Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Sunday, May 27, 2007

Memori dan Berfikir
at 9:47 PM 
3. Memori dan Berfikir

Apa yang ditangkap oleh indera manusia (sensasi) kemudian diubah menjadi informasi (persepsi) selanjutnya disimpan dalam memori (ingatan). Memori adalah suatu sistem yang sangat berstruktur yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakannya untuk membimbing perilakunya. Salah satu kelebihan manusia adalah pada kemampuannya menyimpan informasi yang sangat banyak, dalam jangka waktu yang lama dan dapat mengingatnya kembali.

Proses kerja memori melalui tiga tahap: (a) Perekaman; yakni informasi yang berasal dari persepsi dicatat melalui jaringan syaraf, (b) Penyimpanan; informasi itu disimpan dalam bentuk tertentu, di tempat tertentu dan dalam waktu tertentu. Informasi yang ada dalam memori bisa bertambah terns, bisa juga berkembang sendiri (c) Pemanggilan atau mengingat kembali; yakni informasi yang tersimpan itu dapat diingat lagi, baik sekedar terlintas atau memang sengaja di ingat-ingat secara detail karena informasi itu sedang diperlukan. Kapasitas memori tiap orang berbeda-beda, ada yang selalu ingat secara detail apa yang telah dialaminya puluhan tahun sebelumnya, ada yang cepat lupa, ada juga yang jika memorinya mencatat informasi baru maka informasi yang lama terlupakan. Mahasiswi Institut Ilmu Al Qur'an yang salah satu tugasnya adalah menghafal Al Qur'an, ada yang ketika hafal juz dua dan lulus ujian


hafalannya, maka juz pertama mulai terlupakan. Ketika hafal juz tiga dan lulus ujian hafalan juz tersebut, juz dua mulai terlupakan, begitulah seterusnya.
Berfikir adalah satu kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang sebagai pengganti obyek dan peristiwa. Berfikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lamb ang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak. Berfikir merupakan proses keempat setelah sensasi, persepsi dan memori, yang mempengaruhi penafsiran terhadap stimuli. Dalam berfikir orang melibatkan sensasi, persepsi dan memori sekaligus.

Dalam kehidupan sehari-hari berfikir diperlukan untuk: (a) memecahkan masalah (problem solving), (b) untuk mengambil suatu keputusan (decision maker), dan (c) untuk melahirkan sesuatu yang baru (creativity). Dalam memecahkan masalah ada orang yang berfikirnya realistis, ada juga yang tidak realistis. Berfikir realistis, disebut juga nalar, dibedakan pada dua metode berfikir, yaitu deduktip dan induktip. Berfikir deduktip artinya mengambil kesimpulan khusus dari pengertian umum. Sebaliknya berfikir induktip itu dimulai dari pernyataan khusus untuk kemudian mengambil kesimpulan umum, atau mengambil kesimpulan umum dari pernyataan khusus.
Disamping kedua metode tersebut masih ada metode lain, yaitu metode berfikir evaluatif, yaitu berfikir kritis, memilah-milah masalah, membuat distingsi dan menilai apakah sesuatu itu baik atau tidak, tepat atau tidak.

Meskipun berfikir kritis dan penggunaan metode berfikir itu merupakan ciri intelektualitas seseorang, tetapi bukan berarti setiap orang intelek selalu berfikir logis. Dalam kehidupan keseharian terkadang berfikir logis malah menimbulkan kesulitan, sebaliknya dalam keadaan tertentu berfikir tidak logis terkadang lebih praktis dan lebih aman. Di atas tingkat berfikir logis dikenal apa yang disebut berfikir kreatif.

Untuk memecahkan masalah yang dilematis, diperlukan adanya cara berfikir kreatif (creative thinking). Berfikir kreatif adalah berfikir dengan menggunakan metode baru, konsep baru, penemuan barn, paradigma barn dan seni yang bare pula. Urgensi pemikiran kreatif bukan pada kebaruannya tetapi pada relevansinya dengan pemecahan

masalah. Karena kebaruan dan tidak konvensionalnya metode berfikir kreatif, maka orang yang kreatif sering tidak difahami oleh orang kebanyakan, dan tak jarang dianggap aneh atau gila (berfikir gila). Jika dihubungkan dengan tipologi kepemimpinan, ada pemimpin yang lahir pada zamannya dan tepat pada zamannya, ada juga pemimpin suatu zaman tetapi karena terlalu lama duduk di singgasana kepemimpinan sehingga menjadi kedaluwarsa, dan ada pemimpin yang lahir mendahului zamannya. Pemimpin tipe terakhir ini mempunyai fikiran-fikiran yang sangat kreatif sehingga tidak difahami oleh orang sezamannya. Sepeninggal pemimpin itu barulah orang faham bahwa fikiran-fikiran pemimpin yang kontrofersial itu sangat maju dan benar. Orang yang mampu berfikir kreatif pada umumnya memiliki ciri-ciri (a) memiliki kecerdasan diatas rata-rata, (b) memiliki sifat terbuka, dan (c) memiliki sikap yang bebas, otonom dan percaya diri.

Disamping berfikir dikenal juga bertafakkur. Menurut Asfihani, fikiran adalah potensi yang dapat menghubungkan konsep ilmu dengan obyek, sedangkan bertafakkur (merenung) adalah pengembaraan potensi itu mengikuti kapasitas akalnya. Dalam Al Qur'an, orang yang kapasitas akalnya kuat untuk bertafakkur secara benar disebut sebagai kelompok ulul albab (Q/2: 79 dan 197).

Orang yang berakhlak mulia, mempersepsi dan berfikir dipengaruhi oleh sikap konsistensi dalam hal kelurusan, apresiasi dan kontruktif. Oleh karena itu orang berakhlak tidak dipengaruhi buruk sangka dalam mempersepsi, dan berfikir kontruktif dalam berkreasi, serta adil proporsional dalam meluruskan sesuatu. Konsistensi ini akan meringankan fikiran, karena memorinya menyimpan informasi yang tersusun rapi, satu hal yang membuatnya tidak mengalami konflik batin.
posted by : Mubarok institute

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger