Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Monday, March 03, 2008

Konsep Diri Kebangsaan
at 11:55 PM 
Konsep adalah lambang dan symbol yang ada dalam fikiran. Berfikir adalah bekerja dengan menggunakan lambang dan symbol sehingga tidak perlu menghadirkan benda-benda itu ke ruang dimana orang sedang berfikir. Dalam fikirannya, orang dapat menghadirkan begitu banyak benda dan hal, menembus ruang dan waktu. Tetapi tetap saja ada orang yang mampu berfikir besardisamping ada orang yang pemikirannya sangat terbatas. Dengan berfikir orang bisa menjawab pertanyaan, mengambil keputusan, dan membuat kreasi baru.

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang terhadap diri sendiri. Konsep diri bisa bersifat physic, psikis dan social. Seorang gadis yang merasa dirinya cantik, dengan percaya diri memasuki ruang pesta, tetapi seorang mahasiswi yang malas belajar meski cantik, ia merasa tidak percaya diri ketika memasuki ruang ujian. Seorang anak gubernur merasa tenang-tenang saja ketika disetop polisi karena melanggar rambu-rambu lalu lntas, tetapi seorang tukang ojek buru-buru minta damai sebelum ditanya oleh polisi yang menyetopnya. Orang yang merasa mampu mengatasi masalah, pada akhirnya ia bisa mengatasi masalah yang dihadapi, sedangkan orang yang merasa bodoh, pada akhirnya ia menjadi bodoh beneran.

Konsep diri terbangun karena dipengaruhi dua hal.
Pertama karena dipengaruhi orang lain, misalnya sering dipuji sebagai orang pintar dan memperoleh banyak sertifikat kepintaran maka tumbuhlah rasa percaya diri dan akhirnya pintar beneran. Sebaliknya jika sering di bodoh-bodohin dan dipermalukan di depan umum, maka akhirnya ia bisa menjadi bodoh beneran dan minder.
Kedua karena dipengaruhi oleh kelompok rujukan. Contohnya, Dulu saya merasa tidak percaya diri mengetengahkan gagasan psikologi Islam, karena banyak teman-teman psikolog Barat menganggap tidak ada psikologi Islam, sementara saya tidak memiliki latar belakang studi psikologi. Ketika itu saya maksimal hanya bisa menyampaikan gagasan Psikologi Islami, bukan Psikologi Islam. Tetapi setelah saya dikukuhkan sebagai Guru Besar Psikologi Islam dan memperoleh apresiasi dari Presiden The International Association of Moslem Psychologist, Prof Malik Badri, bahwa saya adalah Profesor pertama di dunia dalam bidang Psikologi Islam, maka tumbuh rasa percaya diri untuk mengeluarkan gagasan Psikologi islam, dan bahkan berniat mempromosikan Psikologi Islam untuk menjadi Mazhab Ke lima setelah mazhab-mazhab Psikoanalisa, Behaviorisme, Kognitip dan Psikologi Humanism


Konsep Diri dan Etika

Barang siapa mengenali siapa dirinya maka ia akan mengenali siapa Tuhannya, demikian kata orang bijak. Orang yang mengenali anatomi dirinya, fisik dan psikologinya, ia akan menyimpulkan bahwa betapapun manusia dipandang hebat, tetapi tetap saja ia memiliki banyak keterbatasan. Ia juga akan menyadari bahwa kehebatan manusia tidak terjadi dengan sendirinya, tapi pasti ada konsep yang dirancang oleh Dia Yang Maha Hebat. . Manusia dengan segala kerumitannya merupakan perwujudan (tajalli) dari kebesaran Sang Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Sempurna.

Oleh karena itu orang yang mengenali dirinya, ia akan tunduk dan patuh kepada Tuhan, merasa sejajar dengan manusia yang lain, menghormati yang lebih tua dan meyayangi yang lebih muda. Orang yang kafir (mengingkari Tuhan) pasti dia tidak mengenali diri sendiri. Demikian juga orang sombong, dan tinggi hati yang menganggap dirinya paling hebat seraya merendahkan orang lain, pasti ia buta terhadap dirinya. Rendah hati dan merendahkan diri hanya bisa dilakukan oleh orang kuat, karena untuk merendahkan diri dibutuhkan kekuatan. Sebaliknya orang yang rendah diri sehingga tidak memiliki rasa percaya diri juga disebabkan oleh ketidak tahuannya terhadap potensi yang ada dalam dirinya.

Konsep Diri bangsa

Hanya bangsa besar yang bisa mengukir sejarah besar, dan hanya bangsa yang memiliki pemimpin besar yang dapat mengangkat dirinya menjadi bangsa besar. Dulu Sukarno pernah mengukir sejarah besar dengan menyelenggarakan Konperensi Asia Afrika di Bandung. Gagasan besar Sukarno itu kemudian mengilhami bangsa-bangsa Afrika untuk melepaskan diri dari penjajahan. Hingga hari ini nama Sukarno masih melekat di hati orang-orang Afrika.. Sukarno kemudian jatuh ketika memusatkan perhatiannya pada membesarkan nama dirinya (pemimpin besar revolusi) , bukan membesarkan bangsanya.

setelah Pak Harto jatuh, Indonesia mengalami krisis pemimpin, yakni tidak ada satupun pemimpin besar di negeri ini yang mampu mengajak bangsa berfikir besar dan memandang jauh de depan menembus sekat ruang dan waktu.. Oleh karena itu kini orang-orang Indonesia lebih banyak mengeluh dan kecewa dibanding merancang masa depan. Kebanyakan orang hanya berfikir aku dapat apa, bukan apa yang dapat kuwariskan kepada generasi bangsa. Para politisipun berhenti pikirannya pada agenda 2009, hanya sedikit yang mampu menggagas untuk 2030 atau 2050. Bahkan, pernah ketika Indonesia baru menjadi anggauta tidak tetap di Dewan Keamanan PBB, Indonesia ikut menyetujui sanksi tambahan kepada Iran, tidak berani membela hak-hak Iran dengan mengatakan Qatar saja yang Negara Islam dan Timur tengah menyetujui sangksi untuk Iran. Jadi konsep diri Dubes kita di PBB, memandang dan merasa Indonesia yang berpenduduk 235 juta sama kecilnya dengan negeri kecil Qatar yang hanya berpenduduk satu juta dan sudah lama menjadi satelit Amerika.,

Pemimpin besar itu biasanya lahir dari dua jalan.
1. sebagai produk revolusi. Dari revolusi muncullah pemimpin besar yang tak pernah diduga-duga sebelumnya, atau dari satrio piningit.
2. Kedua dari periode dimana sang pemimpin yang sebenarnya bukan orang besar tetapi dipaksa harus mengatasi problem-problem besar bangsa. Dari pengalamannya mengatasi problem besar itu akhirnya ujungnya ia menjadi permimpinj besar juga. Akankah SBY yang sekarang dipaksa harus mengatasi problem2 besar bangsa akhirnya menjadi Pemimpin besar Indonesia? Wallohu a`lam, sejarah yang akan membuktikan


Kualitas Konsep Diri

Konsep diri ada yang positip dan ada yang negatip, masing-masing ada cirri-cirinya
Ciri orang yang memiliki konsep diri positip adalah;

1. Memiliki keyakinan bahwa ia mampu mengatasi masalah yang dihadapi. Seberat apapun kesulitan yang terbayang, ia yakin akan dapat menemukan jalan keluarnya.

2. Merasa setara dengan orang lain. Oleh karena iu ia tidak kecil hati dalam bergaul, dan ia merasa bahwa jika orang lain bisa mengerjakan, maka iapun yakin akan bisa mengerjakan.

3. Menganggap pujian sebagai kewajaran. Oleh karena itu jika ia dipuji, ia tidak tersipu-sipu malu, karena pujian adalah satu kewajaran. Pujian tidak membuatnya tinggi hati apalagi kagum diri (`ujub). Pujian diterimanya secara terbuka dan ditempatkan pada tempatnya.

4. Menyadari tidak mungkin bisa memuaskan semua orang,. Oleh karena itu jika ada orang yang menyatakan kecewa atau mengkritiknya, ia terima dengan tenang. Ia sadar bahwa ia bisa membuat orang lain senang, tetapi hal yang sama mungkin membuat orang lain tidak senang.

5. Mampu mengubah diri. Baginya kritikan dan kekecewaan orang dipersepsi sebagai masukan untuk memperbaiki diri.

Adapun cirri-ciri dari orang yang memiliki konsep diri negatip adalah sbb:

1. Peka terhadap kritik. Ia mempersepsi kritikan orang sebagai upaya untuk menjatuhkan dirinya, oleh karena itu ia melakukan perlawanan, mempertahankan logikanya yang belum tentu benar, atau telinganya merah.

2. Jika dipuji merasa sangat senang, meski pura-pura menyembunyikan kesenangannya. Pujian orang benar-benar membuatnya bahagia bahkan sesak nafas Baginya pujian orang merupakan pembenaran terhadap logikanya sehingga ia tidak lagi kritis tehadap kesalahan sendiri.

3. Hiperkritis. Ia terlalu kritis terhadap orang lain hingga cenderung merendahkan dan meremehkan mereka, Baginya yang benar adalah dirinya dan orang lain pasti salah.Kebenaran orang lain hanya diakui jika berhubungan dengan pujian untuk dirinya.

4. Merasa tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu ia merasa ditinggal dan dizalimi oleh system social. Ia tidak bisa akrab bergaul karena kebanyakan orang dipersepsi sebagai rival atau bahkan musuh. Ia juga selalu curiga kepada orang yang mendekat.

5. merasa pesimis bersaing secara fair, karena ia merasa sistemnya tidak adil dan pasti merugikan dirinya
posted by : Mubarok institute

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger