Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Monday, January 31, 2011

Makna Senyum( 3)
Pemimpin : Pilar Budaya Masyarakat Bermartabat

Saya pernah mengantar seorang guru spiritual dari Siprus,yaitu Syeh Nazim `Adil al Qubrusy menemui Presiden Abdurrahman Wahid pada bulan-bulan terakhir masa kepresidenannya. Banyak sekali joke yang disampaikan oleh Gus Dur, panggilan akrab Presiden di depan tokoh spiritual itu. Sesekali Syekh Nazim memang terkekeh mendengar joke itu,
tetapi nampak sekali sorot mata keprihatinan beliau dalam bercanda dengan Presiden Gus Dur itu.

Ketika keluar dari istana, rombongan kami berpapasan dengan demo mahasiswa dalam jumlah yang cukup besar. Dalam demo itu mahasiswa menyanyikan lagu-lagu yang liriknya menuntut Gus Dur, berbunyi ”wahai Gus Duuur, silahkan munduuuur , untuk cukup menjadi gubernuuuur, di Jawa Timuuuur. Yaahh mahasiswa melagukan kalimat itu dengan penuh cemooh. Seperti kita ketahui Jawa Timur memang basis dukungan fanatik kepada Presiden Gus Dur hingga Gus Fawaaid dari Pesantren Asembagus Situbondo ke Jakarta memimpin sendiri demo dukungan untuk Presiden Gus Dur. Syekh Nazim bertanya apa arti lagu-lagu yang diteriakkan oleh demonstran mahasiswa. Tapi yang sangat beliau perhatikan adalah ketika demonstran mengerek patung kertas Presiden Gus Dur dan kemudian membakarnya. Secara spontan Syekh Nazim berkata dalam bahasa Inggris yang sangat fasih. Bangsa yang menurunkan pemimpinnya secara tidak terhormat dijamin pemimpin yang menggantikannya tidak akan lebih baik dibanding pemimpin yang diganti. Ketika itu kami mendengarkan tetapi sekedar mendengar tanpa sempat merenungkan kedalaman maknanya.

Belakangan ketika carut marut negeri tak kunjung berakhir barulah kata-kata guru spiritrual itu seperti terngiang-ngiang di telinga. Benar juga, kita semua sudah tahu kualitas pengganti Presiden Gus Dur. Bukan hanya itu, yang sangat memprihatinkan adalah pelecehan kepada pemimpin di semua tingkatan terus berlangsung hingga hari ini,bukan hanya dilakukan oleh demonstran mahasiswa, tetapi juga oleh orang-orang yang sesungguhnya sudah masuk dalam deretan pemimpin nasional. Mereka tidak sadar bahwa seorang pemimpin politik yang melecehkan pemimpin negara, pada gilirannya nanti sang pemimpin politik menjadi pemimpin negara juga akan dilecehkan oleh lawan-lawan politiknya. Mahasiswa yang suka melecehkan pemimpin pun nanti ketika menjadi ketua BEM akan dilecehkan oleh sesama mahasiswa.

Melakukan pelecehan kepada pemimpin negara yang sedang menjabat, bukanlah perbuatan orang terhormat apalagi jika pemimpin negara itu produk dari sistem konstitusi yang sah, Kehormatan seorang pemimpin melekat pada dirinya, baik ketika ia sedang menjabat (karena terpilih),maupun ketika menjadi oposisi (karena tidak terpilih). Memang tidak semua pemimpin yang kita hormati adalah orang terhormat. Sebaliknya seorang pemimpin yang terhormat, ia tetap terhormat meskipun tidak dihormati.

Jika kita tengok sejarah pemimpin puncak negeri kita, hati menjadi masygul ketika melihat nasib semua Presiden kita setelah tidak menjabat. Ketika bencana tsunami melanda Aceh, Amerika yang sering dituduh sebagai masyarakat sekuler mengirim dua mantan Presidennya,Clinton dan Carter ke Aceh sebagai wakil resmi dari negara dan bangsa Amerika. Sungguh satu apresiasi yang sangat bermartabat dari bangsa Amerika kepada pemimpinnya, meski sudah tidak menjabat. Bangsa Indonesia yang sering disebut sebagai bangsa yang beragama ternyata tidak bisa mengapresiasi pemimpin bangsanya secara bermartabat.

Lihat saja,Bung Karno diturunkan secara emosional oleh MPR, Pak Harto yang ketika naik dielu-elukan juga disikapi secara emosional oleh MPR yang mengangkatnya, hingga jatuh. Baik Bung Karno maupun Suharto,keduanya setelah tidak menjabat sebagai presiden tidak lagi menerima penghormatan. Mereka berdua ”dikurung” secara politik dan sosial hingga akhir hayatnya. Pak Habibi pun diturunkan secara emosional oleh MPR, dan setelah tidak menjabat, beliau membutuhkan beberapa tahun untuk ”bersembunyi” di Jerman. Hanya Presiden Gus Dur yang meski juga diturunkan secara emosional oleh MPR yang mengankatnya, ia tetap tidak berubah, baik ketika menjadi Presiden maupun setelah menjadi mantan, karena beliau selalu mensikapi dengan kalimat cuek; Gitu aja kok repot.

Ketika SBY terpilih menjadi presiden ke VI menggantikan bu Megawati, nampak sekali SBY ingin mengakhiri kebiasaan tidak menghormati mantan Presiden. Beliau menunggu ucapan selamat dari Bu Mega agar bangsa ini tercerahkan oleh sikap legowo pemimpin yang kalah dalam pemilihan, tapi Bu Mega tidak hadir, bahkan hingga hari ini beliau tak pernah berkenan menghadiri upacara 17 Agustus di istana. Pak Hamzah Haz, mantan wakil presidennya Bu Mega yang diingatkan oleh wartawan untuk mengucapkan selamat kepada Presiden terpilihpun lebih memilih solidaritas kepada bu Mega daripada memulai dengan sikap elegan. Pak Hamzah Haz malah menjawab, kan tidak ada aturannya yang kalah harus mengucapkan selamat kepada yang menang.

Ketika TV setiap hari menayangkan berita pelecehan kepada pemimpin, baik di daerah maupun di pusat, bahkan mahasiswa yang dalam demonya selalu mengusung issue kepentingan rakyat kecil juga melakukan tindak anarkis dan melecehkan pemimpin termasuk membakar foto Presiden dan Wakil Presiden (SBY-JK, dan SBY Budiono) pilihan rakyat langsung dan masih menjabat. Bagaimana jadinya nanti setelah tidak menjabat ? Keprihatinan ini kembali mengingatkan saya kepada Syekh Nazim, guru spiritual dari Siprus.

Malam hari setelah kunjungan ke Presiden Abdurrahman Wahid, ketika beliau beristirahat setelah mengikuti dzikir khataman Khawajagan jamaah Tarikat Naqsyabandi Haqqani di Jl. Brawijaya, di depan kami-kami yang duduk disekelilingnya,beliau berkata; Pilar budaya masyarakat bermartabat itu ada tiga, menghormati orang tua, menghormati guru dan menghormati pemimpin. Jika yang satu dilecehkan, maka ketiganya akan terlecehkan. Ternyata kata-kata Syeh Nazim benar. Kini ketika semua pemimpin dilecehkan, gurupun sudah tidak bisa dipercaya untuk mengawasi Ujian Nasional murid-muridnya sehingga harus dikawal polisi. Betapa sedihnya kita semua, ketika nanti tiba giliran orang tuapun sudah tidak didengar nasehatnya oleh anak-anaknya, apalagi oleh cucunya.

Sungguh sangat menarik apa yang belum lama berlangsung di Amerika, Hillary Clinton dan Barack Obama bersaing dengan amat sangat sengit, terkadang tak terhindar keluarnya kata-kata yang saling merendahkan. Tetapi begitu sampai finish bahwa Barack Obamalah yang menang sebagai kandidat,langsung Hillary berteriak mendukung Obama, menyatu untuk tujuan bersama yang lebih besar. Begitupun Mcain setelah kalah dariObama. Nah.... pemimpin2 kita....?, selama lima tahun masa kepresidenan , yang kalah tak pernah memberi dukungan kepada presiden terpilih demi untuk tujuan yang lebih besar yaitu tujuan nasional. Sepanjang lima tahun para pemimpin yang kalah tetap konsisten melecehkan yang menang, seperti persaingan abadi, pilpres abadi. Masih di tahun pertama 2010 sudah kampanye untuk pilpres 2014, dan tak mengingat tujuan bersama hidup berbangsa dan bernegara. Sungguh.... perlu segera ada gagasan terobosan untuk mengembalikan martabat bangsa ini dengan menempatkan orang tua, guru dan pemimpin pada tempat yang dijamin terhormat dan dihormati dalam sistem hidup berbangsa dan bernegara.

Read More
posted by : Mubarok institute

Sunday, January 30, 2011

Makna Senyum (2)
Senyum Pak SBY

oleh Zaim Uchrowi

Sudah lama Presiden kita tak tersenyum. Tugas berat memang membuat otot pipi susah menarik bibir. Apalagi persoalan demi persoalan datang seperti tak mau jeda. Kemajuan di sana-sini terlihat jelas. Akan tetapi, banyaknya rakyat susah memang akan selalu mengusik perasaan. Kapan kehidupan rakyat bawah akan benar-benar terangkat? Pemimpin yang baik akan selalu memikirkan beban itu.

Pak SBY, Presiden kita, sudah mencoba untuk tak terjebak realitas tadi. Persoalan tak akan terselesaikan dengan mengernyitkan kening. Sebaliknya, tersenyum sering dapat membantu mengatasi masalah. Ilham acap datang ketika hati tersenyum, di tengah keadaan serumit apa pun. Untuk dapat membuat hati tersenyum, biasanya perlu dipancing dengan senyum bibir. Pak SBY tahu itu.

Ada cara-cara yang biasa dilakukan Pak Presiden buat memecahkan beban hati. Saat kunjungan, kadang Pak SBY meluangkan waktu buat menikmati suasana alam. Foto Pak SBY duduk di kursi menikmati pagi berkabut di perkebunan kopi di Jawa Tengah sulit terhapus dalam ingatan banyak orang. Foto itu bukan cuma indah. Foto itu juga memancarkan nuansa tenteram dan sejahtera yang sangat kuat. Suasana yang sungguh kita harapkan ada pada diri Pak SBY, dan tentu juga seluruh masyarakat.

Cara lain melepas penat Pak SBY adalah menyanyi dan bermusik. Beberapa kali ditayangkan televisi, Pak SBY menyanyi bersama 'grupnya'. Di antaranya dengan Heru Lelono, salah seorang staf terdekatnya yang dikaitkan dengan 'bensin air' blue water dan padi hebat supertoy. Terobosan yang dinilai membohongi publik itu. Ekspresi Pak SBY tampak lepas saat menyanyi. Hal yang memang semestinya demikian. Mungkin belakangan ini beliau makin tak punya waktu untuk bermusik.

Toh, di tengah beban berat, Pak SBY tak kehilangan selera humor. Di antaranya dengan berseloroh di hadapan orang-orang dekatnya. Saat suasana hati sedang nyaman, ketika memberi pidato sambutan pun Pak Presiden acap menyisipkan canda. Pak SBY cukup pandai untuk keluar dari pidato normatif. Bagi yang biasa mengikutinya, seloroh Pak Presiden soal gaji adalah soal biasa. Faktanya, memang gaji presiden sudah tujuh tahun tak naik. Dalam kehidupan ekonomi rumah tangga presiden, nilai gaji itu juga tak berarti sama sekali.

Celakanya, masyarakat kita masyarakat unik. Penanaman budaya feodalistik yang dilakukan penjajah benar-benar meresap. Dalam budaya feodalistik, menjadi pamong praja yang digaji merupakan impian. Sebagian besar rakyat menginginkan menjadi orang yang digaji. Beda dengan rakyat Cina yang lebih memimpikan bisa menggaji diri sendiri. Di negeri ini, gaji menjadi isu sensitif. Itu yang menghambat sistem gaji pemerintahan tak dapat dikembangkan ke standar profesional.

Pada saat yang sama, sebagian masyarakat kita juga begitu gandrung pada politik (model kuno). Sebuah kegandrungan yang dapat dimengerti. Politik (model kuno) saat ini terbukti menjadi jalan paling efektif buat melesatkan kekayaan diri. Banyak orang ingin 'basah', maka banyak orang menggarap politik. Gaji merupakan isu menarik buat dipolitikkan. Apalagi dikaitkan dengan presiden. Tak peduli itu hanya seloroh. Lalu, digarisbawahi bahwa seolah tidak pantas presiden berseloroh soal gaji di tengah kemiskinan masyarakat.

"Lelucon yang tidak lucu," kata Pak Achmad Mubarok, sesepuh Partai Demokrat, menanggapi gerakan 'Koin Presiden' untuk mengejek Pak SBY. Pak Mubarok benar. Bukan bangsa baik yang suka mengejek pemimpinnya sendiri, apa pun kekurangan yang dimiliki sang pemimpin. Selain itu, seluruh bangsa ini juga sudah saatnya membicarakan terbuka gaji pegawai publik. Sistem gaji pemerintah saat ini merupakan produk budaya hipokrit bangsa.

Secara formal, gaji ditetapkan sangat rendah untuk menghindari kecemburuan rakyat feodalistik kita yang bermimpi digaji. Penghasilan yang berlipat kali lebih besar diperoleh dari skema di luar gaji. Mempertahankan sistem penggajian sekarang sama halnya mengukuhkan kehipokritan bangsa ini.

Sekarang saat kita membangun era baru. Sekarang saat kaidah profesional makin intensif untuk disuntikkan ke tubuh bangsa ini. Untuk ukuran sekarang, gaji presiden Rp 10 miliar dan gaji menteri Rp 2 miliar sebulan sama sekali tidak berlebihan. Itu masih harus dipotong pajak. Berbagai uang lain-lain, seperti 'uang rapat', 'uang perjalanan dinas', dan 'honor panitia' harus dihapus dari sistem birokrasi. Memang banyak yang belum siap dengan format itu. Namun, kita berharap, Pak SBY berani membuat keputusan itu pada akhir masa jabatannya nanti, buat mewariskan pemerintahan masa depan yang benar-benar profesional.

Kehipokritan bangsa yang menghambat maju selama ini harus dikurangi. Di antaranya melalui transformasi sistem gaji tadi. Itu perlu dibicarakan terbuka dengan tersenyum. Senyum selalu meringankan buat mengatasi masalah. Maka, kita berharap Pak SBY pun tersenyum seperti dulu. Walaupun mungkin senyumnya belum bisa lepas. Banyak warga masih sulit tersenyum. Kita berharap suatu hari nanti senyum Pak SBY benar-benar lepas karena seluruh warga sudah tersenyum.

Read More
posted by : Mubarok institute

Thursday, January 27, 2011

Makna Senyuman (1)
Senyuman pada umumnya difahami sebagai ekpressi keramahan, tetapi kita mengenal ada istilah senyum sinis, senyuman berbisa, senyum getir disamping senyuman yang bernuansa positip. Pernah ada senyuman yang sangat menggoda Presiden Bush Amerika, yaitu senyuman Amrozi ketika divonis hukuman mati oleh pengadilan terorisme. Orang Amerika hanya bisa menyebut Amrozi sebagai teroris murah senyum.

Tingkahlaku dan senyuman adalah ekpressi jiwa. Untuk memahami makna senyum dan aksi orang seperti Amrozi dibutuhkan Psikologi. Selama ini Psikologi difahami sebagai Western Psychology yang mengasumsikan perilaku dan tingkahlaku manusia sebagai sesuatu yang universal, tetapi yang sesungguhnya Psychology Barat hanya benar untuk menganalisis manusia Barat, karena sesuai dengan kultur sekuler yang melatarbelakangi lahirnya ilmu tersebut. Di belahan dunia lain, perilaku manusia dipengaruhi oleh sistem nilai yang berbeda dengan sistem nilai masyarakat Barat. Apa yang diklaim sebagai human universals, haruslah diuji sahih dengan multiple indigenous psychology.

Indigenous psychology dapat didefinisikan sebagai pandangan psikologi yang asli pribumi, yang tidak trasported dari wilayah lain, dan memang didesain khusus untuk masyarakat itu. Dengan kata lain indigenous psychology adalah pemahaman yang berdasar pada fakta-fakta atau keterangan yang dihubungkan dengan konteks kebudayaan setempat.

Memahami senyum Amrozi tidaklah cukup hanya dengan membandingkan senyuman orang Barat. Ia harus dicari akarnya pada kultur Jawa Timur, kultur santri, kultur pekerja wiraswasta dan kultur pejuang bersenjata (mujahid, muqatil).

Senyuman Pak Harto dulu pernah dijadikan judul buku The Smiling General, senyuman seorang General. Pak Harto adalah sosok pemimpin yang memimpin dengan hard power, seorang yang senyumnya Nampak malu-malu tetapi kemauannya sangat keras tidak boleh ada yang menghalangi, Berani menghalangi keinginan Pak Harto, orang akan merasakan betapa berat akibatnya, oleh karena itu tidak ada yang berani memandang sinis senyuman beliau.

Berbeda dengan Pak Harto adalah pak SBY. Dua-duanya jenderal dan dua-duanya Presiden RI, Pak SBY meskipun tentara dan jenderal, karakternya soft dan memerintah dengan soft power. Apa saja yang dilakukan oleh Presiden SBY bisa dikomentari bahkan diplesetkan. Ada tulisan Zaim Ukhrowi di kolom resonansi Koran Republika 28 Januari tentang senyum SBY, saya kutip apa adanya

Read More
posted by : Mubarok institute

Monday, January 17, 2011

Kesulitan sebagai Sistem Hidup
Syahdan ketika Adam dan Hawa masih berada di surga,Tuhan mempersilahkan kepada keduanya untuk menikmati semua fasilitas surga tanpa harus berjuang lebih dahulu, karena surga memang bukan medan perjuangan. Dari fasilitas kenikmatan surgawi yang tak terhitung jumlahnya, seperti disebut dalam al Qur’an, hanya satu yang dilarang oleh Tuhan, yaitu tidak boleh memetik buah khuldi, wala taqroba hadzihis syajarota fatakuna min al khosirin, jangan kalian dekati pohon ini, kalian berdua bisa rugi nanti.

Rupanya sudah menjadi skenario pembelajaran, bahwa manusia terkadang tidak pandai bersyukur. Sudah diperbolehkan mengambil semua kecuali yang satu ini, eh justeru larangan itulah yang menggodanya. Syetan menggoda Adam dengan menanamkan logika bahwa kunci keabadian itu ada dalam pohon yang terlarang itu . Semua fasilitas surgawi tak bermakna tanpa yang satu itu, rayu syaitan. Adam bersikukuh tak mau menyentuh yang dilarang. Namanya juga syaitan,gagal menggoda Adam, syaitan tak berputus asa, ia mendatangi Hawa isterinya. Rupanya juga sudah menjadi skenario, wanita lebih mudah tergoda untuk mengetahui rahasia dibalik larangan itu, maka Hawa lah yang merajuk merayu Adam supaya dipetikkan buah terlarang itu. Juga sudah menjadi skenario, laki-laki sering tak tahan berpegang kepada prinsip jika mendapat rayuan wanita, maka Adampun melanggar prinsip yang dianut, melanggar apa yang dilarang Tuhan, memetik buah khuldi demi menyenangkan isteri tercinta.

Setelah pelanggaran itu, babak baru kehidupan manusia dimulai. Adam dan Hawa terlempar dari surga yang segalanya serba mudah dan nikmat, lalu ditempatkan dimuka bumi sebagai khalifah Tuhan. Kata Tuhan, di bumi segalanya juga telah kusediakan untukmu, tetapi tidak ada yang gratis di sana. Segala kesenangan,kenikmatan bisa kalian peroleh setelah kalian berhasil berjuang menaklukkan kesulitan. Lama Adam dan Hawa harus beradaptasi dengan sunnatulloh kehidupan dibumi. Tapi Adam dan Hawa tidak bisa lari dari sistem hidup, Adam pun harus menghadapi kenyataan dua anaknya, Qabil dan Habil terlibat konflik hingga berbunuhan. Benarkah hidup di dunia ini tidak enak karena harus menghadapi kesulitan ? Ternyata, seperti yang disebut al Qur.an, bersama kesulitan ada kemudahan, inna ma`a al`usri yusro, dibalik kesulitan ada kenikmatan.

Tabiat Manusia

Manusia memiliki kodrat sebagai makhluk budaya (madaniyyun bi atthob`i) dan sebagai mahkluk sosial (ijtima`iyyun bi atthob`i). Sebagai makhluk budaya manusia memiliki konsep,gagasan dan keyakinan yang dianut, yang kemudian memandu dirinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia punya konsep tentang keindahan, tentang kehormatan, tentang kebesaran dan tentang kehinaan. Sebagai makhluk budaya,manusia juga mengenal nilai-nilai teori, nilai ekonomi,nilai agama, nilai seni, nilai kuasa dan nilai solidaritas, dan dominasi nilai-nilai itu akan membentuk orang menjadi ilmuwan, ekonom, rohaniwan, seniman, politikus dan humanis. Bisa juga terjadi ada ilmuwan yang mistis, politisi pejuang, ulama rasionil, aktifis HAM yang korup, seniman yang failasuf, penguasa yang repressip dan sebagainya. Bagi manusia yang memiliki peradaban yang tinggi, ia merasa sangat terhina untuk meraih sukses diatas penderitaan orang lain, atau memperoleh kemenangan dengan kecurangan. Sedangkan orang yang berbudaya rendah, ia berbangga dapat memperdaya orang lain, memperdaya Pemerintah, dan memperdaya orang banyak. Bagi orang yang berperadaban rendah, keberhasilan adalah tujuan utama, sedangkan cara, itu hanya soal teknis,bukan nilai, sementara menurut orang yang berperadaban tinggi, keberhasilan yang bertumpu kepada cara yang tak bernilai adalah sebuah kegagalan.

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki keiinginan bekerjasama dan bersaing sekaligus. Manusia menyadari kelemahannya oleh karena itu ia ingin bekerjasama dengan manusia lainnya untuk mempercepat pencapaian tujuan bersama. Tetapi manusia juga memiliki keunikan, yakni setiap orang adalah dirinya, mempunyai fikiran,perasaan dan kehendak yang khas, dirinya berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu. ketika sedang bekerjasama ada yang benar-benar tulus bekerja sama untuk tujuan bersama, ada yang unik, yaitu memiliki agenda sendiri, ingin mencapai tujuan sendiri diluar tujuan bersama. Sesama orang yang memiliki agenda sendiri mereka bersaing, terkadang secara fair dan tak jarang tidak fair. Godaan untuk bersaing secara tidak fair menguat terutama dalam persaingan politik dan persaingan bisnis. Banyak orang demi tujuan politik dan tujuan bisnisnya melakukan sesuatu yang justeru merendahkan martabat dirinya sebagai manusia.

Perjuangan Dalam Hidup

Dalam Al qur’an , perjuangan disebut dengan term jihad .Kata jihad dalam berbagai kata bentukannya disebut sebanyak 41 kali tersebar dalam 19 ayat. Sebagian turun di Makkah dan sebagian di Madinah. Secara lughawi, jihad nengandung arti memerangi musuh, mencurahkan segala kemampuan dan tenaga berupa kata-kata, perbuatan atau segala sesuatu yang disanggupinya. Kata jihad, bisa berarti perjuangan dalam bentuk perang melawan musuh, bisa juga berarti bekerja keras non perang. Dari akar kata jihad inilah kemudian ada kalimat ijtihad, yakni kerja keras secara intelektual, berjuang secara intelektual dan mujahadah an nafs, kerja keras secara ruhaniah , perjuangan spiritual.

Sedangkan dalam hadis Nabi, kata jihad juga digunakan dalam kontek perjuangan spiritual ibadah haji, .Perintah jihad ada yang ditujukan kepada pribadi (mukhatab mufrad) dan kebanyakan ditujukan kepada kelompok (mukhatab jamak).. Perintah jihad juga ada yang disebut obyeknya, tetapi lebih banyak yang tidak menyebut obyeknya. Yang disebut justeru maknanya, yaitu jihad di jalan Allah, fi sabililah. Kaidah penafsiran mengajarkan bahwa jika suatu kata kerja transitip disebutkan dalam suatu ayat tanpa disertai penyebutan obyeknya, maka obyek kata kerja itu bersifat umum. Dengan demikian maka obyek jihad bukan hanya musuh dalam peperangan , tetapi segala hal yang tercakup dalam kalimat fisabilillah.misalnya memberi makan fakir miskin, membebaskan perbudakan (al Balad; 13-16) Dengan demikian maka jihad tidak mesti menggunakan senjata, tetapi bisa juga pena atau lisan. Dalam konteks ini, guru yang dengan kesejahteraan minimal tetapi optimal dalam mencerdaskan generasi bangsa adalah pejuang atau mujahidin, pekerja sosial yang bergelut mempertaruhkan segala kemampuannya untuk membantu mengangkat martabat masyarakat sesunguhnya adalah juga mujahidin atau pejuang. Ciri pejuang adalah gigih berpegang teguh kepada prinsip yang dianut meski beresiko mati.Nah orang yang tengah berjuang kemudian mati dalam perjuangannya disebut mati syahid (arti syahid = saksi) , maknanya kematian itu menjadi saksi atas kegigihan usahanya, dan itu merupakan taruhan dari kehormatannya. Untuk orang-orang terhormat, kata Nabi hanya ada dua pilihan; `isy kariman aw mut syahidan, hiduplah secara mulia atau mati sebagai syahid.

Makna Kesulitan

Sesungguhnya kesulitan adalah persepsi. Sesuatu yang sulit dimata seseorang ternyata dipandang mudah oleh orang lain. Persepsi itu dipengaruhi oleh perhatian, konsep fungsional dan konsep struktural. Orang yang besar perhatiannya kepada nilai kejujuran maka ia tidak merasa sulit ketika harus menerima resiko seberat apapun, Seorang ibu merasa biasa-biasa saja ketika harus menghadapi kesulitan dalam mengasuh anak-anaknya yang bandel karena itu memang fungsi seorang ibu. Ada orang yang memandang kesulitan sebagai hambatan, tetapi orang lain memandang kesulitan yang sama hanya sebagai tantangan. Menghadapi hambatan membuat hati kesal dan lelah, sedangkan menaklukkan tantangan adalah sesuatu yang indah , nikmat dan semangat. Pada dasarnya manusia yang berbudaya tinggi menyukai tantangan, seorang petinju merasa terhormat jika memperoleh kesempatan bertarung melawan jagoan dan sang juara, dan merasa terhina ketika disodori petinju ayam sayur. Hidup tanpa kesulitan adalah membosankan, oleh karena itu orang-orang yang lama tidak menghadapi kesulitan yang sebenarnya, mereka kemudian membuat kesulitan buatan untuk menghibur diri. Pemanjat wall climbing atau panjat tebing adalah mereka yang sengaja mencari kesulitan sebagai hiburan sambil berspekulasi siapa tahu di belakang harus memanjat gunung beneran.

Read More
posted by : Mubarok institute

Sunday, January 16, 2011

Problem Membangun Sebuah Society
Ada beberapa sebutan untuk menyebut society (masyarakat), antara lain; masyarakat madani, atau komunitas ilmiah. Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab musyarakah. Dalam bahasa Arab sendiri masyarakat disebut dengan sebutan mujtama`, yang menurut Ibn Manzur dalam Lisan al `Arab mengandung arti (1) pokok dari segala sesuatu, yakni tempat tumbuhnya keturunan, (2) kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda . Sedangkan musyarakah mengandung arti berserikat, bersekutu dan saling bekerjasama. Jadi dari kata musyarakah dan mujtama` sudah dapat ditarik pengertian bahwa masyarakat adalah kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda tetapi menyatu dalam ikatan kerjasama, dan mematuhi peraturan yang disepakati bersama.

Dari pengertian itu maka dapat kita bayangkan bagaimana anatomi dari masyarakat yang berbeda-beda. Dapat dijumpai misalnya ada; masyarakat desa, masyarakat kota, masyarakat Indonesia, masyarakat dunia, masyarakat Jawa, masyarakat Islam, masyarakat pendidikan, masyarakat politik dan sebagainya.Semua jenis masyarakat tersebut pastilah terdiri dari unsur-unsur yang berbeda-beda tetapi mereka menyatu dalam satu tatanan sebagai wujud dari kehendak bersama.

Karena adanya dua atau beberapa kutub; yakni berasal dari unsur yang berbeda-beda tetapi bermaksud menyatu dalam satu tatanan, maka dari kutub pertama ke kutub ke dua ada proses yang membutuhkan waktu yang panjang. Masyarakat Indonesia misalnya, sudahkah mereka menyatu dalam kesatuan ? ternyata setengah abad merdeka belum cukup waktu untuk menyatukan sebuah masyarakat Indonesia meski sudah diwadahi dengan istilah Bhineka Tunggal Ika. Abad pertama kemerdekaan Indonesia nampaknya masyarakat Indonesia sebagai satu kesatuan masih merupakan nation in making, masih dalam proses menjadi. Hambatan dari proses itu adalah adanya rujukan dan kepentingan yang berbeda-beda. Demikian juga masyarakat Islam Indonesia, masyarakat OKI dan sebagainya.

Masyarakat Madani

Istilah masyarakat madani terinspirasi dari nama kota Madinah al Munawwarah, yakni kota dimana terbangun masyarakat Islam generasi pertama dibawah “konstitusi” Piagam Madinah. Sebagaimana diketahui kota Madinah semula bernama Yatsrib, tetapi setelah Nabi Muhammad hijrah ke kota itu, Nabi mengubah namanya menjadi Madinah al Munawwarah. 0Lama tak ada orang yang menganalisis nama itu dalam perspektip sosiologis modern. Ketika ramai-ramainya kajian tentang konsep Barat yang bernama masyarakat sipil atau Civil Society, barulah nama Madinah al Munawwarah menjadi sangat menarik untuk dikaji, ada apa gerangan konsep dibalik nama itu. Kata Madinah berasal dari kata tamaddun yang artinya budaya, sementara al munawarah artinya yang disinari. Jadi konsep Madinah al Munawwarah adalah kota yang penduduknya berbudaya tinggi dimana budayanya disinari oleh wahyu Tuhan.

Apa buktinya ? Bayangkan betapa kuatnya kedudukan politik Nabi Muhammad, memiliki legitimasi horizontal dan legitimasi vertikal, tetapi Muhammad tidak tergoda untuk menjadi raja atau penguasa, padahal pada zaman itu hanya dikenal satu model kekuasaan yaitu kerajaan. Dalam posisi yang sangat kuat, Muhammad tetap memberdayakan tokoh-tokoh senior sebagai sahabat besar yang selalu dimintai pendapatnya dalam urusan-urusan umum layaknya di zaman demokrasi, dan para sahabat besar itu seperti anggauta parlemen yang ditunjuk, bukan pilihan rakyat .

Nabi juga mau mendengarkan kritik dan saran dari masyarakat seperti yang berlangsung pada masyarakat sipil. Muhammad mempunyai jatah rampasan perang (ghanimah) hingga 20 %, angka yang cukup untuk membuatnya sebagai orang kaya raya, tetapi beliau lebih memilih hidup sederhana. Pada era yang masih sangat tradisional, Nabi mengikat kerjasama sosial politik dengan semua golongan yang hidup di Madinah, yaitu kaum Yahudi dan Nasrani serta komunitas suku-suku dalam apa yang disebut dengan piagam Madinah dimana semua warga memiliki kewajiban bersama dalam mempertahankan “kemerdekaan” kota Madinah, berikut sanksi bagi pelanggar piagam, satu model yang hanya dikenal oleh masyarakat modern.

Begitupun etika peperangan, Muhammad benar-benar menghormati hak azazi manusia, dalam peperangan maupun dalam memperlakukan tawanan perang, padahal ketika itu budaya perang yang berlangsung adalah budaya barbar. Pada masa Nabi di Madinah belum ada sekolahan, belum ada buku, belum ada ilmu pengetahuan dalam pengertian sekarang, tetapi peradaban yang dikembangkan sudah sangat tingi melampaui zamannya. Dari itulah, Dr. Anwar Ibrahim dan juga Mahatir dari Malaysia menggunakan istilah masyarakat Madani ketika menyebut civil society dalam perspektip Islam.

Komunitas Ilmiah

Jika kita menyebut komunitas ilmiah yang dimaksud adalah kelompok masyarakat yang disatukan identitasnya oleh paradigma ilmiah, yakni mereka berfikir dan bertindak mengikuti panduan-panduan metodologi keilmuan dalam mengatasi berbagai persoalan kehidupan. Komunitas ilmiah bisa dikecilkan lagi pada komunitas yang lebih terbatas misalnya mereka yang tergabung dalam organisasi semisal Ikatan Dokter, Persatuan Insinyur, himpunan ahli biologi dan seterusnya.

Sedangkan masyarakat keilmuan (mujtama` al `ilmi) atau boleh juga disebut masyarakat terpelajar adalah masyarakat yang tumbuh dan berkembang dibawah panduan budaya keilmuan. Kebudayaan adalah konsep, gagasan, dan keyakinan yang dianut oleh suatu masyarakat dalam waktu lama, konsep mana kemudian memandu tingkah laku mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya.

Nilai-nilai kebudayaan bisa datang dari ajaran agama, dari cara kerja alam sekitar, bisa juga dari penghayatan dan persepsi dari interaksi sosial. Kebudayaan yang rendah biasanya hanya diilhami oleh tradisi setempat, sedangkan kebudayaan yang tinggi dilhami oleh nilai-nilai rasional dan nilai-nilai etik serta estetik. Kebudayaan bisa melahirkan ilmu pengetahuan, sementara ilmu pengetahuan bisa meninggikan kualitas kebudayaan. Ilmu berhubungan dengan nilai-nilai dan juga dengan teknik efisiensi .

Oleh karena itu masyarakat terpelajar biasanya rasional dan efisien. Pada sisi lain nilai-nilai estetik dan etik dari masyarakat terpelajar biasanya lebih bernalar dibanding nilai-nilai yang dianut masyarakat “tradisionil”.

Tidak mudah membangun masyarakat terpelajar. Komunitas Pesantren di Indonesia sesungguhnya memiliki kode etik “ilmiah” yang tingggi dimana mereka konsisten dalam mengikuti tradisi keilmuan klassik abad pertengahan Islam. Problemnya, santri dan sebagian kyai terputus hubungannya dengan dinamika dunia modern sehingga etos ilmiah mereka tidak terbarukan, padahal ilmu pengetahuan Barat justeru terilhami oleh tradisi keilmuan klassik Islam’. Komunitas Pesantren tidak tahu bahwa ulama ahli ilmu hisab Al Hawarizmi yang mengajarkan teori persepuluhan dalam matematika ke dunia barat. Sesuai dengan tradisi keilmuan di Eropa, mereka mengabadikan ilmu itu dengan nama penemunya. Kesulitan lidah orang Eropa menyebut nama Arab Al Khawarizmi menggesernya menjadi AlGhorizme, lalu Algorisme, kemudian ke Indonesia menjadi Logaritma.

Oleh karena itu membangun masyarakat muslim kontemporer yang terpelajar haruslah menguasai tradisi keilmuan klassik Islam, kemudian mempelajari sejarah dan proses perkembangan ilmu pengetahuan dari Barat ke Islam kemudian pindah lagi ke Barat. Dengan mengetahui sejarah keilmuan itu maka masyarakat muslim kontemporer kembali merasa memiliki mutiara keilmuan yang sekarang ditumbuhkembangkan di Barat, untuk kemudian kembali kita Islamkan (Izlamization of Knowledge).

Read More
posted by : Mubarok institute

Thursday, January 13, 2011

Kekuatan Cinta (2)
Menurut hadist Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba syai’an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga : (1) lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, (2) lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan (3) lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri.

Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Tuhan, maka ia lebih suka berbicara dengan Tuhan, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Tuhan dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Tuhan dari pada perintah yang lain.

Menurut Imam Gazali ada empat tingkat kualitas cinta; (1) cinta diri, semua hal yang berhubungan cinta diukur dengan kesenangan diri sendiri, (2) cinta transaksional, yakni cinta kepada orang lain sepanjang orang yang dicintainya itu membawa keuntungan bagi dirinya, seperti cintanya pedagang kepada pembeli, (3) cinta kepada orang baik meski tak memperoleh keuntungan langsung, seperti cinta orang kepada ulama dan pemimpin, ia sanggup berkorban demi orang baik yang dicintainya. (4) cinta kepada kebaikan, terlepas dari siapa yang memiliki kebaikan itu, bahkan kebaikan yang ada pada musuhnya. Cinta jenis terakhir inilah yang bisa mengantar manusia ke tingkat cinta kepada Tuhan. Bagi sufi Rabi`ah al Adawiah, cintanya kepada Tuhan bahkan sudah tidak memberi ruang di dalam hatinya untuk membenci, bahkan untuk membenci syaitan.

Karena cinta merupakan motiv atau faktor penggerak tingkah laku, maka kualitas cintanya akan mempengaruhi kualitas perilakunya. Cinta transaksional misalnya hanya mendorong pada perbuatan yang menurut hitungannya memberikan keuntungan. Jika keuntungan tidak terbayangkan maka perasaan cintanya berkurang dan mudah berpindah kepada orang lain yang menjanjikan keuntungan. Sedangkan cinta kepada tokoh idola dapat menggiring pada sifat cinta buta, yakni kesanggupan membela sampai titik darah penghabisan sang tokoh idola, meski belum tentu tahu substansi yang dibela. Ekpressi cinta ini dapat dilihat pada pengagum Bung Karno yang berikrar dengan kalimat pejah gesang nderek Bung Karno, yakni hidup dan mati ikut Bung Karno. Ikrar seperti ini sebenarnya hanya dibolehkan untuk Tuhan, karena Tuhan pasti benar, sedangkan manusia, meski ia pemimpin besar tetap saja subyektip. Orang Islam diajarkan untuk selalu ikrar inna salati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil `alamin, sesungguhnya salatku, ibadahku, bahkan hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam, sekurang-kurangnya lima kali dalam sehari.

Karena cinta bersifat indah, maka orang yang sedang dimabuk cinta hatinya selalu berbunga-bunga, wajahnya berseri-seri, mempersepsi alam (misalnya bulan, gemerincik air, langit biru , bentangan alam dan sebagainya) sebagai dukungan atas cintanya, oleh karena itu ia mengerjakan pekerjaan dengan riang gembira. Sebaliknya orang yang sedang menderita karena cinta, misalnya cintanya ditolak, maka hatinya menjadi gelap, dan semua pemandangan seperti mengejeknya, dan pekerjaan sebagai sesuatu yang menyebalkan. Hanya orang yang kuat kepribadiannya yang justeru dapat melupakan kegetiran cintanya dengan memindahkan konsentrasianya pada pekerjaan..

Read More
posted by : Mubarok institute

Wednesday, January 12, 2011

Kekuatan Cinta (1)
Jika seribu orang diminta menyampaikan pemahamannya tentang cinta berdasar pengalaman hidupnya, maka akan ada seribu macam ungkapan tentang cinta, karena cinta itu indah, obyektip, juga subyektip serta misterius, bergantung pengalaman masing-masing.

Ada yang menyimpulkan bahwa cinta itu motivator yang sangat kuat, yang lain mengatakan bahwa cinta itu keindahan yang susah diterangkan, yang lain mengatakan bahwa cinta itu adalah penderitaan yang yang sangat menyakitkan.

• Ada orang yang termotivasi oleh dorongan cintanya sehingga ia menjadi orang yang sangat berani dan tak kenal menyerah dalam menghadapi tantangan,sehingga baginya, demi untuk cinta….gunung akan ku daki, lautanpun akan ku seberangi.

• Ada orang yang dapat merasakan keindahan cintanya sehingga semua yang Nampak; air, gunung, awan, langit biru bahkan sampahpun terlihat indah.

• Sebaliknya ada orang yang karena kegagalan cintanya membuat semua yang ada itu terasa menjengkelkan. Senyuman orang dirasakan sebagai ledekan, kemesraan pasangan di rumah sebelah terasa menyakitkan, kicauan burung terasa sebagai sindiran, pokoknya tidak ada sesuatupun yang indah. Penderitaan cinta membuat semua yang ada menambah penderitaannya.

Jadi cinta itu apa ? Sesungguhnya cinta yang ada pada manusia itu berasal dari sang Pencipta, yaitu Tuhan. Allah memiliki sifat kasih sayang, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, ar Rohman ar Rohim. Limpahan kasih sayang Tuhan itu menjelma dalam ciptaannya, maka proses reproduksi manusia selalu sarat dengan rasa cinta kasih, dari jatuh cinta, kemudian menjalin cinta, kontrak cinta (akad nikah), bermain cinta suami isteri, meneteskan gen di dalam garba kasih sayang (rahim ibu), dan seterusnya lahir bayi dengan penuh fitrah kasih sayang, tumbuh kembang hingga dewasa kesemuanya diselimuti rasa cinta dan kasih sayang.

Orang pun dalam berbagai bangsa dan budaya menyebut cinta dengan banyak ungkapan bergantung nuansanya.

Secara lebih spesifik, bahasa Arab menyebutnya dengan enam puluh istilah jenis cinta, seperti `isyqun (dalam bahasa Indonesia menjadi asyik), hilm, gharam (asmara), wajd, syauq, lahf dan sebagainya. Al Qur’an sebagai firrman Tuhan yang Maha pengasih dan Penyayang menyebut tujuh term cinta,yaitu; :

1. Mawaddah (Q/30:31), Mawaddah adalah jenis cinta yang mengebu-gebu, membara, bergelora dan “ngegemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Bagi orang yang dilanda cinta mawaddah, dunia adalah milik kita berdua, orang lain tidak ada.

2. Rahmah (Q/30;31), Rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Nasehat perkawinan selalu ada doa dan harapan agar pasangan dikarunia cinta mawaddah dan rahmah.

3. Mail, jenis cinta yang ini memiliki karakteristik; untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.


4. Syaghaf, cinta jenis ini sifatnya sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir ketika tergila-gila kepada bujangnya, Yusuf.

5. Ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat. Ketika orang yang dicintainya itu melakukan kesalahan, ia bukan saja tidak menghukum, malah membelanya. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2). Janganlah rasa kasihan menyebabkan keadilan tidak ditegakkan.


6.Shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku menyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdo'a agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33).

7. Syauq (rindu), Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi.


8. Kulfah, cinta jenis kulfah adalah perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286).

Read More
posted by : Mubarok institute

Tuesday, January 04, 2011

Psikologi Agama dan Perbankan (2)
Syahdan, ketika harga minyak dunia meroket dan Saudi Arabia menjadi kaya raya, beredar berita bahwa Raja-raja minyak itu menyimpan uang petro dollarnya di bank-bank Eropa dan Amerika. Perbankan Barat sangat diuntungkan karena orang Saudi itu tidak mau mengambil bunga simpanannya, karena menurut ajaran Islam bunga bank itu termasuk riba yang diharamkan.

Baru setelah geger gerakan Kristenisasi di negeri-negeri Islam yang dilakukan oleh gereja-gereja Barat, dan diberitakan bahwa dana kristenisasi yang begitu besar itu berasal dari bunga bank dari simpanan raja-raja minyak Saudi Arabia yang tidak diambil (karena diharamkan agamanya) konon akhirnya mereka mengambil bunga bank itu untuk kepentingan sosial.

Lalu bagaimana di kalangan Gereja Katolik ? Gereja katolik dibawah kepemimpinan kepausan di Vatikan Roma termasuk atau satu-satunya lembaga keagamaan yang sangat kaya. Organisasi gerejanya sangat kuat dan rapih dalam sistem leadership, administrasi maupun finansialnya.

Bahkan Vatikan memiliki Bank sendiri, Bank Vatikan. Orang menganggap bahwa Bank di tahta Suci itu juga dipandang sebagai Bank Suci yang aktifitasnya pasti dipandu oleh ajaran agama katolik. Ternyata pengelolaan Bank Suci itu jauh dari keyakinan agama, sebaliknya bahkan bisa menjadi fasilitator kejahatan perbankan.

Ada dua tulisan yang menarik di Koran Republika tanggal 21 dan 22 Desember 2010, oleh Siwi Tri Puji yang berbicara tentang skandal Bank Vatikan, dan betapa sulitnya hukum menembus ke dalamnya. Berikut ini tulisannya.

Skandal Bank Vatikan; Dari “Bank Suci” Menjadi Bank Cuci Uang (Bagian I)

Ini adalah bank yang tak biasa: mesin ATM menggunakan bahasa Latin. Para pastur memiliki pintu masuk khusus. Sebuah potret Sri Paus Benediktus XVI ukuran besar tergantung di dinding.

Namun demikian, instansi berplang The Institute for Religious Works, adalah sebuah bank. Kini bank itu berada dalam pengawasan setelah kasus yang melibatkan tuduhan pencucian uang mencuat. Tak tanggung-tanggung, total nilai simpanan yang statusnya abu-abu itu 30 juta dolar AS. Kritikus mengatakan kasus ini menunjukkan bahwa Bank Vatikan ini kental dengan kerahasiaan dan skandal.

Vatikan menyebut penyitaan aset-aset sebagai sebuah "kesalahpahaman" dan menyatakan optimisme itu akan cepat diselesaikan. Tapi dokumen pengadilan menunjukkan bahwa jaksa mengatakan Bank Vatikan sengaja mencemooh undang-undang anti-pencucian uang "dengan tujuan menyembunyikan kepemilikan, tujuan dan asal dana." Dokumen juga mengungkapkan kecurigaanbahwa para pastor mungkin telah bertindak sebagai tameng untuk pengusaha korup dan mafia.

Dokumen menentukan dua transaksi yang belum dilaporkan: satu tahun 2009 yang melibatkan penggunaan nama palsu, dan satu lagi di 2010 di mana Bank Vatikan menarik 860 ribu dolar AS dari rekening bank Italia tetapi mengabaikan permintaan bank untuk mengungkapkan kemana uang itu akan ditujukan.

Temuan ini, seperti dilaporkan Washington Times, memberikan harapan baru bagi korban Holocaust yang mencoba untuk menuntut di Amerika Serikat, menyatakan bahwa jarahan Nazi disimpan di Bank Vatikan. Namun selalu gagal.
Koran ini mencatat, ini bukan skandal Bank Vatikan yang pertama. selama berabad-abad, bank ini kental dengan nuansa skandal.

Pada tahun 1986, seorang penasihat keuangan Vatikan meninggal setelah minum kopi -- diduga diracun -- di penjara. Yang lain ditemukan tergantung di tali bawah jembatan Blackfriars London pada tahun 1982, dengan saku diisi dengan uang dan batu. Insiden ini menghitamkan reputasi bank, menimbulkan kecurigaan hubungan dengan mafia, dan menimbulkan biayaratusan juta dolar dalam bentrokan hukum dengan pihak berwenang Italia.

Pada 21 September, polisi menyita aset keuangan dari rekening Bank Vatikan di Credito Artigiano SpA. Investigator mengatakan Vatikan telah gagal untuk memberikan informasi mengenai asal atau tujuan dana seperti yang dipersyaratkan oleh hukum Italia.
Sebagian besar uang, 26 juta dolar AS ditujukan untuk JP Morgan di Frankfurt, dan sisanya untuk Banca del Fucino.

Jaksa menuduh Vatikan mengabaikan peraturan bahwa bank-bank asing harus berkomunikasi dengan otoritas keuangan Italia tentang asal uang itu. Semua bank menolak memberikan komentar.
Dalam kasus lain, polisi keuangan di Sisilia mengatakan pada akhir Oktober bahwa mereka menemukan pencucian uang yang melibatkan penggunaan rekening Bank Vatikan oleh seorang pastor di Roma yang paman terkait dengan asosiasi mafia.

Pihak berwenang mengatakan 331 ribu dalam kasus itu adalah ilegal yang diperoleh dari pemerintah daerah Sisilia untuk sebuah perusahaan perikanan, dikirim kepadapastor oleh ayahnya sebagai "sumbangan amal," kemudian dikirim kembali ke Sisilia dari akun Bank Vatikan menggunakan serangkaian operasi perbankan untuk membuat hal itu sulit untuk dilacak.

Kantor kejaksaan menyatakan dalam dokumen pengadilan bulan lalu bahwa paraktik itu sesuai dengan standar internasional. "Tidak ada tanda bahwa lembaga-lembaga dari gereja Katolik bergerak ke arah itu."
Namun, penyelidikan yang dilakukan justru menemukan sebaliknya

Skandal Bank Vatikan ( Bagian 2)
Sulitnya Proses Hukum menembus kedalamnya]

Proses hukum menjadi hal yang tidak mudah lantaran status khusus vatikan sebagai negara merdeka di dalam wilayah Italia. Untuk Bank Vatikan, para penyelidik Italia sebenarnya dapat memperkarakan bank ini karena dikategorikan sebagai institusi keuangan asing yang beroperasi di Italia. Namun dalam praktik, itu juga bukan perkara gampang.

Sulitnya proses hukum itu setidaknya dilihat pada salah satu skandal yang terjadi pada 1980. Saat itu, Gubernur Bank Vatikan, Paul Marcinkus, didakwa sebagai kaki tangan yang menyebabkan kebangkrutan bank ini. Namun, aparat hukum tak dapat menahan uskup asal AS ini karena pengadilan tinggi Italia menyatakan dia memiliki hak imunitas (kekebalan).
Uskup Marcinkus, yang meninggal pada 2006, selalu menyatakan dia tak bersalah. Asal tahu saja, kasus marcinkus menginspirasi sutradara Francis Ford Coppola untuk memunculkan tokoh Uskup Gilday dalam film besutannya, Godfather III.

Terkait kasus-kasus yang melibatkan Bank Vatikan, pemerintah Vatikan berjanji untuk mematuhi standar keuangan Uni Eropa dan membentuk sebuah lembaga pengawas.
Namun, Gianluigi Nuzzi, penulis vatican SpA, buku terbitan tahun 2009 yang menggambarkan banyaknya transaksi curang di Bank Vatikan, pesimistis dengan janji itu.
“mungkin saja Vatikan serius, tapi saya sendiri tidak yakin, “ katanya. “setelah skandal-dkandal besar yang terjadi, tiba-tiba mereka bilang mau berubah. Butuh waktu lama untuk melakukan itu, “ sambung Nuzzi.

Lagi pula, struktur dan kultur di Bank Vatikan tak memungkinkan terjadinya perubahan dalam waktu cepat. Di bank ini, kata Nuzzi, para pemilik rekening punya kekuasaan yang besar. Mereka dapat menekan pihak manajemen. Sementara sejumlah manajer bank ini, menurut Nuzzi, tergolong orang yang tak menghendaki perubahan.

Siapa saja para nasabah Bank Vatikan? Itu rahasia. Namun, seperti ditulis Washington Times, Bank Vatikan memiliki 40 ribu nasabah, terdiri atas para jamaah dan tokoh Gereja Vatikan, para pejabat pemerintah Vatikan, dan masyarakat biasa yang punya hubungan dengan Vatikan.
Sejak tahun ini, upaya untuk menjadikan Bank Vatikan lebih bersih dengan menerapkan aturan perbankan internasional mulai dilakukan Gubernur Bank Vatikan, Ettore Gotti Tedeschi. Dalam pernyataan kepada publik, berkali-kali Tedeschi memuji sistem keuangan yang diterapkan berdasarkan moralitas. Selain menjadi pucuk pimpinan Bank Vatikan, Tedeschi juga memimpin Banco Santander’s di Italia.

“Ia (Tedeschi) ingin mejual citra baru tanpa tahu apa sebenarnya yang ada di dalam bank ini. Semuanya masih seperti dulu. Transper-transper dana tanpa nama masih berlangsung, “ komentar Nuzzi.

Belakangan, Tedeschi dan orang nomor dua di Bank Vatikan, Paolo Cipriani, juga terjerat masalah hukum. Mereka diduga melanggar undang-undang pencucian uang. Pada 30 September lalu, mereka diinterogasi oleh para penyidik di Roma, meski belum ada tuduhan resmi yang dilayangkan untuk dua pimpinan Bank Vatikan ini.

Dalam keterangannya kepada penyidik, Tedeschi mengatakan, ia tidak tahu persis operasional bank dari hari ke hari. Alasannya, ia baru memimpin Bank Vatikan kurang dari setahun dan hanya bekerja di bank ini dua hari saja dalam sepekan. Ia pun tidak memberi jawaban rinci seputar transaksi-transaksi mencurigakan kepada Cipriani. Sebaliknya,ia justru mempertanyakan motivasi aparat hukum memeriksa dirinya.

Bank Vatikan didirikan pada 1942 oleh Paus Pius XII untuk mengelola aset-aset bagi kepentingan keagamaan atau amal. Bank ini berlokasi di Tower Niccolo V dan tidak dibuka untuk umum.Jadi, jangan coba-coba masuk kesana.

Read More
posted by : Mubarok institute

Monday, January 03, 2011

PSIKOLOGI AGAMA DAN PERBANKAN (1)
Psikologi Agama berbicara tentang bagaimana pengaruh keyakinan beragama (agama apa saja) terhadap perilaku. Keyakinan beragama seseorang bisa mempengaruhi perilakunya menjadi saleh, santun, sopan, lembut, ulet, cuek, tapi bisa juga mempengaruhi menjadi keras, tegas , pemberani, atau bahkan bringas. Semua agama memiliki tokoh yang secara ekstrim sangat lembut dan saleh , seperti ulama sufi (Islam), biksu (Budha) pendeta (Hindhu dan Kristen Protestan) dan santo (Katolik) dan juga agama-agama lain.

Di sisi lain, semua agama juga memiliki tokoh garis keras, yang bukan hanya fikiran dan kata-katanya yang keras, tetapi juga tindakannya. Bahkan semua agama juga memiliki pengalaman dimana “pemimpin” atau “tokoh panutannya” memiliki perilaku menyimpang. Psikologi Agama meneliti seberapa jauh perilaku ektrim itu dipengaruhi oleh keyakinan agamanya.

Perilaku masyarakat beragama bisa berhubungan dengan masalah kemanusiaan, sosial, politik, dan bisa juga berhubungan dengan masalah ekonomi dan keuangan. Terkadang ada orang beragama yang sangat saleh secara ritual, tetapi ia justeru tidak memiliki kesalehan sosial. Sebaliknya ada orang tidak beragama yang memiliki kesalehan sosial sangat tinggi meski ia tak mengenal kesalehan ritual keagamaan.

Penelitian Psikologi Agama menjadi menarik ketika dijumpai kenyataan banyaknya perilaku orang beragama yang sesungguhnya bukan dipengaruhi oleh keyakinan agamanya, meski agama masih dijadikan argument. Manusia adalah makhluk yang bisa menjadi subyek dan obyek sekaligus, disamping ia dapat menghayati perasaan keagamaan dirinya, ia juga dapat meneliti keberagamaan orang lain. Tetapi apa makna agama secara psikologis pasti berbeda-beda, karena agama menimbulkan makna yang berbeda-beda pada setiap orang.

Bagi sebagian orang, agama adalah ritual ibadah, seperti salat dan puasa, bagi yang lain agama adalah pengabdian kepada sesama manusia bahkan sesama makhluk, bagi yang lain lagi agama adalah akhlak atau perilaku baik, bagi yang lain lagi agama adalah pengorbanan untuk suatu keyakinan, berlatih mati sebelum mati, atau mencari mati (istisyhad) demi keyakinan.

Di sini kita berhadapan dengan persoalan yang pelik dan rumit, yaitu bagaimana menerangkan agama dengan pendekatan ilmu pengetahuan, karena wilayah ilmu berbeda dengan wilayah agama. Jangankan ilmu, akal saja tidak sanggup mengadili agama. Para ulama sekalipun, meski mereka meyakini kebenaran yang dianut tetapi tetap tidak berani mengklaim kebenaran yang dianutnya, oleh karena tu mereka selalu menutup pendapatnya dengan kalimat wallohu a`lamu bissawab, bahwa hanya Allahlah yang lebih tahu mana yang benar. Agama berhubungan dengan Tuhan, ilmu berhubungan dengan alam, agama membersihkan hati, ilmu mencerdaskan otak, agama diterima dengan iman, ilmu diterima dengan logika.

Meski demikian, dalam sejarah manusia, ilmu dan agama selalu tarik menarik dan berinteraksi satu sama lain. Terkadang antara keduanya akur, bekerjasama atau sama-sama kerja, terkadang saling menyerang dan menghakimi sebagai sesat, agama memandang ilmu sebagai sesat, sebaliknya ilmu memandang perilaku keagamaan sebagai kedunguan. Belakangan fenomena menunjukkan bahwa kepongahan ilmu tumbang di depan keagungan spiritualitas, sehinga bukan saja tidak bertengkar tetapi antara keduanya terjadi perkawinan, seperti yang disebut oleh seorang tokoh psikologi tranpersonal, Ken Wilber; Pernikahan antara Tubuh dan Roh, The Marriage of Sence and Soul.(Ken Wilber, The Marriage of Sence and Soul, Boston, Shambala,2000).

Bagi orang beragama, agama menyentuh bagian yang terdalam dari dirinya, dan psikologi membantu dalam penghayatan agamanya dan membantu memahami penghayatan orang lain atas agama yang dianutnya. Secara lahir, agama menampakkan diri dalam bermacam-macam realitas; dari sekedar moralitas atau ajaran akhlak hingga ideologi gerakan, dari ekpressi spiritual yang sangat individu hingga tindakan kekerasan massal, dari ritus-ritus ibadah dan kata-kata hikmah yang menyejukkan hati hingga agitasi dan teriakan jargon-jargon agama (misalnya takbir) yang membakar massa. Inilah kesulitan memahami agama secara ilmiah, oleh karena itu hampir tidak ada definisi agama yang mencakup semua realitas agama. Sebagian besar definisi agama tidak komprehensip dan hanya memuaskan pembuatnya.

Sangat menarik bahwa Nabi Muhammad sendiri mengatakan bahwa, kemulian seorang mukmin itu diukur dari agamanya, kehormatannya diukur dari akalnya dan martabatnya diukur dari akhlaknya (karamul mu’mini dinuhu, wa muru’atuhu `aqluhu wa hasabuhu khuluquhu)(HR. Ibn Hibban). Ketika nabi ditanya tentang amal yang paling utama, hingga lima kali nabi tetap menjawab husn al khuluq, yakni akhlak yang baik, dan nabi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan akhlak yang baik adalah sekuat mungkin jangan marah, ( an la taghdlaba in istatha`ta). ( at Tarhib jilid III, h. 405-406).

Jadi pengertian agama itu sangat kompleks. Psikologi agama mencoba menguak bagaimana agama mempengaruhi perilaku manusia, tetapi keberagamaan seseorang juga memiliki keragaman corak yang diwarnai oleh berbagai cara berfikir dan cara merasanya. Seberapa besar Psikologi mampu menguak keberagamaan seseorang sangat bergantung kepada paradigma psikologi itu sendiri. Bagi Freud (mazhab Psikoanalisa) keberagamaan merupakan bentuk gangguan kejiwaan, bagi mazhab Behaviorisme, perilaku keberagamaan tak lebih sekedar perilaku karena manusia tidak memiliki jiwa. Mazhab Kognitip sudah mulai menghargai kemanusiaan, dan mazhab Humanisme sudah memandang manusia sebagai makhluk yang mengerti akan makna hidup yang dengan itu menjadi dekat dengan pandangan agama.

Dibutuhkan paradigma baru atau mazhab baru Psikologi untuk bisa memahami keberagamaan manusia.Kesulitan memahami realitas agama itu direspond The Encyclopedia of Philosophy yang mendaftar komponen-komponen agama. Menurut Encyclopedia itu, agama mempunyai ciri-ciri khas (characteristic features of religion) sebagai berikut :

1. Kepercayaan kepada wujud supranatural (Tuhan)
2. Pembedaan antara yang sakral dan yang profan.
3. Tindakan ritual yang berpusat pada obyek sakral
4. Tuntunan moral yang diyakini ditetapkan oleh Tuhan
5. Perasaan yang khas agama (takjub, misteri, harap, cemas, merasa berdosa, memuja) yang cenderung muncul di tempat sakral atau diwaktu menjalankan ritual, dan kesemuanya itu dihubungkan dengan gagasan Ketuhanan.
6. Sembahyang atau doa dan bentuk-bentuk komunikasi lainnya dengan Tuhan
7. Konsep hidup di dunia dan apa yang harus dilakukan dihubungkan dengan Tuhan
8. Kelompok sosial seagama, seiman atau seaspirasi.

Urgensi pendekatan yang tepat bukan saja karena agama itu sangat beragam, bahkan satu agamapun, Islam misalnya memiliki keragaman keberagamaan yang sangat kompleks. Orang beragama ada yang sangat rasional, ada yang tradisional, ada yang “fundamentalis” dan ada yang irasional. Keberagamaan orang beragama juga ada yang konsisten antara keberagamaan individual dengan keberagamaan sosialnya, tetapi ada yang secara individu ia sangat saleh, ahli ibadah, tetapi secara sosial ia tidak saleh. Sebaliknya ada orang yang keberagamaanya mewujud dalam perilaku sosial yang sangat saleh, sementara secara individu ia tidak menjalankan ritual ibadah secara memadai.

Dunia modern telah melahirkan sistem perekonomian yang sangat berbeda dengan zaman klasik. Transaksi pembayaran tidak lagi dengan lembaran uang, tetapi melalui transfer kode-kode dalam sistem perbankan. Nah dalam hal perbankan, hampir tidak nampak pengaruh keyakinan agama . Di Indonesia yang mayoritas beragama Islam misalnya, nasabah bank syari’ah sangat kecil prosentasinya dibanding nasabah bank konfensional. Jadi orang Islam ketika memilih bank sedikit sekali yang dipandu oleh keyakinan agamanya.

Read More
posted by : Mubarok institute

Sunday, January 02, 2011

Amalia Tersenyum
posted by : Mubarok institute
My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger