya terlintas di dalam hatipun Tuhan mengetahui. Teks ayat ini merupakan informasi bagi manusia bahwa tidak ada sesuatupun yang dilakukan oleh manusia,yang baik maupun yang buruk kecuali pasti diketahui oleh Tuhan. Tidak ada sesuatu yang bisa dimanipulasi dari pengawasan Tuhan.

Tetapi efektifitas informasi dari ayat ini diterima secara berbeda oleh manusia, bergantung pada bagaimana tingkat pemahamannya, karena manusia ada yang hanya mampu berfikir, yang lain sudah bertafakkur, dan yang lain sudah bertadabbur

berfikir bisa menyerap informasi, tetapi hasilnya hanya bersifat kognitip.

Bertafakkur bisa membayangkan ruang lingkup informasi, dan hasilnya bisa bersifat afektip


Bertadabbur bisa merasakan kekuatan informasi sehingga hasilnya bukan hanya kognitip dan afektip, tapi sudah psikomotorik.

Orang yang sudah bisa bertadabbur terhadap ayat suci maka dalam dirinya sudah ada sistem pengawasan melekat. Ia tak pernah berandai-andai, memperhitungkan atau membayangkan melakukan suatu penyimpangan dengan harapan tidak akan ketahuan. Orang seperti ini sudah alergi terhadap hal-hal yang menyimpang. Nah saya yakin di negeri kita,baik yang mengawasi maupun yang diawasi mayoritas masih berada pada tataran berfikir, sedikit sekali yang bertafakkur dan hanya satu dua yang sudah bisa bertadabbur. Oleh karena itu hanya sistem yang ketat dan tepat yang bisa meminimalisir perilaku menyimpang aparatur negara , aparatur yang diawasi maupun aparatur yang mengawasi. Wallohu a`lamubissawab.

Read More
posted by : Mubarok institute
Berfikir, Tafakkur dan Tadabbur (2)
Berfikir Kreatip

Metode berfikir digunakan dimaksud agar memperoleh kesimpulan yang benar, keputusan yang tepat, problem solving yang tepat atau penemuan yang valid. Ternyata tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan metode berfikir konvensionil, karena metode tertentu hanya cocok untuk masalah tertentu juga. Misalnya, untuk membantu rakyat miskin dari dampak kenaikan BBM, dilakuan bantuan langsung tunai. Ternyata bantuan langsung tunai tidak kena sasaran karena uang itu malah mendidik perilaku konsumtip kepada orang miskin.

Untuk memecahkan masalah yang dilematis diperlukan adanya cara berfikir kreatip (creative thinking), yakni berfikir dengan menggunakan metode baru, konsep baru, penemuan baru,paradigma baru dan seni yang baru pula. Urgensi pemikiran kreatip bukan pada kebaruannya, tetapi pada relevansinya dengan pemecahan masalah. Karena kebaruan dan tidak konvensionalnya metode berfikir kreatip, maka orang yang kreatip sering tidak difahami oleh orang kebanyakan,dan tak jarang dianggap aneh atau gila (berfikir gila). Memang orang besar dengan orang gila itu jaraknya sangat tipis.

Jika dihubungkan dengan typology kepemimpinan,maka ada
(a) pemimpin yang muncul tepat pada zamannya, ada
(b) pemimpin yang karena kelamaan menduduki kursi kepemimpinan hingga kehilangan
kreatifitas dan tidak cocok dengan zamannya menjadi pemimpin kedaluwarsa, dan ada
(c) pemimpin yang datang mendahului zamannya. Pemimpin yang datang mendahului
zamannya biasanya fikiran-fikirannya sangat kreatip sehingga tidak bisa difahami
oleh orang sezamannya. Sepeninggalnya, sepuluh duapuluh tahun kemudian baru
orang faham apa yang dimaksud oleh sang pemimpin itu.

Indonesia pada situasi dillematis sekarang ini membutuhkan kehadiran pemimpin yang kuat kesabaran politiknya tetapi juga kreatip, bukan yang ”grasa-grusu” hiper aktip ingin cepat menggapai perubahan..


Proses Berfikir Kreatip

Secara psikologis, proses berfikir kreatip itu melalui lima tahap.
1.Orientasi,yakni merumuskan dan mengidentifikasi masalah
2.Preparasi, yakni mengumpulkan sebanyakmungkin informasi yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi
3.Inkubasi, yaitu berhenti dulu, tawaqquf dulu, cooling down dulu ketika mengalami kesul;itan mencari jalan pemecahan,
4.Iluminasi, yaitu mencari ilham, bisa dengan menyanyi, tidur, golf, atau berjalan-jalan secara tidakbiasa ke tempat yang tidak biasa
5.Verifikasi, yaitu menguji dan menilai secara kritis pemecahan masalah yang difikirkan.

Timbulnya pemikiran kreatip disamping didorong oleh kapasitas personal yang memang kreatip,juga didukung oleh situasi kebudayaan. Dalam lingkungan kerja otoriter, berfikir kreatip bisa membahayakan diri. Ciri-ciri orang kreatip adalah (a) memiliki kecerdasan diatas rata-rata, (b) memiliki sifat terbuka,dan (c) memiliki sikap yang bebas, otonom dan percaya diri.

Read More
posted by : Mubarok institute

Sunday, June 01, 2008

Berfikir, Tafakkur dan Tadabbur (1)
Salah satu keunggulan manusia terletak pada kekuatan berfikirnya. Menurut filsafat,definisi manusia adalah hewan yang berfikir (al’insanu hayawanun nathiqun). Manusia adalah hewan, kelebihannya ada pada kemampuannya berfikir. Jika manusia tidak lagi mampu berfikir, gila misalnya, maka yang tersisa hanya tinggal aspek hewannya dan bahkan meski orangnya gemuk sering dihargai lebih murah dibanding hewan yang kurus. Kemampuan berfikir merupakan wujud kecerdasan seseorang, tetapi kini sudah diketahui bahwa kecerdasan yang produktip bukan hanya kecerdasan intelektuil (berfikir) tetapi juga ada kecerdasan emosionaldan kecerdasan spiritual. Nah khusus tentang berfikirpun bukan hanya satu kualitas, tetapi ada tiga yaitu tafakkur dan tadabbur disamping berfikir itu sendiri yang kesemuanya berasal dari bahasa Arab.

Berfikir
Berfikir adalah kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang sebagai pengganti obyek dan peristiwa. Berfikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang nampak. Orang yang sedang berfikir keras terlihat duduk diam, tetapi sesungguhnya ia sedang mengerjakan begitu banyak hal, berhubungan dengan berbagai tempat, benda dan waktu. Fikiran (bahasa Arabnya al fikru) adalah potensi yang dapat mengantar pengetahuan sampai kepada obyek yang diketahui,atau dalam bahasa Arab disebut (quwwatun muthriqatun li al`ilmi ila alma`lum). Sedangkan berfikir artinya menggunakan potensi itu sesuai dengan kapasitas intelektualnya. Dalam kehidupan sehari-hari berfikir diperlukan untuk

(a) memecahkan masalah (problem solving),

(b) untuk mengambil keputusan (decision making) dan

(c) untuk melahirkan kreatifitas baru (creativity).

Dalam sastra Arab disebutkan bahwa kalimat berfikir (fakara) adalah kalimat terbalik dari kalimat faraka yang artinya menggosok-gosok. Jadi berfikir itu bagaikan orang yang menggosok-gosok dan mencari-cari sesuatu agar diketahui hakikatnya.

Metode Berfikir
Ada orang yang selalu berfikir (failasuf), ada yang hanya kadang-kadang saja berfikir (orang awam) dan ada yang berfikir setiap kali merasa perlu harus berfikir (teknisi). Ada orang yang seperti berfikir(melamun), dan ada orang yang berfikir secara realistis. Berfikir realistis disebut juga dengan berfikir nalar (dari bahasa Arab nadhar yang artinya memandang). Berfikir realistis atau nalar biasanya dibedakan pada dua metode yaitu induktip dan deduktip.

Berfikir deduktip artinya mengambil kesimpulan khusus dari pernyataan umum,misalnya ; semua pejabat korupsi, pak Hasan gebernur,maka kesimpulannya pak Hasan koruptor. Sebaliknya berfikir induktip artinya mengambil kesimpulan umum dari pernyataan khusus,misalnya; Gara-gara melawan Gus Dur,Matori Abdul Jalil jatuh, Abu Hasan juga jatuh, Pak Alwi Syihab juga jatuh, Saufullah Yusuf juga jatuh, maka kesimpulannya siapapun yang berani melawan Gus Dur ia pasti jatuh.

Disamping kedua metode berfikir itu ada metode berfikir yang disebut berfikir evaluatip, yaitu berfikir kritis, memilah-milah masalah, membuat distingsi dan menilai apakah sesuai atau tidak, tepat atau tidak tepat. Kemampuan berfikir tidak menjamin keberhasilan, berfikir logis terkadang membuat ruwet, berfikir tidaklogis terkadang lebih praktis dan aman. Banyak masalah ketika dibicarakan secara serius, dicarikan solusinya justeru menjadi semakin ruwet, ketika tidak dipikirkan justeru masalah itu selesai dengan sendirinya. Berfikir mempersatukan PKB Muhaimin Iskandar dan PKB Gus Dur mungkin ruwet, tetapi ketika gak usah dipikir repot-repot malah nanti PKB akur sendiri.

Read More
posted by : Mubarok institute
My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger