Friday, March 20, 2015
Etika Politik (2)
Oleh : Prof. DR. Achmad Mubarok, MA
Pemimpin bangsa terutama Presiden, ia
bukan hanya pilot mesin pemerintahan, tetapi juga figure keteladanan. Seluruh
perilaku pemimpin tertinggi berada dalam sorotan rakyat, oleh karena itu
seorang pemimpin bukan hanya harus mematuhi pasal-pasal konstitusi tetapi juga
harus memenuhi rasa keadilan, kearifan, ketegasan, keberanian, kepatutan dan
konsistensi. Meski sebagai manusia, seorang pemimpin juga memiliki
keterbatasan, tetapi ada standard anatomis yang harus dipenuhi oleh seorang
pemimpin, yang jika kurang dari standard minimal maka akan berdampak pada
kegelisahan masyarakat. Kegelisahan public jika tidak ada jendela yang
berfungsi sebagai ventilasi politik dan psikologis maka bisa berujung pada
kesumpekan politik. Jika kesumpekan politik berlangsung lama maka ujungnya bisa
meledak menjadi perilaku anarkis massal atau revolusi yang tidak mudah
diprediksi akhir kesudahannya, .
Profil keteladanan Presiden2
RI
Selama 69 tahun kemerdekaan RI sudah ada
tujuh orang yang duduk sebagai Presiden Republik Indonesia, dan masing-masing
memiliki performance yang berbeda-beda dalam kontek keteladanan politik, yaitu
Sukarno, Suharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono dan
terakhir sekarang Joko Widodo.
- Presiden Sukarno.
Sukarno, Sang Proklamator adalah
tokoh besar kaliber dunia, intelektual, orator, seniman dan sudah barang tentu
politisi. Ia menjadi kebanggan rakyat di
pertengahan masa kekuasaannya. Kreatifitas yang sekaligus kelemahannya adalah
merekayasa produk-produk politik yang nampak mempesona tetapi sesungguhnya
melanggar norma2 konstitusi , misalnya : Pemimpin Besar Revolusi, Presiden
Seumur Hidup, Manipol Usdek, demokrasi
terpimpin dan yang melanggar nilai filsafat seperti Nasakom. Konsep-konsep yang
tidak demokratis dan tidak filosofis itu akhirnya menjadi boomerang menjatuhkan
dirinya berikut krisis bangsa dan negaranya.
- Presiden Suharto,
Pak Harto hadir tepat waktu
menyelamatkan bangsa dan Negara. Suharto berusaha menarik bandul sejarah dari
otoritarian popular ke bandul konstitusi, yakni kembali ke Panca Sila dan UUD
45 secara murni dan konsekwen. Suharto juga memperioritaskan pembangunan
ekonomi yang membuat tingkat kesejahteraan rakyat meningkat. Begitu” sukses”
program pembangunan ekonomi nasional hingga bangsa Indonsesia “tersihir” seakan
mau tingggal landas. Berbeda dengan Bung Karno yang meniadakan Pemilu, Pak
Harto secara disiplin menyelenggarakan Pemilu sebagai wujud demokrasi.
Sayangnya pemilu yang secara disikplin dijalankan lima tahun sekali sarat
dengan rekayasa demokrasi. Jika Bung Karno bisa duduk di kursi kepresidenan
selama 20 tahun, Pak Harto dengan rekayasa demokrasi yang disebut demokrasi
Panca Sila bisa menduduki kursi kepresidenan selama 32 tahun. Jika Bung Karno
jatuh karena krisis G 30 S, Presiden Suharto dipaksa mundur oleh Gerakan
Reformasi setelaha terjadi krisis moneter.
- Presiden Habibie.
Habibie adalah seorang ilmuwan dan
teknokrat ahli rancang bangun pesawat terbang yang karena jabatannya sebagai
wakil Presidennya Pak Harto maka secara otomatis Habibie menggantikan Pak Harto
ketika beliau mengundurkan diri. Sesungguhnya P{ak Habibie memilik banyak
kelebihan, tetapi sentiment politik pada era reformasi mdembuatnya tergusur
ketika MPR menolak pertanggungjawaban Presiden. Kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh Pak Habibi tidak bisa diaktualisasikan, terkendalam oleh sentimen
barbarika politik era reformasi. Meski demikian beliau berjasa mengatasi krisis
moneter secara tepat waktu sehingga Negara tidak mengalami keterpurukan ekonomi
berkepanjangan.
- Presiden
Abdurrahman Wahid.
Presiden ke 4 yang lebih akrab dipanggil
Gus Dur ini dipilih secara emosionil oleh MPR. Gus Dur itu seorang ulama,
cendekiawan dan seniman dan pengamat yang sangat cerdas, tetapi memiliki
keterbatasan fisik, yaitu buta mata. Meski kecerdasannya tak ada yang meragukan
tetapi kesulitan Gus Dur adalah pada transformasi diri dari seorang kyai yang
seniman menjadi Presiden dari dari Negara besar yang sedang mengidap problem
besar, berat dan rumit. Fikiran-fikiran cerdas Presiden Gus Dur sering tidak
difahami oleh orang pada zamannya, Gus Dur hanya sebentar menduduki kursi
presiden karena dijatuhkan oleh MPR yang mengangkatnya. Gus Dur dapat disebut
sebagai Pemimpin yang hadir mendahului zamannya, oleh karena itu banyak orang
yang tidak faham terhadap gagasan2 beliau.. Setelah beliau wafat baru orang
menyadari betapa gagasan2 Gus Dur
itu benar dan tepat, dan kini
orang lupa kekurangan beliau dan hanya
dikenang kebaikannya saja.
- Presiden
Megawati
Setelah Gus Dur dilengserkan, Megawati
yang ketika itu menjabat sebagai wapresnya dilantik menjadi Presiden oleh MPR.
Masa jabatan yang pendek dan keterbatasan pengalaman serta jejak rekam Megawati
sebelum menjadi Presiden membuatnya tidak berhasil melahirkan perubahan yang
signifikan. Apa lagi dampak dari reformasi ekonomi dan politik yang dilakukan
sekaligus membuat iklim politik nasional menjadi “kebablasan”. Kekeliruan
kebijakan BLBI pada akhir masa pak Harto mewariskan situasi yang membuat serba
salah apapun kebijakan yang dilakukan oleh Presiden, termasuk oleh Presiden
Megawati terutama dalam mengeluarkan SKL kepada obligor nakal.
- Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden ke 6 yang lebih sering
dipanggil SBY adalah presiden pertama RI yang dipilih langsung oleh rakyat
berdasar UU sebagai salah satu buah dari reformasi. Rakyat menaroh harapan yang
sangat tinggi atau bahkan terlalu tinggi terhadap sosok presiden SBY tanpa
menyadari bahwa problem yang dihadapi Pemerintah itu sangat berat, besar dan
rumit. Latar belakang SBY sebagai orang terpelajar dan Jendral Angkatan Darat
yang sudah menjalani karir secara sistematis membuatnya bekerja dengan system
berdasar menejemen professional. Sesungguhnya SBY adalah presiden yang sangat
cocok untuk Negara yang pemerintahannya jalan karena beliau sangat taat azas.
Tapi iklim kebebasan yang terlalu bebas membuatnya sangat hati-hati, dan hal
itu berimplikasi pada langkah yang terasa lambat, sementara public maunya serba
cepat. Presiden SBY meletakkan dasar-dasar masa depan Negara di era global, dan
keterpilihan dua periode menunjukkan adanya kepercayaan rakyat. Mestinya
periode SBY merupakan akhir dari tikungan sejarah reformasi, untuk selanjutnya
menapaki jalan lurus menuju Indonesia 2045 (satu abad kemerdekaan). Betapapun
barbarika politik dari partai oposisi maupun dari partai koalisi yang tidak
konsisten cukup mengganggu, tetapi data angka maupun pengakuan dunia
menunjukkan prestasi yang cukup signifikan. Mestinya periode SBY yang soft dan
sangat hati-hati dilanjutkan oleh Presiden yang feelingnya kuat dan cepat
mengambil keputusan dalam mengayuhkan
langkah kemajauan bangsa sehingga terjadi percepatan pembangunan terutama
menyongsong era MEA yang sudah didepan mata. Tetapi hasil pilpres belum tentu
mengikuti analisa ahli, karena pilpres langsung lebih melibatkan emosi senang
atau tidak senang public yang belum tentu sejalan dengan nalar politik
pembangunan.
Satu hal yang pantas diapresiasi, SBY
adalah presiden pertama yang melakukan serah terima dan ada upacara pisah
sambut di istana dengan presiden Jokowi yang menggantikiannya, satu pondasi
budaya politik yang bermartabat yang mudah-mudahan akan diteruskan dalam setiap
suksesi nasional di depan.
- Joko
Widodo
Presiden Joko Widodo atau yang lebih
dikenal dengan nama Jokowi dipilih secara emosionil oleh pendukungnya, meski
dilihat dari pendidikan dan jejak rekam pengalaman politik yang dilaluinya,
menurut nalar politik belum cukup
kapasitasnya untuk memimpin Negara sebesar Indonesia dengan
problem-problem yang masih besar, berat dan rumit. Asumsi ini terbukti dalam
seratus hari pertama menjadi presiden terjadi carut-marut politik yang tak
berujung dan merembet ke ekonomi , terutama harga`harga kebutuhan pokok rakyat.
Memang tidak fair kalau baru beberapa bulan sudah menfonis Jokowi sebagai tidak
mampu, tetapi kita tidak bisa membayangkan jika keadaan yang susah dinalar ini
berlangsung hingga satu tahun, pasti korbannya adalah rakyat, negara dan
bangsa. Meski demikian kita berharap bahwa situasi ini mudah-mudahan akan
berujung pada ditemukannya jalan keluar oleh pemerintah, atau berujung pada
terbangunnya introspeksi nasional yang membuat segenap warga bangsa terutama para elitnya bisa memutuskan sesuatu
untuk bangsa demi untuk bangsa, bukan berlatar agenda subyektip kelompoknya.
Bagaimanapun masyarakat Indonesia belum
bisa melepaskan diri dari paternalism dimana seorang pemimpin, terutama presiden
harus dipandang hebat, memiliki banyak kelebihan dibanding yang dipimpin.
Pemimpin paspasan saja bisa membuat yang dipimpin kehilangan semangat, nah
kalau terlalu banyak kekurangannya bisa merangsang munculnya perilaku anarkis
dari rakyat yang dipimpin. Betapa sedihnya jika orang nomor satu di negeri ini
justeru tiap menit menjadi bahan olok-olokan di dunia maya, oleh rakyatnya
sendiri.
Sebagai penutup dari uraian ini, saya
kutip kaidah politik dari kitab kuning pesantren yang berbunyi : Lan
yaflah al qaumu faudlo la surota lahum
** wala surota idza juhhaluhum saaduu, artinya : suatu bangsa
tidak akan sukses jika mereka bertindak anarkis tak bermartabat, dan martabat
bangsa itu akan hilang jika mereka dipimpin oleh-orang-orang bodoh.
2015-7-21 xiaozhengm
air jordan
polo ralph lauren
coach outlet online
michael kors uk
abercrombie outlet
pandora charms
kate spade handbags
chaussure louboutin
louboutin
michael kors
soccer shoes
kate spade uk
true religion sale
borse gucci
ray ban sunglasses
toms shoes outlet
nike tn
sac longchamp
ralph lauren
ray ban outlet
polo ralph lauren
tory burch shoes
coach outlet
nike air force
fitflops outlet
snabacks wholesale
coach factory outlet
tory burch handbags
borse louis vuitton
kate spade outlet online
oakley sunglasses wholesale
oakley sunglass
true religion jeans
nike air max
louis vuitton
ray ban uk
michael kors outlet
cheap oakleys
oakley sunglasses
pandora rings
Post a Comment
Home