Thursday, February 12, 2009
Membuat Sejarah (GeGer 2,5%)
Sejarah terkadang berlangsung seperti yang dirancang oleh para pelaku sejarah, terkadang berjalan sendiri menyimpang jauh dari yang dirancang. Oleh karena itu ada pelaku sejarah, ada orang yang terbawa oleh arus sejarah dan ada orang yang menjadi korban sejarah. Bung Karno dulu berusaha mengukir sejarah Indonesia, tetapi di ujung beliau menjadi korban dari sejarah yang diukirnya. Pak Harto juga merancang sejarah Indonesia untukbisa tinggal landas. Ujungnya seperti yang kita saksikan, rancangannya berantakan, dan beliau juga mengalami nasib yang tak jauh berbeda dengan Bung Karno.
Peristiwa besar terkadang dipicu oleh peristiwa kecil, bahkan terkadang dipicu oleh sesuatu yang sesungguhnya tidak ada. Ada contoh kecil yang kebetulan melibatkan nama saya. Secara terbuka saya sebagai wakil ketua umum Partai Demokrat ditegur oleh Bapak SBY selaku ketua Dewan Pembina Partai. Yang membuat peristiwa itu menjadi besar adalah karena tegurannya dilakukan secara terbuka, lewat konperensi pers yang ditayangkan oleh semua stasiun TV nasional. Dapat diduga, malam itu dan hari-hari berikutnya Koran,TVdan radio se Indonesia selalu menyebut nama saya, dan seakan ada konflik besar dalam koalisi Demokrat Golkar atau SBY-JK). Mendadak saya menjadi selebritis, dikejar TV, wartawan, dan telpon serta SMS tak pernah berhenti berdering. Nama Achmad Mubarok selalu disebut dan wajah saya ditayangkan berulang-ulang disemua tayangan TV,sebagai pemicu peristiwa, atau sebagai newsmaker. Benarkah saya sebagai pemicu ? ternyata heboh itu bersumber dari sesuatu yang tidak ada, karena saya sesungguhnya tidak pernah berfikir, tidak berbuat dan tidak berkata seperti yang diberitakan. Lalu apa sesunguhnya yang terjadi.
Di sela-sela acara rapimnas Partai Demokrat di Kemayoran, sementara saya menunggu persiapan liputan life ANTV , ada seorang mendekati saya dari samping , saya tahu dia wartawan, tetapi tidak wawancara resmi, seperti orang ngobrol biasa, tidak direkam, dia bertanya. Pak Kenapa koalisi tidak dibangun sekarang ? Saya jawab.Kalau koalisi sekarang , itu sama dengan koalisi di awang-awang,wong realita politiknya belum nampak. Nanti habis Pemilu legislatip tuh, baru nampak the real politiknya. Tapi kan sudah kelihatan partainya?kata wartawan.Saya jawab. Eh…,pemilu itu bisa membuat yang kecil jadi besar, dan yang besar menjadi kecil. Koalisi harus kuat,paling tidak 50 % lebih, maka hanya partai yang memperoleh angka signifikan yang bisa menjadi pilar koalisi . Angka signifikan itu berapa pak ?. ah relatip itu., tetapi yang jelas kalau mencari 50% ya bukan partai yang hanya memperoleh 2,5 %. Seandainya PKS dapat 20 % ? tanya wartawan. Itu adalah realitas, siapapun akan memperhatikan. Kalau Golkar hanya dapat 2,5 % ? tanya wartawan. Itu juga realitas,jawab saya. Apa mungkin Golkar bisa turun jadi 2,5% ? tanya wartawan lagi. ha ha ha ha, di dunia ini apa aja bisa terjadi. Jawab saya geli. Rupanya watawan ini kreatip. Ia mengambil potongan ini untuk memancing pak Yusuf Kalla, dengan pertanyaan.Pak,kata Pak Mubarok Demokrat akan gandeng PKS karena golkar hanya dapat 2,5%. Pak Yusuf Kalla terpancing, merespon dengan jawaban jangan mimpi buruk lah dan seterusnya seperti yang sudah kita dengar.
Bayangkan, dialog yang sama sekali tidak melecehkan siapa-siapa dan tidak meramalkan siapa-siapa bisa berkembang sangat dahsyat, setelah Pak JK mengomentari,hingga Pak SBY pun ikut konperensi pers. Untung Pak SBY sangat bijak, menegur saya tetapi menutup dengan kalimat pujian;,saya kenal pak Mubarok,orangnya lurus dan lugu, tidak punya pikiran jahat.
Saya juga sudah membantah melalui koran dan TV, tetapi sejarah berjalan terus.Di Golkar berkembang wacana-wacana baru, mungkin akan berkembang menjadi alur sejarah yang tak dibayangkan, mungkin juga akan berhenti seminggu lagi setelah muncul issue baru yang lebih segar sehingga tidak menjadi sejarah.
Kata orang penganut teologi Jabariah (predestination), semua itu sudah diatur oleh Tuhan dari atas, kita tinggal terima. Kata orang yang menganut teologi Qadariyah, wah ini bisa kita mainkan ke arah yang kita inginkan. Kata orang Ahlussunnah waljamaah. Mari kita berfikir dan berbuat yang baik, selanjutnya kita tawakkal kepada Alloh,apapun hasilnya..
Begitu melekatnya angka 2,5% dengan nama saya, kemarin ada teman muallaf, pengusaha, bertanya lewat telpon; saya punya harta ini dan itu, nilai semuanya sekian. Berapa zakat yang harus saya keluarkan pak ? saya jawab langsung, 2,5%. Ehh teman saya langsung jawab, pak yang bener dong jawabnya, saya ini bukan golkar.,Padahal maksud saya zakatnya sebesar 2,5% dari nilai yang dia sebut. Huebaat kan ?
Peristiwa besar terkadang dipicu oleh peristiwa kecil, bahkan terkadang dipicu oleh sesuatu yang sesungguhnya tidak ada. Ada contoh kecil yang kebetulan melibatkan nama saya. Secara terbuka saya sebagai wakil ketua umum Partai Demokrat ditegur oleh Bapak SBY selaku ketua Dewan Pembina Partai. Yang membuat peristiwa itu menjadi besar adalah karena tegurannya dilakukan secara terbuka, lewat konperensi pers yang ditayangkan oleh semua stasiun TV nasional. Dapat diduga, malam itu dan hari-hari berikutnya Koran,TVdan radio se Indonesia selalu menyebut nama saya, dan seakan ada konflik besar dalam koalisi Demokrat Golkar atau SBY-JK). Mendadak saya menjadi selebritis, dikejar TV, wartawan, dan telpon serta SMS tak pernah berhenti berdering. Nama Achmad Mubarok selalu disebut dan wajah saya ditayangkan berulang-ulang disemua tayangan TV,sebagai pemicu peristiwa, atau sebagai newsmaker. Benarkah saya sebagai pemicu ? ternyata heboh itu bersumber dari sesuatu yang tidak ada, karena saya sesungguhnya tidak pernah berfikir, tidak berbuat dan tidak berkata seperti yang diberitakan. Lalu apa sesunguhnya yang terjadi.
Di sela-sela acara rapimnas Partai Demokrat di Kemayoran, sementara saya menunggu persiapan liputan life ANTV , ada seorang mendekati saya dari samping , saya tahu dia wartawan, tetapi tidak wawancara resmi, seperti orang ngobrol biasa, tidak direkam, dia bertanya. Pak Kenapa koalisi tidak dibangun sekarang ? Saya jawab.Kalau koalisi sekarang , itu sama dengan koalisi di awang-awang,wong realita politiknya belum nampak. Nanti habis Pemilu legislatip tuh, baru nampak the real politiknya. Tapi kan sudah kelihatan partainya?kata wartawan.Saya jawab. Eh…,pemilu itu bisa membuat yang kecil jadi besar, dan yang besar menjadi kecil. Koalisi harus kuat,paling tidak 50 % lebih, maka hanya partai yang memperoleh angka signifikan yang bisa menjadi pilar koalisi . Angka signifikan itu berapa pak ?. ah relatip itu., tetapi yang jelas kalau mencari 50% ya bukan partai yang hanya memperoleh 2,5 %. Seandainya PKS dapat 20 % ? tanya wartawan. Itu adalah realitas, siapapun akan memperhatikan. Kalau Golkar hanya dapat 2,5 % ? tanya wartawan. Itu juga realitas,jawab saya. Apa mungkin Golkar bisa turun jadi 2,5% ? tanya wartawan lagi. ha ha ha ha, di dunia ini apa aja bisa terjadi. Jawab saya geli. Rupanya watawan ini kreatip. Ia mengambil potongan ini untuk memancing pak Yusuf Kalla, dengan pertanyaan.Pak,kata Pak Mubarok Demokrat akan gandeng PKS karena golkar hanya dapat 2,5%. Pak Yusuf Kalla terpancing, merespon dengan jawaban jangan mimpi buruk lah dan seterusnya seperti yang sudah kita dengar.
Bayangkan, dialog yang sama sekali tidak melecehkan siapa-siapa dan tidak meramalkan siapa-siapa bisa berkembang sangat dahsyat, setelah Pak JK mengomentari,hingga Pak SBY pun ikut konperensi pers. Untung Pak SBY sangat bijak, menegur saya tetapi menutup dengan kalimat pujian;,saya kenal pak Mubarok,orangnya lurus dan lugu, tidak punya pikiran jahat.
Saya juga sudah membantah melalui koran dan TV, tetapi sejarah berjalan terus.Di Golkar berkembang wacana-wacana baru, mungkin akan berkembang menjadi alur sejarah yang tak dibayangkan, mungkin juga akan berhenti seminggu lagi setelah muncul issue baru yang lebih segar sehingga tidak menjadi sejarah.
Kata orang penganut teologi Jabariah (predestination), semua itu sudah diatur oleh Tuhan dari atas, kita tinggal terima. Kata orang yang menganut teologi Qadariyah, wah ini bisa kita mainkan ke arah yang kita inginkan. Kata orang Ahlussunnah waljamaah. Mari kita berfikir dan berbuat yang baik, selanjutnya kita tawakkal kepada Alloh,apapun hasilnya..
Begitu melekatnya angka 2,5% dengan nama saya, kemarin ada teman muallaf, pengusaha, bertanya lewat telpon; saya punya harta ini dan itu, nilai semuanya sekian. Berapa zakat yang harus saya keluarkan pak ? saya jawab langsung, 2,5%. Ehh teman saya langsung jawab, pak yang bener dong jawabnya, saya ini bukan golkar.,Padahal maksud saya zakatnya sebesar 2,5% dari nilai yang dia sebut. Huebaat kan ?
I admired your decision Professor,
afterall, like Aristotle said :
The beginning of reform is not so much to equalize property as to train the noble sort of natures not to desire more, and to prevent the lower from getting more.
Saya kira, ada hikmah terbesar dibalik Geger 2,5%, yakni menuntut PD untuk lebih dewasa lagi dalam berperan sebagai partai yang sedang memimpin negara ini. PD tidak perlu takut bersaing dalam Pemilu Legislatif atau Pilpres 2009karena selain figur SBY juga orang awam tahu, siapakahh sang tokoh-tokoh partai lain itu?.
Contoh menari, Partai Umat Islam Masyumi juga pernah mengadakan Pemilu 1955, partai ini pun kalah tetapi dia tetap 'tersanjung' dalam sejarah bangsa dan negara kita. Mengapa tidak?. Masyumi, pada waktu itu merupakan 'satu-satu-nya partai Umat Islam di Indonesia, telah membuktikan adanya sumbangsih umat Islam kepada negara dan bangsanya yakni mensponsori MOSI INTEGRAL pada tanggal 3 April 1950 yang membawa Indonesia kembali menjadi ke NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA atau NKRI.
Saya kira, Partai Demokrat pun telah meletakkan dasar-dasar kepemimpinan yang baik selama priode kepemimpinannya yakni yang utama 'niat' Pak SBY untuk tampil menjadi pemimpin bangsa bukan karena sakit hati, dendam, bisnis cari untung dll. tetapi semata akan menaikkan harkat rakyat, bangsa dan negaranya. Mungkin, kalau kelak terpilih lagi dalam Pemilu 2009, seyogianya beliau (Pak SBY) lebih tegas dan berani dalam menghadapi intervensi langsung maupun tidak langsung dari negara lain, seperti dalam bidang kerjasama bilateral maupun multilateral. Selamat berjuang Partai Demokrat dan SBY.
saya kira itu ucapan pak mubarok tentang 2,5 % tersebut,menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak terutama elit politik. setiap kata per kata yang dilontarkan elit politik punya pengaruh yang sangat luar biasa terhadap seluruh dinamika kebangsaan kita. segala bentuk interpretasi kata yang keluar tersebutpun bisa saja "dipaksakan" untuk tujuan tertentu. Untuk semua elit politik, rakyat selalu mendengar dari kata yang telah terlontar.
ha ha ha lucu juga ya, bedanya tokoh publik ama tukang becak, omongannya selalu jadi sensasi...
begitu juga, bedanya wartawan ama anak SD, tulisannya bisa bikin sejarah...
jadi, sebenarnya yang bikin sejarah itu wartawan apa public figure ya?
Post a Comment
Home