Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Monday, October 22, 2007

Langkah Strategis Pemba­ngunan Keluarga Bangsa
at 9:17 PM 
Dengan assumsi bahwa dalam usianya genap satu abad (2045) bangsa Indonesia sudah harus dapat mewujudkan dirinya sebagai keluarga bangsa yang “sakinah”, maka langkah strategis sebagai kelanjutan atau koreksi atas reformasi,

adalah harus segera di­agen­dakan hal-hal sebagai berikut:

1. Menjamin pengelolaan Penyelengaraan Pemerintahan secara benar dan baik (good governance). Ciri pengelolaan penyelenggaraan Pemerintahan yang baik dan benar adalah keikut sertaan masyarakat luas yang diatur dalam sistem untuk mengawasi jalannya pemerintahan sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan pemerintahan bisa diakses infor­masinya oleh publik (transparan), sehingga bukan saja jendela katarsis terbuka tetapi proses politik di semua lapisan pe­merintahan dapat berjalan sesuai dengan jadwal putarannya, tidak stagnant. Jika sistem ini berjalan maka Pemerintahan yang bersih (clean government) mudah terwujud. Hal ini berkaitan dengan sikap terbuka yang harus dibudayakan, sebagai lawan dari feodalisme yang biasanya menyimpan “rahasia”. Budaya feodal Jawa dalam pemerintahan orde baru telah membuat korupsi seperti gunung es, dibuktikan susah, padahal praktek korupsi sudah sangat meluas. Membuang budaya feodal dalam pemerintahan caranya adalah dengan me­misahkan secara jelas mana urusan negara (publik) dan mana urusan pribadi. Kehidupan pribadi dihormati kerahasiaannya, tetapi urusan pemerintahan merupakan hal yang harus bisa diakses oleh publik, dan memang menjadi hak publik untuk mengetahuinya. Dalam kehidupan keluargapun, urusan hubungan suami isteri merupakan rahasia di dalam kamar tertutup yang tidak bisa diakses oleh angota keluarga, tetapi kebijakan dan perekonomian keluarga seyogyanya bisa diakses oleh semua anggauta keluarga.

2. Meningkatkan keamanan di tengah masyara­kat dan ketahanan wilayah NKRI. Hal ini berkaitan dengan profesionalitas dan harkat kepolisian dan TNI. Profesionalitas kepolisian dan TNI berhubungan dengan pendidikan dan peralatan yang dibutuhkan, sedangkan harkat mereka berhubungan dengan sistem rekruitmen dan sistem pembinaan jabatan karier. Sistem pendidikan dan sistem rekruitmen yang transparan logis akan merangsang semangat pengabdian. Sebaliknya sistem pendidikan dan rekruitmen yang sarat KKN akan melahirkan aparat yang mudah tergoda menjadi penindas, mafia dan backing kejahatan. Peralatan yang memadai akan meningkatkan harga diri dan efektifitas tugas sesuai dengan besarnya pen­duduk dan luasnya wilayah NKRI .

3. Membenahi Ekonomi Bangsa Secara Demo­kratis. Pemerintah harus mempunyai kemauan yang kuat untuk membenahi perekonomian bangsa dengan semangat pemihakan kepada rakyat banyak. Garis ekonomi bangsa harus imbang antara menerima perdagangan bebas sebagai konsekwensi adanya globalisasi dengan proteksi kepentingan nasional. Amerika yang sudah begitu majupun masih tetap melakukan proteksi bagi kepentingan ekonomi dalam negerinya.

4. Meningkatkan komitmen penegakan hukum. Hal itu harus dilakukan secara seimbang antara penyempurnaan perangkat hukum dengan keteladanan penegakan hukum tanpa pandang bulu. Belajar kepada Cina, penegakkan hukum secara tegas kepada elit politik secara drastis menurunkan angka kejahatan dan meningkat­kan kesejahteraan ekonomi secara spektakuler hanya dalam satu dekade. Kita harus mengem­bangkan dan memperkuat pranata-pranata demokrasi dan pembagian tugas dan wewenang yang jelas an­tara pemerintahan, perwakilan dan pengadilan.

5. Menetapkan strategi pendidikan nasional berorientasi setengah abad ke depan. Harus diakui bahwa generasi sekarang merupa­kan produk sistem pendidikan yang keliru, dan dampak negatipnya terhadap kualitas SDM masih belum hilang hingga sepuluh-duapuluh tahun mendatang. Cina selalu mengirim mahasiswa studi ke luar negeri, meski yang kembali hanya 10 %, sisanya tetap tinggal dan bekerja di luar negeri. Cina perantauan tidak dipandang sebagai penghianat bangsa, seba­liknya mun­culnya China town dimana-mana justeru menguntungkan ekonomi Cina dalam sistem ekonomi global. India melakukan stra­tegi pendidikan dalam bentuk menyediakan anggaran pendidikan yang sangat besar hanya untuk 10 % penduduknya. Hasilnya, 10% dari satu milyard penduduk India setara dengan seratus juta orang India merupakan SDM yang sangat terdidik, dan mereka kini menguasai pasar tenaga kerja skill di negara maju dan perda­gangan menengah di berbagai negara, sementara tenaga ahli kita bahkan kalah ber­saing di negeri sendiri, dan ke luar negeri hanya bisa mengirim tenaga babu. Pada waktu masa petro dollar 30 tahun yang lalu, Malaysia tidak meng­gunakan uangnya untuk membangun gedung, tetapi untuk mengirim putera-putera bangsa belajar di luar negeri, sedangkan kita mengha­biskan uang itu untuk membangun hutan beton di kota-kota (jasad bangsa) sementara anggaran pendidikan tetap hanya 10%. Sekarang Malaysia menikmati kualitas SDMnya dan kita meratapi kualitas SDM kita.

6. Menggalakkan diplomasi international. Sebagai bangsa besar, Indonesia harus rajin tampil dalam forum-forum international, merespon setiap ke­jadian penting di dunia dan mengambil peran aktif dalam usaha bersama menciptakan per­damaian dunia. Inisiatif Hasyim Muzadi (Ketua PBNU) menengahi konflik di Thailand secara jujur harus diacungi jempol. Paradigma penempatan dubes sebagai penghargaan atau pembuangan pejabat, harus diganti dengan paradigma diplomasi dan kaderisasi. Dubes tidak harus orang tua, tetapi boleh generasi muda. Dubes tidak harus anggun, tetapi boleh juga atau semestinya bisa menjadi penjaja dagangan atau salesman produk dalam negeri.

7. Meneruskan Rekonsili Nasional. Kita harus bisa menatap kesalahan masa lalu sebagai pelajaran berharga, sebagai dasar untuk menatap masa depan bangsa, dan selanjutnya berani menetapkan batas bahwa mulai hari ini masa lalu kita tutup, dan untuk selanjutnya segala kebijakan berorientasi kepada program masa depan.
posted by : Mubarok institute

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger