tag:blogger.com,1999:blog-283067282024-03-23T03:13:57.052-07:00Mubarok InstituteCenter For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam)
diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIAMubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.comBlogger567125tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-15300145918251002132015-07-01T15:44:00.003-07:002015-07-01T15:44:59.930-07:00Integritas Diri (3)<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Predikat Ideal Manusia</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikynWfhcpro87-ajCwTO5JDXI_m8esT5y471CeqRMr1WoqkyAiVdm8SYXHLY2YncjXmegSuJuOZmvnm_vomLjKmDO5la93h2sRm68ZHxe-3bP-_TG1xxT6j1jXuvX21vrDn4w/s1600/financial_integrity.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikynWfhcpro87-ajCwTO5JDXI_m8esT5y471CeqRMr1WoqkyAiVdm8SYXHLY2YncjXmegSuJuOZmvnm_vomLjKmDO5la93h2sRm68ZHxe-3bP-_TG1xxT6j1jXuvX21vrDn4w/s200/financial_integrity.jpg" width="200" /></a> Sebagai makhluk budaya, manusia mengenal konsep. Konsep adalah lambang dan symbol yang ada dalam fikiran. Berfikir adalah bekerja dengan menggunakan lambang dan symbol sehingga tidak perlu menghadirkan benda-benda itu ke ruang dimana orang sedang berfikir. Dalam fikirannya, orang dapat menghadirkan begitu banyak benda dan hal, menembus ruang dan waktu. Meski demikan tetap saja ada orang yang hanya mampu berfikir sngat terbatas disamping ada orang yang pemikirannya sangat besar. Dengan berfikir orang bisa menjawab pertanyaan, mengambil keputusan, dan membuat kreasi baru. Kebudayaan dinentuk oleh sejarah, keyakjinan, geografi dan lingkunan sosio-kultur dimana manusia itu hidup. Oleh karena itu konsep besar, konsep hebat, konsep kehormatan berbeda-beda antara satu orang dengan yang lain, antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Dalam konsep konglomerat uang satu juta rupiah adlah sedikit, tapi bagi orang miskin, uang satu juta adalah sangat besar, sangat banyak. Bagi orang yang punya integritas diri, memenangkan perkara di pengadilan dengan cara menyuap jaksa dan hakim adalah perbuatan yang memalukan, tetapi bagi orang yang tidak memiliki integritas diri, cara suap merupakan bagian dari kiat menggapai sukses. Namun demikian tetap saja ada common sence atau perasaan umum tentang manusia ideal. Diantara sosok –sok yang dipandng ideal oleh masyarakat adalah orang saleh, oramng besar, orang terhormat dan orang hebat.</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<span style="color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
<b>1. Orang Saleh</b> </div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Pada tingkat masyarakat manapun figur “orang saleh” selalu dihormti, bahkan pada masyarakat yang tidak beragama. Kesalehan itu ada yang bersifat ritual dan ada yang bersifat social. Orang saleh secra ritual ditandai dengan persepsi masyarakt bahwa ia adalah orang yang dekat dengan Tuhan, nampak dari rajin dn khusyu`nya dalam beribadat. Karena orang saleh tu dipersepsi dekat dengan Tuhan maka masyarakat banyak </div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
yang berharap kepadanya agar didoakan, atau diberkati. Saleh secara social ditandai dengan solidaritasnya kepada masyarakat sehingga ia selalu mengulurkan tangannya untuk menolong orang lain, baik pertolongan yang bersifat ekonomi maujpun pertolongan yang bersifat kemanusiaan. Kata saleh secara bahasa mengandung arti baik, damai, dan patut,maka orang saleh selalu menyebarkan kebaikan, menebarkan rasa damai dan indah dilihat dan dirasa karena mematuhi standard kepatutan.</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
<b>2. Orang Besar</b> </div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Ukuran besar dan kecil sesungguhnya merupakan konsep social, oleh karena itu sesuatu yang dipandang besar oleh suatu lapisan masyarakat,mungkin dipandang kecil oleh lapisan masyarakat yang lain. Tetapi yang jelas ukuran besar itu dihubungkan dengan ruang. Sesuatu yang kecil di tempat sempit bisa dipandang besar, jika dipindah ke ruang besar maka ia dinilai sebagai sesuatu yang kecil. Karena manusia pada hakikatnya adalah jiwanya, maka orang yang bertubuh besar tidak serta merta dipandang sebagai orang besar. Orang besar adalah orang yang fikirannya,gagasannya, perhatiannya dan langkah-langkahnya melampaui ruang (tempat dan waktu) dimana ia berada . Pemimpin besar suatu bangsa adalah pemimpin yang perhatiannya menyentuh seluruh wilayah negeri dimana bangsa itu berada dan menembus jauh ke masa-masa dimana generasi masa depan akan hidup. Ia tidak terpaku memikirkan dirinya dan keluarganya, tetapi yang difikirkan adalah kesejahteraan bangsa hingga puluhan dan ratusan tahun ke depan. Karena ia berpikir panjang maka seorang pemimpin besar mampu mengalah demi untuk kemenangan di belakang hari. Mengalah bukanlah kalah,karena untuk mengalah diperlukan kekuatan, sedangkan kalah adalah kelemahan, yakni tidak memampu mengatasi masalah yang dihadapi. Ciri orang besar adalah namanya tetap disebut, nasehatnya tetap didengar, gagasannya tetap diteruskan meski ia telah meninggal puluhan atau ratusan tahun yang lalu. Pemimpin yang pusat perhatiannya pada mempertahankan kekuasaan dirinya adalah orang kecil meski ia menduduki tahta besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
<b>3. Orang terhormat</b></div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Kehormatan adalah martabat yang bersifat nilai. Orang terhormat belum tentu dihormati,dan orang yang dihormati belum tentu terhormat,karena kehormatan seseorang melekat pada dirinya, bukan penilaian dari orang lain. Kehormatan terbangun pada orang yang berpegang teguh kepada nilai-nilai yang dipandang sebagai kehormatan, seperti kesetiaan, kejujuran, kepahlawananan. Martabat mengandung arti tingkat, sedangkan kehormatan mengandung arti kesucian dan kemuliaan. Orang yang suka berbohong, atau berkhianat,atau suka ingkar janji adalah orang yang tidak terhormat. Seorang guru yang mempermainkan murid atau seorang pemimpin yang menindas bawahan adalah orang yang martabatnya rendah. Kehormatan itu kesucian, oleh karena itu kita mengenal makna kalimat ; gadis suci itu berusaha mempertahankan kehormatannya ketika pacarnya akan merenggutnya.. atau kalimat; hakim itu menodai kehormatan sendiri ketika menerima suap dari terdakwa. Seorang duta besar yang menjual informasi negaranya kepada pihak asing dengan nilai uang yang relatip tak seberapa adalah orang yang merendahkan martabat dirinya dan martabat negaranya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Jadi orang terhormat adalah orang yang kukuh menjaga “muruah” (harga diri) nya dari melakukan sesuatu yang merendahkan martabat dan kehormatan dirinya, jabatan yang disandang, profesi yang dijalani maupun keluarganya. Orang terhormat adalah orang yang tinggi tingkat kesetiaannya kepada keluarga, amanah dan jabatannya serta tinggi tingkat dedikasinya dalam menjalankan tugasnya,profesinya dan kemanusiaannya. Musuh yang jujur dan kesatria lebih terhormat dibanding kawan yang culas dan khianat. Nabi memberikan pilihan hanya dua; hidup sebagai orang terhormat atau mati sebagai syahid (ksatria), <i>`isy kariman aw mut syahidan.</i></div>
</span><div style="text-align: justify;">
<span style="color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
<b>4. Orang Hebat</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Jarang yang menduga bahwa kata hebat itu bahasa Arab, haibat dari kata haba yahabu. Menurut Lisan al `Arab,kata haibat mengnadung konotasi agung (al ijlal) dan menakutkan (almakhafah).. Jadi orang hebat adalah orang yang memiliki banyak kelebihan dalam bidang-bidang tertentu sehingga ia dipandang agung oleh orang banyak yang oleh karena itu ia ditakuti atau disegani oleh lawan atau pesaingnya, Kehebatan biasanya ditunjukkan dalam bentuk prestasi luar biasa, jauh diatas rata-rata dan dipertahankan dalam waktu lama. Oleh karena itu ada orang yang disebut pernah menjadi orang hebat,tetapi sekarang kehebatannya telah sirna. Kehebatan bisa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, ketrampilan teknis, kepemimpinan, menejemen, dan seni. Kehebatan bisa dalam bidang-bidang yang positip,bisa juga dalam bidang yang negatip,maka kita mengenal ada panglima perang yang hebat, pengusaha yang hebat,pembalapyang hebat,pelukis hebat dan maling yang hebat.</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<span style="color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<span class="fullpost"></span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-57160826979432929782015-07-01T15:40:00.002-07:002015-07-01T15:40:31.419-07:00Integritas Diri(2)<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Integritas Diri dan Religiusitas</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd-xqbC6H6_qoDz3pfjiDPbwkXjMoIvje9I6gGgagGcNCN9ywqx0UE5IVXtvVhdVvbpUCfSR-ZQu7JHNnAp6OMC3sxCta3TMP4-QYb_P3ieegGQOuiMdAkTwJImPbayYPVyCE/s1600/Integrity-2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd-xqbC6H6_qoDz3pfjiDPbwkXjMoIvje9I6gGgagGcNCN9ywqx0UE5IVXtvVhdVvbpUCfSR-ZQu7JHNnAp6OMC3sxCta3TMP4-QYb_P3ieegGQOuiMdAkTwJImPbayYPVyCE/s200/Integrity-2.jpg" width="200" /></a> Keyakinan agama merupakan bagian dari kepribadian seseorang, karena agama merupakan prinsip yang disakralkan yang pelanggarannya membawa implikasi merasa berdosa. Secara teori, orang yang taat beragama harusnya memiliki integritas yang tinggi, tetapi karena kualitas keberagamaan orang berbeda-beda maka corak integritas diri dipandang dari sudut religiusitas juga berbeda-beda. Al Qur’an misalnya menyebut integritas diri seorang muslim dengan sebutan muslim, mukmin, muhsin, muttaqin, saleh, mukhlis shabur dan halim, disamping fasiq, kafir , munafiq,zalim dan jahil. </div>
</span><div style="text-align: justify;">
<span style="color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
<b>1. Muslim, Mu'min , dan Muttaqin</b></div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Seorang muslim artinya orang yang telah berpasrah diri, dalam hal ini berpasrah kepada Tuhan, tetapi dalam rangking manusia berkualitas, seorang yang baru pada tingkat muslim berada pada tingkatan terendah. Karakteristik seorang muslim adalah seorang yang telah meyakini supremasi kebenaran, berusaha untuk mengikuti jalan kebenaran itu, tetapi dalam praktek ia belum tangguh karena ia masih suka melupakan hal-hal yang kecil. Sedangkan seorang yang sudah mencapai kualitas mukmin adalah seorang muslim yang sudah istiqamah atau konsisten dalam berpegang kepada nilai-nilai kebenaran, sampai kepada hal-hal yang kecil. Dalam hadis Nabi disebutkan bahwa iman itu mempunyai tujuhpuluh cabang, artinya indikator seorang mu'min itu ada tujuhpuluh variabel. Di antara tujuhpuluh indikator itu antara lain; (1) seorang mukmin hanya berbicara yang baik, (2) jika mendapati sesuatu yang mengganggu orang lewat ketika ia melewati suatu jalan maka ia tidak akan meneruskan perjalanannya sebelum menyingkirkan sesuatu yang mengganggu itu, (3) merasa sependeritaan dengan mukmin yang lain, dan sebagainya. Sedangkan Muttaqin adalah orang mukmin yang telah menjiwai nilai-nilai kebenaran dan allergi terhadap kebatilan. Seorang muttaqin adalah orang yang setiap perbuatannya sudah merupakan perwujudan dari komitmen iman dan moralnya yang tinggi. Menurut Fazlur Rahman, takwa adalah aksi moral yang integral.</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<span style="color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
<b>2. Saleh dan Muhsin</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Saleh mengandung arti patut (yashluhu), baik (mashlahat), damai (shuluh) dan reformis (ishlah). Jadi pribadi saleh adlah orang yang selalu memperbaiki diri (ishlah) untuk mengapi kebaikan umum (mshlahat), yang dengan itu maka ia bisa berdamai dengn orang lain (shulh), dan penampilannya mengikuti norma-norma kepatutan social sehngga ia bisa hidup harmoni dengan lingkungan karena dikenal sebgai orang baik-baik (shalihin). Sedangkan muhsin adalah orang yang sudah bisa melakukan bukan saja kebaikan, tetapi kebaikan yang sifatnya istimewa, misalnya memberi kepada orang yang kikir kepadany, memaafkan orang yang menzaliminya, bersilaturrahmi kepda lawan, jika bicara, pembicaraannya merupakan ekpressi dari zikir, jika diam, kediamannya merupakan ekpressi tafakkkur, dan jika memandang sesuatu, pandangannya merupakan ekpressi dari mengambil hikmah atau mengambil pelajaran.</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<span style="color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
<b>3. Fasiq, Kafir dan Munafiq</b></div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Orang Fasiq adalah orang yang mengetahui dan meyakini supremasi nilai kebenaran, tetapi dalam kehidupan ia malas mengikutinya terutama jika bertentangan dengan dorongan syahwat/kesenangannya. Demi kenikmatan hidup ia merasa enteng saja untuk melanggar nilai-nilai kebenaran, meski ia tahu bahwa hal itu buruk. Meski demikian ia berharap hanya dirinya yang fasiq dan di dalam hatinya ia berharap agar anaknya tidak seperti dirinya.</div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Adapun orang kafir adalah kebalikan dari orang mukmin. Jika orang mukmin konsisten dalam berpegang kepada kebenaran yang diimaninya dalam keadaan apapun, maka orang kafir konsisten dalam hal tidak mempercayai kepada nilai-nilai kebenaran. Secara terbuka orang kafir menyatakan tidak percaya kerpada Tuhan, kepada dosa dan kepada kebajikan. Ia hidup menurut ukuran budaya di mana mereka berada, tidak percaya kepada nilai yang bersumber dari wahyu gaib. Ia berbangga dengan kekafirannya dan berusaha mengajak orang lain bergabung dalam kelompoknya seraya memperolok-olok kepercayaan orang beriman.</div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Sedangkan orang munafik, karakteristiknya dapat disebut sebagai orang yang bermuka dua, berbeda antara kata dan perbuatan. Jika orang kafir secara terbuka mengemukakan kekafirannya, orang munafik justeru menyembunyikan </div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
kemunafikannya. Secara lahir ia perlihatkan perilaku seakan-akan ia sama dengan orang mukmin yaitu mempercayai nilai-nilai kebenaran, padahal yang sebenarnya ia tidak percaya dan berusaha melecehkan kebenaran dibelakang penglihatan orang mukmin. Orang munafik tak ubahnya musuh dalam selimut, seharihari ia bersama kita padahal ia memusuhi kita, mencuri peluang untuk mencelakakan kita. Tanda-tanda orang munafik menurut hadis Nabi ada tiga, yaitu (1) jika berkata dusta, (2) jika berjanji ingkar, (3) jika dipercaya khianat.</div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Karena kualitas itu bersifat psikologis, maka jarak antara satu kualitas dengan kualitas yang lain tidaklah seterang warna hitam dan putih, oleh karena itu seorang mukmin boleh jadi pada dirinya masih terdapat karakter-karakter fasiq, nifaq atau bahkan kufur. Seorang mukmin ketika sedang tersinggung misainya, karena dorongan ingin mempertahankan harga dirinya bisa saja terjadi mengalami distorsi iman, yakni imannya mengalami penipisan sehingga ia melakukan perbuatan kufur, sama halnya orang pandai terkadang melakukan perbuatan bodoh.</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
<b>4. Mukhlis, Shabir dan Halim</b></div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Mukhlis, artinya orang yang ikhlas. Seorang dengan kualitas mukhlis adalah orang yang hatinya bersih dari keinginan memperoleh pujian. Semua perbuatannya, perkataannya, pemberiannya, penolakannya, perkataannya, diamnya, ibadahnya dan seterusnya, semata-mata dilakukan hanya untuk Allah SWT. Oleh karena itu baginya pujian orang tidak membuatnya berbangga hati, dan kekecewaan serta caci maki orang tidak membuatnya surut. Dari deretan predikat kualitas yang dicontohkan Nabi dengan urutan Muslim, Mu'min, 'Alim (orang terpelajar), Amil (yang beramal) dan Mukhlis, maka selain mukhlis, mereka masih berpeluang mengalami kesia-siaan (halka). Manusia dengan kualitas mukhlis adalah orang yang paling produktif bagi dirinya, meski boleh jadi tidak diakui oleh orang lain. Sementara seorang 'alim yang 'amil (orang pandai yang banyak berbuat) tetapi tidak mukhlis adalah kontra produktif bagi dirinya, meski boleh jadi memperoleh banyak penghargaan dari masyarakat. Seorang mukhlis lebih suka menyembunyikan perbuatannya dari penglihatan orang lain, sedangkan kebalikannya yaitu orang yang riya, ia hanya mau melakukan sesuatu jika diketahui orang, atau diliput berita. Orang mukhlis berbuat sesuatu demi Allah, sedangkan orang riya melakukannya demi pujian orang.</div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Adapun shabir atau shabur, artinya adalah orang yang sabar atau penyabar. Menurut Imam Ghazali, sabar artinya tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi cobaan dan rintangan, dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka mencapai tujuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Jadi orang yang bisa sabar adalah orang yang selalu ingat kepada tujuan, karena kesabaran itu diperlukan adalah justru demi untuk mencapai tujuan. Orang yang tidak sabar biasanya, karena lupa tujuan akhir, ia mudah terpedaya untuk melayani gangguan-gangguan yang tidak prinsipil, sehingga apa yang menjadi tujuan terlupakan, sebaliknya ia melakukan sesuatu yang justeru mempersulit tercapainya tujuan.. Sabarpun mengenal batas waktu, oleh karena itu jika suatu ketika mengalami kegagalan, sudah diulang gagal, diulang lagi gagal lagi, maka orang yang sabar hams berfikir mencari alternatif, karena boleh jadi sumber masalahnya justru pada keputusan awal yang kurang tepat. Manusia dengan kualitas penyabar adalah sosok manusia yang ulet, tak kenal menyerah, tak kenal putus asa, dan tak kurang akal. Ia bukan hanya mampu mengatasi kesulitan yang datang dari luar, kesulitan tehnis misalnya, tetapi juga mampu mengatasi kesulitan yang datang dari diri sendiri, kebosanan, kemalasan atau syahwat misalnya. Al Qur'an menghargai manusia unggul yang penyabar, yakni yang sabar dan memiliki kecerdasan intelektuil, Emosionil dan Spirituil (IQ, EQ dan SQ) ,setara dengan seratus orang kafir (yang sombong, emosionil dan tak mempunyai nilai keruhanian) (Q/al Anfal, 65). Dalam keadaan normal, Al Qur'an menghargai peribadi penyabar setara dengan dua orang biasa (Q/8: 66).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Sedangkan manusia dengan kualitas halim, Al Qur'an memberi contoh sosok Nabi Ibrahim. Dia adalah pribadi yang awwahun halim (Q/ at Taubah: 114) Al hilm itu sendiri dapat diartikan sebagai akal, tetapi akal bukan sebagai problem solving capasity, melainkan akal sebagai akumulasi seluruh kecerdasan, intelektual, emosional dan spiritual. Nabi Ibrahim sebagai sosok model seorang yang berkualitas halim, memang sangat tepat, karena pada dirinya terkumpul sifat-sifat kecerdasan, kelembutan hati, belas kasih, dan perasaan mengkhawatirkan keadaan orang lain. Ibrahim tidak memiliki perasaan marah dan benci termasuk kepada orang yang memusuhinya. Ketika Nabi Ibrahim lapor kepada Tuhan tentang kaumnya yang patuh dan yang durhaka, Nabi Ibrahim memohon kepada Tuhan agar mengampuni dan menyayangi kaumnya yang durhaka (faman tabi'ani fa innahu minni , waman 'asoni fa innaka ghofu run rohiem (Q/14:36).</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<span style="color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
<b>5. Zalim dan Jahil</b></div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Zalim (sewenang-wenang) dan jahil (bodoh) keduanya merupakan penyakit yang dalam bahasa Arab disebut maradl. Keduanya mengandung arti melampaui batas dari kewajaran. Yang satu melampaui batas atas, dan yang lain batas bawah. Jika adil mengandung arti menempatkan sesuatu pada tempatnya (proporsionil), maka perbuatan zalim artinya menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Orang </div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
zalim adalah orang yang melakukan sesuatu tidak pada tempatnya secara sadar, dalam bahasa sehari-hari sering disebut sewenang-wenang, sedangkan orang jahil suka melakukan hal yang sama tetapi tanpa keasadarannya karena kebodohannya. Orang pandai terkadang melakukan perbuatan zalim, yang bisa juga disebut sebagai perbuatan bodoh. Orang bodoh yang baik hati itu lebih baik daripada orange pandai yang zalim. Kezaliman orange bodoh biasanya hanya sedikit dampaknya, tetapi kezaliman orange pandai bisa berdampak sangat luas.</div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya manusia memiliki sifat adaptasi yang tinggi dan secara umum lebih banyak berfikir konstruktif. Dalam setiap komunitas, biasanya hanya sedikit orange yang berperilaku buruk, tetapi dampak buruk dari perbuatan orange buruk bisa berakibat luas. Sebagai contoh, penduduk Maluku pada umumnya sebenarnya lebih menyukai hidup damai berdampingan dengan yang lain meski berbeda agama. Untuk membenturkan masyarakat Maluku dalam konflik horizontal berkepanjangan cukuplah dikirim beberapa orange provokator ke sana, di bawah kendali seorang aktor intelektual zalim yang cukup dengan duduk tersenyum-senyum di Jakarta. Oleh karena itu, manusia baik secara individu maupun kelompok membutuhkan tangan-tangan dingin dari pribadi-pribadi yang adil, yang bisa membentuk atau mengubah perilaku mereka ke arah kebaikan sehingga masyarakat manusia memperoleh kenyamanan dalam hidup.</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<span style="color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
<b>Psikologi Hamba dan Khalifah</b></div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Perilaku manusia dipengaruhi oleh konsep diri yang dimilikinya. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang terhadap diri sendiri. Konsep diri bisa bersifat physic, psikis dan social. Seorang gadis yang merasa dirinya cantik, dengan percaya diri memasuki ruang pesta, tetapi seorang mahasiswi yang malas belajar meski cantik, ia merasa tidak percaya diri ketika memasuki ruang ujian. Seorang anak gubernur merasa tenang-tenang saja ketika disetop polisi karena melanggar rambu-rambu lalu lntas, tetapi seorang tukang ojek buru-buru minta damai sebelum ditanya oleh polisi yang menyetopnya. Orang yang merasa mampu mengatasi masalah, pada akhirnya ia bisa mengatasi masalah yang </div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
dihadapi, sedangkan orang yang merasa bodoh, pada akhirnya ia menjadi bodoh beneran.</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
<b>Konsep diri terbangun karena dipengaruhi dua hal :</b> </div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Pertama karena dipengaruhi orang lain, misalnya sering dipuji sebagai orang pintar dan memperoleh banyak sertifikat kepintaran maka tumbuhlah rasa percaya diri dan akhirnya pintar beneran. Sebaliknya jika sering di bodoh-bodohin dan dipermalukan di depan umum, maka akhirnya ia bisa menjadi bodoh beneran dan minder. </div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Kedua karena dipengaruhi oleh kelompok rujukan. Misalnya pengakuan dari institusi professional bahwa seseorng ahli dalam bidng tertentu. Seorang ahli pengobatan alternatip mendapat pengakuan dri Ikatan Dokter Indonesia misalnya, maka ia merasa percaya diri ketika melakukan terapi pengobatan.</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Al Qur’an memberikan manusia dua predikat, yaitu manusia sebagai hamba Alloh (`abdulloh) dan manusia sebagai wakil Alloh di muka bumi (khalifatullah). Karakteristik hmba adalah kecil, terbatas dan tak berdaya. Hamba harus tunduk dan patuh kepada yang diperhamba. Sedangkan krakteristik khalifah (wakil) sangat bergantung siapa yang diwakili. Besar kecilnya wakil bergantung kepda siapa yang diwakili; wakil ketua RT, wakil Lurah, wakil Bupati, wakil Presiden? Nah predikat khalifatulloh adalah wakil Tuhan di muka bumi. Jadi sebagai hamba Alloh manusia adlah sangat kecil tak berdaya, tetapi sebagai khalifatullah, manusia adalah sangat besar, karena wakil dari Tuhan yang maha Besar kekuasaan Nya.</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Dalam perspektip integritas diri, predikat hamba Alloh adalah berdimensi vertical, sedangkan khalifatullah berdimensi horizontal. Sebagai hamba harus menempatkan diri dibawah, tunduk sujud dan patuh terhadp segala perintah Nya, berharap memperoleh ridla,ampunan, berkat dan rahmat Nya , serta takut </div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
dimurkai dan dihukum oleh Nya. Tetapi sebagai khalifah Nya manusia tidak boleh tinggal diam melihat ketidak adilan di muka bumi, ia harus menyebarkan kasih saying, menolong yang lemah, memaafkan yang mengaku salah, menindak yang zalim bahkan menghukum mati pembunuh, yang kesemuanya dilakukan atas nama Alloh. Hakim yang memutuskan hukuman mati atau algojo yang bertugas mengeksekusi hukuman mati adalah dalam kapasitas sebagai khalifatullah, oleh karena itu teks keputusan pengadiln juga berbunyi demi hokum berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa., karena manusia hanya berhak memutuskan hukuman mati dalam kapasitasnya sebagai wakl Tuhan Sang Pencipta. </div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
<b>Integritas Diri Model Insan Kamil</b></div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
Manusia adalah mahkluk yang memiliki desain kejiwaan tersempurna (fi ahsani taqwim), tetapi ia berpeluang menjadi makhluk yang terendah martabatnya ( asfala safilin). Meski kesempurnaan manusia sebagai makhluk adalah tidak sempurna tetapi ada manusia yang dapat dikategorikan sebagai manusia sempurna (insan kamil). Insan kamil adalah manusia yang pola komunikasi intra dan interpersonalnya berlangsung secara optimal sesuai dengan maksud penciptaan organ psikologisnya. Manusia yang dapat dikategorikan sebagai insane kamiladalah para nabidan wali. Karakteristik integritas diri modelinsan kamil dapat ditinjau dari empat sifat nabiyaitu shidiq (benar) ,amanah (terpercaya) fathonah (cerdas) dan tabligh (actual). </div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
1.Shidiq (benar) bermakna bahwa manusia tersebut selalu berkata benar, berfikir benar, berkehendak benar dan bertindak benar,jujur kepada orang lain dan jujur kepada diri sendiri..</div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
2. Amanah (terpercaya) bermakna bahwa karenaia shiddiq (benar) dalam fikiran, perkataan,kehendak dan perbuatan maka kehadirannya memberi rasa aman,yang oleh karena itu ia dipercaya oleh orang lain.</div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
3. Fathonah (cerdas) bermakna bahwa meski ia jujur, tetapi ia juga memahami </div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
setting suasana sehingga ia hanya mengatakan yang diperlukan, melakukan sekedar yang diperlukan, tidak mengatakan yang tidak perlu dikatakan,tidak melakukan sesuatu yang tidak diperlukan sehingga kejujurannya tidak bisa disalah gunakan oleh orang lain.</div>
</span><span style="background-color: white; color: rgba(0, 0, 0, 0.8); font-family: 'Roboto Slab', 'Times New Roman', serif; font-size: 14px; line-height: 19px; white-space: pre-wrap;"><div style="text-align: justify;">
4. Tabligh (menyampaikan) bermakna bahwa ia peduli kepada orang lain, selalu mengaktualisasikan pengetahuan dan kekuatannya untuk semaksima mungkin memberi manfaat, beramar makruf secara ma`ruf dan nahi mungkar juga secara ma`ruf,</div>
</span><span class="fullpost"></span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-87178301746198919832015-06-16T21:46:00.002-07:002015-06-16T21:46:25.105-07:00Integritas Diri(1)<div class="" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1SD7Kcv2HpnS3TlUIg-qEq7vojx_c1ZDS_caxEDegyDogBpIsxEcsiKkrg-N_qrARQ-_KsHQQs-eObk7GZUQXDdf6tgqtXhSi2dhOUtUE9RtS2wXZMTmUk0NHad84SfFyM4Q/s1600/integrity.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1SD7Kcv2HpnS3TlUIg-qEq7vojx_c1ZDS_caxEDegyDogBpIsxEcsiKkrg-N_qrARQ-_KsHQQs-eObk7GZUQXDdf6tgqtXhSi2dhOUtUE9RtS2wXZMTmUk0NHad84SfFyM4Q/s200/integrity.jpg" width="200" /></a><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%;"> Sejalan dengan
konsep insan sebagi makhluk psikologis yang berada diantara dua titik ektrim
berkesadaran hingga lupa, membenci hingga mesra dan antara bergejolak hingga
tenang, setiap indvidu memiliki integritas yang berbeda-beda bergantung kepada
jarak menetapnya dari titik ekstrim. Jarak menetap dari titik-titik
ekstrim tersebut berhubungan dengan pola menejemen diri, yakni bagaimana system
nafsani dengan subsistemnya bekerja. Idealnya
adalah jika akal, hati, nurani, syahwat dan hawa nafsu bersinergi secara
proporsional. Jika synergy ini tercapai dan menetap pada seseorang maka ia
dapat disebut memilki integritas. Derajat integritas diri juga
bertingkat-tingkat, ada yang memiliki integritas tinggi, ada yang rendah dan
ada orang yang tidak memilki integritas. Corak integritas diri seseorang
berhubungan dengan factor mana yang paling berperan dari sub system nafsaninya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 1.05in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">1.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 14.0pt;">Jika </span></b><span style="font-size: 14.0pt;">seseorang
lebih dikendalikan oleh akalnya maka ia menjadi orang yang sangat rationil.
Segala sesuatu yang dihadapi diukur dengan ukuran logika, harus masuk di
akalnya, . Ia susah menerima realita-realita yang tidak logic. Jika dipaksakan
untuk menerima realita-realita yang tidak logic maka ia akan terkena gangguan
psikologis. Karena watak intelektual yang selalu mempertanyakan setiap
stimulus, maka seorang rationalis cenderung kering jiwanya. Ia hanya bisa
terpuaskan oleh kepuasan ilmiah, kurang bisa menikmati realitas-realitas lain
yang bernuansa afektip .<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 1.05in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">2.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 14.0pt;">Jika </span></b><span style="font-size: 14.0pt;">seseorang
lebih dikendalikan oleh hatinya maka ia cenderung perasa, bisa memahami
berbagai relitas, meski tidak rationil sekalipun. Tetapi karena watak hati itu
tidak konsisten maka integritasnya bergantung kepada mood nya hati, ke titik
ektrim mana ia dekat. Orang yang jatuh cinta setengah mati (100%) misalnya jika
mengalami kegagalan, padahal kegagalan yang dialami itu rationil, ia terguncang
dahsyat berpindah dari cinta setengah mati ke titik benci setengah mati hingga
tega mencelakakan sang kekasih, atau frustrasi setengah mati hingga bunuh
diri.. Sebaliknya orang yang kadar cintanya hanya sekitar 75%, maka kegagalan
cintanya tidak terlalu mengguncang dan secara sadar ikhlas menerima kenyataan,
serta masih bisa happy dengan menemukan kekasih lain sebagai penganti yang
hilang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 1.05in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">3.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 14.0pt;">Jika </span></b><span style="font-size: 14.0pt;">seseorang
lebih dikendalikan oleh syahwatnya, maka ia cenderung menyukai kemewahan,
seleranya “tinggi” dan hedonistic. Budak syahwat pada umumnya tidak peka
perasaannya, dan tidak panjang fkirannya, Karen pusat perhatiannya pada
pemuasan syahwat, padahal syahwat an sich tidak pernah terpuaskan..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 1.05in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">4.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 14.0pt;">Jika</span></b><span style="font-size: 14.0pt;">
seseorang mengikuti panggilan nuraninya, maka langkahnya benar, pilihannya
tepat. Ia mensikapi masalah dengan jernih dan mengambil keputusan dengan yakin,
oleh karena itu ia tidak mudah tergoyahkan oleh hambatan dan cacian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 1.05in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">5.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 14.0pt;">Jika</span></b><span style="font-size: 14.0pt;">
seseorang menuruti dorongan hawa nafsunya dijamin pasti tersesat dan hidupnya
destruktip, merusak dirinya dan merusak orang lain.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%;"> Integritas diri
seseorang menguat manakala ia konsisten dengan prinsip-pinsip yang dianut
ketika menghadapi masalah yang harus disikapi . Sebaliknya orang yang tidak
konsisten dalam mensikapi masalah sehingga ia tidak mempunyai prinsip pijakan,
atau prinsip pijakannya hanya untung material, sementara nilai materi </span><span style="font-size: 14pt; line-height: 115%;">itu tidak
konstan maka ia akan kehilangan integritas dirinya.</span></div>
Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-33820360273646003752015-05-31T21:57:00.000-07:002015-05-31T21:57:08.435-07:00Manusia : Makhluk Tak Dikenal<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcFK2bqnU7uS4voLx722yo1EPverJDUfoivlMbfA7B9uBlTnMQAI0qO_l9W0cbYPhWaBxGxChCLX-emTV8cDyW27pnUAxkDXJg24P_grL3vMUykwXGcaChmr22WAtIyQCX6Gc/s1600/human-immune.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcFK2bqnU7uS4voLx722yo1EPverJDUfoivlMbfA7B9uBlTnMQAI0qO_l9W0cbYPhWaBxGxChCLX-emTV8cDyW27pnUAxkDXJg24P_grL3vMUykwXGcaChmr22WAtIyQCX6Gc/s200/human-immune.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="line-height: 115%;">Oleh : Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="line-height: 115%;">Pendahuluan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Membicarakan
manusia tak akan pernah kurang bahan. Dimensi manusia yang belum terjamah
fikiran manusia masih lebih banyak disbanding yang sudah diketahui. Kajian ini menjadi
lebih menarik karena yang membicarakannya adalah manusia itu sendiri, kita.
Dalam hal ini manusia azdalah subyek dan obyek sekaligus, dan mengapa demikian
juga merupakan bagian dari kerumitan manusia. Mengapa manusia rumit ? karena
manusia adalah tajalli atau perwujudan dari Tuhan Sang Pencipta. Artinya
kehebatan dan kesempurnaan Tuhan antara lain diwujudkan dalam ciptaan yang
rumit itu. Oleh karena itu al Qur’an misalnya menunjuk diri manusia sebagai
bukti bagi orang yang ingin mengetahui Tuhan, wafi anfusikum afala tubshiruun
?artinya; dan didalam dirimu (terdapat banyak tanda-tanda kebesaran Tuhan),
tidakkkah kalian bisa melihat ?(Q/51:21). Judul tersebut diatas termasuk hal
yang menggelitik kita mengetahui maksudnya, karena secara logis kalimat itu
sepertinya tidak benar. Misteri tentang manusia hamper pada semua aspeknya;
fisiknya, kejiwaannya, syarafnyaa, spiritualnya, ruhnya, makna keberadaannya
dan seterusnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="line-height: 115%;">Mengenal Diri Manusia<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Usaha manusia
mengenali dirinya sudah berlangsung sepanjang sejarah kehidupan manusia, baik
melalui filsafat, ilmu jiwa, antropologi maupun agama. Manusia adalah makhluk
berfikir, tetapi fikirannya ternyata tidak menjamin tercapainya kebahagiaan dan
kebenaran. Seorang failasuf bisa
berfikir jauh mengembara sangat jauh, tetap produk pemikiran tetap menyisakan
keraguan, oleh karena itu filsafat menghasilkan kegelisahan, bukan ketentraman.
Psikologi berusaha menggali hokum-hukum kejiwaan yang ada pada manusia agar
bisa memahami perilakunya, karena kata para ahli psikologi, perilaku manusia
adalah gejala dari jiwanya. Tetapi teori-teori psikologi yang dirumuskan oleh
pemikiran juga tidak mendatangkan ketentraman. Dari teori psikoanalisa, ke
behaviourisme, kognitip dan terakhir humanisme menunjukkan adanya perkembangan
pemikiran yang dirasa semakin mendekati kebenaran. Tetapi ketika tumbuh
pemikiran tentang kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, kembali
terasa bahwa kajian psikologi itu masih jauh dari apa yang semestinya digapai.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="line-height: 115%;">Apa kata al Qur’an tentang Manusia ?<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Al Qur’an secara
garis besar berisi gagasan-gagasan tentang Tuhan, manusia, alam, kenabian,
wahyu dan akhirat. Secara keseluruhan al Qur’an adalah wahyu dari Tuhan,
oleh karena itu seluruh isinya pastilah
benar, tak ada keraguan sedikitpun di dalamnya, <i>la roiba fihi.</i> Jika ada
satu ayat atau kalimat al Qr’an yang terasa tidak masuk akal, hal itu bukan
karena al Qur’an tidak masuk akal, tetapi karena akal kita (yang relatip) untuk
sementara belum dapat menjangkau kebenaran wahyu al Qur’an (yang mutlak).
Tafsir merupakan usaha manusia untuk menggali kandungan al Qur’an. Karena
tafsir merupakan karya manusia maka tingkat kebenaran tafsir bersifat nisbi
atau relatip, oleh karena itu sautu ayat bisa dirafsiri secara berbeda oleh para
ulama. Para ulamapun menyadari bahwa penafsirannya belum tentu benar, oleh
karena itu mereka selalu mengakhiri tafsienya dengan kalimat wallohu a`lamu
bssawab, artinya bahwa hanya Allohlah yang lebih mengetahui mana yang benar.
Secara metodologis, kualitas tafsir bertingkat-tingkat-tingkat, yang tertinggi
adalah tafsi al Qur’an bil Qr’an, yakni menafsirkan ayat al Qur’an dengan
ayat yang lain. Kedua tsfsir al Qur’an
dengan sunnah, dan ketiga tafsir Qur’an derngan
pendapat para sahabat Nabi, ke empat, tafsir al Qur’an dengan bahasa, dengan ilmu pengetahuan dan dengan
isyarat (tafsir sufi). Kebenaran al Qur’an tidak cukup disikapi dengan akal,
tetapi harus dengan iman.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;">Gagasan Tentang Manusia disebut al Qur’an meliputi proses
kejadiannya, kejadian awal maupun proses reproduksinya, ruhn ya, kejiwaannya
(nafsaniyahnya), tyhpologinya, perilakunya dalam sejarah (sunnatulloh
kehidupan) maupun akhir kesudahannya, yakni kehidupan setelah kematiannya
(akhirat). Manusia disebut al Qur’an
dengan nama basyar, insane dan bani Adam. Basyar adalah manusia dilihat dari
aspek fiszik dan kesamaannya dengan manusia yang lain sebagai kesatuan.
Sedangkan insane adalah manusia sebagaa makhluk psikologis. Dari segi bahasa, insan
berasal dari kata nasiya yansa yang
artinya lupa, dari kata ‘uns yang artinya mesra, dan dari kata nasa yanusu yang
artinya bergejolak. Jadi manusia adalah makhluk psikologhis yang memiliki
tabiat pelupa, memiliki kemesraan dan memiliki potensi bergejolak. Typologi
psikologis manusia adalah berada antara titik ekrim sadar hingga lupa, benci hingga mesra, dan
antara tenang hgingga bergejolak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;">Manusia antara Terkenal dan Tidak Dikernal.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Dalam dimensi
duniawi, manusia jelas dikenal, tetapi pengenalan atau ilmu pengetahuan tentang manusia oleh manusia tidak semaju
ilmu penmgetahuan terhadap yang lain.
Kajian tentang fisik manusia saja hingga
hari ini belum tuntas, apalagi kajian t5entang hakikat manusia. Menurut Dr. Alexsis Careel, pertanyaan tentang manusia pada
hakikatnya hingga kini tetap tanpa jawaban.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Ayat pertama al
Qur’an surat al Insan berbunyi; <i>hal ata `alal insxani hinun min addahri lazm
yakun syaian madzkura</i>, artinya : telah datang pada manusia suatu masa
dimana ia adalah bukan sesuatu yang dapat disebut. Jika kita ditanya, 200 tahun yang lalu anda berada dimana ? maka
tidak ada jawaban kecuali mengatakan bahwa ketika itu anda belum bisa dsisebut
keberadaannya, bahkan “bahan” nya dimana juga tidak tahu. Apakah hal itu
berarti anda belum ada ?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Dalam perspektip
Tuhan, 100 tahun yang lalu, 200 tahun yang lalu, anda sudah ada, kelaminnya ,
jumlah saudaranya, nasibnya dan akhir kesudahannya kesemuanya sudah adaa pada
ilmu Tuhan. Demikian juga berapa cucu anda kelak, juga sudah ada pada ilmu
Tuhan siapa Presiden RI yang ke delapan, ke Sembilan dana seterusnya. Jadi
seoran g presiden yang bernama Jokowi miszalnya, adakah diantara kita yang
sudah mengenalnya 100 tahun sebelum kelahirannya ?. Demikian juga siapa yang
tahu bagaimana kita nanti sesudah mati
?. Itulah makna bahwa di satu sisi manusia adalah makhluk yang tidak dikenal,
misterinya belum terkuak nyata. Adakah anda mengenal diri anda ?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Jika seseorang
mati, ia disebut telah meninggal atau berpulang ke rahmatullah. Apakah orang
yang telah mati berarti telah hilang eksistensinya ? bagaimana dengan sorga dan
neraka ?.....masih banyak lagi aspek manusia yang belum dikenal.<span style="font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<span class="fullpost"></span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-23383760543557850542015-05-31T21:47:00.001-07:002015-05-31T21:47:14.150-07:00Logika Terbalik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQS8J51UFGXNspDX8UOYV_tPXgzahzWWiBjX566MCPc-fxtv-hXEcY5nhO_nja-aFLqG8OM1Zt0N9KrsHYbVk0R-evffLRtbGeIabJyJv9JMZXFUbqpEwcsQdXHNN6y6D2J18/s1600/thinker.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQS8J51UFGXNspDX8UOYV_tPXgzahzWWiBjX566MCPc-fxtv-hXEcY5nhO_nja-aFLqG8OM1Zt0N9KrsHYbVk0R-evffLRtbGeIabJyJv9JMZXFUbqpEwcsQdXHNN6y6D2J18/s200/thinker.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Oleh: Prof. Dr. Achmad Mubarok</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Kerja keras belum tentu produktif, lihat tukang becak</span>, sungguh ia sudah kerja keras mengayuh becaknya hingga ngos-ngosan keringatan, tetapi hasilnya ternyata tidak memadai. Kerja cerdas lebih produktip, tidak terlalu keringatan tetapi hasilnya bisa jauh lebih banyak. Tetapi banyak juga orang yang sudah kerja cerdas, sudah menghasilkan begitu banyak, segala yang dibutuhkan sudah tersedia, ternyata hidupnya tidak tenang, gelisah dan ujung-ujungnya lari ke narkoba atau mendekam di penjara. Nah ada jenis kerja lain,yaitu kerja ikhlas. Dapat banyak alhamdulillah, dapat sedikit alhamdulillah, belum dapat, sabar dan berusaha lagi. Seberapapun yang diperoleh dari kerja keras, cerdas dan ikhlasnya, ia bisa menerimanya dengan senang hati, karena ia menyadari bahwa wilayah manusia itu hanya berikhtiar, hanya berusaha, sedangkan hasil, disitu ada tangan Tuhan. <st1:city w:st="on">Ada</st1:city> orang sudah dapat banyak masih kurang dan hatinya gelisah, makan tak enak tidur tak nyenyak, dimusuhi orang banyak. . Yang lain dapatnya sedikit tetapi ia merasa cukup bahkan masih bisa memberi. Dengan tenang ia menikmati hasil jerih payahnya, damai, harmoni dengan lingkungan dan bahkan dihormati orang lain.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Matematika Bumi vs Matematika Langit<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Menurut hitungan matematis,orang yang punya uang sepuluh juta rupiah kemudian diambil lima juta untuk membantu biaya sekolah anak-anak yatim maka uangnya yang tersisa hanya tinggal lima juta rupiah Jika orang itu kemudian mempunyai pola perilaku tetap yaitu selalu memberikan separoh hasil usahanya untuk membantu orang lain yang kesulitan,maka menurut hitungan matematis ia pasti lambat kayanya dibanding jika ia tidak suka memberi. Jika ia menjadi kaya 10 tahun kemudian,maka logikanya jika tidak suka memberi, ia sudah bisa menjadi orang kaya <st1:city w:st="on">lima</st1:city> tahun lebih cepat. Tetapi realitas kehidupan sering berbicara lain. Orang yang suka memberi justeru lebih cepat kaya sementara orang yang kikir usahanya sering tersendat-sendat. Sama halnya orang dagang yang selalu mengambil keuntungan dengan margin tertinggi justeru kalah bersaing dengan pedagang yang mengambil keuntungan dengan margin rendah. Kenapa ? karena hidup itu bukan hanya matematis, ada matematika bumi dan ada matematika langit. Orang yang kekeuh dengan hitungan matematis dalam interaksi social tanpa disadari ia justeru kehilangan peluang non teknis yang nilainya tak terukur secara matematis, yaitu berkah. Berkah adalah terdayagunanya nikmat secara optimal. Dari uang <st1:city w:st="on">lima</st1:city> juta rupiah misalnya semua terinvestasi tanpa ada sedikitpun kebocoran,sehingga pertumbuhannya konstan. Sedangkan penghasilan yang tidak berkah dapatnya sepertinya banyak,tetapi yang terdayaguna hanya sedikit karena sebagian besar justeru bocor kewilayah-wilayah yang tak ada hubungannya dengan programnya, seperti kecelakaan lalu lintas yang bukan saja ia harus keluar uang banyak untuk berobat tetapi ia juga kehilangan waktu dan kehilangan asset. Lebih parah lagi jika juga harus berurusan dengan hokum.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Matematika langit mengajarkan bahwa harta itu anugerah Tuhan. Tuhan menyuruh manusia untuk bekerja keras dan Tuhan akan memberi menurut kehendak Nya sesuai dengan rumus-rumus matematika langit. Zakat misalnya arti bahasanya adalah suci dan tumbuh,artinya orang yang disiplin membayar zakat hartanya menjadi suci (dari sorotan kedengkian orang miskin) dan hatinya pun menjadi suci (dari keserakahan matematis). Filosofi zakat ialah bahwa di dalam harta si kaya ada hak orang lain (miskin), yang meminta atau yang malu meminta. Jika zakat tak dibayarkan,maka maknanya si kaya memakan hak orang miskin. Zakat diartikan tumbuh artinya harta yang dizakati akan berkembang volume dan maknanya secara sehat. Logiskah ini ?</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tuhan mengajarkan melalui pohon. Pohon yang secara regular digunting ranting dan daunnya ia akan tumbuh berkembang secara indah dan berpola, karena dari ranting yang digunting akan tumbuh daun baru yang segar. Jika pohon itu tak pernah dipotong maka pohon itu terus berkembang tetapi tidak indah, tidak berpola dan bahkan bisa menjadi pohon besar yang angker. Orang kaya yang pemurah biasanya akrab dengan lingkungan, dicintai dan dihormati orang sekeliling. Orang kaya yang kikir seperti pohon yang angker, orang takut mendekat kecuali yang agak bau-bau pedukunan dan setan. Ketika orang kaya mengalami kecelakaan, rumah terbakar misalnya, maka orang banyak akan sibuk menolongnya. Sebaliknya ketika orang kaya kikir rumahnya kebakaran, orang miskin di sekelilingnya senyum-senyum sambil berkata, nah…… makan lu hartamu</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Kearifan Universal dan Kearifan Lokal<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Matematika langit banyak sekali mengajarkan logika terbalik. Dari nilai-nilai kearifan local (Jawa) misalnya ada ungkapan; <i>wani ngalah luhur wekasane</i>, orang yang berani mengalah akan terhormat di belakang hari. Kalau menurut matematikabumi, mengalah sama saja dengan kalah, berarti lemah . Tetapi menurut matematika langit,mengalah adalah kekuatan,karena hanya orang kuat yang bisa mengalah. Mengalah berbeda dengan kalah, orang yang bisa mengalah biasanya menang dibelakang, orang yang menang-menangan biasanya akhirnya malah kalah di belakang hari. Nah nilai-nilai kearifan universal banyak sekali dijumpai, di ayat kitab suci, hadis maupun maqalah atau kata-kata mutiara. Berikut ini contohnya;</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<ul style="margin-top: 0in;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Barang siapa (pemimpin) yang rendah hati, ia akan diangkat martabatnya oleh Tuhan, dan barang siapa (pemimpin) sombong, ia akan dijatuhkan Tuhan (<i>man tawadlo`a rofa`ahulloh, waman takabbaro wadlo`ahullah</i>/hadis nabi). Sejarah mengajarkan betapa banyaknya penguasa otoriter yang zalim dijatuhkan secara nista oleh rakyatnya, di sisi lain ada Nelson Mandela, dipenjara 27 tahun oleh rezim yang zalim, begitu keluar diangkat menjadi presiden Afrika Selatan oleh rakyat.</li>
</ul>
<ul style="margin-top: 0in;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Cintailah kekasihmu sederhana saja, siapa tahu di belakang hari ia justeru menjadi orang yang paling kau benci, dan bencilah musuhmu sederhana saja, siapa tahu di belakang hari ia justeru menjadi orang yang paling kau cintai (al Gazali)</li>
</ul>
<ul style="margin-top: 0in;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Apa-apa yang kau sukai mungkin berdampak buruk bagimu,dan apa-apa yang kau benci mungkin justeru berdampak positip bagimu (al Qur’an)</li>
</ul>
<ul style="margin-top: 0in;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Jika engkau duduk di bagian belakang,kemudian orang mempersilahkanmu pindah ke depan, itu lebih baik dibanding jika engkau langsung duduk di bagian depan tetapi kemudian orang datang meminta maaf kepadamu agar pindah ke belakang karena tempat itu sudah disediakan untuk orang lain yang lebih berhak (Isa al Masih)</li>
</ul>
<ul style="margin-top: 0in;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Jangan menghakimi sesuatu yang nampak buruk, karena yang nampak buruk bisa berubah menjadi baik (husnul khotimah) dan sebaliknya yang nampak baik bisa berubah menjadi buruk (su’ul khotimah). Ulat yang menjijikkan dan serakah memakan daun di pohon ternyata bisa berubah menjadi kupu-kupu yang indah berwarna warni terbang kian kemari.</li>
</ul>
<ul style="margin-top: 0in;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam awal pidato orang terkadang menyapa dengan kalimat , “<i>yang terhormat</i>”, terkadang dengan kalimat “ <i>yang kami hormati”</i>. Orang yang terhormat tetap terhormat meski tidak kami hormati, karena kehormatan seseorang itu menempel pada dirinya. Sedangkan orang yang kami hormati bisa jadi memang orang terhormat, bisa juga bukan orang terhormat, karena ia hanya dihormati karena jabatan formalnya. Begitu lepas jabatan maka tidak ada lagi orang yang menghormatinya karena ia memang bukan orang yang terhormat.</li>
</ul>
<span class="fullpost"></span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-7921557410599243352015-05-15T11:46:00.002-07:002015-05-15T11:46:58.395-07:00Manusia Pembelajar Yang Cerdas dan Berbudi Luhur (2)<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]-->
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikP3VJa1omWfl2E9TNPQyXKf-wISNbdTX6vAro9-0vkEnMvIK3VcHmjaYT-A-TUY6mwDosyXKPXDDC1mJiUaXebqO4mBlMA5-pknMLBccXsN1n2k9ZLFSm2q3HL56nsJ2pthY/s1600/agar-anak-cerdas.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikP3VJa1omWfl2E9TNPQyXKf-wISNbdTX6vAro9-0vkEnMvIK3VcHmjaYT-A-TUY6mwDosyXKPXDDC1mJiUaXebqO4mBlMA5-pknMLBccXsN1n2k9ZLFSm2q3HL56nsJ2pthY/s200/agar-anak-cerdas.jpg" width="200" /></a></div>
Banyak orang terpelajar tidak menjamin
kemudahan dan ketertiban, buktinya orang-orang yang sekarang tersandung masalah
hokum kebanyakan orang-orang terpelajar. Ada nilai lain yang membuat menudsia pembelajar
yang cerdas itu membawa manfaat, yaitu berakhlak mulia atau berbudi luhur.
Bahkan Berbudi Luhur lebih bernilai disbanding kecerdasan intelektual. Orang
yang proporsional kecerdasannya, intelektual, emosional dan spiritual,
merekalah yang berpotensi menjadi manusia pembelajar yang cerdas dan berbudi
luhur.<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Bahasa agama dari budi
luhur adalah <i>akhlaq mahmudah</i> atau akhlak mulia. Akhlak bukan perilaku,
tetapi keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perilaku. Perilaku
orang yang berakhlak mulia bersumber dari batinnya (bukan hanya dari
fikirannya) dan bersifat konsisten . Sedangkan orang yang akhlaknya buruk<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bisa jadi suatu waktu bisa melakukan suatu
perbuatan baik sebagai strategi dalam mencapai tujuannya. Ia bisa menutupi
“wajah” aslinya dengan topeng. Saking seringnya memakai topeng hingga suatu
saat ia lupa wajah sendiri. Akhlak ada yang bersifat batin dan ada yang
bersifat lahir (sopan santun). Penipu biasanya sangat sopan. Kontek akhlak ada
dengan sesame manusia, dengan alam , dengan Tuhan dan dengan diri sendiri.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Nilai kebaikan ada yang disebut dengan kata <i>al
khoir</i> dan ada yang disebut dengan <i>al ma`ruf</i>. Al <i>khoir</i> adalah
kebaikan yang bersifat universal, diakui oleh semua manusia, semua agama
se-panjang masa. Sumber nilai <i>al khoir</i> adalah Tuhan. Sedangkan <i>al
ma`ruf </i>adalah sesuatu yang secara social dipandang baik, sumbernya adalah
budaya. Sedangkan nilai keburukan ada yang disebut dengan <i>fakhisyah</i> dan
ada yang disebut dengan <i>al munkar</i>.<i>Fakhisyah</i> adalah sesuatu yang
secara universal dipandang buruk, keji. Zina termasuk<i> fahisyah</i>, oleh
karena itu seorang pezinapun tersinggung ketika isterinya dizinai orang.
Sedangkan <i>alma`ruf</i> adalah keburukan yang ditutupi dengan logika
akal-akalan. Contoh suap disebut sebagai pelican, korupsi disebut sebagai
komisi. Jika <i>al khoir</i> dan <i>fakhisyah</i> bersifat universal, <i>al
ma`ruf</i> dan <i>al munkar </i>bersifat regional.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Pengajar dan Pendidik</b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Guru ada yang baru memiliki
kualifikasi pengajar, ada yang sudah menjadi pendidik. Tugas pengajar hanya
transfer kognitip, pusat perhataiannya lebih pada honor atau apresiasi yang
lain. Sedangkan pendidik bekerja mentransfer perilaku, mentransfer budaya.
Pusat perhatiannya adalah pada bagaimana membentuk karakter murid. Ia mencintai
tugasnya dan mencintai muridnya. Guru pengajar biasanya dikenang muridnya
sebagai bekas gurunya, sedangkan guru pendidik bukan saja tetap dikenang
sebagai guru, bahkan selalu menjadi inspirasi, meski sang guru telah tiada.
Proses seorang pengajar hingga menjadi pendidik biasanya membutuhkan waktu pan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>jang, sekitar sepuluh tahunan bahkan lebih.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Manusia Pembelajar yang
Cerdas dan Berbudi luhur pastilah seorang guru pendidik. Kekuatannya bukan
hanya di kelas, seluruh perilakunya, bahkan diamnya pun mempunyai kekuatan
edukasi, mempunyai magnit keteladanan. Dalam budaya jawa, kata guru adalah
singkatan dari di gugu dan di tiru, yakni sosok yang terpercaya dan menjadi
panutan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Manusia magnit</b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Keberhasilan suatu dakwah,
penerangan atau sosialisasi gagasan berhubungan dengan tingkat persuasifnya.
Pendekatan persuasive membuat orang banyak<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>mengikuti ajakan dakwah tetapi merasa sedang melakukan sesuatu atas
kemauan sendiri. Meski demikian, keberhasilan ajakan itu boleh jadi lebih pada
(a) pesona da’I, atau (b) ajakan itu memang relefan dengan yang diinginkan,
atau (3) karena masyarakat memang sedang bingung atau sakit yang sangat
mendambakan hadirnya tokoh penyembuh, atau<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>(4) karena<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kemasan yang menarik.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Secara umum, seorang tokoh
atau guru bisa menjadi magnit yang kuat daya tariknya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>jika memiliki criteria-kriteria yang
dipandang positip oleh masyarakat, antara lain:</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Memiliki kualifikasi
akademis di bidang yang disampaikan</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Memiliki konsistensi antara
amal dan ilmunya</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Memiliki kesantunan dan
lapang dada</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Memiliki sifat pemberani</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Dikenal sebagai orang yang
memiliki sifat `iffah atau tidak mengharap pemberian</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Qona`ah atau kaya hati</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">7.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Memiliki kemampuan
berkomunikasi</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">8.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Memiliki ilmu bantu yang
relevan</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">9.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Memiliki sifat Percaya diri
dan rendah hati</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">10.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Punya selera tinggi,</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">11.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Sabar</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">12.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Memiliki nilai lebih, dan
anggun</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Sedangkan keanggunan seorang
tokoh dapat dilihat tanda-tandanya , antara lain:</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Tidak terlalu banyak
bicara, yang perlu saja</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Tidak juga terlalu banyak
tingkah</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Bisa menjadi pendengar yang
baik dari lawan bicaranya</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Jika menjawab pertanyaan
tidak spontan, tetapi diam sejenak sebelum menjawab</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Tidak terlalu banyak
bercanda</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Menjaga jarak pergaulan
dengan orang yang dikenali sebagai orang tidak baik</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 54.0pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">7.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Menjaga diri dari citra
negatip tertentu</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style>
<![endif]--><span class="fullpost"></span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-38784967421296241102015-05-15T11:37:00.001-07:002015-05-15T11:38:03.700-07:00Menjadi Manusia Pembelajar Yang Cerdas dan Berbudi Luhur (1)<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]-->
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGOGnAZ8KQmCc8HzvpeH8ooEPc0b_wfOP75aIqgRP1OC05v-rMg9i-8zDa2YiOnZJh2uk0SYtwKaFgztyhWm4KRgVVivvOogvJH0LBOP6RbYMDW9ujD1AhGUCHGCUCxE7aG2U/s1600/anak-jenius.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="173" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGOGnAZ8KQmCc8HzvpeH8ooEPc0b_wfOP75aIqgRP1OC05v-rMg9i-8zDa2YiOnZJh2uk0SYtwKaFgztyhWm4KRgVVivvOogvJH0LBOP6RbYMDW9ujD1AhGUCHGCUCxE7aG2U/s200/anak-jenius.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: small;"><b><span style="line-height: 115%;">Mengenali
Manusia</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Manusia adalah makhluk yang suka
mempertanyakan diri sendiri, dan pertanyaan tentang manusia itu sudah
berlangsung sepanjang sejarah manusia itu sendiri, tetapi pembicaraan tentang
manusia ini hingga kini dan seterusnya akan tetap menarik . Daya tarik
pembicaraan tentang manusia itu adalah karena pengetahuan tentang makhluk hidup
dan terutama manusia belum mencapai kemajuan seperti yang telah dicapai dalam
bidang ilmu pengetahuan lainnya. Pertanyaan tentang manusia pada hakikatnya
hingga kini masih tetap tanpa jawaban.<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%;"></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Manusia adalah makhluk
yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>diciptakan Tuhan dengan desain
kejiwaan yang sangat sempurna, tetapi ia berpeluang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>jatuh terjerembab menjadi makhluk yang
terendah <i>(laqad koholaqna alinsan fi ahsani taqwim, tsumma rodadnahu asfala
safilin</i>)</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Secara fisik manusia adalah
yang paling “cakep” dimuka bumi dan paling “manis” gerak geriknya.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Meski keahlian tehnis
dikalahkan oleh binatang tertentu, misalnya tidak bisa terbang seperti burung,
tetapi potensi psikisnya bisa melengkapi kekurangannya sehinggga manusia dengan
teknologi bisamengarungi angkasa<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan
bisa menjelajahi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kedalaman air.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Keunggulan manusia
dibanding makhluk lain adalah karena manusia dilengkapi dengan perangkat
kejiwaan, yang membuat manusia mampu berfikir, berperasaan dan berkehendak.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Jiwa manusia sebagai system
(system nafsani) terdiri dari akal (`aql), hati (qolb), hati nurani (bashiroh),
syahwat dan hawa nafsu, masing-masing sebagai subsistem dimana hati menjadi
menejernya.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span><b>Akal </b>kerjanya
berfikir, produknya adalah rasionalitas. <b>Hati</b> kerjanya memahami realitas
dengan perasaan. Hal-hal irrational yang tidak bisa difahami oleh akal bisa
difahami oleh hati. Kandungan hati sangat<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>kompleks , dari titik ektrim kiri hingga ekstrim kanan, dari sadar
hingga lupa, dari mesra hingga benci, dan dari tenang hinggga<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>gejolak. Sesuai dengan namanya qolb, karakter
hati adalah tidak konsisten. <b>Hati nurani</b> atau bashiroh adalah pandangan
mata batin sebagai lawan dari pandangan mata kepala. Ia disebut juga sebagai
cahaya ketuhanan yang ditempatkan didalam hati. Oleh karena itu berbeda dengan
hati yang berkarakter inkonsisten, nurani berkarakter konsisten, dan tidak bisa
diajak kompromi dengan kebohongan. <b>Syahwat </b>adalah dorongan terhadap apa
yang dinginkan.<b> Syahwat</b> merupakan penggerak perilaku yang membuat hidup
menjadi dinamis, sepanjang proporsionil. Sedangkan <b>hawa nafsu</b> adalah
dorongan kepada sesuatu yang sifatnya rendah, maunya sekarang, yang penting
enak, gak peduli akibat.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Setiap manusia berbeda
subsistem mana yang paling dominan. Jika akalnya yang kuat maka hidupnya
rationil, tetapi terkadang kering. Jika hati yang dominan maka ia menjadi
perasa dan penuh maklum. Jika nurani yang dominan maka dijamin pilihannya benar
dan langkahnaya tepat. Jika syahwat yang dominan, maka ia mudah terjerumus ke
hedonism. Jika hawa nafsu yang dominan, maka pilihannya mudah <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>keliru dan langkahnyapun sesat. Menejemen
qalbu adalah mensinergikan subsistem dalam<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>mempersepsi stimulus maupun dalam mengambil keputusan serta dalam
bertindak sehingga ouputnya adalah perilaku yang indah , harmoni, bahkan suci.
Sedangkan mismenejemen qalbu akan melahirkan perilaku menyimpang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Manusia Sebagai Makhluk
Pembelajar</b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Manusia adalah satu-satunya
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>makhluk yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>suka mempertanyakan diri sendiri<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>disamping mempertanyakan yang lain. Dalam
berkomunikasi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>melewati proses pentahapan
(a) menerima stimulus, kemudian (b) mengolah informasi, kemudian (c) menyimpan
informasi, dan (4) menghasilkan kembali informasi, proses ini disebut system
komumnikasi intra personal dimana prosesnya meliputi sensasi, persepsi, memori
dan berfikir. Dalam proses itu banyak sekali hal-hal yang mempengaruhinya.
Persepsi misalnya dipengaruhi oleh perhatian. Perhatianpun dipengaruhi oleh
factor-faktor penarik perhatian, seperti gerakan, kontras, kebaruan dan
perulangan</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Manusia merasa harus
berfikir karena ia harus<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menjawab
pertanyaan, harus mengatasi masalah atau dituntut kreatip. Ada beberapa
kualitas berfikir, yaitu (a)melamun, (b) berfikir, (c) bertafakkur, dan (d)
bertadabbur. Produk berfikir <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berbeda
dengan produk tafakkur dan berbeda pula dengan produk tadabbur. Berfikir
obyeknya di depan langsung, bertafakkur obyeknya jauh di depan dan jauh
dibelakang, sedangkan bertadabbur obyeknya menukik kedalam.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Manusia dalam mempersepsi
orang lain atau orang lain mempersepsi kita (disebut system komunikasi
interpersonal) dipengaruhi oleh banyak hal, misalnya situasi yang berbeda,
pengalaman,juga<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>konsep diri, baik konsep
diri positip maupun konsep diri negatip.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Faktor-faktor itu semua
mempengaruhi cara belajarnya maupun hasil dari belajarnya., sehingga ada orang
yang pandai mengambil pelajaran dan ada juga orang yang tidak bisa mengambil
pelajaran. Ada yang cepat tanggap ada yang lambat, ada yang cermat dan ada yang
gegabah, ada yang orientasinya hari ini, ada yang orientasinya jauh di masa depan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Tingkat kecerdasan Manusia</b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Kecerdasan ideal adalah
sifat Nabi, yaitu Shiddiq, amanah, fathonah dan tabligh, benar, dapat
dipercaya, cerdas dan peduli</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Ada orang `alim dan ada
orang `arif. ~alim artinya mengetahui, sedangkan `arif artinya mengenal. Banyak
orang tahu ada Tuhan, tetapi hanya sedikit yang mengenal Tuhan. Bahkan ada
seorang isteri yang sudah puluhan tahun sekasur<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>dengan suaminya ternyata ia baru benar-benar mengenali suaminya pada
usia perkawinan yang ke 40 dan setelah itu ia mengambil keputusan bercerai.
Tingkatan pengetahuan juga dapat difahami melalui `ilmul yaqin, kemudian `ainal
yaqin, dan baru haqqul yaqin.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Kita sudah mengenal ada
istilah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan ada kecerdasxan
spirtitual.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: Symbol; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span dir="LTR"></span>Orang cerdas pasti jujur.
Dibawah cerdas ada orang yang disebut cerdik, orang cerdik biasanya sudah agak
kurang jujur. Dibawahnya ada orang pintar, dan orang pintar bisa <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>minteri atau “ngerjain”orang lain. Dibawah orang
pintar ada orang lihai, dan dibawah lihai adalah orang yang licik. Sedangkat
tingkatan kejujuran , yang tertinggi adalah jujur, dibawahnya ada lugu, dan
dibawahnya ada bodoh. </div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style>
<![endif]--><span class="fullpost"></span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-72181487920607483752015-05-10T21:45:00.000-07:002015-05-31T21:58:10.914-07:00Psikologi Kepemimpinan Politik(2)<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-size: 12pt; line-height: 200%;"></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPK_f8OFM4mcSv1uxI4Y0KS8HY05Tv4CLQ_u-_zne3NTDjhKQLCOIR2cvvMXIBXUejKkusuiFEcETDP3GSnBNF-mHVtWhcZNuJZSK-LRMr_FCW9eGWD7ST2mcYYQ_2n9QLtzA/s1600/politik_1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPK_f8OFM4mcSv1uxI4Y0KS8HY05Tv4CLQ_u-_zne3NTDjhKQLCOIR2cvvMXIBXUejKkusuiFEcETDP3GSnBNF-mHVtWhcZNuJZSK-LRMr_FCW9eGWD7ST2mcYYQ_2n9QLtzA/s200/politik_1.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sunnatulloh sejarah adalah berputar. Pada zaman kejayaan Islam Daulah Abbasiah yang berpusat di Bagdad, perbedaan Timur dan Barat sangat menyolok. Di Bagdad sudah ada universitas, ada kolam renang umum, di Eropah masih hidup di abad gelap (blue age).Di Istana raja Perancis yang ratusan kamar ternyata hanya ada satu kamar mandi, maknanya di Barat belum mengenal budaya mandi. Ketika duta besar Bagdad memberikan hadiah jam air kepada raja, Raja bertanya, sihir apa yang menggerakkan jam ini. Tetapi tiga empat abad kemudian keadaan berbalik, dunia Islam mengalami kemunduran, Eropah bangkit, dan Napoleon malah bisa menjaklukkkan Mesir. Ketika Napoleon berkunjung ke Universitas Al Azhar, ia menjumpai seorang profesor sedang mengajar di kelas dengan jumlah mahasiswa yang banyak tetapi hanya ada satu buku, yakni yang dipegang sang guru besar. Napoleon bertanya, kenapa buku hanya satu padahal mahasiswa banyak. Dijawab, kan sulit menulisnya (dengan tulisan tangan). Napoleon berkata, bolehkah saya membantu saya tuliskan buku itu menjadi duaratus supaya semua mahasiswa punya. Sang Guru Besar bertanya, berapa puluh tahun anda akan menyelesaikan tulisan itu ? antara 3 sampai 4 bulan, kata Napoleon. Sang Guru besar Mesir sama sekali tidak percaya dan menganggap Napoleon takabbur. Maka dengan datar dan sinis gurubesar Mesir itu berkata, ya silahkan , mudah2an selesai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata hanya dalam waktu tiga bulan benar-benar diantar 200 exp buku teks itu, maka sambil terperangah, guru besar Mdesir itu bertanya, tuan Napoleon, sihir apa yang bisa menulis secepat itu ? Napoleon senyum-senyum saja, dan dia tahu betul bahwa bangsa Mesir belum mengenal mesin percetakan. Begitulah sejarah berputar termasuk dalam perputaran kepemimpinan politik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kepemimpinan Islam Kontemporer</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada tiga Istilah pemimpin pada awal sejarah Islam yaitu: imam, khalifah dan amir al mu’minin. Imam adalah istilah pemimpin secara umum, termasuk al Qur’an juga disebut sebagai imam (waj`alhu lana imaman wa nuron wa rohmah). Nama Khalifah muncul ketika Abu Bakar Shiddiq dibai’at sebagai pemimpin menggantikan Rasulullah yang baru saja wafat, maka jabatan itu disebut khalifatu rasulillah. Amir al mu’minin (panglima kaum mu’min) diberikan kepada pengganti Abu bakar, yakni Umar bin Khatthab sebagai pengganti istilah khalifatu Rasulillah karena secara bahasa tidak elok menyebut khalifatu khalifati rasulillah, tetapi istilah khilafah tetap melekat sepanjang sejarah politik Islam. Siapa yang layak menjadi imam, filosofinya dapat diambil dari kriteria rekruitmen imam shalat, yakni (1) yang fasikh bacaannya, (2) faham syarat rukun dan (3) telah berusia/senior. Jika diterapkan dalam kepemimpinan politik maka kriteria rekruitmenyya adalah orang yang (1) pandai mengkomunikasikan gagasannya, (2) faham konstitusi, dan (3) punya jam terbang pengalaman memimpin. Siapapun yang terpilih menjadi imam maka makmum harus taat. Jika imam melakukan kekeliruan maka makmum boleh menegur imam tetapi dengan lembut. Jika imam batal maka ia langsung harus mengundurkan diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam praktek, karena politik adalah ekpressi kerjasama dan bersaing, sementara banyak yang bersaing bukan untuk mengejar nilai-nilai luhur, maka sejarah Islam sejak awal (pasca khulafa rasyidin) menampilkan konflik politik yang bukan saja tidak fair, tetapi penuh dengan intrik-intrik jahat, sehingga pemimpin yang ideal jarang sekali muncul. Fenomena itu dijadikan pijakan teori sosiologi oleh Ibnu Khaldun bahwa jatuh bangunnya suatu bangsa ditandai dengan lahirnya tiga generasi, yaitu (1) generasi pendobrak, (2) generasi pembangun, dan (3) generasi penikmat, yaitu mereka yang sibuk menikmati tanpa berfikir membangun. Jika generasi penikmat sudah dominan maka akan muncul generasi ke (4) yaitu generasi yg tak peduli masa lalu dan tak peduli masa depan, mereka tidak menghargai pahlawan yang telah lalu dan tidak memikirkan nasib generasi anak cucu, dan itu pertanda bangsa itu akan runtuh. Menurut Ibnu Khaldun, zaman emas dari kepemimpinan suatu bangsa selalu minoritas antara 5-10 tahun dalam satu abad.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak runtuhnya khilafah Usmaniyah, tidak lagi muncul kepemimpinan Islam kontemporer dalam pentas sejarah kecuali sedikit indikator. Pada era global sekarang, kepemimpinan suatu bangsa bukan saja harus mermiliki kedaulatan nasional yang kuat, tetapi juga harus pandai bermain di pentas global, karena teknologi informasi telah menghapus perbatasan (fisik) suatu negara. Pemimpin muslim Nasional bagaimanapun harus memiliki</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. integritas yang melekat pada dirinya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. memiliki kompetensi dalam bidang kepemimpinannya, yang diwujudkan dalam menejemen organisasi pemerintahnya dan </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. memiliki komitmen yang kuat dalam meningkatkan kualitas hidup rakyatnya, antara lain bisa memilih secara tepat skala prioritas dalam membangun bangsanya sehingga pemerintahannya menjadi efektip (effective government).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Se kharismatis apapun pemimpin Islam jika gagal dalam membangun pemerintahan yang efektip maka ia tidak akan diakui kepemimpinannya. Sangat menarik jargon politik dalam fiqh politik yang substansinya mengatakan, bahwa kekuasaan politik tak akan runtuh hanya karena pemimpinya kafir (tetapi adil), sebaliknya kekuatan politik akan runtuh manakala pemimpinnya zalim (meskipun ia muslim), yabqa almulku ma`al kufri wala yabqa ma`a al dhulmi. Dewasa ini dari dunia Islam hanya Turki dan Iran yang potensil eksis di era global.,sedangkan di Timur Tengah fenomena politiknya sudah seperti tanahnya yang berupa pasir, mudah tercerai berai. Indonesia sebagai mayoritas muslim terbesar di dunia juga masih belum bisa dibayangkan masa depan kedaulatannya, termasuk belum terbayang pemimpin dari Partai Islam yang potensil menjadi pemimpin politik kharismatis yang sekaligus menjadi pemimpin yang efektip secara nasional, apalagi global..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Problem Politik Era Global</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Isim fa`il dari siyasah (politik) adalah sais. Orang Betawi menggunakan kata sais untuk menyebut kusir sado atau pengendali kereta kuda. Mengapa ? karena politik dan kuda itu sama-sama power, maka ukuran kekuatan mesin mobil juga disebut dengan istilah tenaga kuda atau horse power. Politik adalah kendaraan untuk menggapai tujuan kekuasaan, kuda dan keretanya adalah juga power untuk mengantar ke tempat tujuan. Pengendali politik harus memiliki kepandaian seperti pengendali kuda, kapan harus berlari cepat, kapan harus lambat, kapan belok dan kapan berhenti. Watak politik dan kuda juga sama, yaitu liar, maka seorang sais secara sengaja memasang kacamata kuda agar kuda tidak melihat kiri kanan atau belakang, tetapi fokus tujuan ke depan. Jika tidak mengenakan kacamata kuda, maka kuda menjadi liar tidak mudah dikemndalikan, dan bahkan bisa mencelakakan sais berikut kereta dan penumpangnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Problemnya, era global adalah era keterbukaan. Pada era global nyaris tidak ada sesuatu yang bisa disembunyikan, oleh karena itu barbarika politik mudah sekali terjadi. Barbarika politik juga akhirnya menyeret pengendali politik dari partai apapun berperilaku barbar dalam berpolitik. Menurut penelitian psikologi, 83% perilaku manusia dipengaruhi oleh apa yang dilihat, 11% oleh apa yang didengar dan 6% sisanya oleh berbagai stimuluis campuran. Ceramah da`i yang mengutip al Qur’an hanya memiliki kekuatan efektip sebesar 11%, sementara uang dan rekayasa melalui media (TV dan jejaring sosial) justeru memiliki tingkat efektifitas sebesar 83%.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kesimpulan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada era dimana globalisasi dengan teknologi informasi merupakan kenyataan yang tidak bisa dibendung, maka Kepemimpinan Islam kontemporer hanya mungkin efektip jika para pemimpin Islam disamping memiliki integritas tinggi yang melekat dan menguasai mmenejemen organisasi juga menguasai teknologi informasi, sehingga IT menjadi media dakwah yang bisa mengalahkan informasi lainnya yang negatip. Wallohu a`lamu bissawab.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: 16pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<span class="fullpost"></span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-70461212074267739822015-04-30T04:34:00.001-07:002015-04-30T04:34:39.478-07:00Psikologi Kepemimpinan Politik (1)<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEA7Of_5DrWdEfdwBsxPbW9rczTmznBzco9bCnwFwT9OjDdV0y-AkEojra9Dh5VOQTyErEU6xL_51nkjR-JAZeejvwAlp9sLr7GICZyusfYoT7sJEs8Kw2qRPY1WUpy21Yi_A/s1600/bendera-partai-politik-ilustrasi-_111112000747-457.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEA7Of_5DrWdEfdwBsxPbW9rczTmznBzco9bCnwFwT9OjDdV0y-AkEojra9Dh5VOQTyErEU6xL_51nkjR-JAZeejvwAlp9sLr7GICZyusfYoT7sJEs8Kw2qRPY1WUpy21Yi_A/s1600/bendera-partai-politik-ilustrasi-_111112000747-457.JPG" height="144" width="200" /></a><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Banyak yang berkata
bahwa fenomena politik nasional dewasa ini sangat menyebalkan. Konflik
koalisi KMP vs KIH di Parlemen, konflik
DPR dengan Pemerintah, konflik internal Partai Politik, ada DPR tandingan,
Kongres tandingan, Gubernur tandingan dipertontonkan secara terbuka kepada
public. Belum lagi skandal korupsi pimpinan Partai Politik, kesemuanya itu
membuat ada yang berkesimpulan bahwa politik memang kotor, politik memang jahat.
Benarkah politik itu jahat ?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Manusia Sebagai Makhluk Politik<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Suka atau tidak
suka terhadap politik tetapi manusia adalah memang makhluk politik (<i>zon
politicon</i> atau <i>siyasiyyun bitthob`I</i> dalam bahasa Arabnya). Perilaku
politik adalah perilaku manusiawi, oleh karena itu kualitas politik bukan
bergantung kepada politiknya tetapi kepada kualitas manusianya. Sebagai makhluk
psikologis, manusia itu berfikir dan merasa, fikirannya mempengaruhi
perasaannya dan perasaannya mempengaruhi
pikirannya. Jadi kualitas perilaku politik seseorang bergantung kualitas
fikirannya (akalnya) dan kualitas perasaannya(hatinya) bahkan hati nuraninya.
Oleh karena itu ada partai politik yang menggunakan hati nurani sebagai
inspirasinya, yaitu Partai Hati Nurani Rakyat atau Hanura.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Naluri politik
adalah kekuasaan, tetapi konsep kekuasaan bagi setiap orang berbeda-beda, ada
yang ingin menguasai orang lain, yakni manusianya, ada yang lebih tertarik kepada kekayaan atau
ekonomi, yang lain memilih keluasan wilayah dan ada yang lebih tertarik untuk
menguasai hati dan fikiran orang lain.
Perbedaan pusat perhatian politik ini mempengaruhi perilaku politik
seorang politisi, ada yang repressip, ada yang culas, ada yang rakus dan ada yang
sportip,santun dan arif.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Sebagai makhluk
social manusia membutuhkan orang lain dan menjadi apa dan siapa bergantung
dengan siapa mereka bergaul, bekerjasama dan belajar. Untuk mengejar kekuasaan
politik maka makhluk social itu melakukan kerjasama untuk menggapai tujuan
bersama, dan bersaing untuk menggapai agenda subyektip masing-masing. Oleh
karerna itu lahirlah organisasi, ada
ormas, orpol atau Partai Politik bahkan Negara dan pemerintahan (termasuk juga
Universitas) yang kesemuanya itu merupakan wadah kerjasama dan wajah persaingan
sekaligus. Di Partai Politik mereka
bersama-sama membangun organisasi, tetapi di kongres masing-masing bersaing
merebut jabatan tertinggi/ketua umum (contoh paling segar adalah Kongres PPP
dan Golkar). Begitupun dalam pemerintahan dan dalam Negara, bahkan dalam
organisasi dunia PBB. Kualitas perilaku dalam persaingan sangat erat dengan
target apa yang ingin dicapai. Jika orang bersaing untuk merebut nilai-nilai
keutamaan, kebajikan dan ketaqwaan, maka mereka pasti bersaing secara sportip,
jujur dan bermartabat. Tetapi jika mereka bersaing untuk memperebutkan hal-hal
yang sifatnya rendah (harta,tahta,wanita,gengsi) maka para politisi sangat
mudah tergoda melakukan cara-cara kotor, seperti fitnah, intimidasi,terror,
korupsi dan sebagainya.</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;"> <span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;"> Menurut teori psikoanalisa, ekpressi
manusia merupakan sinergi dari tiga pilar kepribadian, id, ego dan super ego,
dimensi hewani, dimensi akal dan dimensi moral. Politisi yang berkepribadian
hewan maka ia bersaing seperti hewan, serakah, tak sabar dan sadis. Politisi
yang mengedepankan akal maka berpolitik secara cerdas, ia bisa bermain cantik
dan mampu melakukan rekayasa politik,meski belum tentu bermoral. Sedangkan type
politisi yang bermoral, ia hanya bersaing secara fair,berpegang teguh kepada
prinsip-prinsip moral, mengacu kepada cita-cita politik yang dituju dan tabah
menderita ketika harus melalui tahapan-tahapan yang berat, dan tidak mau
melakukan praktek dagang sapi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;"> Sebagai suatu persaingan, kemenangan
politik tidak selalu sejalan dengan karakteristik sang politisi. Amin Rais yang
Profesor Doktor dalam bidang ilmu politik ternyata tidak dijamin menang dalam
politik, sebaliknya sebagai ketua MPR ia malah harus melantik Megawati yang
tidak sarjana menjadi Presiden menggantikan Gus Dur. Idealisme politik tidak
menjamin kemenangan actual, dan memang idealisme justeru menguat ketika sering
berhadapan dengan realita politik yang terlalu pragmatis. Dibutuhkan kearifan,
kecerdasan, keuletan dan kesabaran serta keberanian dalam menghadapi realitas
politik yang cenderung pragmatis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Politik dan Agama<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> Agama mempunyai
struktur vertical ke Tuhan Yang Maha Kuasa, sementara politik lebih berdimensi
horizontal bersaing antar manusia. Tetapi nyatanya ada partai politik yang
berbasis agama, Partai Islam, Partai Kristen dan sebagainya. Di Indonesia ada
PKS, PPP, PKB, PBB yang jelas sekali warna ke Islamannya. Bagaimana
sesungguhnya konsep polit5ik dalam Islam ?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;">Dalam bahasa Arab, politik
disebut dengan istilah <i>siyasah.</i> Ilmu agama (Islam) yang berbicara
tentang politk disebut <i>fiqh as siyasah</i> atau fiqih politik. Secara
akademik ilmu politik berdekatan dengan ilmu <i>ushuluddin</i> atau teologi,
oleh karena itu di IIUM (International Islamic University Malaysia) misalnya
jika seorang mahasiswa S2 mengambil program mayornya ilmuUshuluddin,maka
program minornya adalah ilmu politik. Jadi jika seorang sarjana alumnus
Fakultas Ushuluddin (Teologi) kemudian aktif dalam dunia politik, itu sudah
berada pada jalur yang benar. Politik berbicara tentang kekuasaan, sumber
kekuasaan adalah Tuhan,dan Ushuluddin atau Teologi adalah ilmu yang berbicara
tentang ketuhanan. Jadi berpolitik adalah juga ekpressi agama (ibadah) karena
manusia adalah <i>khalifatulloh</i> (wakil Tuhan) di muka bumi yang bertugas
menegakkan hukum-hukum Tuhan kepada ummat manusia di bumi. Oleh karena itu
partai politik yang berbasis agama harus tunduk kepada akhlak mulia dalam
berpolitik. Jika melanggar ekhlak al karimah dalam berpolitik, ia bukan saja
diancam penjara di dunia tetapi diancam dengan hukuman neraka di akhirat nanti.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;">Politik dan
Psikologi<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;"> Definisi yang bersifat terapan menyatakan
bahwa Psikologi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan
mnegendalikan peristiwa mental dan tingkah laku manusia. ”psychology is the
sciense that attempts to describe, predict, and controle mental and behavioral
events”. Jadi psikologi juga bisa digunakan untuk memprediksi suatu peristiwa
sosial politik dan bahkan bisa digunakan untuk mengendalikan kekuatan politik.
Dengan psikologi seorang pemimpin bisa mengamankan kedudukan politiknya
sehingga tujuan-tujuan besar politik jangka panjang bisa tercapai. Pengabaian
terhadap psikologi bisa menyebabkan seorang pemimpin jatuh hanya dikarenakan
oleh kesalahan kecil tetapi berdampak (negatip) besar. Pengendalian politik sangat berhubungan dengan persepsi politik
publik. Kesalahan pendekatan psikologis dalam politik bisa melahirkan misspersepsi
yang solusinya juga hanya bisa dilakukan dengan membangun persepsi baru. Publik
terkadang bisa ditipu dengan politik pencitraan, tetapi persepsi yang terbangun
oleh plitik pencitraan biasanya sarat dengan bom waktu politik. Oleh karena itu
seorang pemimpin seyogyanya harus memenuhi persyaratan integritas, kompetensi
dan komitmen kuat yang dibuktikan dengan mampu memilih skala perioritas, yang
dengan itu citra politi8k akan terbangun secara real, bukan membangun politik
pencitraan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;">Psikologi Barat
dan Psikologi Islam<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;"> Psikologi sebagai ilmu (lahir abad 18)
adalah produks dari peradaban Barat yang sekuler, oleh karena itu Psikologi
Barat atau Psikologi modern tidak mengenal Tuhan, akhirat bahkan tidak mengenal
baik dan buruk. Yang dikenali dalam Psikologi barat adalah sehat dan tidak
sehat secara psikologi. Kenapa ? karena
psikologi Barat hanya bersumber dari renungan intelektuil dan penelitian
empirik (laboratorium psikologi). Oleh karena itu wajar saja ketika teori
psikoanalisanya Freud dibantai habis oleh teori Behaviorisme, selanjutnya
disalip oleh teori Psikologi Kognitip dan baru muncul teori Psikologi Humanisme
yang sudah agak berdekatan dengan teori-teori Islam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;"> Sesungguhnya didalam al Qur’an dan
hadist banyak sekali disebut kata <b><i>nafs</i></b> (jiwa), tetapi para ulama
generasi awal lebih memandang jiwa dalam konteks hubungan vertikal dengan
Tuhan. Oleh karena itu ilmu yang lahir adalah <b>ilmu akhlak</b> dan <b>ilmu
tasauf</b>, dimana dapat dijumpai istilah <b><i>nafs al muthma’innah</i></b> (
jiwa yang tenang), <b><i>nafs lawwamah</i></b> (jiwa yang selalu menyesali
diri), <b><i>nafs al musawwilah</i></b> (jiwa yang secara umum sudah tenang
kecuali dalam menghadapi satu dua hal) dan <b><i>nafs al ammarah</i></b> (jiwa
yang condong kepada keburukan). Munculnya istilah Psikologi Islam justeru di
Barat (1950), yakni ketika mahasiswa muslim dari negeri2 Islam studi di Barat,
dan ketika berjumpa dengan ilmu Psikologi sebagaimana dikatakan oleh Prof. Malik Badri mengalami fase2 : (1)
infantuasi, kemudian (2) rekonsiliasi dan (3) fase emansipasi, yakni dari
terkagum-kagum, kemudian berusaha mencocdok-cocokkan dengan teori2 Islam dan
akhirnya kritis terhadap pandangan-pandangan psikologi modern. Di Indonesia
sendiri muncul istilah nafsiologi, kemudian Psikologi Islami, baru kemudian
Psikologi Islam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: SV;"> Perbedaan Psikologi moderen (Barat)
dengan Psikologi Islam terletak pada wilayah dan metodolginya. Jika Piskologi
Barat wilayahnya hanya (1) menguraikan (2) memprediksi (3) mengendalikan
perilaku manusia, maka Psikologi Islam menambah dengan (4) membentuk perilaku yang
baik dan (5) mendorong jiwa agar merasa dekat dengan Tuhan. Demikian juga dari
segi sumber, jika Psikologi Barat
bersumber dari renungan intelektuil dan laboratorium empirik, Psikologi
Islam bersumber dari apa kata Sang Pencipta tentang manusia, seperti yang
terkandung dalam al Qr’an dan dijelaskan oleh hadis. Metode yang digunakan
adalah tafsir maudhu`i atau tafsirf tematik Sudah barang tentu teori2 Psikologi
Barat juga digunakan sebagai pembanding dan pembantu dalam memahami teks.<o:p></o:p></span></div>
<span class="fullpost"></span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-85609870722462351232015-04-29T03:04:00.004-07:002015-04-29T20:45:11.144-07:00Tasawuf Nusantara (2)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBoSzFBpsC8jxBnmoKlPsXKQzGS9Dz0Mtmd0EtNsCEJk5WWIKgPbsYaxhgxaUYpku701HuLagOeRHJ00l8bpZ_9Yf4NRcZuhhyRNtut8XkdEr8cZIUjiq1V8J17dVEuNQ02CE/s1600/peta-islam-nusantara.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBoSzFBpsC8jxBnmoKlPsXKQzGS9Dz0Mtmd0EtNsCEJk5WWIKgPbsYaxhgxaUYpku701HuLagOeRHJ00l8bpZ_9Yf4NRcZuhhyRNtut8XkdEr8cZIUjiq1V8J17dVEuNQ02CE/s1600/peta-islam-nusantara.jpg" height="156" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.9pt; margin-top: 5.65pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
<span style="font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pada
umumnya orang memandang tarekat itu hanya sebagai fenomena keagamaan
tardisionil yang terbatas wilayah perhatiannya. Tetapi dalam keadaan tertentu
tarekat juga tak bisa menghindar dari situasi social politik yang sedang berlangsung
sehingga tarekat dan politik bisa menjadi senafas, bahkan berhubungan jiuga
dengan Negara.</span><b><span style="font-size: 14.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 5.65pt; mso-line-height-alt: 13.9pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
<b><span style="font-size: xx-small; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> </span><span style="font-size: 14.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Tarekat dan Negara</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.9pt; margin-top: 5.65pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 5.65pt; mso-line-height-alt: 13.9pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
Pada tahun 1998 saya
mengadiri perhelatan tarekat Naqsyabandi di Washington Amerika Serikat, dalam
acara yang dikemas dengan nama <i>Second International Conference of Islamic
Unity</i>, diselenggarakan oleh masyikhah Tarekat Naqsyabandi Haqqani, dihadiri
oleh 100 negara. Sebelumnya (1995, 1996 dan 1998) saya diundang dalam <i>Multaqa
aTasawwuf al `Alamy</i> atau <i>International Sufisme Meeting</i>, di Tripoli,
Benghazi dan Baidho Libia. Pada tahun
1988, saya juga hadir pada festifal <i>Ashab at Thuruq</i> di Kairo. Jarang
yang mengetahui bahwa Libia adalah satu-satunya Negara modern yang didirikan
oleh Tarekat, yaitu Tarekat Sanusiyah. (Ingat Umar Mukhtar, tokoh <i>Lion of
the dissert</i>). Sewaktu di Washington saya sempat berjumpa dengan Presiden
Chehnya, Jenderal Aslan Mashadov. Juga jarang yang tahu bahwa Chehnya adalah
satu-satunya Negara yang menyebut Tarekat Naqsyabandi sebagai tarekat Negara.
Uni Sovyet dibuat sangat repot oleh Mujahidin Chehnya karena mujahidin Chehnya
ini bukan hanya pejuang bersenjata tetapi juga pengamal tarekat sufi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 5.65pt; mso-line-height-alt: 13.9pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
<b>Jejak
Tasauf di Indonesia<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 5.65pt; mso-line-height-alt: 13.9pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
Tahun 1998, Indonesia sedang berada
pada masa transisi. Gerakan reformasi 1998 tak jelas arahnya, bahkan
mengkhawatirkan, karena tidak ada contohnya dalam sejarah reformasi ekonomi dan
politik yang dilaksanakan bersama yang berhasil. Uni Sovyet, Negara super
power, gara-gara melakukan Glasnot dan Perestoika, reformasi ekonomi dan
politik sekaligus, hasilnya bubar. Yugoslavia juga bubar. Dalam keadaan sedang
galau itu, saya di Washington mohon doa restu untuk bangsa Indonesia kepada
Syekh Nazim, Adil al Qubrusy, mursyid tarekat Naqsyabandi Haqqani yang pusatnya
di Turki. Dalam bahasa Inggris yang terbata-bata, jawaban Syekh Nazim ternyata
sangat mengusik perasaan. Beliau menjawab sebagai berikut. Iya, sekarang ini
para auliya sedang sangat sibuk mendoakan negeri anda, karena negeri anda
Indonesia, dulu itu didesain oleh para wali. Itu yang membuat Indonesia berbeda
dengan Andalus. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 5.65pt; mso-line-height-alt: 13.9pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
Beberapa hari sesudah itu
fikiran selalu terusik oleh pernyataan Mursyid tarekat Naqsyabandi itu. Dari
rekaman sejarah ternyata memang nampak jelas perbedaan bagaimana Islam masuk ke
Andalus (Spanyol) dan ke Indomnesia . Islam masuk ke Andalus dengan pedang,
sehingga meski 700 tahun politik Islam sempat
bercokol di Andalusia Eropa bahkan kota Paris nyaris ditaklukkan. ketika
kekuatan politiknya runtuh maka Islamnyapun terusir tak bersisa dari bumi
Andalus. Sedangkan Islam ke Indonesia dibawa oleh para wali dengan pendekatan
akulturasi budaya yang membuat orang Indonesia (baca Jawa) menjadi Islam tanpa
disadari. Tradisi masyarakat Jawa dipertahankan bentuknya tetapi isinya
diganti, seperti tradisi tahlilan hari ke 3, 7, 40, dan 100 setiap ada orang meninggal. Makanan tumpeng
juga menjadi symbol konsep tauhid. Pertunjukkan wayang juga digunakan untuk
berdakwah secara amat halus. Kokohnya tradisi “Islam” itu menjadi benteng yang
sangat kuat, sehingga meski pernah mengalami sejarah kolonialisme barat lebih
300 tahun, tetapi Islam tetap utuh di bumi Indonesia.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 5.65pt; mso-line-height-alt: 13.9pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
Tokoh pembawa Islam ke
Indonesia terkenal dengan sebutan para wali yang kemudian disebut wali songo.
Jika berbicara wali maka pastilah itu
menjadi domainnya tarekat dan tasauf. Dan para wali bukan seperti bayangan
awam, karena ternyata mereka bahkan aktip dibelakang kekuasaan politik real.
Sunan Kalijaga misalnya adalah penasehat raja Mataram. Begitupun di kerajaan
Demak dan Pajang. Oleh karena itu tidak aneh ketika gerakan perlawanan kepada
penjajah Belanda juga banyak yang dimotori oleh gerakan tarekat. Syekh Maulana
Yusuf sampai harus diasingkan ke Afrika Selatan karena pengaruhnya yang sangat
kiuat terhadap gerakan perlawanan kepada penjajah. Hingga hari ini sesungguhnya
“cengkeraman gaib” sufisme dan tarekat masih cukup kuat di masyarakat
Indonesia. Kota Rokan Hulu Jambi bahkan hingga hari ini masih disebut sebagai
kota seribu suluk. Sebagaimana fenomena awal dimana tasauf muncul karena ada
krisis materialism di kalangan umat Islam generasi pertama, di Indonesia setiap
kali ada krisis social maka fenomena Sufism dan tarekat mengemuka. Istilah
tarekat Nusantara bisa dibenarkan karena ekpressi tarekat di Indonesia berbeda
dengan ekpressi tarekat di Mesir, Libia atau Afrika.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 5.65pt; mso-line-height-alt: 13.9pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
<b>Pengalaman
bertarekat<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 5.65pt; mso-line-height-alt: 13.9pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
Ayah, paman dan kakek saya
adalah mursyid tarekat naqsyabandi. Irama tawajuhan yang bernuansa Jawa sangat
akrab di telinga saya karena selalu mendengar sejak kecil, baik pada musim suluk maupun rutin mingguan. Tahun
1965 saya hijrah ke Jakarta. Ada beberapa pengalaman yang sangat mengesankan
dalam kaitan hidup bertarikat yang saya alami.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 37.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 5.65pt; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.9pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span>Dalam kesempatan yang tidak
disengaja saya bertemu dengan seorang kyai kampong, seorang mursyid tarekat
Naqsyabandi dari daerah Banten. Tanpa saya minta beliau menubuatkan/meramalkan
tiga hal ramalan menyangkut diri saya, yaitu jodoh, ekonomi dan traveling.
Setelah puluhan tahun ternyata ketiga ramalan tersebut terbukti. Pertama, saya
diramal bahwa pernikahan saya yang pertama akan berakhir dengan perceraian, <i>hubbun
ya`qibuhu firoq</i>, kata beliau dalam bahasa Arab yang artinya cinta yang akan
diakhiri dengan perceraian. Ternyata setelah 18 tahun usia perkawinan ,
perceraian tidak bisa dihindar. Kedua; garis ekonomi saya putus. Ini juga
terbukti, saya menjadi direktur sebuah perusahaan, setelah lima tahun saya
tidak sanggup meneruskan karena konflik batin, disatu sisi saya adalah guru
agama dan da`I, tapi perusahaan itu ternyata menjadi alat korupsi pejabat,
karena pemilik perusahaan itu adalah bendaharawan di suatu departemen. Ketika
perusahaan itu di puncak kemajuannya, saya mengundurkan diri. Ketiga saya
diramal akan mengelilingi hamper seluruh belahan dunia termasuk ziarah makam
Rasul. Ini juga terbukti, saya sudah mengunjungi 28 negara Asia, Afrika, Eropa
dan Amerika.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 37.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 5.65pt; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.9pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span>Pada tahun 1968 ketika duduk
di bangku kuliah tingkat dua saya mengalami semacam frustasi, karena tidak bisa
memahami gaya hidup kyai di Jakarta, yang sangat berbeda dengan persepsi saya
selama ini tentang kyai di pesantren kampung. Perasaan frustasi itu berkembang
menjadi tidak bisa menghormati dosen, dan juga tidak bisa menghormati ilmu.
Akhirnya saya malas kuliah, dan lebih senang bepergian kemana saja mencari
“udara” segar. Dalam pengembaraan itulah saya berjumpa dengan beberapa mursyid
tarekat, dan melalui <i>ru`ya al haqq</i>
akhirnya saya dipertemukan dengan mursyid tarekat Syadziliyyah yang kemudian
saya dibai`atnya. Ternyata jalur tarekat itulah yang mengantar saya pada jalan
ilmu, karer, bisnis dan traveling. Tak disangka ramalan traveling mursyid
tarekat dari Banten pada tahun 1968 itu menjadi kenyataan mulai dari tahun 1988
hingga hari ini. Sudah 27 negara saya kunjungi Asia, Eropa, Afrika dan Amerika,
melalui jaringan tarekat.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 37.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 5.65pt; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.9pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span>Pada tahun 1997 melalui
internet saya mengenal Syekh Hisyam Kabbani, masyikhah Tarekah Naqsyabandi
Haqqani Amerika. Yang menarik dari guru tarekat ini adalah etosnya yang sangat
berbeda dengan etos guru tarekat Nusantara. Etos beliau adalah “dengan semangat
salafi menembus globalisasi”. Hampir 50%
waktunya digunakan untuk safar, mengunjungi murid-muridnya diseluruh dunia, dan
setiap berkunjung ke suatu negeri pasti ada agenda ketemu Presidennya, termasuk
Presiden Putin (Rusia). Tahun 2003, Pak SBY (ketika itu menko Polkam) saya
perkenalkan dengan Syekh Hisyam, dan akhirnya Pak Sby berbai`at tarekat
Naqsyabandi. Selanjutnya hamper setiap ke Indonesia selalu ada agenda ke
istana.<o:p></o:p></div>
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 37.85pt; margin-right: 0cm; margin-top: 5.65pt; mso-add-space: auto; mso-line-height-alt: 13.9pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span>Tahun 1968 saya bai`at tarekat,
tetapi baru pada tahun 1995 saya berceritera kepada orang lain bahwa saya
menganut tarekat, setelah pada tahun 1995 sayalah satu-satunya orang Indonesia
yang dengan “keajaiban” menghadiri sarasehan guru tarekat se dunia di Tripoli.
Ternyata selanjutnya perjalanan hidup saya tidak pernah terlepas dari sufisme
dalam semua aspek kehidupan saya. Di akademik, saya menjadi profesor pertama di
dunia dalam bidang Psikologi Islam, yang hakikatnya adalah pendekatan
psychosufistik. Dalam bidang bisnis juga keberhasilan saya justeru karena
melalui pendekatan sufistik, yang terambil dari nasehat sufistik; <b><i>man
akhodza addunya kullaha tarokaha kullaha, wa man tarokaha kullaha akhodzaha
kullaha, fa akhdzuha bi tarkiha</i></b>, (orang yang obsessinya uang ia akan
ditinggal lari oleh uang, sedangkan orang yang tidak pernah berfikir uang, ia
akan dikejar-kejar uang, jadi kalau ingin punya uang caranya jangan memikirkan
uang).). Dalam bidang politik saya juga menggunakan etika sufistik dari maqalah
sufistik yang berbunyi. <b><i>La an tajlisa fi al juz’i al kholfi wa
tuqoddimuka annas khoirun min an tajlisa fi aljuz’I al amami wa tu’akhhiroka annas</i></b>
(bahwa duduk dibelakang kemudian disuruh maju kedepan itu lebih baik daripada
nekad duduk di depan tetapi kemudian disuruh pindah kebelakang). Wallohu a`lamu
bissawab<span style="font-size: 16pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<span class="fullpost"></span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-6889238964620123432015-04-23T00:44:00.003-07:002015-04-23T00:46:00.074-07:00Tasawuf Nusantara (1)<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>OLEH : Prof. Dr.
Achmad Mubarok, MA</b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixn5tLbre3zQiq6W0peEjqyTZo6P_gNAL9-wE9yrvG7wMcdh-YUWLsCxiJ81_eZ0icQDrdIzgmVPUS02xvQWYxspptwz1dMeux5TWSxSy0A9Ldl8pyNbPcbA65p7GpnLhuELU/s1600/02761338333f27580d4dd4dcdafd57f3_wali-songo-kai.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixn5tLbre3zQiq6W0peEjqyTZo6P_gNAL9-wE9yrvG7wMcdh-YUWLsCxiJ81_eZ0icQDrdIzgmVPUS02xvQWYxspptwz1dMeux5TWSxSy0A9Ldl8pyNbPcbA65p7GpnLhuELU/s1600/02761338333f27580d4dd4dcdafd57f3_wali-songo-kai.jpg" height="123" width="200" /></a><b>Pendahuluan </b></div>
<div class="MsoNormal">
Perilaku
Sufistik dapat dijumpai pada semua agama sepanjang masa, demikian juga pada
masa Rasululloh, baik pada diri Rasul maupun para sahabat. Tetapi munculnya
sufisme pada sejarah Islam dapat disebut sebagai respond terhadapi gejala pola
hidup materialistik pada generasi awal ummat Islam. Sebagaimana diketahui
gebrakan Islam sebagai power dunia berlangsung sangat cepat menaklukkan dua
imperium ; Persia dan Rumawi. Penduduk padang pasir yang biasanya hidup
sederhana tiba-tiba mendapati dirinya sebagai penguasa politik dan penguasa
harta benda peninggalan bengsa yang ditaklukkan. Oleh karena itu dalam adaptasi
terhadap keadaan baru ini banyak yang terdistorsi keberagamaannya oleh
kehidupan duniawi yang materialistic. Fenomena itulah yang mengilhami sebagian
ulama untuk mencari solusi, antara lain dengan menekankan sisi-sisi kehidupan
spiritual yang akhirnya mewujud dalam apa yang kita kenal sebagai sufisme.
Munculnya banyak guru sufi melahirkan
ragam ekpressi sufistik, dan ketika setiap guru sufi juga mempunyai banyak
pengikut maka lahirlah banyak aliran yang secara social menjadi ordo atau tarekat. Meski banyak aliran tetapi
semua tarekat tetap menjadikan al Qur’an dan hadis sebagai pedoman utamanya.
Ihya `Ulumuddin karya al Gazali dapat disebut sebagai bukti betapa keterikatan
tasauf dengan sumber utama ajaran Islam.</div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="line-height: 115%;">Dari Nusantara Hingga Indonesia<span style="font-size: 14pt;"><o:p></o:p></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.7pt; margin-top: 2.85pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
<span style="font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sudah
menjadi kodrat sejarah bahwa penghuni kawasan ribuan pulau (Nusantara) di Asia
Tenggara ini disatukan dalam satu kesatuan kebangsaan, bangsa Indonesia. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.7pt; margin-top: 2.85pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
<span style="font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Ribuan
pulau, ratusan bahasa, ratusan suku, beragam-ragam tradisi, nilai budaya dan
keyakinan agama, karena kodrat sejarah membuatnya tetap bersatu. Sejarah tidak
bisa direkayasa. Penjajahan Barat yang berlangsung lebih dari tiga abad, meski
direkayasa dengan politik pecah belah justeru mengantar pada kesatuan wilayah
yang sekarang dinamakan wawasan Nusantara. Penjajahan dan politik pecah belah justeru
telah menumbuhkan kesadaran bahwa perbedaan tidak menghalangi persatuan, bahwa
persatuan akan mengubah perbedaan menjadi kekuatan. Kesadaran kebangsaan ini
merupakan naluri bangsa Indonesia. Oleh karena itu pergumulan pemikiran dan
konflik-konflik yang pernah terjadi haruslah difahami sebagai dinamika sejarah
kebangsaan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<b>Akar Klassik Nasionalis Religius</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.7pt; margin-top: 2.85pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
<span style="font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kawasan
Asia Tengara sudah lama menarik perhatian saudagar dari anak benua India dan
Timur Tengah karena adanya komoditi yang eksotik, yaitu rempah-rempah dan
wewangian. Dari kawasan Anak Benua, datang saudagar yang beragama Hindu dan
Budha, dan pengaruh politik mereka tercermin pada berkembangnya budaya bercorak
India dan peran utama bahasa Sanskerta. Jejak ke <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">India</st1:place></st1:country-region>-an kawasan ini secara
antropologis dapat dilihat dalam nama <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> yang
artinya “Kepulauan <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">India</st1:place></st1:country-region>”,
sejalan dengan daratan tenggara <st1:place w:st="on">Asia</st1:place> yang
disebut Indocina, yakni “Cina-India”. Jejak agama India ini tersimbolkan dalam
candi Borobudur yang lebih melebar ke segala penjuru, sesuai dengan jiwa agama
Budha yang meluas dan egaliter, dan candi Roro Jongrang (Prambanan) yang
vertikal dan menjulang, sesuai dengan sifat agama Hindu yang mendalam dan
bertingkat. Budhisme merupakan falsafah kerajaan luar Jawa (Sriwijaya) yang bersemangat
bahari, dan Hiduisme merupakan falsafah kerajaam Majapahit yang bertumpu pada
kesuburan tanah pertanian Jawa. Karena Majapahit berdiri di latar belakang
kejayaan Budhisme (Borobudur) dan Hinduisme (Roro Jongrang) sekaligus maka
failasuf Majapahit (Empu Tantular) mengembangkan konsep rekonsiliasi dalam
semangat kemajemukan, beraneka ragam tetapi hakikatnya satu, <i>Bhineka Tunggal Ika</i> atau <i>Tan Hana Dharma Mangroa</i>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="02-SubJd">
<br /></div>
<div class="02-SubJd" style="margin-top: 5.65pt;">
<b>Kehadiran Budaya Kosmopolit Islam</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.7pt; margin-top: 2.85pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
<span style="font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pada saat
memuncaknya peradaban Islam, maka budaya Islam merupakan pola budaya umum
seluruh belahan bumi Timur, tetapi sekaligus merupakan budaya global, karena
ketika itu benua Amerika sebagai belahan bumi barat belum ditemukan.
Karakteristik peradaban Islam yang mengglobal itu memudahkan peneguhan agama
Islam di Asia Tengara, peranan saudagar anak benua India berlanjut terus tetapi
mereka tidak lagi beragama Hindu dan Budha melainkan Islam. Pola budaya Perso
Arab sebagai buah masuk Islamnya imperium Persia, kemudian menggeser pola
budaya Sanskerta. Perkembangan selanjutnya, pola budaya Perso-Arab digantikan
oleh pola budaya yang bercorak Arab dengan dominasi bahasa Arab, tergambar pada
banyaknya kata-kata Arab dalam bahasa Melayu dan Indonesia. Kerajaan
Hindu-Budha (Majapahit-Sriwijaya) yang memasuki masa senja digantikan oleh munculnya kerajaan-kerajaan
Islam (Aceh, Demak, Mataram, Ternate dll.). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.8pt; margin-top: 5.65pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
<span style="font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Akulturasi
budaya Islam dengan budaya sebelumnya nampak pada berkembangnya pesantren
(pondok pesantren) yang semula hanya tempat menginap (<i>funduq</i>=Arab ) dan kata funduq itu berasal dari kata <i>pandokheyon</i>=Yunani,
yakni asrama orang-orang yang belajar filsafat pada era Yunani Kuno)) bertemu
dengan konsep penginapan penuntut ilmu atau hikmah yang di dunia Islam dikenal
dengan nama <i>zawiyah, ribath</i> dan <i>khaniqah</i>, bertemu dengan konsep padepokan
Hindu-Budha dimana didalamnya dikenal ada <i>shastri</i>-dan
<i>cantrik</i>. Nah pedepokan Islam diberi
nama pesantren (dari kata cantrik-pecantrikan), dilengkapi dengan nama <i>pondok</i>
(dari kata <i>funduq </i>(Arab) dan <i>pondokheyo</i>n =Yunani), jadilah nama <i>Pondok Pesantren</i> dengan unsur <i>kiyahi</i> (dari konsep <i>shastri</i>) dan <i>santri (</i>dari
konsep<i> cantrik)</i>. Pada masa kerajaan
Islam di Jawa, Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan bagi calon-calon
pemimpin (keluarga raja) dan cendekiawan (ulama). <o:p></o:p></span></div>
<div class="02-SubJd" style="margin-bottom: 4.25pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 22.7pt;">
<b>Datangnya Kolonialisme/Imperialisme Eropa</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.7pt; margin-top: 2.85pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
<span style="font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Setelah
tujuh abad peradaban Islam menjadi peradaban dunia, giliran bangsa Eropa
bangkit. Bersamaan dengan melemahnya peradaban Islam, bangsa-bangsa Eropa,
terutama dari Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugis) mengembara, mencari jalan
sendiri ke India dan Timur Jauh, yang sebelumnya dikuasai saudagar Islam.
Mereka bahkan menemukan benua Amerika. Satu persatu pusat-pusat kekuasaan Islam
ditaklukkan, termasuk Malaka yang menjadi pusat perdagangan dan peradaban Islam
Asia Tenggara. Sejak itulah era kolonialisme dan imperialisme Eropa menguasai
wilayah-wilayah negeri-negeri Islam. Spanyol, Portugis, Inggris dan Belanda
mengkapling-kapling wilayah Nusantara, tetapi penjajahan terlama terhadap <st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>
dilakukan oleh Belanda. Sungguh Ironis bahwa bangsa-bangsa Barat mampu
mengungguli bangsa-bangsa Muslim setelah mereka mengadopsi ilmu pengetahuan
Islam, dan pandangan hidup muslim yang egalitarian, partisipasi dan keterbukaan
atas dasar kebebasan memilih, sementara pada saat yang sama dunia Islam kembali
tersekat oleh kejumudan, feodalisme dan politik despotik-otokratik-totaliter.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.7pt; margin-top: 4.25pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
<span style="font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Perlawanan
paling sengit terhadap kolonialis Eropa dilakukan oleh Sultan dan Ulama (juga
guru-guru tarekat) terutama di wilayah bandar-bandar perdagangan, oleh karena
itu pahlawan nasional kita pada masa itu kebanyakan para sultan dan ulama. Syekh
Maulana Yusuf al Makassary , mursyid Tarekat Naqsyabandi bahkan oleh Belanda
dibuang ke Afrika Selatan (makam dan jamaahnya hingga kini masih ada di Afrika
Selatan).Penjajahan yang berlangsung lebih dari tiga abad mengobarkan semangat
perang budaya dari kaum santri, yaitu boikot total terhadap semua yang berbau
Belanda. Di satu sisi boikot budaya ini sangat efektip melindungi ummat dari
pengaruh kolonial, tetapi di sisi lain sangat merugikan karena boikot total
menjadikan kaum santri tidak bisa melakukan interaksi sosial dengan perkembangan
modern, yang menyebabkan mereka terpinggirkan dalam proses modernisasi. Dampak
negatif dari politik boikot ini masih terasa hingga zaman kemerdekaan, dimana
kaum santri tetap memandang segala sesuatu yang datang dari Pemerintah
(misalnya sistem pendidikan) sebagai
urusan duniawi yang haram atau makruh. Marginalisasi dan deprivasi ulama dan
masyarakat santri dalam bidang pendidikan masih mewariskan kesulitan bangsa dan
negara hingga kini, satu masalah yang tidak boleh dianggap sepele. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.7pt; margin-top: 2.85pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
<br /></div>
<div class="02-SubJd" style="margin-top: 5.65pt;">
<b>Tumbuhnya Kesadaran Nasionalisme
Modern</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.7pt; margin-top: 2.85pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
<span style="font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pada masa
pra kolonialisme, wilayah nusantara lebih luas dibanding Indonesia sekarang,
tetapi harus diakui bahwa konsep wilayah Indonesia dari Sabang hingga Merauke
berasal dari administrasi Pemerintah Hindia Belanda, Meski demikian Lahirnya
negara nasional Indonesia tidak berasal dari konsep Belanda. Dalam upaya
melanggengkan penjajahannya di Indonesia, Pemerintah Hindia Belanda membuat
kebijakan yang menghambat perkembangan kecerdasan pribumi. Dari segi hukum,
stratifikasi penduduk tanah jajahan dibagi menjadi empat; tertingi penduduk
Eropa, kemudian Timur Asing (Cina dan Arab), kemudian aristokrat pribumi
(priyayi) dan baru rakyat biasa.
Stratifikasi ini juga diwujudkan dalam sistem pendidikan; khusus untuk
orang Eropa (ELS), kemudian sekolah khusus untuk golongan Timur Asing (HAS dan
HCS), kemudian sekolah untuk golongan priyayi (HIS), baru sekolah untuk rakyat
umum, yaitu Volkse School (Sekolah Ongko Siji) dan Tweede Volkse School
(Sekolah Ongko Loro). Dari sistem pendidikan yang dibuat oleh Belanda itu tidak
memungkinkan orang Indonsia dapat menjadi terpelajar, kecuali priyayi yang
sekolahanya justeru didesain untuk kepentingan penjajahan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.9pt; margin-top: 5.65pt; tab-stops: 19.85pt; text-align: justify; text-indent: 19.85pt;">
<span style="font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Satu hal
yang tak diduga Belanda, dari STOVIA dan
NIAS yakni dua sekolah kedokteran
Jawa yang di Jakarta dan Surabaya muncul bibit-bibit nasionalisme modern,
seperti Dr. Wahidin dan DR. Sutomo. Demikian juga priyayi yang sekolah di
negeri Belanda mengalami pencerahan nasionalisme. Walhasil, pada paruh pertama
abad XX, tumbuhlah kesadaran nasionalisme modern, baik yang bersifat
nasionalis seperti Yong Java, maupun yang bernuansa Islam, seperti Yong
Islamitten Bond, Serikat Dagang Islam , Sumpah Pemuda dan lain-lain. Kesadaran
nasionalis modern itulah yang nantinya mengantar pada Proklamasi Kemerdekaan
1945.<o:p></o:p></span></div>
<span class="fullpost"></span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-20643307393803386222015-04-21T12:46:00.001-07:002015-04-21T12:46:12.175-07:00Terorisme dan Politik (2)<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:TargetScreenSize>800x600</o:TargetScreenSize>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]-->
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-size: 20.0pt;"><br /></span></div>
<span style="font-size: 11.0pt;">Oleh: Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA</span>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqoN4nMPjrT3jNL06oOHQB4RrDAgtJHQBuVvafkAZorTEHubtZrd9Gm780c3Gb207A-ZIsiBb9nJgw5Zi9XI2s-Q9D7gK3jPYzNdMMmsceD0kp8S-5T76fdWEOk6N3Xn9i470/s1600/terrorism.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqoN4nMPjrT3jNL06oOHQB4RrDAgtJHQBuVvafkAZorTEHubtZrd9Gm780c3Gb207A-ZIsiBb9nJgw5Zi9XI2s-Q9D7gK3jPYzNdMMmsceD0kp8S-5T76fdWEOk6N3Xn9i470/s1600/terrorism.gif" height="165" width="200" /></a><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Praktek
terorisme dapat dilihat akar sejarahnya dari tokoh Syi’ah ektrim Hasan bin
Sabah dari sekte Hassyasyin (1057M) yang diberi gelar <i>The Old Man of The
Mountain in Alamut</i> (dekat laut Kaspia), dan nama Hassyasyin (ada
hubungannya dengan penggunaan hasyis-narkoba)<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>kemudian di Barat-kan menjadi <i>Assasination </i>karena kelompok ini
selalu membunuh lawan-lawan politiknya secara tiba-tiba. Sedangkan ideologi
terorisme modern pada umumnya dinisbahkan kepada Teori Evolusi Darwin <i>struggle
for survival between the races</i> dan teori <i>natural selection</i>.
Selanjutnya Maximilien Robespierr, tokoh Revolusi Perancis dianggap sebagai
peletak dasar terorisme modern, kemudian disusul Vladimir Lenin (Rusia),
Yoseph Stalin (Rusia) yang diberi predikat <i>master executive terror</i>
(1924), disusul Mao Tse Tung (Cina) yang dalam melakukan teror untuk menjamin
kesetiaan rakyat kepada negara menghancurkan institusi keluarga dan agama.</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 6.0pt; mso-text-raise: 3.5pt; position: relative; top: -3.5pt;"> </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Di
Amerika, terorisme bukanlah sesuatu yang asing sejak perang abad ke tujuh
belas. Bahkan menurut sejarahnya, Amerika dirumuskan dan dilahirkan dalam
kejahatan, “<i>this nation was, as one historian note, “coceived and born in
violence</i>”</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 6.0pt; mso-text-raise: 3.5pt; position: relative; top: -3.5pt;">7 </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>oleh karena itu perang Amerika terhadap
terorisme sesungguhnya merupakan perang melawan diri sendiri, atau bagian dari
kultur teroristiknya.</span></div>
<div class="02-SubJud">
<span style="color: windowtext;">Internasionalisasi Terorisme</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Ada</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;"> dua hal yang menjadi
titik internasionalisasi “terrorisme”<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>dewasa ini yaitu sosok Usamah bin Laden dan Afganistan atau kota Peshawar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 22.7pt; margin-right: 0cm; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 22.7pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -22.7pt;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;">1.<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sesungguhnya kasus Usamah bin Laden lebih
merupakan limbah politik dalam negeri Saudi Arabia. Usamah sebagai
seorang muslim dan nasionalis Saudi bersama dengan 50 orang ulama/cendekiawan
Saudi, protes keras terhadap kerajaan atas kehadiran tentara (pangkalan
militer) Amerika di bumi kota suci Makkah Madinah. Kerajaan Saudi bukan saja
tidak menghormati aspirasi Usamah dan 50 tokoh Saudi lainnya, tetapi lebih
suka menunjukkan komitmen kerjasamanya dengan Amerika Serikat. Usamah terusir
dari tanah kelahirannya dan akhirnya ia menjadikan seluruh negeri Islam
sebagai tanah airnya. Ia pernah di Sudan, kemudian menetap di Afghan, sekarang
kemungkinan besar sudah gugur tetapi tetap “dipelihara” kemunculannya guna mengawal
“proyek” perang melawan terorisme global.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 22.7pt; margin-right: 0cm; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 22.7pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -22.7pt;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;">2.<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Ketika Uni Sovyet menduduki Afganistan,
Amerika sangat berkepentingan untuk mengusirnya. Dalam upaya mengusir tentara
Komunis itu Amerika membantu, melatih dan mempersenjatai Mujahidin Afghan.
Invasi negara Komunis ke bumi Afghanistan
sangat menyentuh panggilan jihad kaum muslimin dari seluruh dunia. Amerika
merasa menemukan potensi yang dapat digunakan sebagai kekuatan pengganggu Uni
Sovyet, maka Amerika menfasilitasi partisipasi mujahidin non Afghan yang datang
dari seluruh penjuru negeri Islam, termasuk dari Indonesia di Peshawar Pakistan. Peshawar bagaikan Akademi Militer dengan 100 000 mujahidin
dari seluruh dunia dibawah asuhan team instruktur CIA dibawah kendali William
Cassey, M16 (Inggris), ISI (Pakistan)
dan dana dari Saudi Arabia.
Nah ketika Uni Sovyet telah berhasil diusir dari bumi Afghanistan, para
Mujahidin merasa bahwa merekalah yang mengusir tentara kafir dari Afganistan,
tetapi Amerika merasa dialah yang berhasil mengalahkan Uni Sovyet dengan
melatih pasukan mujahidin Afgan dan non Afgan. Sepeninggal tentara Uni Sovyet tanpa
disadari telah hadir veteran perang (mujahidin) yang jumlahnya sangat besar.
Pengalaman keberhasilan Mujahidin mengusir tentara <i>super power</i> Uni
Sovyet secara psikologis melahirkan konsep diri positif pada mujahidin, yakni
merasa sanggup mengatasi masalah seberat apapun. Oleh karena itu gelombang
veteran perang Afghanpun mengalir ke Bosnia
bahkan ke Chehnya, Daghestan dan Moro, juga Poso dan Ambon.
Pokoknya dimanapun terjadi penindasan terhadap kaum muslimin, para mujahidin
itu siap untuk jihad dan syahid.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ketika
para pahlawan perang yang tangguh itu kemudian tidak lagi menemukan medan jihad, maka<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sebagian besar kembali ke habitatnya sebagai
orang biasa, ada petani, pedagang dan guru agama, tetapi ada juga yang
mengalami problem psikologis seperti veteran perang Vietnam di Amerika.
Hambali, Amrozi , Imam Samudera dan yang lain-lain yang jumlahnya cukup banyak
adalah orang desa (lokal) yang masuk pusaran global. Mereka tinggal di desa
kecil, tetapi informasi dunia global selalu diikuti melalui internet, dan
seperti Rambo jiwanya mudah terguncang ketika melihat arogansi Amerika yang
selalu menggunakan standar ganda. Mereka<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>bukanlah <i>terrorist </i>seperti yang di stigmakan oleh publik opini
media Barat, tetapi mereka adalah pejuang ideologis yang sedang membutuhkan
tempat berpijak yang tepat. Oleh karena itu memperlakukan kelompok itu secara
“gebyah uyah” dengan menggunakan paradigma perang melawan terorisme
international seperti yang dikumandangkan oleh presiden Bush, bukan saja tidak
efektif, tetapi akan membangkitkan kembali jiwa perang veteran yang sudah
tenang di habitat asalnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Laporan
Badan Penasehat Pentagon, <i>Defence Science Board</i> yang bertajuk <i>Strategic
Communication</i> sebagaimana dikutip situs BBC (Kamis 25-11-2004) secara
terbuka menyalahkan perang melawan terorisme yang justeru melebarkan jaringan
terorisme terhadap Amerika, karena diplomasi publik oleh AS soal demokrasi ke
dunia Islam tak lebih sebagai kepura-puraan semata. Tindakan AS terhadap dunia
Islam, kata laporan tersebut didorong oleh motif tersembunyi dan secara sengaja
dikendalikan demi memenuhi kepentingan nasional AS dengan mengorbankan dunia
Islam. </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 20.0pt;"></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Bagaimana
di Indonesia</span></b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;">
?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Praktek terror sudah lama dikenal di Indonesia.
Para pahlawan kita dulu juga dicap sebagai
teroris dan ektrimis oleh Belanda, karena mereka melakukan terror kepada
penjajah, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bukan terror yang mengerikan (<i>horrific
terrorism ) </i><span style="mso-bidi-font-style: italic;">tetapi terror yang
bernuansa perjuangan dan kepahlawanan<i> (heroic terrorism). </i>Setelah merdeka
, bersamaan dengan pencarian system kenegaraan Republik Indonesia, radikalisme tak bisa
dihindarkan. Pertama karena adanya perbedaan konsep Negara, misalnya lahir
DI/TII (Jawa),Daud Bereuh (Aceh) dan kahar Muzakkar (Sulawesi).
Kedua karena tekanan politik (<i>political pressure</i>) yang dilakukan oleh
rezim orde Baru. Ketiga karena adanya mainan inteljen seperti KOMJI nya Imran,
Keempat pengaruh dinamika global;seperti perang Timur Tengah, Revolusi Iran, Arqam malaysia, perang Afgan dan
pendudukan Amerika terhadap Afgan dan Irak. Tetapi yang paling berperan dalam menstigmakan
atau membumikan terorisme di Indonesia
adalah Sidney Jones.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-style: italic;">Sidney Jones ,<i>Direktur Indonesia International
Crisis Group</i> <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang berpusat di
Australia menghabiskan waktu 20 tahun untuk merekam berbagai konflik di
Indonesia dalam kapasitasnya sebagai aktifis LSM<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sekaligus “kaki tangan” Amerika.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Laporan berkala Sidney Jones menjadi masukan
resmi Kongres Amerika,FBI dan CIA,<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Banyak hal yang dilaporkan Sidney Jones mengejutkan orang Indonesia,
bahkan mengejutkan orang yang namanya disebut dalam laporan itu,karena ia
terkesan sangat menguasai hingga ke detail peristiwa radikalisme bahkan sampai
ke “celana dalam” pelaku, seperti dalam laporan The Case of The Ngruki Network
in Indonesia. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>. Tak jelas apakah
terorisme di Indonesia itu
karya orang Indonesia
atau mainan inteljen Barat, apakah terrorist itu pelaku terror atau korban dari
permainan politik global. Kiprah Sidney Jones nampak sekali standar gandanya,
tetapi yang jelas hasilnya adalah menciptakan image negatip Indonesia
dimata international. Pers Indonesia
pun larut ke dalam tesis Sidney Jones karena memang tidak ada laporan lain yang
bisa menandinginya sehingga wacana terorisme di Indonesia hanya melalui satu
corong, yakni corong Sidney Jones. Sementara itu organisasi non profit
multinasional yang berpusat di Belgia, <i>International Crisis Group </i>(ICG)
yang dipimpin oleh mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari, meski juga ber”warna”
Amerika tetapi tidak seberani Sidney Jones dalam menyimpulkan wacana
radikalisme di Indonesia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-style: italic;">Sosok Amrozi dan
Imam Samudera</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-style: italic;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Senyum
Amrozi ketika menerima vonis hukuman mati sungguh menggemaskan hati keluarga
korban bom Bali dan membingungkan psikolog
Barat, oleh karena itu Barat hanya menyebutnya sebagai teroris murah senyum.
Sementara Imam Samudera justeru menulis buku Aku Seorang Teroris,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Hingga hari ini tidak ada keinginan keduanya
untuk meminta grasi dan tetap dengan senyum menyongsong hari kematiannya.
Senyum politik kah atau senyum ideology ? Sesungguhnya Amrozi dan Imam Samdera
hanya sekedar sample dari limbah politik global, limbah dari politik
standarganda Amerika. Amerika, dalam hal ini CIA kurang cermat ketika
memutuskan melatih mujahidin di Peshawar
untuk memerangi Uni Sovyet di Afganistan. Jika CIA berfikir teknis lawan dari
lawan adalah kawan, mujahidin non Afgan yang datang ke Afgan lebih didorong
oleh semangat mengusir tentara kafir dari bumi Afgan. Mereka siap mati bukan
demi tugas dinas, tetapi karena adanya panggilan jiwa. Di Afgan, Imam Samudera
tidak merasa sebagai orang Indonesia
tetapi sebagai penduduk bumi yang sedang bekerja membasmi kezaliman tentara
kafir. Suasana batin seperti itu dirasakan oleh mujahidin dari seluruh
dunia,baik yang sempat berlaga di Afgan maupun yang barus bersiap-siap menuju
kesana. Amrozi termasuk kategori yang terakhir ini karena ia hanya sampai ke
Malaisia. Ketika Amerika menunjukkan standargandanya secara telanjang dengan
menciptakan <i>image building</i> yang menghubungkan terorisme dengan kelompok
Islam ,mujahidin alumnus Peshawar
berbalik melawan Amerika yang dulu melatihnya. Jika<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Bush berkata <i>Now for all nations of the
world, there only two choice; join America or join the terorisme,</i>maka
veteran mujahidin tak mungkin memilih Amerika. Mereka dipaksa oleh Amerika
untuk menjadi lawan. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sikap arogansi
Amerika yang hanya memberikan dua pilihan persis sama ketika perang dingin 1950
an, John Foster Dulles berkata; “<i>to all the Asian and African countries that
there are only two alternative either they going to join Washington,
or they join Moscow</i>.
Jika Bush dalam perang melawan teroris bertekad mengejar mereka dimanapun
mereka berada,maka respond alumni Peshawar juga tidak kalah galaknya,yaitu <i>killing
Americans Civilian and military any where and any time,</i>membunuh orang
Amerika, sipil maupun tentara kapan dan dimanapun. Amrozi dan Imam Samudera
tidak sedang memusuhi Indonesia,
tetapi sedang terlibat dalam perang global dengan Amerika. Psikologi prajurit
dalam perang itu sering kacau. Jika pesawat Amerika yang super canggih di
Basrah Irak menembak mobil bak yang membawa tiang listrik karena dikira tank,
itu karena suasana psikologis dalam perang. Begitupun Imam Samudera dan Amrozi,
dalam kasus bom Bali dia tidak bisa membedakan antara orang Amerika dengan
orang Australia.
Jadi terorisme global kini lebih sebagai alat politik dan ekonomi serta
rekayasa inteljen dibanding sebagai ideology, dan biasanya orang bodoh dan
orang yang sempit wawasan yang dapat dijebak untuk menjadi pelaku lapangan
terorisme, sementara actor intelektualnya tetap duduk ongkang-ongkang sambil
menghitung keuntungan proyeknya..</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;"> </span></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";}
</style>
<![endif]--><span class="fullpost"></span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-32698190853113707022015-04-09T11:21:00.005-07:002015-04-16T19:32:13.492-07:00Terorisme dan Politik(1)<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Oleh Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBNdsac-8p0JSzKa6M3xlR1kc41F0y-JoilByuvwYOjEz7yknyQxN2hGjkci_zLKsGFY2HPrqaGDzfPz82C6KmFYw-eFx8VDqXO1rBQYjiI-sAUCVQPYDJM9CElKCCWSHkL0g/s1600/terorisme.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: left;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBNdsac-8p0JSzKa6M3xlR1kc41F0y-JoilByuvwYOjEz7yknyQxN2hGjkci_zLKsGFY2HPrqaGDzfPz82C6KmFYw-eFx8VDqXO1rBQYjiI-sAUCVQPYDJM9CElKCCWSHkL0g/s1600/terorisme.jpg" height="132" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
Heboh ISIS merupakan puncak dari stigma terorisme terhadap Islam.
Eksekusi pilot Yordania, Muadz al Kasasbeh, 26 tahun dengan cara dibakar
hidup-hidup didalam kerangkeng besi seperti binatang buas di kebon binatang,
kemudian abunya dibuang ke tempat sampah benar-benar merupakan puncak stigma
negatip. Bayangkan pelakunya adalah kelompok yang menamakan dirinya Daulah
Islamiyah fi al `Iraq wa al Suriyyah atau Islamic State of Irak and Syiria (ISIS). Lebih dahsyatnya
lagi proses pembakaran itu diabadikan oleh ISIS lewat video yang bisa ditonton
lewat internet dan kemudian berbagai stasiun TV dunia mencupliknya. Saluran TV
International FOX bahkan menayangkannya dari awal hingga akhir.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
Apa yang dapat kita katakan melihat itu, karena seluruh yang dikerjakan
kelompok ISIS bertentangan 180 derajat dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh
Islam. Pengelola majalah Cherlie Hebdo di Perancis yang baru-baru ini diserang
“teroris” pasti tertawa terbahak-bahak. Demikian juga pendeta Amerika Terry
Jones dan politisi Belanda yang dulu pernah secara demontratip membakar al
Qur’an pasti merasa sangat terbantu oleh perilaku barbar ISIS.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
Sesungguhnya terorisme ada sepanjang zaman dan di semua bangsa dan agama.
Bahkan sejarah terorisme di Barat jauh lebih sadis dan massif, tetapi kini
dalam era global, issue terorisme lebih distigmakan kepada Islam, terutama
setelah runtuhnya Uni Sovyet. Jadi disitu ada scenario global untuk memojokkan
Islam, dan ada kebodohan orang Islam yang mau digiring menjadi pelaku tindakan
terorisme. Korban agresi Amerika di Perang Irak, Afganistan < Pakistan tidak
pernah disebut korban terorisme. Tetapi jika pelakunya orang Islam meski
korbannya hanya dua tiga orang maka pelakunya disebut sebagai teroris dan
korbannya disebut korban terorisme.
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
Dulu dalam kasus bom Bali, Amrozi yang menjadi sangat tekenal juga dituduh
sebagai teroris kelas dunia . Menjadi lebih menarik karena Amrozi justeru tersenyum ketika hakim
mengetokkan palu vonis hukuman mati kepadanya. Timbul pertanyaan, terror yang
dilakukan oleh Amrozi cs itu perbuatan politik atau perbuatan ideology ?<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;"> Issue terorisme
dewasa ini sebenarnya sudah keluar dari
kebenaran substansial, sebaliknya ia hanya menjadi alat propaganda politik dan
ekonomi global. Adu argumen tentang terorisme tidak lagi dengan menggunakan
paradigma keilmuan, tetapi justeru dengan paradigma politik dan ekonomi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="02-SubJud">
<span style="color: windowtext;">Definisi Terorisme<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Mendefinisikan
terorisme menjadi sangat penting untuk membedakan <i>terrorist</i> dengan pejuang
kebebasan. Memang hampir mustahil terorisme dapat didefinisikan secara
obyektif. Definisi terorisme yang dinisbahkan kepada Osamah bin Laden misalnya,
menurut kolumnis Michael Kinsley dalam Washington Post, 5 Oktober 2001 adalah
pendefinisian yang kacau. Definisi yang mengandung pengertian “<i>injury to
government property</i>” dan “<i>computer trespass</i>” terlalu luas
cakupannya. Kinsley selanjutnya memberi contoh, Amerika mendukung gerakkan
gerilya melawan pemerintahan <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Nicaragua</st1:country-region></st1:place>,
akan tetapi di El Salvador Amerika melakukan hal yang sebaliknya. Jika
terorisme diartikan sebagai perbuatan kejahatan yang mendukung tujuan politik,
pertanyaanya adalah bagaimana jika yang melakukan justeru Pemerintah dari
suatu negara?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Terorisme
telah didenifisikan mengacu kepada kepentingan pemberi definisi, sehinga ada
definisi terorisme perpespktif penguasa, perspektif inteljen dan perspektif
ilmu. Definisi terorisme perspektif penguasa antara lain: <i>“Terrorism is
premediated threat or use of violence by subnational groups or cladestine
individuals intended to intimidate and coerce governments, to promote
political, religius or ideological outcomes, and to inculcate fear among the
public at large</i>”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Sedangkan
FBI misalnya mendefinisikan seseorang menjadi teroris atau tidak bergantung
kepada opini publik di Amerika, sebagai berikut: <i>“The unlawful use of force
or violence against person or property to intimidate or to coerce a government,
the civilian population, or any segment thereof, in furtherance of political or
social goa</i>ls”</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 6.0pt; mso-text-raise: 3.5pt; position: relative; top: -3.5pt;"> </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Adapun
definisi yang lebih netral misalnya apa yang dikatakan oleh Ali A Mazrui dan
Raymond Hamden. Menurut Ali A Mazrui, harus dibedakan antara teroris yang mengerikan
(<i>horrific terrorism</i>) yang membunuh manusia tak berdosa tanpa pandang
bulu dengan bentuk terorisme yang dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan <i>(heroic
terrorism)</i> dalam menghadapi kekuatan penindas, atau bahkan negara adidaya
penindas. “Terrorist” yang terakhir ini mengandung nuansa patriotic dan
kepahlawanan.</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 6.0pt; mso-text-raise: 3.5pt; position: relative; top: -3.5pt;">4 </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;"> Sementara itu Raymond Hamden membedakan
typology terorisme, dimana ada yang dilatarbelakangi oleh pandangan politik,
ideologi suatu agama, oleh pertarungan politik melawan pemerintah yang mapan,
dan terorisme yang dilakukan oleh orang yang mengidap sakit mental.</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 6.0pt; mso-text-raise: 3.5pt; position: relative; top: -3.5pt;"> </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 5.65pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Meski
mustahil menyatukan definisi terorisme, tetapi pada akhirnya yang diterima oleh banyak orang adalah definisi yang dibuat
oleh pemilik kekuasaan yang bisa memaksakan kehendaknya, baik kekuasaan
politik, militer, ekonomi maupun teknologi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 4.25pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Pasti
tidak mudah ketika orang harus memahami cara berfikir Amerika yang memandang
Arafat sebagai teroris, sementara <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region></st1:place> yang menjajah Palestina, pelanggar
HAM dan pemilik senjata pemusnah massal dibela habis-habisan oleh Amerika.
Terorisme tidak pernah dibahas akar masalahnya, tetapi dilihat dari kepentingan
Amerika. Semua yang mengancam kepentingan Amerika di cap sebagai teroris, dan
sayangnya PBB tidak cukup kuat untuk menentang hegemoni Amerika. Akar terorisme
adalah ketidak adilan. Dimanapun wilayah konflik dimana terjadi ketidakadilan
yang menyolok, pasti akan muncul tindakan kekerasan. Palestina, Afganistan,
Pilipina Selatan dan Irak sekarang adalah produsen kekerasan. Ditujukan kepada
siapa? kepada pihak yang sangat kuat, yang memaksakan kehendaknya kepada pihak
yang lemah dengan dukungan kekuatan senjata, legalitas formal dan ekonomi. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> tiga cirri aktifitas
terorisme; (a) menyebarkan rasa takut (b) menghancurkan infrastruktur public
dan (c) menimbulkan korban tak berdosa dalam jumlah besar. Jadi sebenarnya ada
dua kelompok teroris. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 22.7pt; margin-right: 0cm; margin-top: 2.85pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 22.7pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -22.7pt;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;">1. <i>Pertama, <b>Teroris kuat</b></i>, dalam hal ini negara besar (kuat), yang
dengan dalih melindungi kepentingan nasionalnya merasa berhak untuk
menghancurkan lawan, dimanapun berada. Amerika (di Afgan dan Irak) dan <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Israel</st1:country-region></st1:place>
(di Palestin) serta Uni Sovyet (ketika menjajah Afganistan) dalam perspektip
ini adalah negara teroris, maksudnya, terorisme yang dilakukan oleh negara, <i>lounching
by state</i>. Dilihat dari cirri-ciri aktifitas terorisme maka ternyata
Amerikalah yang paling banyak menyebarkan rasa takut, meluluh lantakkan
infrastruktur public dan membunuh manusia tak berdosa dalam jumlah sangat
besar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 22.7pt; margin-right: 0cm; margin-top: 2.85pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 22.7pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -22.7pt;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;">2. <i>Kedua</i>, <b><i>Teroris Terpojok</i></b>,
yakni mereka yang lemah dan kalah dalam
percaturan resmi, tetapi tidak mau menyerah.
Kelompok ini merasa berhak untuk
membela diri, dan melakukan gerilya sesuai dengan kemampuan minimal yang
mereka miliki.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 14.2pt; margin-top: 7.1pt; mso-layout-grid-align: none; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Jadi
peperangan teror dan anti teror dewasa ini sebenarnya merupakan peperangan
antara dua teroris, pertama teroris yang
berusaha mempertahankan dominasi kekuasaanya (terutama ekonomi) di dunia, dan
kedua, teroris yang dalam posisi terpojok dan dengan segala keterbatasan yang
dimilikinya merasa harus mempertahankan eksistensinya dengan segala cara. Lahirnya
kelompok seperti ISIS lebih banyak disebabkan karena frustrasi terhadap masa
depan, karena dalam waktu yang lama dan nyaris tanpa ada harapan, kekerasan
selalu terjadi di lingkungan mereka, baik karena krisis politik nasional mareka
atau karena intervensi asing yang sangat kuat. Timur Tengah kini tak lagi
berrsisa, semua Negara berhasil dikacaukan dari Irak, Tunisia, Suriah, Mesir
dan kini Yaman. Hanya Iran yang tetap mampu melakukan konsolidasi diri
menghadapi kekuatan “setan” Barat.. Saudi dan Negara Teluk tidak dihancurkan karena disitu juga ada
kepentingan Barat.<o:p></o:p></span></div>
<span class="fullpost"></span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-57681509790102769802015-03-30T09:15:00.001-07:002015-04-09T11:11:09.014-07:00Politik Yang Efektif<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXV9-TLFGqyvgcYNVZ98Q5gkqihlkRBVa8jqkv3bohPKIH1IS-oIoNLtOZ2hJ6T9KoubU5NL-vhCP58RqMXJ7FDZWYFfseDBO__i-fx9VC4Y-75cwrWxPcC6cN1lrpx8Oi_DY/s1600/abah+politik.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXV9-TLFGqyvgcYNVZ98Q5gkqihlkRBVa8jqkv3bohPKIH1IS-oIoNLtOZ2hJ6T9KoubU5NL-vhCP58RqMXJ7FDZWYFfseDBO__i-fx9VC4Y-75cwrWxPcC6cN1lrpx8Oi_DY/s1600/abah+politik.jpg" height="133" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Oleh : Prof. DR. Achmad Mubarok, MA.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Jika orang berbicara tentang politik,
pasti terhubungkan dengan system pemerintahan, karena pemerintahan adalah
merupakan aktualisasi politik dalam kehidupan bernegara. Pemerintahan adalah
factor penting bahkan paling penting dalam mempengaruhi kualitas kehidupan
ummat manusia sepanjang sejarah. Tujuan utama terbentuknya pemerintahan dalam
suatu Negara adalah untuk member rasa aman dan menjamin keamanan warganya,
menciptakan ruang kebebasan dan sudah barang tentu kesejahteraan bagi
rakyatnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Untuk pencapaian itu maka dalam suatu
pemerintahan ada aparat keamanan, ada kepemimpinan, ada manajemen, dan
prioritas program yang menjadi komitmen dari pemerintahan itu. Bentuk
pemerintahan itu sendiri bergantung kepada system politik yang dianut oleh
Negara, apakah demokrasi, otokrasi atau theokrasi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Sejarah membuktikan bahwa tidak ada
system yang menjamin kepastian tercapainya tujuan. Demokrasi belum tentu
menjamin kesejahteraan rakyat, otokrasi dan theokrasi juga tidak serta merta
mnyengsarakan rakyat. Disitu ada factor yang yang sangat berperan dalam
pencapaian tujuan hidup bernegara, yaitu kualitas suatu kepemimpinan pemerintahan, yakni pemerintahan yang kuat
yang berbasis integritas, kompetensi dan komitmen. Semakin tinggi integritas
dan kompetensi para pemimpin pemerintahan di suatu Negara, maka semakin kuat
peluang keberhasilan pencapaian tujuan. Demikian juga semakin kuat komitmen
para pemimpin pemerintah untuk menunaikan janjinya, maka akan semakin kokoh
pula kedudukan pemerintahan itu di depan rakyatnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Selanjutnya integritas, kompetensi dan
komitmen itu harus diaktualkan dalam bentuk organisasi dan menejemen yang
membuat kerja pemerintah menjadi produktip dan efisien. Selanjutnya kecerdasan
pemimpin pemerintahan dalam menentukan skala prioritas akan sangat menentukan
efektifitas kerja pemerintahan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Efektifitas pemerintahan tidak selalu
berhubungan dengan system politik. Bisa terjadi system demokrasi justeru
membuat pemborosan dan kelambanan kerja pemerintah. Sebaliknya system otoriter
dengan “Raja” atau kepala pemerintahan yang adil dan kompeten bisa membuat
kerja terobosan dalam pencapaian tujuan politik nasional<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Runtuhnya tembok Berlin yang kemudian
diasumsikan akan hadirnya demokrasi
liberal sebagai solusi dari belenggu system totaliter ternyata hanya impian
kosong. Gegap gempita menyambut system demokrasi liberal sebagai puncak
peradaban politik yang berlaku secara universal ternyata juga keliru karena
demokrasi liberal itu pula yang memicu konflik brutal di bekas wilayah
Yugoslavia. Sebalinya China yang hanya melakukan reformasi ekonomi seraya tetap
mempertahankan system otoriter komunis justeru berhasil menjadi kekuatan
ekonomi nomor dua di dunia setelah Amerika.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Kasus Lech Walenca, pemimpin buruh
kharismatis yang sukses memimpin demontrasi melawan rezim totaliter Komunis
ternyata gagal juga ketika menjabat sebagai presiden Polandia, bukan karena
korupsi tetapi karena tidak kompeten. Popularitas saja tidak cukup untuk menjamin
efektifitas politik. Thaksin di Thailand
dan Estrada di Philipina adalah juga contoh kegagalan system demokrasi. Di New
York, sebuah lembaga kajian demokrasi yang bernama Fredom House melaporkan bahwa di tahun 2009 saja terdapat
25 negara yang meninggalkan system demokrasi, akibat kejenuhan masyarakat
terhadap kebebasan yang hanya melahirkan kesemrawutan, kegagalan ekonomi,
ketimpangan kesejahteraan dan ancaman atas keteraturan social.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Hal tersebut diatas kini benar-benar harus menjadi
perhatian para pemimpin Indonesia, karena produk pilpres 2014 yang sangat
dibanggakan sebagai sangat demokratis dengan terpilihnya Jokowi yang “merakyat”
ternyata justeru baru beberapa bulan sudah melahirkan kekecewaan kolektip
terhadap system demokrasi liberal yang stagnan..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Apa yang harus dilakukan melihat ketidak
menentuan ini ? sampai kapan kesabaran politik masih bisa berlangsung ? Ketika
MPR masih menjadi lembaga tertinggi Negara, dapat dibayangkan solusinya, nah
sekarang ketika MPR sudah dicabut kekuasaannya oleh amandemen reformasi, siapa
yang bisa berinisiatip mencari jalan keluar ? Polandia dan Philipina memilih
memakzulkan Presidedn dan menggantinya dengan yang dipandang lebih baik.
Thailand membiarkan militer mengambil
alih kekuasaan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Dibutuhkan adanya” keinginan luhur” para
elit pemimpin politik, karena keinginan
luhur akan menjadi infrastruktur datangnya berkat dan rahamat Alloh kepada
bangsa Indonesia, seperti yang diyakini oleh para pendiri negeri ini bahwa
hanya atas berkat dan rahmat Alloh didukung oleh keinginan luhur maka bangsa
Indonesia mencapai kemerdekaannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"> Sebagai penutup
dari uraian ini, saya kutip kaidah politik dari kitab kuning pesantren yang
berbunyi <i>: <b>Lan yaflah al qaumu faudlo la surota lahum ** wala surota idza juhhaluhum saaduu</b></i>,
artinya : suatu bangsa tidak akan sukses jika mereka bertindak anarkis tak
bermartabat, dan martabat bangsa itu akan hilang jika mereka dipimpin
oleh-orang-orang bodoh</span>.</div>
<span class="fullpost"></span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-47053535357881543872015-03-20T02:18:00.002-07:002015-04-09T11:25:51.355-07:00Etika Politik (2)<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Oleh : Prof. DR. Achmad Mubarok, MA</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLJmV9u96hoqIUVNInAUNA2VK0jXMggJXnni8YR7HX7dXaax3v_hBq32FEbrpR5_mw3VAYM5BqjYW_36lOw4pjnZj_G1A7apde5bg1jusQPDq64RZpLDa-X9wK_ss1OuTNlYM/s1600/20110521100655achmad-mubarok.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLJmV9u96hoqIUVNInAUNA2VK0jXMggJXnni8YR7HX7dXaax3v_hBq32FEbrpR5_mw3VAYM5BqjYW_36lOw4pjnZj_G1A7apde5bg1jusQPDq64RZpLDa-X9wK_ss1OuTNlYM/s1600/20110521100655achmad-mubarok.jpg" height="133" width="200" /></a><b>Etika dan Pemimpin</b> </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pemimpin bangsa terutama Presiden, ia
bukan hanya pilot mesin pemerintahan, tetapi juga figure keteladanan. Seluruh
perilaku pemimpin tertinggi berada dalam sorotan rakyat, oleh karena itu
seorang pemimpin bukan hanya harus mematuhi pasal-pasal konstitusi tetapi juga
harus memenuhi rasa keadilan, kearifan, ketegasan, keberanian, kepatutan dan
konsistensi. Meski sebagai manusia, seorang pemimpin juga memiliki
keterbatasan, tetapi ada standard anatomis yang harus dipenuhi oleh seorang
pemimpin, yang jika kurang dari standard minimal maka akan berdampak pada
kegelisahan masyarakat. Kegelisahan public jika tidak ada jendela yang
berfungsi sebagai ventilasi politik dan psikologis maka bisa berujung pada
kesumpekan politik. Jika kesumpekan politik berlangsung lama maka ujungnya bisa
meledak menjadi perilaku anarkis massal atau revolusi yang tidak mudah
diprediksi akhir kesudahannya, .<span class="fullpost">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span class="fullpost"><br /></span></div>
<span class="fullpost">
</span>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span class="fullpost"><b>Profil keteladanan Presiden2
RI<o:p></o:p></b></span></div>
<span class="fullpost">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Selama 69 tahun kemerdekaan RI sudah ada
tujuh orang yang duduk sebagai Presiden Republik Indonesia, dan masing-masing
memiliki performance yang berbeda-beda dalam kontek keteladanan politik, yaitu
Sukarno, Suharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono dan
terakhir sekarang Joko Widodo.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<ol start="1" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;"><b>Presiden
Sukarno</b>. </li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
<b> </b>Sukarno, Sang Proklamator adalah
tokoh besar kaliber dunia, intelektual, orator, seniman dan sudah barang tentu
politisi. Ia menjadi kebanggan rakyat di
pertengahan masa kekuasaannya. Kreatifitas yang sekaligus kelemahannya adalah
merekayasa produk-produk politik yang nampak mempesona tetapi sesungguhnya
melanggar norma2 konstitusi , misalnya : Pemimpin Besar Revolusi, Presiden
Seumur Hidup, Manipol Usdek, demokrasi
terpimpin dan yang melanggar nilai filsafat seperti Nasakom. Konsep-konsep yang
tidak demokratis dan tidak filosofis itu akhirnya menjadi boomerang menjatuhkan
dirinya berikut krisis bangsa dan negaranya.</div>
<ol start="2" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;"><b>Presiden
Suharto</b>,</li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
<b> Pak Harto</b> hadir tepat waktu
menyelamatkan bangsa dan Negara. Suharto berusaha menarik bandul sejarah dari
otoritarian popular ke bandul konstitusi, yakni kembali ke Panca Sila dan UUD
45 secara murni dan konsekwen. Suharto juga memperioritaskan pembangunan
ekonomi yang membuat tingkat kesejahteraan rakyat meningkat. Begitu” sukses”
program pembangunan ekonomi nasional hingga bangsa Indonsesia “tersihir” seakan
mau tingggal landas. Berbeda dengan Bung Karno yang meniadakan Pemilu, Pak
Harto secara disiplin menyelenggarakan Pemilu sebagai wujud demokrasi.
Sayangnya pemilu yang secara disikplin dijalankan lima tahun sekali sarat
dengan rekayasa demokrasi. Jika Bung Karno bisa duduk di kursi kepresidenan
selama 20 tahun, Pak Harto dengan rekayasa demokrasi yang disebut demokrasi
Panca Sila bisa menduduki kursi kepresidenan selama 32 tahun. Jika Bung Karno
jatuh karena krisis G 30 S, Presiden Suharto dipaksa mundur oleh Gerakan
Reformasi setelaha terjadi krisis moneter.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
<br /></div>
<ol start="3" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;"><b>Presiden
Habibie. </b></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Habibie adalah seorang ilmuwan dan
teknokrat ahli rancang bangun pesawat terbang yang karena jabatannya sebagai
wakil Presidennya Pak Harto maka secara otomatis Habibie menggantikan Pak Harto
ketika beliau mengundurkan diri. Sesungguhnya P{ak Habibie memilik banyak
kelebihan, tetapi sentiment politik pada era reformasi mdembuatnya tergusur
ketika MPR menolak pertanggungjawaban Presiden. Kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh Pak Habibi tidak bisa diaktualisasikan, terkendalam oleh sentimen
barbarika politik era reformasi. Meski demikian beliau berjasa mengatasi krisis
moneter secara tepat waktu sehingga Negara tidak mengalami keterpurukan ekonomi
berkepanjangan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<ol start="4" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;"><b>Presiden
Abdurrahman Wahid.<o:p></o:p></b></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
Presiden ke 4 yang lebih akrab dipanggil
Gus Dur ini dipilih secara emosionil oleh MPR. Gus Dur itu seorang ulama,
cendekiawan dan seniman dan pengamat yang sangat cerdas, tetapi memiliki
keterbatasan fisik, yaitu buta mata. Meski kecerdasannya tak ada yang meragukan
tetapi kesulitan Gus Dur adalah pada transformasi diri dari seorang kyai yang
seniman menjadi Presiden dari dari Negara besar yang sedang mengidap problem
besar, berat dan rumit. Fikiran-fikiran cerdas Presiden Gus Dur sering tidak
difahami oleh orang pada zamannya, Gus Dur hanya sebentar menduduki kursi
presiden karena dijatuhkan oleh MPR yang mengangkatnya. Gus Dur dapat disebut
sebagai Pemimpin yang hadir mendahului zamannya, oleh karena itu banyak orang
yang tidak faham terhadap gagasan2 beliau.. Setelah beliau wafat baru orang
menyadari betapa gagasan2 Gus Dur
itu benar dan tepat, dan kini
orang lupa kekurangan beliau dan hanya
dikenang kebaikannya saja.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
<br /></div>
<ol start="5" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;"><b>Presiden
Megawati<o:p></o:p></b></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
Setelah Gus Dur dilengserkan, Megawati
yang ketika itu menjabat sebagai wapresnya dilantik menjadi Presiden oleh MPR.
Masa jabatan yang pendek dan keterbatasan pengalaman serta jejak rekam Megawati
sebelum menjadi Presiden membuatnya tidak berhasil melahirkan perubahan yang
signifikan. Apa lagi dampak dari reformasi ekonomi dan politik yang dilakukan
sekaligus membuat iklim politik nasional menjadi “kebablasan”. Kekeliruan
kebijakan BLBI pada akhir masa pak Harto mewariskan situasi yang membuat serba
salah apapun kebijakan yang dilakukan oleh Presiden, termasuk oleh Presiden
Megawati terutama dalam mengeluarkan SKL kepada obligor nakal.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
<br /></div>
<ol start="6" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;"><b>Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono<o:p></o:p></b></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
Presiden ke 6 yang lebih sering
dipanggil SBY adalah presiden pertama RI yang dipilih langsung oleh rakyat
berdasar UU sebagai salah satu buah dari reformasi. Rakyat menaroh harapan yang
sangat tinggi atau bahkan terlalu tinggi terhadap sosok presiden SBY tanpa
menyadari bahwa problem yang dihadapi Pemerintah itu sangat berat, besar dan
rumit. Latar belakang SBY sebagai orang terpelajar dan Jendral Angkatan Darat
yang sudah menjalani karir secara sistematis membuatnya bekerja dengan system
berdasar menejemen professional. Sesungguhnya SBY adalah presiden yang sangat
cocok untuk Negara yang pemerintahannya jalan karena beliau sangat taat azas.
Tapi iklim kebebasan yang terlalu bebas membuatnya sangat hati-hati, dan hal
itu berimplikasi pada langkah yang terasa lambat, sementara public maunya serba
cepat. Presiden SBY meletakkan dasar-dasar masa depan Negara di era global, dan
keterpilihan dua periode menunjukkan adanya kepercayaan rakyat. Mestinya
periode SBY merupakan akhir dari tikungan sejarah reformasi, untuk selanjutnya
menapaki jalan lurus menuju Indonesia 2045 (satu abad kemerdekaan). Betapapun
barbarika politik dari partai oposisi maupun dari partai koalisi yang tidak
konsisten cukup mengganggu, tetapi data angka maupun pengakuan dunia
menunjukkan prestasi yang cukup signifikan. Mestinya periode SBY yang soft dan
sangat hati-hati dilanjutkan oleh Presiden yang feelingnya kuat dan cepat
mengambil keputusan dalam mengayuhkan
langkah kemajauan bangsa sehingga terjadi percepatan pembangunan terutama
menyongsong era MEA yang sudah didepan mata. Tetapi hasil pilpres belum tentu
mengikuti analisa ahli, karena pilpres langsung lebih melibatkan emosi senang
atau tidak senang public yang belum tentu sejalan dengan nalar politik
pembangunan.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
Satu hal yang pantas diapresiasi, SBY
adalah presiden pertama yang melakukan serah terima dan ada upacara pisah
sambut di istana dengan presiden Jokowi yang menggantikiannya, satu pondasi
budaya politik yang bermartabat yang mudah-mudahan akan diteruskan dalam setiap
suksesi nasional di depan.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
<br /></div>
<ol start="7" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify;"><b>Joko
Widodo<o:p></o:p></b></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
Presiden Joko Widodo atau yang lebih
dikenal dengan nama Jokowi dipilih secara emosionil oleh pendukungnya, meski
dilihat dari pendidikan dan jejak rekam pengalaman politik yang dilaluinya,
menurut nalar politik belum cukup
kapasitasnya untuk memimpin Negara sebesar Indonesia dengan
problem-problem yang masih besar, berat dan rumit. Asumsi ini terbukti dalam
seratus hari pertama menjadi presiden terjadi carut-marut politik yang tak
berujung dan merembet ke ekonomi , terutama harga`harga kebutuhan pokok rakyat.
Memang tidak fair kalau baru beberapa bulan sudah menfonis Jokowi sebagai tidak
mampu, tetapi kita tidak bisa membayangkan jika keadaan yang susah dinalar ini
berlangsung hingga satu tahun, pasti korbannya adalah rakyat, negara dan
bangsa. Meski demikian kita berharap bahwa situasi ini mudah-mudahan akan
berujung pada ditemukannya jalan keluar oleh pemerintah, atau berujung pada
terbangunnya introspeksi nasional yang membuat segenap warga bangsa terutama para elitnya bisa memutuskan sesuatu
untuk bangsa demi untuk bangsa, bukan berlatar agenda subyektip kelompoknya.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
Bagaimanapun masyarakat Indonesia belum
bisa melepaskan diri dari paternalism dimana seorang pemimpin, terutama presiden
harus dipandang hebat, memiliki banyak kelebihan dibanding yang dipimpin.
Pemimpin paspasan saja bisa membuat yang dipimpin kehilangan semangat, nah
kalau terlalu banyak kekurangannya bisa merangsang munculnya perilaku anarkis
dari rakyat yang dipimpin. Betapa sedihnya jika orang nomor satu di negeri ini
justeru tiap menit menjadi bahan olok-olokan di dunia maya, oleh rakyatnya
sendiri.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sebagai penutup dari uraian ini, saya
kutip kaidah politik dari kitab kuning pesantren yang berbunyi <i>: <b>Lan
yaflah al qaumu faudlo la surota lahum
** wala surota idza juhhaluhum saaduu</b></i>, artinya : suatu bangsa
tidak akan sukses jika mereka bertindak anarkis tak bermartabat, dan martabat
bangsa itu akan hilang jika mereka dipimpin oleh-orang-orang bodoh.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</span></div>
Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-48282708059476519302015-03-19T05:18:00.000-07:002015-04-09T11:25:45.071-07:00Etika Politik (1)<div class="Style2" style="text-indent: 0in;">
<span style="text-indent: 0in;"><span style="letter-spacing: 0.1pt;">Oleh : Prof. DR. Achmad Mubarok, MA </span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgo3m09q8PL-Z_bWI3T_hdAchjUBBmoj5U21GoUQ97n-5667Uds3gEMYDKPrk2jwNBqTQ0bKhyBl5bdNpkYBbBA0F3JLketFbNY_9NJSSwotxFT7wMMOuM625KBstmMBlcyVYU/s1600/ahmad-mubarok.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgo3m09q8PL-Z_bWI3T_hdAchjUBBmoj5U21GoUQ97n-5667Uds3gEMYDKPrk2jwNBqTQ0bKhyBl5bdNpkYBbBA0F3JLketFbNY_9NJSSwotxFT7wMMOuM625KBstmMBlcyVYU/s1600/ahmad-mubarok.jpg" height="133" width="200" /></a></div>
<div class="Style2" style="text-indent: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal">
Pidato di lingkungan politik
sering didahului dengan kalimat “yang terhormat Bapak …….. atau Bapak …….yang
kami hormati dan yang kami banggakan. Dua kalimat itu seakan sama padahal
mempunyai makna yang sangat berbeda. Jika seorang pemimpin menyandang predikat
yang terhormat, maka itu bermakna bahwa sang pemimpin itu memang orang
terhormat, baik dihormati maupun tidak dihormati, karena kehormatan seseorang
itu melekat pada dirinya. Sedangkan orang yang kami hormati dan kami banggakan,
boleh jadi ia orang terhormat, bisa juga hanya dihormati karena jabatannya.
Betapa banyak orang yang dalam upacara selalu dihormati, tetapi begitu lepas
dari jabatannya ia tidak lagi dihormati, apalagi jika terlepasnya jabatan itu
karena korupsi. Sedangkan orang yang terhormat, meski dipenjara sekalipun ia
tetap terhormat. Sebagai contoh, Nelson Mandela dipenjara selama 27 tahun, nah
begitu keluar dari penjara ia terpilih menjadi presiden pertama di Afrika
Selatan pasca Apartheid.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kehormatan seseorang, baik pemimpin atau
orang biasa adalah karena akhlak, etika dan moralnya yang tinggi<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Pengertian Etika<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Etika adalah akhlak yang bersifat
lahir,oleh karena itu agar jelas posisinya, berikut ini uraian tentang hal-hal yang
berhubungan dengan pengertian etika,yaitu akhlak, moral dan mental.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="letter-spacing: 1.0pt;">1. </span></b><b><span style="font-size: 11.0pt; letter-spacing: 1.0pt;"> Akhlak<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="Style2" style="margin-top: 7.2pt; text-indent: 27.0pt;">
<span style="letter-spacing: .1pt;">Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, akhlak
diartikan sebagai</span><span style="letter-spacing: .2pt;"> </span><span style="letter-spacing: .1pt;">budi pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata
akhlak</span><span style="letter-spacing: .2pt;"> </span><i>(akhlaq) </i><span style="letter-spacing: .1pt;">di</span><span style="letter-spacing: .2pt;"></span><span style="letter-spacing: .1pt;">artikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan
agama. Meskipun</span><span style="letter-spacing: .2pt;"> </span><span style="letter-spacing: .1pt;">kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, tetapi kata
akhlak tidak terdapat</span><span style="letter-spacing: .2pt;"> di dalam Al
Qur'an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadis. Satu-satunya kata yang
ditemukan semakna akhlak dalam al Qur'an adalah bentuk tunggal, yaitu </span><i><span style="letter-spacing: .1pt;">khuluq, </span></i><span style="letter-spacing: .2pt;">tercantum dalam <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">surat</st1:city></st1:place>
al Qalam ayat 4: </span><i><span style="letter-spacing: .1pt;">Wa innaka la'ala
khuluqin 'adzim, </span><span style="letter-spacing: .3pt;">yang </span></i><span style="letter-spacing: .2pt;">artinya: Sesungguhnya </span><span style="letter-spacing: .1pt;">engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang
agung. Sedang</span><span style="letter-spacing: .2pt;"></span><span style="letter-spacing: .1pt;">kan hadis yang sangat populer menyebut akhlak adalah
hadis riwayat</span><span style="letter-spacing: .2pt;"> Malik, </span><i><span style="letter-spacing: .1pt;">Innama bu'itstu liutammima makarima al akhlagi, </span></i><span style="letter-spacing: .2pt;">yang artinya: Bahwasanya aku (Muhammad) diutus
menjadi Rasul tak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="Style2" style="text-indent: 27.0pt;">
<span style="letter-spacing: -.05pt;">Perjalanan
keilmuan selanjutnya kemudian mengenal istilah-istilah</span><span style="letter-spacing: .2pt;"> adab (tatakrama), etika, moral, karakter disamping
kata akhlak itu sendiri, dan masing-masing mempunyai definisi yang berbeda.<o:p></o:p></span></div>
<div class="Style2" style="margin-bottom: 3.6pt; text-indent: 27.0pt;">
Menurut Imam
Gazali, akhlak adalah keadaan yang bersifat batin<span style="letter-spacing: .2pt;"> </span><span style="letter-spacing: .05pt;">dimana dari <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">sana</st1:city></st1:place> lahir perbuatan dengan mudah tanpa
dipikir dan tanpa</span><span style="letter-spacing: .2pt;"> </span>dihitung
resikonya<span style="letter-spacing: .2pt;"> </span><i>(al khuluqu haiatun
rasikhotun tashduru 'anha al afal bi suhulatin wa yusrin min ghoiri hqjatin
act_ fikrin wa ruwiyyatin. </i>Sedangkan<span style="letter-spacing: .2pt;"> ilmu
akhlak adalah ilmu yang berbicara tentang baik dan buruk dari suatu perbuatan.
Dari definisi itu maka dapat difahami bahwa istilah </span><!--[if gte vml 1]><v:shapetype
id="_x0000_t202" coordsize="21600,21600" o:spt="202" path="m,l,21600r21600,l21600,xe">
<v:stroke joinstyle="miter"/>
<v:path gradientshapeok="t" o:connecttype="rect"/>
</v:shapetype><v:shape id="_x0000_s1026" type="#_x0000_t202" style='position:absolute;
left:0;text-align:left;margin-left:749.15pt;margin-top:28.55pt;width:13.55pt;
height:16.4pt;text-indent:0;z-index:251657728;mso-wrap-edited:f;
mso-wrap-distance-left:0;mso-wrap-distance-right:0;
mso-position-horizontal-relative:page;mso-position-vertical-relative:page'
wrapcoords="-62 0 -62 21600 21662 21600 21662 0 -62 0" o:allowincell="f"
filled="f" stroked="f">
<v:textbox inset="0,0,0,0">
<![if !mso]>
<table cellpadding=0 cellspacing=0 width="100%">
<tr>
<td><![endif]>
<div>
<p class=MsoNormal style='margin-top:1.8pt;line-height:7.2pt;mso-line-height-rule:
exactly'>
<b><span style='font-size:11.0pt;letter-spacing:-1.25pt'>17 </span></b><b><span
style='font-size:11.0pt;letter-spacing:.1pt'><span
style='mso-spacerun:yes'> </span>•<o:p></o:p></span></b></p>
</div>
<![if !mso]></td>
</tr>
</table>
<![endif]></v:textbox>
<w:wrap type="square" anchorx="page" anchory="page"/>
</v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img align="left" alt="Text Box: 17 •" height="26" src="file:///C:/Users/SOURCE/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1026" width="22" /><!--[endif]-->akhlak
adalah netral, artinya ada akhlak yang terpuji <i><span style="letter-spacing: -.1pt;">(al akhlaq al mahmudah) </span></i>dan ada akhlak yang tercela <i><span style="letter-spacing: -.1pt;">(al akhlaq al mazmumah). </span></i>Ketika berbicara
tentang nilai baik buruk maka muncullah persoalan tentang konsep baik buruk.
Konsep baik buruk perspektip ilmu Akhlak berasal dari kata kholaqo yang artinya
penciptaan, maka nilai kebaikan dari akhlaq basisnya adalah dari nilai kebaikan
universal, yakni sifat-sifat kebaikan yang dimiliki oleh Tuhan Yang Maha Baik,
seperti adil, penyayang, pemaaf, pemurah, penolong dan sebagainya. Oleh karena
itu sumber utama nilai akhlak adalah wahyu.
Dari sinilah kemudian terjadi perbedaan konsep antara akhlak dengan
etika.<span style="letter-spacing: .2pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="Style2" style="text-indent: 0cm;">
<br /></div>
<div class="Style2" style="text-indent: 0cm;">
<b>2.
Etika<span style="letter-spacing: .1pt;"> <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="Style2" style="text-indent: 0cm;">
<br /></div>
<div class="Style2" style="text-indent: 0cm;">
<span style="letter-spacing: .1pt;"> Etika </span><i><span style="letter-spacing: -.2pt;">(ethica) </span></i>juga berbicara tentang baik
buruk, tetapi konsep baik<span style="letter-spacing: .1pt;"> buruk dalam ethika
bersumber kepada kebudayaan, sementara konsep baik buruk dalam ilmu akhlak
bertumpu kepada konsep wahyu, mes</span>kipun akal juga mempunyai kontribusi
dalam menentukannya. Dari segi<span style="letter-spacing: .1pt;"> </span>ini
maka dalam ethica dikenal ada ethica Barat, ethika Timur dan seba<span style="letter-spacing: .1pt;">gainya, sementara </span><i><span style="letter-spacing: -.1pt;">al akhlaq al karimah </span></i><span style="letter-spacing: .1pt;">tidak mengenal konsep regional, meskipun perbedaan
pendapat juga tak dapat dihindarkan. Etika juga sering diartikan sebagai
norma-norma kepantasan (etiket), yakni apa yang dalam bahasa Arab disebut </span><i><span style="letter-spacing: -.1pt;">adab </span></i><span style="letter-spacing: .1pt;">atau
tatakrama. Di dalam al Qur’an juga dikenal istilah <i>alma`ruf</i>, yakni
sesuatu yang secara social dipandang baik atau patut. Nah kerja Komite etik
atau Dewan etik dari suatu lembaga adalah bagian dari <i>amar ma`ruf,</i> yakni
mengawal lembaga, Negara misalnya, agar
tidak menyimpang dari kepatutan. Dari khazanah sosialpun lahir konsep-konsep
etika bisnis, etika kedokteran, etika
pergaulan , etika politik dan sebagainya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="Style2" style="text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="Style2" style="text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div class="Style2" style="text-indent: 0cm;">
<b>3.
Moral<o:p></o:p></b></div>
<div class="Style2" style="text-indent: 0cm;">
<br /></div>
<div class="Style2" style="text-indent: 0cm;">
Sedangkan kata moral meski sering digunakan juga untuk menye<span style="letter-spacing: .1pt;"></span>but akhlak, atau etika tetapi tekanannya
pada sikap seseorang terhadap<span style="letter-spacing: .1pt;"> nilai
baik-buruk, sehingga moral sering dihubungkan dengan kesusilaan atau perilaku
susila. Jika etika masih ada dalam
tataran konsep maka </span>moral sudah ada pada tataran terapan.<span style="letter-spacing: .1pt;">.Seorang cendekiawan tetapi berbisnis secara kotor,
maka ia disebut cendekiawan yang moralnya rendah. Seorang politisi yang tahan
terhadap godaan money politik disebut politisi yang bermoral tinggi. Seorang
politisi yang kalah dalam pemilihan pilkada, kemudian secara terbuka memuji
secara sportip kelebihan pesaingnya yang menang maka ia disebut sebagai
politisi yang bermoral tinggi atau memiliki moral politik.. Tentara yang gagah
berani di <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">medan</st1:city></st1:place>
tempur disebut tentara yang memiliki moral prajurit.<o:p></o:p></span></div>
<div class="Style2" style="text-indent: 0cm;">
<br /></div>
<div class="Style2" style="text-indent: 0cm;">
<b><span style="letter-spacing: .1pt;">4. Mental<o:p></o:p></span></b></div>
<span style="letter-spacing: 0.1pt; text-indent: 0cm;"> </span><span style="letter-spacing: 0.1pt; text-indent: 0cm;">Sedangkan istilah mental digunakan untuk
menyebut kapasitas psikologis orang dalam merespond problem-problem kehidupan. </span><st1:place style="letter-spacing: 0.1pt; text-indent: 0cm;" w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place><span style="letter-spacing: 0.1pt; text-indent: 0cm;"> orang yang memiliki
kemampuan untuk menghadapi problem seberat apapun dan seberapa lamapun. Nah
orang seperti ini disebut kuat mentalnya. Adapun jika seseorang memiliki
kapasitas psikologis dibawah normal sehingga ketika berhadapan dengan problem
ia merasa minder, menyerah sebelum bertarung,maka ia disebut sebagai orang yang
lemah mentalnya. Jika sangat parah disebut memiliki keterbelakangan
mental.</span><span style="letter-spacing: 0.1pt; text-indent: 0cm;"> </span><span style="letter-spacing: 0.1pt; text-indent: 0cm;">Jika dihubungkan dengan
kemampuannya</span><span style="letter-spacing: 0.1pt; text-indent: 0cm;"> </span><span style="letter-spacing: 0.1pt; text-indent: 0cm;">menyelaraskan diri dengan
nilai-nilai, maka yang positip disebut orang yang sehat mentalnya sementara
orang yang banyak melakukan perilaku menyimpang disebut sebagai orang yang
sakit mental. Ilmu yang berbicara tentang mental disebut Ilmu Kesehatan Mental
atau </span><i style="letter-spacing: 0.1pt; text-indent: 0cm;">Mental Health</i><span style="letter-spacing: 0.1pt; text-indent: 0cm;">.</span><br />
<br />
<span style="background-color: white;">Politik adalah ekspresi kebudayaan dari
nilai kuasa,yakni bagaimana orang atau kelompok orang berusaha agar mereka bisa
memimpin orang lain dan mengatur orang lain.Puncak kepuasan politik adalah jika
berhasil menduduki kursi no 1, atau pemimpin tertinggi sehingga ia merasa bahwa
fikirannya,norma-normanya dan kemauan-kemauannya diikuti oleh orang lain, suka
ataupun terpaksa. Di mata public, politik selalu dikonotasikan sebagai kelicikan,
bermain kotor, persekongkolan, politicking dan sebangsanya, tetapi sesungguhnya
itu adalah persepsi dari praktek lapangan,bukan politik sebagai konsep.<span class="fullpost">
</span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span class="fullpost"> Secara konsepsional,politik adalah ilmu,
game dan seni. Dengan ilmu politik maka konstitusi, struktur politik, dan
gagasan politik lainnya bisa terukur,logic, ilmiah dan masuk akal. Politik sebagai game membuat bermain politik
seperti benar-benar sedang bermain sehingga mereka tetap riang gembira. Yang
menang mendapat aplouse yang kalah malah ikut memberi aplouse. Politik sebagai
seni bermakna bahwa perkelahian sekalipun tetap indah ditonton dan indah
dirasa, karena perkelahiaanya mengikuti norma yang dipatuhi secara sportip dan
bermartabat. Tinju adalah seni olah raga keras, tetapi jika berlangsung fair
maka yang menonton senang,yang bertinju juga senang, yang menang langsung
merangkul yang kalah.</span></span></div>
<span style="background-color: white;"><span class="fullpost">
</span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span class="fullpost"><br /></span></span></div>
<span style="background-color: white;"><span class="fullpost">
</span></span>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span class="fullpost"> Dalam bahasa Arab, politik disebut dengan
istilah <i>siyasah.</i> Ilmu agama (Islam)
yang berbicara tentang politk disebut <i>fiqh
as siyasah</i> atau fiqih politik. Secara akademik ilmu politik berdekatan
dengan ilmu ushuluddin atau teologi, oleh karena itu di IIUM (<i>International
Islamic University Malaysia</i>) misalnya jika seorang mahasiswa S2 mengambil
program mayornya ilmuUshuluddin,maka program minornya adalah ilmu politik. Jadi
jika seorang sarjana alumnus Fakultas Ushuluddin (Teologi) kemudian aktif dalam
dunia politik, itu sudah berada pada jalur yang benar. Politik berbicara
tentang kekuasaan, sumber kekuasaan adalah Tuhan,dan Ushuluddin atau Teologi
adalah ilmu yang berbicara tentang ketuhanan. </span></span></div>
<span style="background-color: white;"><span class="fullpost">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Berpolitik yang benar adalah meniru
politik Tuhan, <i>takhollaqu bi akhlaqillah</i>, kata hadis Nabi. Tuhan Maha
Kuasa, dan kekuasaannya tak terbatas. Di sisi lain Tuhan adalah Mahas Pengasih,
Penyayang dan Maha Pengampun. Menejemen dua kutub kekuasaan itu adalah
keadilan, dan Tuhan Maha Adil. Jadi tujuan yang benar mengambil jalur politik
adalah berusaha menggapai kursi kekuasaan agar dengan kekuasaan itu ia bisa
menyebarluaskan kasih sayang kepada rakyat se adil-adilnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dari kata <i>siyasah</i>, bentuk isim failnya adalah <i>sais.</i> Orang Betawi menggunakan kata sais untuk menyebut <i>kusir</i> sado atau dokar yang ditarik kuda.
Memang ada kesamaan antara pelaku politik dengan <st1:place w:st="on">sais</st1:place>,yaitu sama-sama mengendalikan power
untuk mengantar pada satu tujuan. Seorang sais yang pandai, ia dapat
mengendalikan kuda dengan lembut,sang
kuda berlari dengan kecepatan yang diinginkan oleh sais,kuda juga bisa
dikendalikan untuk berjalan lambat ketika melewati jalan yang jelek,bisa
dibelokkan dan bisa disuruh berhenti. Karakter kuda memang mirip politik.
Politik adalah juga power yang bisa dikendalikan untuk mengantar pelakunya ke
kursi atau tujuan politik. Pengendali
politik juga harus memiliki kemampuan seperti seorang sais kuda, mampu memacu
dan mampu menarik kekang pada saat tepat. Jika kuda bisa liar dan mencelakakan
sais dan sado yang ditarik, politik yang tidak terkendali juga bisa menjadi
boomerang yang mencelakakan sang pengendali berikut kendaraan (partai) politik
yang dikendarainya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kuda
yang lapar atau terlalu lelah bisa bertindak liar bahkan menyepak sang sais,
begitupun politik yang kurang tercukupi
kebutuhannya bisa melahirkan anarki
politik yang bisa mematikan atau sekurang-kurangnya mencelakakan para pemimpin
politik. Karena liarnya kuda dan demi kelancaran perjalanan, maka sais
menutup sebagian pandangan kuda dengan “<i>kacamata
kuda</i>” sehingga mata kuda focus hanya tertuju ke jalan didepan,tidak bisa
nengok kiri kanan apalagi melihat ke belakang. Begitupun dalam pengendalian
politik,tidak boleh seluruh realita terbuka telanjang,bisa diakses oleh semua
orang pada setiap saat. Ada fakta-fakta yang harus disembunyikan dari pandangan
public, karena jika terbuka, public bisa digerakkan oleh pengendali politik yang
lain untuk melakukan maneuver anarkis
yang bisa menghambat berlangsungnya proses politik. Kejujuran politik bukan
berarti lugu, terbuka apa adanya, tetapi harus disertai dengan kecerdasan
politik, yakni tahu persis ukuran keterbukaan dan kapan dan dimana harus
terbuka sehingga proses politik dapat berlangsung terkendali.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Idealisme dan Pragmatisme Politik</b>. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bagi indifidu politisi, politik sering
dikonotasikan secara negatip,misalnya ambisi politik,permainan politik,money
politik dan sebagainya. Itu adalah sisi-sisi pragmatisme politik. Tetapi bagi suatu masyarakat,apalagi suatu
bangsa,politik adalah bagian dari menejemen kebersamaan dalam upaya mencapai
kesejahteraan bersama. Dengan politik suatu bangsa bisa mencapai masa kejayaan;
politik, ekonomi dan budaya sekaligus.
Kegagalan menejemen politik bisa membuat suatu bangsa kehilangan makna
kehadirannya; negerinya makmur tetapi rakyatnya miskin,penduduknya banyak
tetapi tidak bisa menjadi subyek, hanya menjadi obyek politik global.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Oleh karena itu bagi suatu bangsa,
tidak cukup hanya dengan konsep politik
ideal yang sarat dengan nilai-nilai etika dan kemanusiaan, tetapi juga
efektifitas politik. Seperti kuda, politik juga harus dikendalikan secara
tepat. Problem,nya ialah bagaimana
mengendalikan politik yang beretika tetapi juga efektip. Fraksi di DPR
melambangkan idealisme politik, sedangkan koalisi menggambarkan pragmatisme
politik., oleh karena itu dukungan fraksi kepada Pemerintah sering tidak
kompak, karena masing-masing fraksi anggauta koalisi memiliki idealisme yang
berbeda, atau juga kepentingan yang berbeda-beda.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Konflik Politik<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Manusia
sebagai makhluk social memiliki tabiat suka bekerjasama dan bersaing sekaligus. Manusia
membutuhkan kerjasama karena secara indifidu manusia tidak mampu memenuhi
seluruh kebutuhan hidupnya.Oleh karena
itu sekelompok manusia yang memiliki
kebutuhan bersama membangun “organisasi” yang mengatur teknik maupun kode etik
dalam bekerjasama . Meski sekelompok manusia iu bekerjasama dalam satu bingkai
organisasi, tetapi masing-masing orang juga memiliki tujuan individual yang
belum tentu sama. Jika banyak yang bertarget (tujuan) sama, sementara “kursi”
tujuan , yakni untuk menjadi yang tertinggi ternyata hanya ada satu, maka semua
kompetitor akan melakukan persaingan.. Ada yang berpegang teguh kepada etika
bersaing sehingga mereka tetap bertindak fair dalam bersaing, dan ada yang
tidak mempedulikan nilai-nilai etika dalam bersaing. Nah ketika itulah akan
terjadi konflik antar competitor. Adakalanya konflik hanya terjadi pada tataran
argument, terkadang tak terkendali hingga konflik fisik bahkan peperangan
bersenjata. Sering kita saksikan perkelahian fisik dalam kongres atau forum
satu partai, bahkan dalam siding DPR pun
sering terjadi konflik yang sangat demontratip, seperti membalikkan meja,
membanting kursi dan sebagainya. Gus Dur sewaktu menjadi Presiden pernah
mengkritik perilaku anggauta DPR yang suka konflik dengan menyebutnya sebagai
Taman Kanak-Kanak.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Suatu Negara dibangun untuk menjamin
tercapainya tujuan bersama dari warga negaranya. Jika dalam suatu partai kecil
bisa terjadi conflict antar pengurus partai, maka tidak ada Negara di dunia
yang terbebas dari conflict , bahkan conflict berkepanjangan melahirkan teori
menejemen, yaitu menejemen conflict. DPR merupakan satu dari tiga pilar negara
(eksekutip,legislatip dan yudikatip). Pembagian kekuasaan ini adalah wadah
kerjasama dan persaingan sekaligus, karena 200 juta lebih manusia <st1:place w:st="on">Indonesia</st1:place> tidak mungkin sama , tetapi juga bukan
mustahil bisa bekerjasama. Fraksi politik di DPR bisa mewakili aspirasi rakyat
pemilih, bisa juga hanya mengekploitir rakyat pemilih untuk tujuan sendiri.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tugas DPR adalah legislasi dan
bugeting, jika melakukan sesuatu diluar tugasnya. maka implikasinya bisa dianggap melampaui kewenangannya atau
melanggar etika politik, kedua-duanya merendahkan martabat dewan. APBD suatau
daerah harus disepakati oleh DPRD dan Gubernur. Jika Gubernur mengajukan APBD
berbeda dengan yang disepakati dengan DPRD seperti yanag dilakukan oleh Ahok,
Gubernur DKI Jaya, maka Gubernur dianggap melanggar bukan saja etika tetapi
juga Undang-Undang. Kesimpulan lembaga survey akhir-akhir ini yang menempatkan
DPR bersama beberapa lembaga lainya (Polri, Kejagung) sebagai
sarang korupsi mengindikasikan bahwa banyak rambu-rambu yang
terlanggar,baik rambu kewenangan maupun rambu etika. Terbebas dari jeratan hokum formal bukan
berarti pasti terbebas dari penyimpangan etika., oleh karena itu disetiap
lembaga ada Badan Kehormatan, seperti BK DPRRI yang harus mampu “mengendus”
perilaku anggauta yang potensil menjatuhkan martabat Dewan. Keharusan menjaga etika politik juga berlaku
bagi eksekutip maupun yudikatip; </div>
</span></span></div>
Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-37641510542887914682012-11-08T22:50:00.001-08:002015-03-19T05:05:30.620-07:00Pemerintahaan Islam di Negara SekulerREPUBLIKA.CO.ID,Oleh Ikhwanul Kiram Mashuri<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_d26VRHC13YACh_S9YZ7m9RO5ojNKEHbXv599-nWxxsZxyv-umYUOROA7rOL_aWutEHcVhp3O-XTzlSUfRByMiIIDZQqQc9LKSjzigpPhCbEUkOpvnYj5ztqmS75CKl-LzoM/s1600/erdogan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_d26VRHC13YACh_S9YZ7m9RO5ojNKEHbXv599-nWxxsZxyv-umYUOROA7rOL_aWutEHcVhp3O-XTzlSUfRByMiIIDZQqQc9LKSjzigpPhCbEUkOpvnYj5ztqmS75CKl-LzoM/s320/erdogan.jpg" height="212" width="320" /></a></div>
''Kami ingin mendidik generasi muda kita sebagai generasi yang religius,'' kata Perdana Menteri Turki, Recep Tayyib Erdogan, di depan sidang parlemen negaranya beberapa bulan lalu.
Kepada kaum oposisi, ia menegaskan, ''Apakah kalian ingin melihat dari partai demokrat konservatif seperti Partai Keadilan dan Pembangunan akan lahir generasi ateis? Bila hal itu yang kalian kehendaki, itu adalah urusan kalian. Urusan kami adalah melahirkan generasi demokrat konservatif yang meyakini nilai-nilai dan tradisi agama kita (Islam).''<span class="fullpost">
Demikianlah jawaban Erdogan menjawab kritikan dari para politisi oposisi. Yang terakhir ini mengkhawatirkan Erdogan akan menjadikan Turki sebagai negara agama. Tepatnya negara Islam. Mereka menuduhnya telah mengkhianati asas sekularisme Republik Turki yang didirikan Kemal Ataturk pada 1923 lalu.
Kritikan itu bukannya tanpa dasar. Sejak Partai Keadilan dan Pembangunan (PKP) yang ia pimpin berkuasa di Turki, yang pada Sabtu (03/11) lalu genap 10 tahun, sejumlah hal -- yang bisa saja dihubungkan dengan Islamisasi Turki --- telah dia ubah atau lakukan. Misalnya yang terkait dengan peran tentara. Selama ini militer menempatkan diri sebagai penjaga prinsip sekularisme Turki. Bila ada isyarat pemerintah melanggar prinsip sekuler, maka militer akan segera bertindak. Antara lain dengan kudeta. Sepanjang tahun 1960 hingga 1980, militer Turki telah melakukan tiga kali kudeta.
Namun, tuduhan 'melanggar prinsip sekularisme' sering tidak jelas. Penafsirannya hanya sepihak. Yaitu pihak militer yang didukung partai sekuler. Dan, seringkali tuduhan itu mengarah pada partai Islam pemenang pemilu dan sedang memerintah. Termasuk partainyanya Erdogan, PKP.
Karena itu, hubungan PKP/pemerintah dengan militer selalu diwarnai ketegangan. Dibutuhkan waktu 10 tahun untuk 'menghabiskan' pengaruh militer Turki dalam politik. Dengan 'memanfaatkan' undang-undang dan standar nilai yang berlaku di Uni Eropa, sedikit demi sedikit pengaruh militer dikurangi.
Puncaknya terjadi tahun lalu ketika Presiden Abdullah Gul, yang juga pimpinan PKP, menunjuk empat pimpinan tinggi militer negara itu. Ini merupakan pertama kalinya pemerintah sipil Turki memutuskan pimpinan komando tertinggi angkatan bersenjata. Sebelumnya, sejak 2008, ratusan perwira militer ditangkap dengan tuduhan berkomplot untuk menggulingkan pemerintah Erdogan, yang dinilai telah melenceng dari prinsip sekuler.
Tuduhan lain Islamisasi Turki oleh Erdogan adalah soal jilbab. Sejak PKP berkuasa, pemerintah terus berupaya mengamandemen undang-undang larangan berjilbab di sekolah, kampus, dan kantor-kantor pemerintah. Meskipun amandemen itu terus menuai pro dan kontra, namun isteri PM dan Presiden yang berjilbab kini sudah mulai masuk ke istana.
Pada acara peringatan 89 tahun berdirinya Republik Turki beberapa hari lalu, isteri Presiden Abdullah Gul dan isteri Perdana Menteri Erdogan untuk pertama kalinya menghadiri acara resmi kenegaraan di istana kepresidenan. Keduanya berdiri di samping komandan tertinggi angkatan bersenjata.
Pada tahun-tahun sebelumnya, pejabat tinggi militer selalu menolak mengikuti acara yang juga dihadiri para istri pejabat partai PKP yang berjilbab. Karena itu, di setiap acara peringatan kenegaraan Presiden Gul selalu menggelar dua kali resepsi terpisah. Yang pertama untuk para perwira tinggi militer. Yang kedua untuk umum yang juga dihadiri istri para pejabat pemerintah yang berjilbab. Namun, tahun ini ia hanya menggelar sekali resepsi di istana kepresidenan yang dihadiri pejabat tinggi militer, sipil, dan juga istri-istri pejabat yang berjilbab.
Namun, Erdogan membantah bila semua langkah dan keputusan pemerintahannya tersebut dalam rangka Islamisasi Turki. Dalam suatu kesempatan ia menegaskan 'Partai Keadilan dan Pembangunan akan selalu menjaga nilai-nilai Republik Turki, termasuk sekularisme.''
Dalam wawancara dengan televisi Mesir, ia juga menyatakan Mesir bisa mengadopsi sebuah konstitusi sekuler. Menurutnya, sekularisme bukan berarti meninggalkan ajaran agama. Dalam sebuah negara sekuler, tambahnya, setiap orang memiliki hak untuk memilih menjadi religius atau tidak. ''Dan, saya adalah perdana menteri Muslim untuk negara sekuler,'' katanya.
Bagi Erdogan, sekuler atau tidak sebuah negara tampaknya tidak begitu penting. Yang lebih penting adalah bagaimana 'mengisi' negara itu. Yang terpenting adalah kontennya. Dan, ia telah membuktikan selama 10 tahun memimpin Turki, pemerintahannya adalah sangat Islami. Dengan kata lain, pemerintahan Islam di negara sekuler.
Baginya, Islam bukan sekadar urusan pemakaian jilbab yang terus ia perjuangkan. Juga bukan sekadar simbol-simbol. Tapi, Islam juga adalah bagaimana memberikan kesejahteraan kepada rakyat, pendidikan yang baik, keamanan, kenyamanan, dan seterusnya.
Keberhasilan PKP dan Erdogan memenangkan pemilu sebanyak tiga kali jelas menunjukkan rakyat puas terhadap kepemimpinannya. Pertumbuhan ekonomi Turki selama sepuluh tahun ini mencapai rata 8 persen, naik empat kali lipat dari sebelumnya. Sedangkan pendapatan per kapita naik tiga kali, dari 3.500 dolar AS pada 2002 menjadi 10.400 dolar pada 2011.
Dalam pandangannya, beberapa tahun ke depan, pemerintahannya masih bisa meningkatkan hingga 25 ribu dolar per kapita, dan menjadikan Turki sebagai salah satu dari 10 besar kekuatan ekonomi dunia, yang sekarang baru di peringkat 16.</span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-62273756522628201272012-11-01T08:49:00.000-07:002015-03-19T05:23:14.831-07:00Islamisasi Jawa (2) <span style="color: blue;">REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Azyumardi Azra</span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4CDmtFCXGb6_1rir5qDZLwkUdeurBmKQBOJdvJQI58pTrrahs7xFdgWuw48ptBjW-7CK5d3nw3TiWZGccWtPRfiXG2bJPCvQwA5DaJVE7dKugBP8ZYOGfh4-BjDZPKHxW5Wc/s1600/wali+songo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4CDmtFCXGb6_1rir5qDZLwkUdeurBmKQBOJdvJQI58pTrrahs7xFdgWuw48ptBjW-7CK5d3nw3TiWZGccWtPRfiXG2bJPCvQwA5DaJVE7dKugBP8ZYOGfh4-BjDZPKHxW5Wc/s1600/wali+songo.jpg" /></a></div>
Islamisasi Jawa jelas tak berjalan linear. Jika sejak Islamisasi mulai berlangsung pada abad ke-14 sampai awal abad ke-19 terjadi apa yang disebut sejarawan MC Ricklefs sebagai “sintesa mistik” antara tradisi spiritualisme Jawa dengan Islam, periode selanjutnya (1830-1930) ditandai dengan meningkatnya polarisasi masyarakat Jawa. Perkembangan ini tak lepas dari dinamika Islam di tingkat internasional, khususnya di Arabia, yang memengaruhi proses Islamisasi dan santrinisasi nusantara, termasuk di Jawa.<br />
<br />
Kebangkitan gerakan Wahabiyah yang dinisbahkan pada Muhammad bin 'Abd al-Wahhab (masa hidup 1703-79) sejak pertengahan abad ke-18 mengubah arah gerakan pembaruan di kalangan pengikut Tarekat Syatariyah dan Naqsyabandiyah di Minangkabau yang mulai menemukan momentum pada 1870-an. Gerakan yang semula damai berubah menjadi gerakan Padri radikal-dengan paham dan praksis amat mirip Wahabi-setelah kembalinya tiga haji dari Tanah Suci pada awal abad ke-19.<span class="fullpost">
Konflik atau tepatnya “perang saudara” di antara barisan pendukung pembaruan damai dengan kelompok pemurnian radikal ala Wahabi berubah menjadi Perang Padri (1821-37) ketika Belanda campur tangan atas permintaan kaum adat. Di Jawa, pada waktu hampir bersamaan terjadi Perang Jawa yang dikenal sebagai Perang Diponegoro (1925-30). </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Selain karena kebijakan yang merugikan pribumi, perang ini terkait transformasi dan intensifikasi keislaman Pangeran Diponegoro.
Seperti terungkap dalam penelitian Peter Carey, sejarawan Oxford University, Pangeran Diponegoro lewat lingkungan tarekat dan pesantren menempuh pengalaman keberagamaan sangat intens membuatnya tidak lagi bisa menerima kolonialisme Belanda kafir. Intensifikasi keislaman atau santrinisasi masyarakat Muslim Jawa selanjutnya terkait pertumbuhan jamaah haji dari kalangan kelas menengah Muslim yang mulai tumbuh.
Meski statistik kolonial abad ke-19 tidak bisa terlalu dipercaya, menurut Ricklefs, sebagai gambaran pada 1850 hanya 48 pribumi Jawa pergi naik haji. Tetapi, pada 1858 meningkat menjadi 2.283 orang dan pada tahun-tahun akhir abad ke-19 berfluktuasi antara 1.500 sampai 5.000 orang. Dalam waktu bersamaan, jumlah pesantren meningkat: sebagian didirikan para haji yang kembali dari Tanah Suci.
Memang pesantren sudah ada sejak masa awal penyebaran Islam di Jawa, tetapi baru pada abad ke-19 lembaga pendidikan ini menjadi salah satu “fenomena” utama Islam Jawa. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Pada 1863, pemerintah kolonial mencatat hampir 65 ribu fungsionaris “profesional” keagamaan Islam (pengurus masjid dan guru agama) dan 94 ribu murid “sekolah agama” (pesantren). Menjelang 1872, jumlahnya masing-masing menjadi 90 ribu dan 162 ribu dan pada 1893 ada 10.800 pesantren di Jawa dan Madura dengan santri lebih dari 272 ribu.
Proses santrinisasi juga didorong penguatan reorientasi syariah penganut tarekat, khususnya Naqsyabandiyah Khalidiyah, Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, yang diikuti tarekat lain. Perkembangan ini mengikuti kecenderungan sama yang terjadi pada tarekat-tarekat di Aceh, Palembang, dan Banjarmasin sepanjang abad ke-17 sampai abad ke-18. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Tarekat-tarekat ini selain menekankan kesetiaan kepada syariah dan menolak kecenderungan antinomian dalam tarekat juga amat anti-Belanda dan terjun berjihad melawan kolonial-dan selanjutnya, seperti ditegaskan Ricklefs-bersikap anti-Kristen.
Polarisasi dalam masyarakat Jawa dengan demikian terjadi tidak hanya di antara kelompok Muslim yang kian menjadi santri dengan golongan masyarakat Muslim yang tetap mempertahankan “sintesa mistik”, tetapi juga dengan kalangan warga Jawa yang beralih masuk Kristen. Seperti diungkapkan Ricklefs, untuk pertama kali, seusai Perang Jawa, misi Kristen mencapai sukses. Beberapa tokoh Jawa masuk Kristen, seperti Ky Ibrahim Tunggu Wulung dan Ky Sadrach.
Hasilnya, menjelang akhir abad ke-19 terdapat sekitar 20 ribuan Kristen Jawa plus sejumlah “Kristen Londo” di Jawa Tengah dan Jawa Timur. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Dengan polarisasi terakhir ini, meminjam kerangka sejarawan terkemuka lainnya, Anthony Reid, terciptalah batas keagamaan lebih jelas dan tegas, baik di antara pemeluk Islam maupun penganut Kristen maupun di antara Muslim santri dengan Muslim pemegang sintesa mistik-atau “abangan”.
Di tengah polarisasi itu, Islam secara keseluruhan terus menemukan momentum-menciptakan proses Islamisasi lebih intens karena berhadapan dengan kekuasaan kolonial yang mendorong Kristenisasi. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Perlawanan dengan motif Islam juga meningkat. Contoh terbaik adalah KH Ahmad Rifa'i (1786-1876) yang setelah kembali ke Kali Salak, Batang, Jawa Tengah, dari belajar di Makkah, Madinah, dan Kairo menolak tunduk kepada otoritas kolonial Belada.
Ia tidak mengakui keabsahan pernikahan yang dilakukan penghulu fungsionaris masjid yang diangkat Belanda. Ia menolak percampuran antara ajaran Islam dan tradisi Jawa dan mendorong penerapan Islam puritan dalam masyarakat Muslim Jawa.</span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-81824840464714031102012-11-01T08:37:00.003-07:002012-11-01T08:39:16.812-07:00Islamisasi Jawa (I) <span style="color: blue;">REPUBLIKA.CO.ID,</span><br />
<span style="color: blue;">Oleh Azyumardi Azra </span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOXgNImc_y4a0MHGS_ne08VthPglCipW6d6r8i3jfdk8_zijGjuK9oqJMCS9iI1qssB-Is3YrfZ2phvD09GCNPl4wNRG_8wD_CcrtU1sQNVrBFKuoY0yw0bhFV2lD3hkMmzxg/s1600/islam+jawa.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOXgNImc_y4a0MHGS_ne08VthPglCipW6d6r8i3jfdk8_zijGjuK9oqJMCS9iI1qssB-Is3YrfZ2phvD09GCNPl4wNRG_8wD_CcrtU1sQNVrBFKuoY0yw0bhFV2lD3hkMmzxg/s320/islam+jawa.jpg" width="320" /></a></div>
Islamisasi Jawa? Mengapa Islamisasi masyarakat Jawa merupakan subjek sangat penting? Pentingnya antara lain adalah karena suku Jawa merupakan salah satu kelompok etnis terbesar di dunia Muslim. Dengan jumlah sekitar 100 juta dari hampir 250 juta penduduk Indonesia, etnis Jawa sekaligus merupakan suku terbesar di Indonesia. Karena kenyataan demografi ini, etnis Jawa memainkan peran penting dalam berbagai dinamika Indonesia sejak dari sosial, budaya, agama, ekonomi, politik, dan seterusnya dalam periodisasi sejarah nusantara.
Meski demikian, pandangan <i>stereotipe</i> yang dipercayai banyak kalangan, baik di dalam maupun luar negeri, adalah sebagian besar Muslim Jawa hanyalah abangan atau Muslim nominal atau `Islam KTP'. Istilah `abangan' yang sudah lama beredar dalam masyarakat Jawa sendiri kemudian dipopulerkan ke lingkungan akademik internasional oleh antropolog Amerika, Clifford Geertz, dalam karya klasiknya "<i>Religion of Java</i>" (1960).
Dengan judul seperti ini, Geertz menekankan apa yang dia sebut sebagai `agama Jawa'
dan pada saat yang sama secara implisit menolak frasa semacam <i>Javanese Islam</i> atau<i> Islam in Java</i>.<span class="fullpost"> </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Masihkah absah anggapan bahwa sebagian besar Muslim Jawa abangan?
Sejarawan terkemuka Merle Calvin Rick-lefs membantah anggapan itu secara meyakinkan dalam karya mutakhirnya "<i>Islamisation and Its Opponents in Java: A Political, Social, and Religious History</i>, c. 1930 to the Present" (Singapore: NUS Press, 2012, xxi 575 halaman). Karya ini merupakan sekuel ketiga atau terakhir dari dua karya sebelumnya, "<i>Mystic Synthesis in Java: A History of Islamisation from the Fourteenth to the Early Nineteenth Centuries</i>" (2006) dan "<i>Polarising Javanese Society: Islamic and Other Visions</i> c. 1830-1930" (2007). Tidak ragu lagi, ketiga karya ini secara komprehensif membahas Islamisasi Jawa sejak abad ke-14 sam pai sekarang.
Islamisasi masyarakat Jawa merupakan proses yang terus berlanjut sejak kemunculan Islam dalam masyarakat Jawa pada abad ke- 14. Mengamati proses dan dinamika Islamisasi masyarakat Jawa selama berabad-abad hingga sekarang, Ricklefs menyimpulkan, masyarakat Muslim Jawa melewati masa sulit sejak awal penyebaran Islam, penjajahan kolonialisme Belanda dan Jepang, periode kemerdekaan, pemerintahan Presiden Soekarno yang kacau, totalitarianisme Presiden Soeharto, dan demokrasi kontemporer. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Menempuh berbagai perubahan, masyarakat Muslim Jawa kini menjadi contoh luar biasa dalam hal peningkatan religiositas keislaman. Kesimpulan Ricklefs ini senada dengan temuan para ahli sebelumnya, misal Harry J Ben da dalam karyanya tentang Islam Indonesia di masa Jepang, "<i>The Crescent and the Rising Sun: Indonesian Islam under the Japanese Occupation</i> 1942-1945" (1958).
Benda menyimpulkan, sejarah Islam Indonesia khususnya masyarakat Jawa, tidak lain adalah history of the expansion of santri culture. Jelas karya Benda telah outdated-keting- galan zaman. Bisa dipastikan, ketika Benda me nrbitkan karyanya, kaum abangan dalam ma syarakat Muslim Jawa masih amat dominan. Karena itu, "<i>Islamisation and Its Opponents in Java</i>" dan kedua karya Ricklefs sebelumnya jelas melampaui karya Benda dalam cakupan periodisasi dan proses sangat kompleks, yang menghasilkan `Islamisasi lebih dalam' (<i>deeper Islamisation</i>) masyarakat Jawa. Proses ini biasa saya sebut sebagai `<i>santrinisasi</i>' sangat intens. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Tetapi, proses Islamisasi di Jawa, atau te pat nya `santrinisasi', yaitu kian menguatnya komitmen dan praktik keislaman masyarakat Muslim Jawa, tidak bergerak lurus (linear).
Awalnya, seperti diungkapkan Ricklefs dalam buku pertamanya, manuskrip lokal mengisyaratkan dua hal kontradiktif. Pada satu pihak ada yang mengisyaratkan, Islam yang mulai menyebar sejak abad ke-14 menemukan `sintesis mistik' dalam lingkungan budaya Jawa. Tetapi, sebagian naskah lain menyiratkan tidak terjadinya `<i>sintesis mistik</i>' tersebut.
Terlepas perbedaan perspektif naskah- naskah itu, jelas Islamisasi pada masa awal menampilkan adanya sinkretisme antara Islam, agama lokal, dan budaya Jawa. Bahkan, ada semacam ketidakcocokan antara keraton dan lingkungan masyarakat yang kian banyak memeluk Islam. Barulah ketika Sultan Agung (berkuasa 1613-1646) menjadi penguasa Mataram terjadi rekonsiliasi antara keraton dan tradisi Islam.
Walau tetap setia pada Ratu Kidul, Sultan Agung membuat istananya lebih `Islami'. Ia rajin berziarah ke makam para wali, memperkenalkan literatur pokok tentang Islam semacam Kitab "<i>al-Uslubiyah</i>", dan mengirim utusan kepada penguasa Hijaz untuk mengakuinya sebagai `sultan' yang merupakan <i>khalifatullah zhillullah fil ardhi</i>.
Hasilnya pada tahap Islamisasi ini adalah apa yang disebut Ricklefs sebagai `sintesis mistik' pada tiga hal pokok. Pertama, mewujudkan identitas keislaman yang kuat, menjadi orang Jawa sekaligus menjadi Muslim. Kedua, melaksanakan lima rukun Islam, dan ketiga, menerima realitas tradisi keagamaan dan budaya lokal yang menyangkut Ratu Kidul, Sunan Lawu, dan makhluk supranatural lainnya.</span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-71122424907366385872012-10-18T17:54:00.004-07:002012-10-18T17:55:24.378-07:00Ambang Perang Suriah-Turki<b>REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Azyumardi Azra</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj75nH8Yg6tNQHK3IJHxnOA1lD3lRAs1WDB12TgCZd_8lrRXFUKMxZaTa2LNh8oB1nIViCToVVqoMrTO5HvlYo-g8AmuGuGrKtvZBpUC8I4v9y5H4lDIVUBhhAz5dpksTxqeIE/s1600/azyumardi-azra-iproud.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj75nH8Yg6tNQHK3IJHxnOA1lD3lRAs1WDB12TgCZd_8lrRXFUKMxZaTa2LNh8oB1nIViCToVVqoMrTO5HvlYo-g8AmuGuGrKtvZBpUC8I4v9y5H4lDIVUBhhAz5dpksTxqeIE/s200/azyumardi-azra-iproud.jpg" width="150" /></a></div>
Eskalasi perang saudara di Syria kian mencemaskan dalam beberapa pekan ini ketika aksi militer rezim Bashar Assad mulai melibatkan Turki. Pekan lalu, beberapa mortir Syria menghantam Akcakale, sebuah kampung Turki di wilayah perbatasan sebelah utara Syria, yang menewaskan lima warga sipil Turki. Di tengah seruan internasional agar menahan diri, militer Turki melakukan serangan balasan di daerah perbatasan. Pada saat yang sama, parlemen Turki menyetujui serangan lebih masif terhadap Syria jika perlu.<br />
<br />
Perkembangan memprihatinkan ini dapat berujung pada perang terbuka antara Syria dan Turki yang merupakan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). <span class="fullpost">
Limpahan (<i>spill over</i>) operasi militer rezim Bashar Assad terhadap kekuatan perlawanan Syria juga dapat menjangkau ke selatan—perbatasan dengan Lebanon dan Yordania. Jika ini terjadi, kawasan barat Timur Tengah kembali menjadi kumpulan bara panas yang kian sulit dipadamkan.<br /><br />Dengan demikian, sejak gejolak perlawanan terhadap Presiden Bashar Assad meningkat pada Maret 2011, penyelesaian krisis Syria terlihat makin jauh. Bahkan, Utusan Khusus PBB untuk (penyelesaian krisis) Syria, Lakhdar Brahimi, yang diangkat menggantikan Kofi Annan, juga kelihatan tidak berdaya apa-apa. Korban terus berjatuhan. Berbagai lembaga internasional memperkirakan sekitar 31 ribu orang—terutama warga sipil—tewas sejak pergolakan terjadi. Meski terlihat kekuatan perlawanan meningkat, mereka tampaknya sulit melawan kekuatan militer rezim Bashar Assad sehingga majalah <i>Newsweek</i> (17/9/2012) menyebutnya sebagai “<i>David and Goliath in Syria</i>”.<br /><br />Meningkatnya krisis di Syria dan negara-negara di sekitarnya, yang umumnya adalah negara-negara Islam atau berpenduduk mayoritas Muslim, mencerminkan sejumlah hal tidak menguntungkan.<br /><br />Pertama, kealotan rezim Bashar Assad, yang tidak sungkan mengorbankan para warga pembangkang demi mempertahankan kekuasaannya, yang cepat atau lambat pasti berakhir. Berbagai proposal dan skema penyelesaian damai yang disodorkan PBB, Liga Arab, dan kalangan internasional lain tidak mampu melunakkan hatinya.<br /><br />Kedua, eskalasi perang di Syria, sekaligus pula memperlihatkan kegagalan mediasi internasional. Lembaga-lembaga internasional multilateral, seperti PBB, juga gagal menghentikan perang di Syria. Negara-negara di PBB pun terpecah belah. Amerika Serikat dan negara-negara Eropa ingin memberlakukan tindakan internasional lebih keras dan tegas terhadap rezim Bashar Assad. Namun, ada pula blok Rusia dan Cina yang selalu menolak campur tangan internasional di Syria.<br /><br />Ketiga, di tengah pembelahan kedua kubu itu, negara-negara Barat, AS dan sekutu-sekutunya, memilih untuk tidak mengerahkan kekuatan militer mereka ke Syria. Mengapa sikap mereka berbeda dengan ketika menghadapi krisis Lybia pada 2011? Ini terkait dengan krisis keuangan dan ekonomi yang terus berlanjut di banyak negara Eropa dan musim pemilu presiden di AS.<br /><br />Presiden Barack Obama yang berkonsentrasi untuk bisa terpilih kembali, cenderung bersikap lunak (lenient) dalam banyak kebijakan luar negerinya sehingga menjadi sasaran kritik banyak pihak di AS sendiri, termasuk dari capres Partai Republik, Mitt Romney. Inilah sikap tipikal Partai Republik yang cenderung hawkish, galak seperti elang; berbeda dengan Partai Demokrat yang cenderung dovish, burung merpati yang lembut.<br /><br />Keempat, krisis Syria juga mencerminkan konflik politik di antara negara-negara Arab khususnya. Arab Saudi dan Qatar, yang dilaporkan sebagai pemasok dana terbesar dalam kekuatan perlawanan terhadap Presiden Bashar Assad. Kedua negara ini menolak keterlibatan Iran dalam usaha penyelesaian konflik Syria, bukan hanya karena faktor Presiden Ahmadinejad yang tidak mereka sukai, melainkan adanya kekuatan Hizbullah (Syi'ah) di Lebanon, tangan kanan Bashar Assad, yang Syi'ah Allawiyah dan sekaligus Ba'athis-Sosialis. Di sini terlihat sektarianisme keagamaan turut menjadi motif tersembunyi dalam sikap Pemerintah Arab Saudi dan Qatar serta Pemerintah Syria.<br /><br />Dalam kondisi tersebut, pemerintahan Presiden Mursi, Mesir, tidak berdaya menengahi konflik di antara Arab Saudi dan Qatar pada satu pihak dengan Iran di pihak lain. Hal ini terutama karena daya tekan (leverage) Mesir terhadap negara-negara Arab lain, apalagi terhadap Iran, berkurang secara signifikan karena kondisi politik yang masih belum stabil pada masa pasca-Mubarak.<br /><br />Dalam situasi yang serba tidak menguntungkan itu, bisa dipastikan pihak yang paling diuntungkan adalah Israel. Krisis di Syria dan konflik di antara negara-negara Arab membuat rezim PM Netanyahu bisa lebih leluasa dalam menghadapi Palestina sehingga membuat perdamaian di tanah Palestina semakin jauh dari jangkauan. Pada saat yang sama, Israel meningkatkan tekanan kepada Iran yang diklaimnya terus melanjutkan pengayaan uranium untuk menghasilkan senjata nuklir. Jadi, hari-hari esok masih sangat sulit di Timur Tengah.<br /><br />
</span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-29309688956754300182012-10-18T17:44:00.003-07:002012-10-18T17:45:48.868-07:00Imperium Amerika di Ujung Tanduk?<b>REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Ahmad Syafii Maarif</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgfS1ptY8tPmgiWzY9NG7Ck4yZNnWUvfeKLEENABL06yirZ9UKV__MRIV-K6_faEJjBj670oUGIUUqG6ZNtZCLJetiW7qBfrncHT3YULIrVCgKGkDRK36sN2cZgm4Ejlh92cQ/s1600/ahmad-syafii-maarif-_120506223509-666.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" height="188" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgfS1ptY8tPmgiWzY9NG7Ck4yZNnWUvfeKLEENABL06yirZ9UKV__MRIV-K6_faEJjBj670oUGIUUqG6ZNtZCLJetiW7qBfrncHT3YULIrVCgKGkDRK36sN2cZgm4Ejlh92cQ/s320/ahmad-syafii-maarif-_120506223509-666.jpg" title="Ahmad Syafii Maarif" width="320" /></a></div>
Imperium dari bahasa Latin menjadi empire dalam bahasa Inggris, yang berarti sekelompok negara atau negeri dengan wilayah kekuasaan yang luas di bawah otoritas tunggal. Dapat pula diartikan sebagai organisasi komersial raksasa yang dimiliki atau dipimpin oleh seseorang.<br />
<br />
Amerika Serikat sejak akhir abad ke-19, dengan merebut Filipina dari tangan Spanyol pada 1898, sedang bergerak dalam proses awal mengukuhkan dirinya sebagai sebuah imperium yang puncaknya terjadi pada era pascaPerang Dingin. Tetapi, untuk berapa lama lagi? Pertanyaan inilah yang telah dijawab oleh beberapa penulis terkenal, seperti Francis Fukuyama, Emmanuel Todd (Prancis), Fareed Zakaria (warga Amerika kelahiran India), dan Johan Galtung (Norwegia). Untuk mendukung nafsu imperiumnya, Amerika telah menguras uang pajak rakyatnya sendiri dalam angka triliunan dan mengorbankan rakyat bangsa lain serta rakyatnya sendiri di medan pertempuran. Semuanya ini dilakukan dengan berbagai helat dan pembenaran, apakah untuk mengekspor demokrasi atau hak-hak asasi manusia.<span class="fullpost">
Dalam perspektif ini, Amerika memang adalah sebuah negara imperialis yang datang terlambat dibandingkan dengan negara-negara Eropa pada abad-abad yang silam.<br /><br />Todd menulis karya After the Empire: <i>The Breakdown of the American Order</i>/terj dari bahasa Prancis oleh C Jon Delogu(London: Constable, 2004). Judulnya sendiri sudah menunjukkan, imperium Amerika sedang berada di ujung tanduk. Fareed Zakaria di bawah judul yang lebih lunak The Post American World (London: Penguin Books, 2008), juga sudah melihat bahwa imperium Amerika akan segera berakhir. Di antara penulis itu, adalah Galtung yang telah mematok tahunnya, yaitu pada 2120, menjadi tahun kejatuhan imperium Amerika dengan buku terbarunya, <i>The Fall of the US Empire-and then What? Successors, Regionalization or Globalization? US Fascism or US Blossoming?</i><br />(Oslo: Transcend University Press, 2009).<br /><br />Francis Fukuyama, yang karyanya akan disinggung sebentar lagi, membaca posisi Amerika sedang berada di persimpangan jalan, sebuah koreksi terhadap karya sebelumnya yang sarat dengan optimisme tentang sistem kapitalisme dan demokrasi liberal. Mohon Tuan dan Puan jangan salah raba.<br />Yang akan tumbang bukan Republik Amerika, melainkan Amerika Serikat sebagai imperium dengan politik luar negerinya yang imperialistik yang ternyata telah menebarkan kekacauan dan permusuhan di seluruh jagat raya, khususnya sejak pascaPerang Dunia (PD) ke-2.Juga, Tuan dan Puan jangan salah sangka. Semua penulis di atas adalah pencinta Amerika sebagai republik, sebagai bangsa, tetapi pembenci imperium Amerika, terutama terbaca dengan sangat jelas dalam karya Todd dan Galtung. Amerika sebagai bangsa dan negara, menurut para penulis itu, akan tetap utuh, bahkan mungkin semakin jaya karena petualangan politik luar negerinya yang menguras pajak rakyat Amerika itu akan terpaksa dihentikan.<br /><br />Kita lihat optimisme Fukuyama. Setelah memenangi Perang Dingin dengan keruntuhan Uni Soviet pada 1989/1990, Amerika muncul sebagai satu-satunya adikuasa tanpa lawan yang berarti. Sistem komunisme Uni Soviet berantakan karena pembusukan dari dalam, sedangkan lawannya kubu kapitalisme seolah-olah telah jadi pemenang. Francis Fukuyama, filsuf sosial warga Amerika berdarah Jepang, mengukuhkan kemenangan ini dengan menulis buku <i>The End of History and the Last Man </i>(New York: Avon Books, 1992) yang ramai dibicarakan secara global. Seakan-akan kapitalisme dan demokrasi liberal merupakan puncak peradaban, tidak ada lagi yang unggul dari itu. Itulah capaian tertinggi dari sejarah. Kemudian, mengapa Fukuyama berubah pandangan?Dalam bacaan saya, jawabannya terkait dengan politik luar negeri Amerika yang jingoistik (cinta tanah air yang berlebihan) dan ekspansif. Akibatnya, pada era Presiden Bush terutama, selalu merasa terancam oleh kekuatan luar yang membahayakan negaranya, sesuatu yang sama sekali palsu. George Bush adalah seorang paranoid (hidup dalam ketakutan).<br /><br />Suasana batin yang labil ini dimanfaatkan secara maksimal oleh gerakan Zionisme, demi eksistensi Israel yang sebenarnya tidak lain ialah sebuah negara teror. Berbeda dengan Todd dan Galtung yang anti-Zionisme, Fukuyama sendiri tampaknya tidak punya nyali yang cukup untuk berbicara terus terang tentang ideologis fasis ini.<br /><br />Todd sekalipun menghindari menyebut Zionisme, tetapi melihat dengan jelas peran strategisnya dalam mencoraki politik Amerika, dalam dan luar negeri. Todd juga punya perasaan simpati atas nasib rakyat Palestina dalam cengkeraman kolonisasi Yahudi. Kita baca, “Ketidakadilan terhadap rakyat Palestina dari hari ke hari oleh kolonisasi Yahudi atas sisa-sisa tanah mereka dengan sendirinya adalah sebuah penyangkalan terhadap prinsip persamaan, yang menjadi fondasi demokrasi. Bangsa-bangsa demokrasi lain, terutama di Eropa, tidak punya simpati tanpa syarat terhadap Israel seperti yang dirasakan Amerika.” (Todd, hlm 114).<br /><br />Adalah sebuah keheranan besar, penduduk Yahudi Amerika hanyalah sekitar 2.2 persen (Todd, hlm 115) dari total rakyat Amerika, mengapa perannya demikian menentukan? Dengan runtuhnya imperium Amerika, jawaban terhadap pertanyaan ini akan lebih mudah diperkirakan. Artinya, peta politik global akan berubah secara drastis, dan nasib Israel akan jadi taruhan, karena pelindung utamanya telah menarik diri sebagai sebuah imperium.<br /><br />Dan, tidak tertutup kemungkinan Palestina akan muncul sebagai sebuah negara merdeka dan berdaulat. Jika ini terjadi, terorisme akan surut secara dramatis dan tiba-tiba, karena raison d'trê (pembenaran eksistensi) utamanya sudah tidak ada lagi. Perasaan aman secara global akan mengikutinya sebab biang kerok kekacauan ini tidak lain dari politik luar negeri Amerika yang paranoid di bawah pengaruh kuat Zionisme, yang memang “bukan bagian dari kemanusiaan”, tulis Gilad Atzmon (lihat Resonansi, 13 Januari 2009 dan 10 Juni 2010). Bagi Galtung, untuk mengakhiri terorisme, akhiri lebih dulu terorisme negara, maksudnya Amerika dan Israel. (Telusuri artikel Galtung dan Dietrich Fischer via Google, 20 September 2002, di bawah judul “To End Terrorism, End State Terrorism”).<br /><br />Fukuyama yang semula adalah bagian kekuatan neo-konservatif berubah 180 derajat setelah Presiden George Bush menyerang Iraq dan menggantung Saddam Hussein. Maka beberapa tahun kemudian, muncullah buku keduanya di bawah judul "<i>America at the Crossroads: Democracy, Power, and the Neoconservative Legacy"</i> (New Haven-London: Yale University Press, 2006) sebagai ralat terhadap optimismenya yang berlebihan tentang hari depan kapitalisme dan demokrasi liberal.<br />Jika buku ini ditulis setelah krisis keuangan Amerika tahun 2008, tentu analisis Fukuyama akan lebih tajam lagi. Ternyata kapitalisme dengan doktrin pasar bebasnya punya penyakit kronisnya tersendiri, sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya oleh seorang Milton Friedman (31 Juli 1912-16 Nop. 2006), ekonom pro-pasar, pemenang Hadiah Nobel Ilmu Ekonomi tahun 1976, yang pernah dipuja dunia itu, termasuk oleh pengikutnya di Indonesia.<br /><br />Karya Fukuyama ini masih perlu kita bicarakan lagi, terutama yang menyangkut isu jihad yang kemudian semakin menyebabkan Presiden George Bush jadi gelap mata untuk menyerang negara-negara yang dikatakan sebagai pusat terorisme dan senjata kimia pemusnah massal, semula Afghanistan kemudian Iraq. Akibat serangan imperialistik itu, dua bangsa Muslim ini berantakan dengan korban jiwa ratusan ribu. Tetapi, akibatnya bagi Amerika tidak kurang fatalnya: mempercepat proses kerontokan imperiumnya yang baru saja mencapai titik puncaknya pada 1991 (Zakaria, hlm 4).Jika ramalan Galtung menjadi kenyataan nanti, daya tahan imperium Amerika hanyalah akan berumur setahun jagung, tidak bisa menandingi imperium Romawi kuno yang berlangsung selama lima abad. Apalagi, jika disandingkan dengan imperium Turki Usmani atau imperium Sriwijaya yang bertahan selama tujuh abad.Menurut Fukuyama, apa yang dikategori kan sebagai jihadisme modern dalam bentuk terorisme tidak ditemukan dalam tradisi asli Islam pada masa awal. Gagasan ini justru ber asal dari Barat untuk menciptakan sebuah doktrin baru yang bersifat universal sebagai sumber identitas dalam konteks dunia multikultural, membuana, modern. Ini merupakan upaya demi mengideologikan agama untuk tujuan politik. Dengan demikian, jihadisme lebih merupakan produk modernisasi, seperti halnya komunisme atau fasisme. Sekali lagi, banyak gagasan yang Islamis bukan datang dari Islam, melainkan justru berasal dari Barat yang dikalungi jubah serba Islam (lih, hlm 72-73). <br /><br />Joseph E Stiglitz (9 Februari 1943), ekonom Amerika yang juga pemenang Nobel 2001, mengatakan, krisis finansial Amerika itu disebabkan oleh kemunafikan dan ketidak jujuran dalam pengelolaan keuangan. Stiglitz juga mengkritik keras peran IMF (International Monetary Fund) dan Bank Dunia dalam memperburuk situasi ekonomi global. Korbannya cukup banyak, khususnya negara-negara berkembang, salah satu nya adalah Indonesia yang diberi resep salah oleh badan-badan keuangan dunia yang tidak lain merupakan perpanjangan tangan kapitalisme. <br /><br />Apa yang kita kenal dengan BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) terhadap bank-bank bermasalah yang sedang kelimpungan akibat krisis 1998 yang kemudian harus ditalangi dengan menguras uang rakyat Indonesia sekitar Rp 650 triliun itu adalah bagian dari resep badan keuangan dunia itu. Masalah dahsyat yang memiskinkan rakyat ini belum menemukan titik terang penyelesaian sampai hari ini. Kembali kepada Fukuyama. Serangan terhadap Irak tersebut, menurut Fukuyama dan beberapa pengamat lainnya, merupakan sebuah kesalahan karena didalangi oleh orang-orang pro-Zionis, misalnya, Paul Wolfowitz, Douglas Feith, dan Richard Perle untuk mengamankan pososi Israel di lingkungan dunia Arab yang memusuhinya. Sebagaimana kita ketahui, Wolfowitz pernah bertugas di Jakarta sebagai dubes Amerika dan banyak memiliki teman di sini. <br /><br />Argumen yang terpisah atas serangan terha dap Irak dialamatkan kepada Leo Strauss, tokoh neokonservatif yang dijuluki sebagai “a champion of the ‘noble lie’/pelopor dusta yang terhormat”. Baginya, menjadi sebuah kewajiban untuk berdusta terhadap massa karena hanya segelintir elite sajalah yang secara intelektual pantas untuk mengetahui kebenaran. (Fukuyama, America, hlm 12-13). Selintas, mengingat kan kita kepada Adolf Hitler dalam karyanya Mein Kamps (Perjuanganku) yang mengatakan, dusta yang diulang-ulang akan diterima sebagai kebenaran. <br /><br />Fareed Zakaria yang menghindari terminologi rontoknya imperium Amerika dengan judul bukunya The Post American World (Dunia Pasca- Amerika). Substansinya tidak banyak berbeda. Hanya, Zakaria menambahkan, semuanya itu terjadi karena “the Rise of the Rest” (bangkitnya negara-negara lain, terutama di dunia dagang), seperti Brasil, Meksiko, Korea Selatan, Taiwan, India, Cina, Argentina, Cile, Malaysia, dan Afrika Selatan. Sebagai migran India, Zakaria adalah orang yang menikmati sistem demokrasi Amerika, sesuatu yang sulit ditemukannya di dunia Arab. Dengan menyebarnya kekuatan ekonomi pada berbagai negara, Amerika sudah tidak punya kapasitas lagi untuk mendikte dunia se mau gue, sesuatu yang sangat terasa pada era selama beberapa tahun pas ca-Perang Di ngin. <br />Sebelum muncul seba gai se buah imperium, Ame rika dulunya, dikutip dari Todd, adalah protektor/pelindung kemudian malah berubah menjadi predator/pe mangsa. “Sekarang, hanya ada satu ancaman terhadap stabilitas dunia yang tak lain adalah Ame rika sendiri ….” (Todd, hlm 191). Pengamat politik global telah memperkirakan, setidaknya, mereka bertahan sampai bangunan imperiumnya roboh dalam tempo yang tak lama lagi. <br /><br />Keresahan Johan Galtung dan Emmanuel Todd terhadap kelakuan imperium Amerika yang ditunggangi oleh Zionis global itu sebenarnya merupakan keresahan seluruh dunia beradab. Dengan porsi yang hanya 2,2 persen orang Ya hudi di Amerika (tidak semuanya pendukung Zionisme), dalam catatan Galtung, enam perusahaan Yahudi menguasai 96 persen media dan 70 persen profesor pada 20 universitas terpenting Amerika merupakan Yahudi. (Lih, Haarets, 30 April 2012 dan artikel Karin Abraham dalam The Times of Israel, 25 April 2012, berjudul “Jews control media, ‘peace’ professor Galtung claims”). <br /><br />Akhirnya, saya sungguh berharap, perkiraan Galtung, Todd, dan yang lainnya akan menjadi kenyataan dalam tempo yang tak terlalu lama lagi demi membebaskan bumi dari petualangan politik ekspansif, keonaran, dan ketidaknyaman an oleh ulah imperium yang dikendalikan oleh kelompok minoritas Zionis yang menyatu dengan Israel. Sebagian bangsa Muslim sering menari sesuai dengan irama bunyi genderang yang di tabuh pihak lain. </span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-294826036574311582012-10-08T17:06:00.001-07:002012-10-08T17:06:10.694-07:00Manajemen syahwat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFwRtOEdrWDgVghbtoDZyoaFmuvhNBxlnKab23ylN2eW9czj2Gxuc26MKfspQiYskvdTXwrQafAyH2uYNYsnv16BOG1vIsf3gARQzprgJrCmvfBIE7DiaWSYQOVSRa9GV9spA/s1600/nikah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFwRtOEdrWDgVghbtoDZyoaFmuvhNBxlnKab23ylN2eW9czj2Gxuc26MKfspQiYskvdTXwrQafAyH2uYNYsnv16BOG1vIsf3gARQzprgJrCmvfBIE7DiaWSYQOVSRa9GV9spA/s1600/nikah.jpg" /></a></div>
Bagi orang awam syahwat selalu dikonotasikan dengan seks sehingga orang suka malu jika disebut sebagai orang yang besar syahwatnya. Sesungguhnya syahwat merupakan salah satu subsistem dalam sistem kejiwaan (sistem nafsani) manusia, bersama dengan akal, hati, dan hati nurani. Syahwat itu bersifat fitrah, manusiawi, normal, tidak tercela, bahkan dibutuhkan keberadaannya, sebab jika seseorang sudah tidak memiliki syahwat pasti ia tidak lagi memiliki semangat hidup. Yang diperlakukan adalah kemampuan meminij syahwat sehingga ia terkendali dan menjadi penggerak tingkahlaku secara proporsional. Memang syahwat yang tidak terkendali dapat berubah menjadi hawa (menurut bahasa Indonesia hawa nafsu) yang bersifat destruktip.<br />
<br />
<span class="fullpost">
<b>Pengertian Syahwat</b><br />
Kalimat syahwat berasal dari bahasa Arab <i>syahiya-syaha yasyha - syahwatan</i>, secara lughawi (bahasa) syahwat berarti menyukai dan menyenangi. Sedangkan definisi syahwat adalah kecenderungan jiwa terhadap apa yang dikehendakinya;, dalam bahasa Arab : <i>nuzu' an nafs ila ma turiduhu</i>. Dalam al Qur'an, kata syahwat terkadang dimaksudkan untuk obyek yang diinginkan, tapi di ayat yang lain digunakan untuk menyebut potensi keinginan manusia. Syahwat digunakan al Qur'an untuk menyebut hal-hal yang berhubungan dengan syahwat seksual, (Q/7:81, Q/27:55), berhubungan dengan mengikuti pendapat orang secara membabibuta (Q/4:27) dan berhubungan dengan keinginan manusia terhadap kelezatan serta kesenangan (Q/3:14, Q/19:59). Salah satu ayat yang menyebut adanya syahwat pada manusia adalah sbb (terjemahannya).<br />
<i>Dijadikan indah pada (pandangan) manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu; wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga)</i>. (Q/3:14) <br />
Ayat tersebut di atas menyebut syahwat sebagai potensi keinginan manusia. Dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan kesenangan kepada wanita/lawan jenis (seksual), anak-anak (kebanggaan), harta kekayaan (kebanggaan, kesombongan dan kemanfaatan), kendaraan yang bagus (kebanggaan, kenyamanan dan kemanfaatan), binatang ternak (kesenangan dan kemanfaatan), dan sawah ladang (kesenangan, kemanfaatan). Dengan demikian maka kecenderungan manusia kepada kesenangan seksual, harta benda dan kenyamanan, menurut al Qur'an adalah manusiawi.<br />
Jika manusia memperoleh hal-hal tersebut di atas merasa senang, maka sebaliknya kegagalan dalam memperolehnya bagi orang yang sangat menginginkan adalah suatu penderitaan, apalagi jika apa yang sudah dimiliki dan sedang dinikmati tiba-tiba hilang dari tangannya. Bagi orang yang kapasitas jiwanya kecil, tidak terpenuhinya dorongan syahwat dapat menggerakkan perilaku menyimpang.<br />
<br />
<b>Watak Syahwat</b><br />
Karena syahwat merupakan fitrah manusia dan manusia merasa indah jika syahwatnya terpenuhi maka syahwat menjadi penggerak tingkah laku. Jika seseorang sedang lapar atau haus maka tingkahlakunya selalu mengarah kepada tempat dimana dapat diperoleh makanan dan minuman. Jika yang sedang dominan syahwat seksual maka perilakunya juga selalu mengarah kepada hal-hal yang memberi kepuasan seksual. Begitulah seterusnya, perilaku manusia sangat dpengaruhi oleh syahwat apa yang sedang dominant dalam dirinya; syahwat seksual, syahwat politik, syahwat pemilikan, syahwat kenyamanan, syahwat harga diri , syahwat kelezatan dan lain-lainnya.. Syahwat itu wataknya seperti anak-anak, jika dilepas maka ia akan melakukan apa saja tanpa kendali, karena anak-anak hanya mengikuti dorongan kepuasan, belum mengerti tanggung jawab.Jika dididik, maka jangankan anak-anak. Binatangpun tingkahlakunya bisa dikendalikan. Syahwat yang dimanjakan akan mendorong orang pada pola hidup glamour dan hedonis.<br />
<br />
<b>Mengendalikan syahwat</b><br />
Dalam agama Budha dikenal adanya ajaran bagaimana mengendalikan syahwat dengan konsep samsara. Rumusannya adalah sebagai berikut: <br />
(1) Hidup adalah <i>samsara</i> (B.Indonesia: sengsara,/penderitaan), <br />
(2) Samsara disebabkan karena adanya keinginan. <br />
(3) untuk menghilangkan samsara dilakukan dengan cara menghilangkan keinginan, <br />
(4) dan untuk menghilangkan keinginan harus mengikuti metode delapan jalan kebenaran, yaitu ; pengertian yang benar, pikiran yang benar, ucapan yang benar, berbuatan yang benar, mata pencaharian yang benar, usaha yang benar, perhatian yang benar dan semedi (perenungan) yang benar.)<br />
Sedangkan dalam Islam metode pengendalikan syahwat, dilakukan secara sistemik dalam ajaran yang terkemas dalam syari`ah dan akhlak.<br />
<br />
1. Pengendalian syahwat seksual dilakukan dengan anjuran menikah, menutup aurat tubuh, larangan pergaulan bebas antar jenis, dan “puasa” (puasa mata, telinga dan perut). Hidup melajang tidak direkomendasi meski hak azasi<br />
2. Pengendalian syahwat perut dilakukan dengan anjuran; jangan makan kecuali lapar dan berhenti makan sebelum kenyang, disamping puasa wajib dan puasa sunat<br />
3. Pengendalian syahwat kekayaan dilakukan dengan pola hidup sederhana dan kewajiban membayar zakat, dan anjuran infaq dan sadaqah. Sederhana tidak identik dengan miskin, sederhana adalah mengkonsumsi sesuai dengan standar kebutuhan universal. Jadi orang boleh punya sebanyak-banyaknya tetapi yang dikonsumsi (makanan, pakaian, kendaraan, rumah dsb) adalah sekedar yang dibutuhkan menurut standar kebutuhan uversal. Banyak orang kaya hidupnya sederhana dan tak jarang orang miskin hidup bermewah-mewah.<br />
4. Syahwat politk dikendalikan dengan penekanan bahwa pada hakikatnya seorang pemimpin adalah pelayan dari orang banyak yang dipimpin (<i>sayyid al qaum khodimuhum</i>). Politik adalah medan pengabdian, pemimpin adalah pejuang yang berpegang pada prinsip untuk memberi perlindungan dan kesejahteraan orang banyak yang dipimpin.<br />
5. Syahwat gengsi dikendlikan dengan kesadaran akan fungsi, bahwa mobil adalah alat transportasi, pakaian adalah pelindung badan dan penutup aurat, rumah adalah tempat tinggal dan istirahat, harta adalah alat untuk menggapai keutamaan.<br />
<br />
<b>Syahwat dan Hawa Nafsu</b><br />
Orang tertarik kepada lawan jenis dalah wajar dan tidak tercela. Jika ia men follow up i dengan pendekatan , melamar dan menikah maka itu menjadi keutamaan, menjadi ibadah dan berpahala. Tetapi jika men follow up i dengan merayu, menipu dan memperkosanya atau berzina, maka syahwat itu sudah berubah menjadi apa yang dalam al Qur’an disebut hawa, yang dalam bahasa Indonesia menjadi hawa nafsu.<br />
Demikian juga orang boleh ingin terkenal, ingin jadi bupati, anggauta DPR atau bahkan ingin jadi presiden, itu semua adalah syahwat politik yang wajar, manusiawi, dan tidak tercela. Demikian juga orang yang ingin menjadi milyader atau konglomerat, adalah wajar-wajar saja. Dorongan syahwat jika diikuti dengan tetap memperhatikan nilai-nilai moral, maka ia bernilai positip. Nah jika dorongan syahwat dituruti tanpa kendali moral, maka ia berubah menjadi dorongan hawa nafsu yang bersifat destruktip. Ingin kaya dengan cara korupsi atau menipu, ingin menjadi pejabat dengan cara menyuap, nah itu semua ujungnya pasti destruktip.<br />
Watak Hawa nafsu<br />
Syahwat yang terkendali oleh akal sehat dan hati yang bersih, apalagi jika juga didasarkan nurani yang tajam, maka syahwat berfungsi sebagai penggerak tingkah laku atau motif dan menyuburkan motivasi kearah keutamaan hidup. Dalam kondisi demikian syahwat seperti energi yang selalu menggerakkan mesin untuk tepap hidup dan hangat. Keseimbangan itu menjadikan orang mampu menekan dorongan syahwat pada saatnya harus ditekan (seperti rem mobil), dan memberinya hak sesuai dengan kadar yang dibutuhkan.<br />
Sedangkan hawa nafsu memiliki tabiat menuntut pemuasan seketika tanpa mempedulikan dampak bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Begitu kuatnya dorongan hawa nafsu, maka al Qur’an mengibaratkan kedudukan hawa nafsu bagi orang yang tidak mampu mengendalikannya seperti tuhan yang harus disembah (<i>ittakhodza ilahahu hawahu</i>). Pengabdi hawa nafsu akan menuruti apapun perilaku yang harus dikerjakan, betapapun itu menjijikkan. Jika orang memanjakan syahwat dapat terjerumus pada glamourism dan hedonis, maka orang yang selalu mengikuti dorongan hawa nafsunya pasti akan terjerumus pada kesesatan, kejahatan dan kenistaan. <i>Wallohu a`lamu bissawab</i>.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
</span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-20920706609018095612012-10-08T07:11:00.001-07:002012-10-08T07:11:21.358-07:00Internasionalisasi Kajian Islam Indonesia<b>REPUBLIKA.CO.ID,</b><br />
<b>Oleh Azyumardi Azra</b><br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy7h14jKuqc16MUkLM7RhtQEKWw0zzyY8azdHpiunk4XX4lpGsDAJnTAHWycd7Iv9FU1cgve3V8rN58NrgDN2iUEdJZtDidFPlDi25m0_iTiCiGr-_qHRq3sQ5LDau6fA39wk/s1600/azyumardi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="157" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy7h14jKuqc16MUkLM7RhtQEKWw0zzyY8azdHpiunk4XX4lpGsDAJnTAHWycd7Iv9FU1cgve3V8rN58NrgDN2iUEdJZtDidFPlDi25m0_iTiCiGr-_qHRq3sQ5LDau6fA39wk/s200/azyumardi.jpg" width="200" /></a>Bagaimana Kajian Islam (<i>Islamic Studies</i>) pada tingkat global dewasa ini? Berbagai kejadian sejak peristiwa 11 September 2001 di Amerika Serikat, kemudian pengeboman di London, Madrid, Bali, dan seterusnya meningkatkan mispersepsi dan distorsi di kalangan masyarakat Barat terhadap Islam dan masyarakat Muslim.<br />
<br />
Kedua entitas ini sering dipandang masyarakat Barat sebagai entitas yang mengandung potensi kekerasan yang bisa meledak sewaktu-waktu, bukan hanya di AS dan Eropa, tetapi juga bahkan di negara-negara Muslim sendiri.<br />
<br />
Perkembangan tidak menyenangkan ini mendorong banyak kalangan universitas dan pusat kajian Islam pada tingkat internasional untuk melihat kembali keadaan kajian Islam dalam rangka memberikan perspektif lebih akurat tentang Islam dan masyarakat Muslim.<br />
<span class="fullpost">
<br />
Dalam konteks itu, terlihat relevansi pokok simposium tentang <i>The State of Islamic Studies'</i> yang diselenggarakan <i>Consortium of Humanities Centers and Institutes </i>(CHCI) yang berpusat di Duke University, AS, bekerja sama dengan Oxford Centre for Islamic Studies (OCIS), Oxford, Inggris, pada 26-28 September 2012 lalu.<br />
<br />
Pembahasan tentang keadaan Kajian Islam terutama dilihat dari perspektif perkembangan ilmu-ilmu humaniora (<i>humanities</i>), seperti sejarah, teologi, kajian agama (<i>religious studies</i>), literatur dan sastra, dan antropologi. Ilmu-ilmu humaniora sendiri juga mengalami banyak perkembangan paradigma dan praktik, khususnya karena meningkatnya interaksi dan adopsi paradigma yang berkembang pula dalam ilmu-ilmu sosial, seperti ekonomi, sosiologi, dan ilmu politik.<br />
<br />
Hasilnya, berbagai perkembangan dalam ilmu-ilmu humaniora ini membuka peluang besar untuk lebih memaju - kan kajian Islam, baik pada tingkatan normatif --teologis dan praktik ritual-- maupun pada tingkatan tradisi dan pengalaman historis, wacana, dan realitas masyarakat-masyarakat Muslim.<br />
<br />
Adopsi berbagai perkembangan humaniora mengharuskan adanya kajian ulang terhadap paradigma dan praktik Kajian Islam yang sebenarnya sejak awal 1980-an, di berbagai tempat di Barat dan juga di Indonesia, Malaysia, Jepang, dan Korea, misalnya, mengalami banyak perkembangan signifikan.<br />
<br />
Di Dunia Barat, pergeseran paradigma dimulai dengan penerbitan buku karya Edward Said, Orientalism (1978), tokoh Palestina yang sekaligus guru besar di Columbia University New York yang membongkar `kebusukan' motif, paradigma, dan praktik orientalisme dalam Kajian Islam. Singkatnya, Kajian Islam yang dilakukan para orientalis dimotivasi berbagai kepentingan kolonialisme, misionaris - meKristen, dan hegemoni budaya.<br />
<br />
Walhasil, sejak awal 1980-an itu pula, istilah `orientalisme' kian jarang digunakan di kalangan para ahli dan pengkaji Islam. Hal ini tidak lain karena ia mengandung konotasi pejoratif. Banyak kalangan Barat yang mengkaji Islam kemudian lebih senang disebut sebagai Islamisis' daripada `orientalis'.<br />
<br />
Bagi saya, paradigma dan praktik kajian Islam di berbagai negara dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kecenderungan utama. Pertama, kajian Islam di Barat pascaorientalisme yang menggunakan banyak paradigma humaniora dan ilmu sosial yang umumnya kritis-analitis.<br />
<br />
Meski tidak lagi bersifat orientalistis, kajian Islam di Barat --seperti juga terungkap dalam Simposium Oxford-- cenderung mengabaikan sensitivitas normativisme keagamaan dan spiritualitas. Karena itulah dalam Simposium Oxford, nyaring suara tentang perlunyanya para Islamisis Barat untuk juga mempertimbangkan sensitivitas normatisme keagamaan Islam dan kaum Muslimin.<br />
<br />
Kedua, kajian Islam di Dunia Arab yang di dominasi paradigma teologis normatif doktrinal dengan cenderung mengabaikan paradigma humaniora dan ilmu sosial. Karena itu, kajian Islam di Dunia Arab umumnya lebih bertumpu pada pengungkapan normativisme Islam dalam bidang kalam, tafsir, hadis, fikih dan seterusnya. Pada saat yang sama, pendekatan analitis-kritis cenderung tidak digunakan. Meski demikian, untuk kajian Islam normatif, universitas di dunia Arab tetap merupakan lokus pokok.<br />
<br />
Ketiga, kajian Islam di Indonesia yang mengombinasikan antara kerangka teologis normatif dengan paradigma humaniora dan ilmu sosial. Kajian Islam yang bersifat normatif tetap menduduki tempat penting, misalnya, dalam lembaga pendidikan semacam UIN/IAIN/STAIN, PTN, dan PTS serta lembaga-lembaga riset. Namun, pada saat yang sama, berbagai paradigma hu maniora dan ilmu sosial --yang diperlakukan secara kritis-- sejak awal 1970-an kian banyak pula diterapkan. Sebab itu, kajian Islam di Indonesia tidak terperangkap belaka ke dalam normativisme agama --yang tentu saja juga penting-- pada tingkatan teologis-doktrinal, sekaligus juga melihat dinamika Islam historis, yang hidup dalam lingkungan masyarakat Muslim tertentu.<br />
<br />
Dengan demikian, Kajian Islam di Indonesia memiliki distingsinya sendiri, yang sekaligus menjadi kekuatannya. Tetapi sayang, distingsi kajian Islam di Indonesia itu tidak banyak diketahui kalangan Barat dan Timur Tengah. Hal ini terkait dengan masih adanya sisa anggapan tentang identikasi Islam dengan Arab. Karena itu pula, kajian Islam di Indonesia masih cenderung diabaikan. Padahal, kajian Islam di Indonesia melibatkan sistem pendidikan tinggi Islam yang terbesar di muka bumi ini, seperti diwakili UIN/IAIN/STAIN dan PTAIS.<br />
<br />
Berkaca pada kondisi tersebut, masih banyak hal yang harus dilakukan para pemikir dan praktisi kajian Islam di Indonesia. Tantangan mereka bukan hanya lebih memajukan Kajian Islam di negeri ini, tetapi sekaligus juga lebih memperkenalkannya ke dunia internasional. Sebab itu pula, internasionalisasi Kajian Islam Indonesia merupakan urgensi yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.<br />
</span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-10866336789438422682012-09-28T01:40:00.002-07:002012-09-28T01:40:21.644-07:00Krisis Ekonomi Politik EropaREPUBLIKA.CO.ID,Oleh Azyumardi Azra<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIpLoop-_LJRH2WDdhD4wLlciay_-1yshc3gjK84SPZyddgaEp-YlA7t_nSbB5rRNdP9u06UNs7fl8EUJjbQX491JxmrXG-ncThSgvgZ3Gwblt-ISjapYdnsVVNkWyIS5K8c0/s1600/azyumardi+2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIpLoop-_LJRH2WDdhD4wLlciay_-1yshc3gjK84SPZyddgaEp-YlA7t_nSbB5rRNdP9u06UNs7fl8EUJjbQX491JxmrXG-ncThSgvgZ3Gwblt-ISjapYdnsVVNkWyIS5K8c0/s200/azyumardi+2.jpg" width="175" /></a></div>
<br />
Berulang kali bolak-balik ke berbagai negara Eropa sejak pertengahan 1990-an, barulah dalam dua tahun terakhir ini saya menyaksikan dan mengalami sendiri krisis keuangan dan ekonomi euro zone. Kian parah lagi, krisis dalam bidang tersebut dengan segera mengalir ke dalam krisis sosial-politik.<br />
Kemerosotan ekonomi terjadi di hampir seluruh negara di kawasan Eropa Selatan, mulai dari Yunani, Italia, Spanyol, dan Portugal.<br />
<br />
Sementara kawasan Eropa Utara, Jerman, negara-negara Skandinavia seperti Swedia, Norwegia, Finlandia, lalu Belanda dan Belgia terlihat belum turut terlanda krisis ekonomi.<br />
Karena itu negara-negara ini, khususnya Jerman, menjadi pihak yang memberikan paling banyak talangan (<i>bail out</i>) bagi Yunani dan Spanyol agar krisis tidak menyebar ke Eropa Utara atau dunia secara keseluruhan.<span class="fullpost">
<br /><br />Tetapi, bayang- bayang krisis ekonomi tetap menghantui negara-negara Eropa Utara.<br />Karena itu, di kalangan masyarakat negara-negara tersebut belakangan ini muncul dan menguat sikap antiimigran, khususnya Muslim dan gypsies dari Eropa Timur. Keadaan ini segera memberikan momentum bangkitnya partai-partai ultra kanan di berbagai negara Eropa.<br /><br />Di tengah belum terlihatnya tanda perbaikan ekonomi di Eropa Selatan, kalangan masyarakat di Eropa Utara kian kritis dan makin enggan membantu. Dalam beberapa percakapan dengan sejumlah warga Belanda dan Jerman, saya menemukan nada kejengkel an mereka terhadap warga Yunani, misalnya. Mereka menganggap orang Yunani lebih ba nyak santai daripada bekerja keras. Tetapi, dengan gaya hidup santai itu masyarakat Yunani justru menikmati gaji, tunjangan, dan insentif lebih besar.Karena itu, banyak kalangan warga Belanda dan Jerman komplain, "Kita bekerja keras dan membayar pajak. Tidak fair kalau dana pajak kita digunakan untuk mem-bail out negara yang masyarakatnya enggan bekerja keras." Profesor Paul Nieuwenburg dari Universitas Leiden seperti dikutip koran International Herald Tribune(12/9/2012) membenarkan meluasnya sentimen itu di kalangan warga Belanda, "Euroskeptisisme terus menguat dan di kalangan warga juga meningkat sentimen bahwa kami membayar pajak dan mereka tidak".<br /><br />Friksi, fragmentasi, dan bahkan separatisme kembali menguat di Eropa --mengingatkan `perang' politik dan agama di antara negara-negara Eropa pada abad pertengahan dan pramodern. Bahkan, juga membangkitkan ingatan pada disintegrasi Uni Soviet dan Eropa Timur pada 1990-an.<br /><br />Krisis ekonomi dan sosial dewasa ini mem- berikan momentum bagi kebangkitan kembali separatisme Catalunia --kawasan timur laut Spanyol dengan Barcelona yang sekaligus menjadi episentrum politik, sosial, budaya, dan sekaligus sepak bola. Kini kian banyak warga Catalan yang tidak lagi betah berada dalam kesatuan dengan Spanyol.<br /><br />Gejala ini tecermin, misalnya, dari perubahan sikap Jordi Pujol, presiden Generalitat yang menguasai pemerintahan Catalan antara 1980- 2003. Selama berkuasa, Pujol merupa kan pemimpin paling aktif menentang separatisme Catalunia dan menekankan kesatuan de ngan negara Spanyol. Dalam wawancara dengan Financial Times, London (12 September 2012), Pujol menegaskan, ia kini tidak lagi punya argumen tersisa menolak kemerdekaan Catalunia.Spanyol bertanggung jawab atas krisis sekarang, "Sehingga membuat Catalunia menderita dan karena itu kami tidak lagi bisa terus menerima keadaan se perti ini".<br /><br />Meningkatnya kembali separatisme Catalunia sebenarnya sudah terlihat sejak akhir tahun lalu.<br />Dalam pembicaraan saya dengan beberapa figur pemerintahan Spanyol di Madrid pada November 2011 terlihat kecemasan yang kian meningkat terhadap gejala kembali menguatnya separatisme Catalunia.<br /><br />Beberapa polling sepanjang 2012 ini mengungkapkan, mayoritas warga Catalunia ingin kemerdekaan dari Spanyol. Pengungkapan sentimen ini mencapai puncaknya dalam rapat akbar warga Catalunia memperingati `Diada' hari nasional Catalunia pada 11 September 2012. Tidak kurang terdapat baner yang berbunyi: "Catalunia: Sebuah Negara Baru di Eropa".<br /><br />Hikmah apa yang bisa diambil Indonesia dari perkembangan yang tidak menggembirakan di banyak negara Eropa tersebut? Indonesia belum menunjukkan tanda krisis ekonomi, meski terdapat gejala menurunnya pertumbuhan ekonomi karena merosotnya ekspor --tetapi sebaliknya impor masih terus meningkat. Pelambatan pertumbuhan di Cina dan India serta berlanjutnya krisis keuangan dan ekonomi di Eropa dan belum membaiknya ekonomi AS, bisa membuat Indonesia terkena im basnya.Menyimak berbagai keadaan tidak kondusif itu, pemerintahan Presiden SBY sepatutnya melakukan antisipasi secara lebih fokus dan serius. Terlalu banyak energi dihabiskan pada kontestasi politik, termasuk ancang-ancang menuju Pemilu 2014 yang bisa mengakibatkan kegagalan pemerintah memberikan respons yang tepat terhadap krisis ekonomi dan politik pada tingkat internasional tadi, sehingga mendorong kian menguatnya kejengkelan sosial di kalangan warga yang bisa meledak sewaktu- waktu.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span class="fullpost"></span></div>
<span class="fullpost">
</span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-28306728.post-60714116702089548152012-09-28T01:26:00.003-07:002012-09-28T01:26:26.477-07:00Kelatenan TerorismeRepublika.co.id <br />
Oleh: Azyumardi Azra<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiUpwYt3tUgBUZRS64_3652r6UNft6j7jMm8Dcd4hZLljneHKKc59i_jpTJhKXmTnU9OfruLDnYCMLqGfpewu5zLGi0r9NwqAnnQwDSKQFtz9etRgct-WNgWbMUStLTK8M0vI/s1600/azyumardi-azra-.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="188" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiUpwYt3tUgBUZRS64_3652r6UNft6j7jMm8Dcd4hZLljneHKKc59i_jpTJhKXmTnU9OfruLDnYCMLqGfpewu5zLGi0r9NwqAnnQwDSKQFtz9etRgct-WNgWbMUStLTK8M0vI/s320/azyumardi-azra-.jpg" width="320" /></a><br />
<br />
Terorisme masih laten di negeri ini, seperti terlihat dari penyergapan di Solo dan Depok da lam pekan terakhir Agustus dan awal September 2012. Polisi bahkan juga menduga ledakan besar yang terjadi di Beji, Depok, akhir pekan lalu ter kait dengan Thoriq, seorang terduga teroris yang buron pascapenyergapan Solo.<br />
<br />
Korban nyawa kembali jatuh; dua terduga teroris yang masih muda, Farhan dan Mukhlis yang berusia 19 tahun. Tewas pula Briptu Suherman dalam baku tembak di Solo. Polisi kemudian menyergap anak muda lain, Bayu Setiono, di Karanganyar, Jawa Tengah, dan Firman di Depok. Menurut Bayu Setiono, dari enam komplotan Solo, lima adalah alumni Pondok al- Mukmin Ngruki, Solo.
<span class="fullpost">
<br />Kasus-kasus terakhir ini selain menunjukkan terus latennya terorisme di Indonesia sekaligus memperlihatkan terjadinya regenerasi sel-sel teror. Jelas kelihatan, mereka yang ter duga dan terkait dengan aksi terorisme ini kian berusia muda-rata-rata ber umur anak tamatan SMA/MA. Mereka ini bisa dipastikan memiliki sema ngat bernyala-nyala yang dapat diarahkan kalangan lebih tua untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, yang mereka sendiri sangat boleh jadi tidak paham sepenuhnya. Cuci otak dan indoktrinasi akhirnya membuat mereka rela mengorbankan nyawa milik paling berharga setiap anak manusia.<br /><br />Karena itu, jika ada pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas kematian anak-anak muda itu adalah kalangan guru, ustaz, murabbi, atau kiai mereka yang menanamkan pemahaman jihad yang keliru kepada murid-murid mereka. Jelas pula, kalangan pengajar ini tidak sanggup melakukan terorisme dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebaliknya, justru anak anak muda yang masih naif dalam hal kompleksitas ideologis keagamaan dan politis yang mereka asung membunuh orang lain sekaligus diri mereka sendiri.<br /><br />Terorisme tetap menjadi laten jika tetap ada kalangan pengajar di lembaga pendidikan mana pun yang memendam dan mengajarkan ideologi kemarahan, kebencian, dan dendam kepada pihak lain, seperti aparat kepolisian—khususnya Densus 88—lingkungan pejabat negara dan boleh jadi juga kalangan umat Muslimin arus utama. Selama ideologi seperti masih diajarkan melalui pencucian otak, indoktrinasi, dan rezimentasi, selama itu pula warga Indonesia lain yang cinta damai harus hidup di tengah ancaman terorisme yang dapat muncul sewaktu-waktu kapan Memang tidak pada tempatnya mengaitkan lembaga pendidikan tertentu, semacam Pesantren Ngruki, dengan aksi-aksi teror yang dilakukan sejumlah alumninya. Apalagi, mengaitkannnya dengan seluruh pesantren di Tanah Air, yang jumlahnya lebih daripada 20.000. Tetapi, jika ada lembaga pendidikan yang satu demi satu alumninya masih saja terkait dengan aksi kekerasan dan terorisme, wajar belaka jika ada ka langan mempertanyakan tentang apa yang sebenarnya yang diajarkan kepada para murid.<br /><br />Sangat boleh jadi, kurikulum yang digunakan lembaga pendidikan tersebut adalah kurikulum yang ditetapkan Kemdikbud dan Kemenag. Karena itu, secara formal tidak ada yang salah de ngan kurikulum lembaga pendidikan bersang kutan dan ketika diselidiki, instansi pendidikan berwenang tidak menemukan penyimpangan dalam kurikulum.<br /><br />Masalahnya kemudian, proses pendidikan dan pembelajaran juga melibatkan “kurikulum tersembunyi” (hidden curri culum) dengan muatan tertentu—termasuk ideologi kekerasan keagamaan—yang bisa disampaikan kalangan guru atau ustaz tertentu. Sering pula hidden curriculum itu masuk melalui kegiatan “ekskul” OSIS atau rohis yang ada di lembaga pendidikan.<br /><br />Karena itu, pihak-pi hak yang bertanggung jawab dalam proses pendidikan dan pembelajaran—dalam hal Kemdikbud dan Kemenag—semestinya berusaha memantau hidden curriculum tersebut. Jika melakukan pemantauan dan bahkan penelitian terhadap proses pendidikan dan pembelajaran di lembaga pendidikan manapun, sepatutnya mereka tidak berhenti hanya pada penerapan kurikulum formal be laka. Mereka harus bergerak lebih jauh dengan menyelidiki “kurikulum tersembunyi” yang disampaikan kepada para murid.Lebih daripada itu, sepatutnya pula para penanggung jawab pendidikan di negeri ini menatar kembali para pimpinan lembaga pendidikan dan para guru dengan subjek-subjek penting menyangkut negara, bangsa, dan agama. Ditengah kebebasan informasi dan pertarungan ideologis yang ditandai meningkatnya intrusi dan infiltrasi berbagai corak paham dan gerakan transnasional, penataran semacam itu dapat memberikan perspektif lebih jelas tentang kebangsaan, agama, kedamaian, dan peradaban.<br /><br />Pendidikan merupakan satu-satunya cara untuk melahirkan generasi muda yang mencintai negara-bangsanya dan juga agamanya. Pendidikan juga merupakan sarana paling strategis untuk membangun generasi muda yang berilmu, beriptek, beriman, beramal, dan berakhlak mulia. Melalui pendidikanlah dapat dibangun peradaban bangsa lebih maju. Karena itu, jika ada kalangan yang terus menerapkan kurikulum tersembunyi dengan muatan ideologi kebencian dan kemarahan, yang menjadi korban bukan hanya kalangan generasi muda bangsa, tetapi sekaligus peradaban dan kemanusiaan. </span>Mubarok institutehttp://www.blogger.com/profile/02538517531005049389noreply@blogger.com0