Thursday, December 18, 2008
Sistematika Dalam Konseling Psikologi Islam
Seorang klien yang semula mengidap alienasi atau keterasingan diri sehingga ia tidak berani mengambil suatu keputusan untuk melakukan suatu tindakan dan bahkan tidak tahu lagi apa sebenarnya yang diinginkan, dapat dibantu memecahkan persoalannya dengan langkah-langkah sbb. :
(a) Diajak memahami realita apa sebenarnya yang sedang dihadapi, misalnya tentang ditinggal mati keluarga, dicerai suami, kehilangan jabatan, kehilangan harta, kehilangan kekasih, sakit yang berkepanjangan, dizalimi orang yang selama ini dibantu dsb., bahwa realita itu adalah benar-benar realita yang harus dihadapi, dan harus diterima, suka atau tidak suka karena itu me¬mang realita.
(b) Diajak mengenali kembali siapa sebenarnya dia itu, apa posisinya dan apa kemampuan-kemapuan yang dimi¬likinya. Misalnya ia harus diingatkan bahwa ia adalah seorang ayah dari sejumlah anak-anak yang membu¬tuhkan kehadirannya, bahwa anak-anak semuanya merindukan dan menyayanginya. Atau misalnya disadarkan bahwa kepandaian yang dimilikinya itu bisa diajarkan kepada orang lain, dan sebenarnya banyak yang membutuhkan dirinya, atau bahwa ia adalah manusia yang sebagai hamba Allah tak bisa mengelak dari kehendak Nya, dan bahwa apa yang dialaminya itu merupakan kehendak Allah yang kita belum tahu apa makna dan hikmahnya.
(c) Mengajak klien memahami keadaan yang sedang berlangsung di sekitarnya, bahwa ada perubahan-perubahan yang sedang berlangsung, misalnya peru¬bahan nilai-nilai sosial, perubahan struktur ekonomi masyarakat, perubahan zaman dsb, dan bahwa peru¬bahan itu merupakan sunnatullah yang tidak bisa ditolak, tetapi yang penting bagaimana mensikapi dan mengantisipasinya.
(d) Diajak untuk meyakini bahwa Tuhan itu Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha pengasih dan Penyayang, dan bahwa semua manusia diberi peluang untuk bertaubat dan mendekat kepada Nya, bahwa ridla Allah adalah tujuan utama dari hidup manusia, bahwa Tuhan selalu mendengar doa hamba-hamba Nya, bahwa sifat dengki, iri hati, putus asa adalah ter¬cela dan hanya merugikan diri sendiri, juga bahwa ibadah shalat, puasa, tadarus al Qur'an, haji, bersede¬kah, membantu orang lain dsb, dapat membuat jiwa menjadi tenteram, dan bahwa berbuat kemudian salah itu lebih baik daripada tidak berbuat karena takut salah, dan bahwa niat baik akan mendorong orang berbuat baik.
(a) Diajak memahami realita apa sebenarnya yang sedang dihadapi, misalnya tentang ditinggal mati keluarga, dicerai suami, kehilangan jabatan, kehilangan harta, kehilangan kekasih, sakit yang berkepanjangan, dizalimi orang yang selama ini dibantu dsb., bahwa realita itu adalah benar-benar realita yang harus dihadapi, dan harus diterima, suka atau tidak suka karena itu me¬mang realita.
(b) Diajak mengenali kembali siapa sebenarnya dia itu, apa posisinya dan apa kemampuan-kemapuan yang dimi¬likinya. Misalnya ia harus diingatkan bahwa ia adalah seorang ayah dari sejumlah anak-anak yang membu¬tuhkan kehadirannya, bahwa anak-anak semuanya merindukan dan menyayanginya. Atau misalnya disadarkan bahwa kepandaian yang dimilikinya itu bisa diajarkan kepada orang lain, dan sebenarnya banyak yang membutuhkan dirinya, atau bahwa ia adalah manusia yang sebagai hamba Allah tak bisa mengelak dari kehendak Nya, dan bahwa apa yang dialaminya itu merupakan kehendak Allah yang kita belum tahu apa makna dan hikmahnya.
(c) Mengajak klien memahami keadaan yang sedang berlangsung di sekitarnya, bahwa ada perubahan-perubahan yang sedang berlangsung, misalnya peru¬bahan nilai-nilai sosial, perubahan struktur ekonomi masyarakat, perubahan zaman dsb, dan bahwa peru¬bahan itu merupakan sunnatullah yang tidak bisa ditolak, tetapi yang penting bagaimana mensikapi dan mengantisipasinya.
(d) Diajak untuk meyakini bahwa Tuhan itu Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha pengasih dan Penyayang, dan bahwa semua manusia diberi peluang untuk bertaubat dan mendekat kepada Nya, bahwa ridla Allah adalah tujuan utama dari hidup manusia, bahwa Tuhan selalu mendengar doa hamba-hamba Nya, bahwa sifat dengki, iri hati, putus asa adalah ter¬cela dan hanya merugikan diri sendiri, juga bahwa ibadah shalat, puasa, tadarus al Qur'an, haji, bersede¬kah, membantu orang lain dsb, dapat membuat jiwa menjadi tenteram, dan bahwa berbuat kemudian salah itu lebih baik daripada tidak berbuat karena takut salah, dan bahwa niat baik akan mendorong orang berbuat baik.
Post a Comment
Home