Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Tuesday, November 14, 2006

Ruhani-2: Bagaimana cara Meningkatkan Kualitas ruhani?
at 11:50 PM 
Manusia adalah makhluk yang memiliki kecerdasan intelektiual, emosional dan spiritual, atau apa yang sekarang disebut IESQ. Oleh karena itu dalam meningkatkan kualitas ruhani, maka langkah-langkahnyapun harus mengikuti tahapan tiga kecerdasan tersebut.

Pertama;
Dalam mensikapi permasalahan berfikirlah logis, masuk akal. Kegunaan berfikir itu untuk (a) menjawab pertanyaan, (b) untuk mengatasi problem, (c) mengambil keputusan dan (d) menciptakan hal yang baru atau kreatifitas. Orang berfikir itu ada yang berfikir nalar atau realistis, ada yang tidak realistis, ada yang evaluatip, dan ada yang berfikir kreatip.. Ada tahapan dalam berfikir, yaitu berfikir, berzikir, kemudian tafakkur dan kemudian tadabbur. Banyak orang berfikir tetapi tidak tafakkur, banyak orang berzikir, juga belum tafakkur. Puncak dari tafakkur adalah tadabbur . Kata Nabi, jika aku diam itu karena mikir, jika aku berbicara , itu karena zikir dan jika aku melihat, itu karena mengambil pelajaran (an yakuna shumty fikran, wa nuthqy dzikran , wa bashary `ibratan)

Kedua
Tajamkan perasaan dalam memahami realita, dengan pertanyaan-pertanyaan;
1. siapa sesungguhnya anda?,
2. sesungguhnya anda pejuang atau parasit?,
3. lebih banyak mana yang anda berikan dengan yang anda ambil?,
4. benarkah anda terhormat ?,
5. siapa sebenarnya yang paling berperan?.
6. Dan seterusnya.

Ketajaman perasaan akan terbangun jika kita bersentuhan langsung dengan problem mendasar manusia; menyaksikan dan terjun membantu orang kelaparan, orang kesakitan, orang kesulitan. Sekedar membaca Laporan orang tentang problem orang lain biasanya hanya masuk memori (kognitip), tetapi tidak menyentuh hati (afektip) sehingga kurang mendorong pada perilaku (psikomotorik).

Ketiga
Jangan lupa sabar (sabar=kecerdasan emosional). Sabar adalah tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi cobaan dan rintangan, dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka mencapai tujuan. Jadi orang yang bisa sabar adalah orang yang selalu ingat kepada tujuan, karena kesabaran itu diperlukan adalah justeru demi untuk mencapai tujuan. Orang yang tidak sabar biasanya , karena lupa tujuan akhir, ia mudah terpedaya untuk melayani gangguan-gangguan yang tidak prinsipil, sehingga apa yang menjadi tujuan terlupakan dan segalanya menjadi berantakan. Sabarpun mengenal batas waktu, oleh karena itu jika suatu ketika mengalami kegagalan, sudah diulang gagal, diulang lagi gagal lagi, maka orang yang sabar harus berfikir mencari alternatip, karena boleh jadi sumber masalahnya justeru pada keputusan awal yang kurang tepat. Manusia dengan kualitas penyabar adalah sosok manusia yang ulet, tak kenal menyerah, tak kenal putus asa, dan tak kurang akal.

Ia bukan hanya mampu mengatasi kesulitan yang datang dari luar, kesulitan tehnis misalnya, tetapi juga mampu mengatasi kesulitan yang datang dari diri sendiri, kebosanan, kemalasan atau syahwat misalnya. Al Qur’an menghargai manusia unggul yang penyabar, yakni yang sabar dan memiliki kecerdasan intelektuil, Emosionil dan Spirituil (IQ, EQ dan SQ ) , setara dengan seratus orang kafir (yang sombong, emosionil dan tak mempunyai nilai keruhanian) (Q/al Anfal, 65). Dalam keadaan normal. Al Qur’an menghargai peribadi penyabar setara dengan dua orang biasa (Q/8: 66).

Kesabaran dibutuhkan ketika (a) menghadapi musibah (b) menghadapi godaan hidup nikmat (c) dalam peperangan (d) ketika marah (e) ketika menghadapi bencana yang mencekam, (f) ketika mendengar gossip dan fitnah (h) ketika ada peluang hidup mewah, dan (I) ketika hanya menerima sedikit.


Keempat
Nyalakan cahaya nurani (SQ). Api itu menyala jika ada bahan bakarnya dan jika tidak tertutup. Fitrah manusia memiliki potensi iman yang memancar dalam jiwanya, tetapi seringkali tidak bisa menyala karena tertutup oleh daki. Daki yang menghalangi cahaya pada dasarnya adalah materi. Orang yang hatinya mata duitan pasti nuraninya tak bercahaya, karena cahaya itu inmateri, maka yang materialis tidak mungkin mendekat kepada yang inmateri. Mengisi bahan bakar cahaya nurani dapat dilakukan dengan ilmu (belajar, membaca dan mendengar), dengan praktek lapangan (safar, menghadapi kesulitan, berjuang membela kebenaran).

Untuk membuka tabir materi caranya dengan :

(One) Memutus ketergantungan kepada hal-hal yang bersifat duniawi, dimulai dengan membayar zakat (bertarip 2,5-5-10%), infaq (menurut kebutuhan) dan sedekah (boleh 50-100%) dan puasa. Orang yang sanggup memutus ketergantungannya kepada materi pasti kaya. Kaya hati itu lebih tinggi nilainya dibanding kaya materi.
(Two) menjauhi maksiat, karena maksiat itu mematikan cahaya (gelap). Semua pelaku maksiat pasti hatinya gelap, dan sifat maksiat itu menular (gelap dan menutupi cahaya).
(Three) berwisata spiritual (salat, haji, dan safar). Wisata spiritual akan mengubah dunia yang sempit menjadi luas, yang berat menjadi ringan, yang pahit menjadi manis. Manfaat wisata ada lima : (a) menghilangkan stress (tafarruju hammin), (b) rizki kehidupan (iktisabu ma`isyatin), (c) memperoleh ilmu, (d) adab atau etika dan (e) pengalaman bergaul dengan orang besar (suhbatu majidin)
posted by : Mubarok institute

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger