Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Monday, October 01, 2007

PUASA; Sebuah Menejemen Peningkatan Kualitas diri
at 9:50 PM 
Manusia mempersepsi benda dengan ukuran-ukuran kualitas, emas diukur dengan karat, makanan diukur dengan kandungan gizi dan rasa, pakaian diukur dengan jenis bahan dan mode, burung diukur dengan keindahan bulu dan kicauannya, sapi diukur dengan berat dagingnya, pokoknya semua benda ada ukuran kualitasnya, dan dari ukuran itu ditentukan nilai dan harganya. Lalu bagaimana dengan kualitas diri kita ?

Kualitas Manusia
Manusia adalah makhluk yang mempunyai dua dimensi,; lahir dan batin, fisik dan psikis, jasmani dan rohani, maka kualitas manusia juga diukur dari dua dimensi. Kualitas fisik manusia disebut dengan sebutan ayu, ganteng, kuat atau lemah. Sedangkan kualitas ruhani manusia disebut dengan sebutan-sebutan lembut, halus, baik, jahat, jujur, pemaaf, sombong, cerdas, dungu dan lain sebagainya.

Kulitas Manusia Menurut al Qur’an.
Al qur’an mengintrodusir banyak istilah merujuk kepada kualitas diri manusia, seperti muslim, mu`min, muttaqin, mukhlish, muhsin, shalih, shabur dan halim, disamping kafir, musyrik, fasiq, munafiq, zalim dan jahil. Al Qur’an mengisyaratkan bahwa pada dasarnya manusia memiliki potensi menjalankan kebaikan dengan mudah (laha ma kasabat) dan harus bersusah payah melawan dirinya untuk berbuat jahat (wa `alaiha ma iktasabat). Akan tetapi daya tarik keburukan lebih kuat dibanding daya tarik kebaikan. Nabi menggambarkan dengan permisalan; surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak menarik (mahfufat bi al makarih) sementara neraka dikelilingi oleh hal-hal yang menarik ( mahfufah bi as syahawat) Oleh karena itu untuk bisa membangun kualitas diri, manusia harus bisa meminij dengan baik agar antara potensi, godaan dan peluang bisa disinergikan kearah kesempurnaan diri. Manusia memiliki hak ikhtiar untuk mencapai kualitas dirinya. Manusia diberi kebebasan untuk menjadi mu`min atau menjadi kafir (faman sya‘a fal yu’min waman sya’a fal yakfur)

Perangkat Diri
Manusia oleh Tuhan diberi perangkat diri yang memungkinkan meminij hidup hingga mencapai tingkat integritas yang tinggi, yaitu Akal, Hati, Hati Nurani, syahwat dan Hawa nafsu.

Akal (`aql) adalah problem solving capacity, yang dengan akal manusia bisa mengatasi masalah, bisa menemukan kebenaran tetapi bukan menentukan kebenaran. Kerja akal adalah berfikir.

Hati (qalb) adalah alat untuk memahami realita. Hal-hal yang tidak rationil bisa difahami oleh hati. Dengan bekerjasama dengan akal, hati bisa melakukan tafakkur. Hati bertindak sebagai “perdana menteri” dalam “cabinet” kejiwaan manusia, oleh karena itu hanya perbuatan yang disadari oleh hati yang berimplikasi kepada pahala dan dosa. Hanya saja, sesuai dengan namanya qalb, hati memiliki karakter tidak konsisten, bisa berubah-ubah.

Hati nurani (alqur’an menyebutnya bashirah) adalah cahaya (nur) Tuhan yang ditempatkan didalam hati (nurun yaqdzifuhulloh fi al qalb). Nurani memiliki hotline dengan Tuhan, oleh karena itu nurani konsisten jujur, tidak bisa diajak kompromi dengan kebohongan. Hanya saja cahaya nurani bisa tertutup oleh keserakahan dan kemaksiatan. Oleh karena itu orang serakah dan pendosa nuraninya mati. Hati Nurani bersinerji dengan akal dan hati, membuat manusia bukan saja bertafakkur, tapi bahkan bisa melakukan tadabbur.

Syahwat adalah dorongan kepada apa saja yang diinginkan (nuzu` annafs ila ma turiduhu) atau dalam psikologi disebut motiv atau penggerak tingkah laku. Syahwat bersifat netral dan manusiawi, oleh karena itu menunaikan syahwat dengan mengikuti tuntunan agama menjadi ibadah. Sebaliknya ngumbar syahwat bisa meluncur ke dorongan hawa nafsu dan perbuatan mksiat dan dosa.

Hawa nafsu merupakan syahwat rendah, yakni penunaian syahwat yang tidak memperdulikan nilai 2 moralitas dan akibat.

Lima Perangkat kejiwaan inilah yang bekerja merespon stimulus, mempersepsi, mempertimbangkan, dan memutuskan. Dengan perangkat itu manusia bisa berfikir, bertafakkur (merenung) dan bertadabbur. Jika manusia lebih mengikuti akalnya maka ia hidup rationil, jika lebih menggunakan hatinya maka ia perasa, jika mengikuti nuraninya maka pilihannya pasti tepat, jika ngumbar nafsu maka ia cenderung hedonis dan jika lebih mengikuti hawa nafsu maka ia pasti tersesat dan keputusannya keliru.

Puasa Sebagai Menejemen Spiritual
Puasa tidak sama dengan orang kelaparan. Orang kelaparan terpaksa tidak makan minum karena tidak ada yang bisa dimakan atau diminum, sedangkan orang berpuasa secara sadar meninggalkan makan minum sebagai bentuk pengendalian diri karena adanya perintah Tuhan. Orang kelaparan adalah wujud kelemahan, sedangkan orang berpuasa merupakan wujud kekuatan. Hanya orang kuat yang bisa mengendalikan dirinya untuk tidak makan minum padahal ia ingin dan makanan tersedia.

Oleh karena itu puasa bukanlah aktifitas fisik, tetapi aktifitas spiritual, karena yang bekerja jiwanya. Oleh karena itu kualitas puasa juga diukur secara spiritual, bukan materialnya. Ada tiga ranking kualitas puasa; awam (tingkat dasar), khusus (tingkat menengah)dan super khusus (tingkat tinggi). Orang awam hanya mulutnya yang puasa yakni meninggalkan makan minum, sedangkan orang khusus mulutnya juga berpuasa dari kata-kata yang tidak perlu, matanya berpuasa dari melihat yang dilarang, telinganya berpuasa dari mendengar yang tidak berguna, dan seluruh anggauta badannya juga berpuasa dari melakukan hal yang dilarang dan yang tidak berguna.

Jadi puasa merupakan pekerjaan menejemen kejiwaan, mensinergikan fungsi-fungsi akal, hati, hati nurani, syahwat dan hawa nafsu. Jika seseorang berhasil menjalankan puasa pada tingkat karakteristk puasa orang khusus maka puasanya akan berdampak pada pembentukan integritas diri. Sedangkan puasa super khusus, itu tidak relefan dengan kita. Puasa jenis ini adalah puasanya para Nabi dan para wali, karena yang puasa bukan hanya mulut dan anggauta badan, hatinyapun berpuasa dari ingatan selain Alloh. Bayangkan Selama 14 jam, di dalam hati para nabi dan wali hanya ada Tuhan, tidak ada ingatan yang lain. Kita, jangankan 14 jam, selama salat yang hanya empat menitpun tidak bisa full mengingat Tuhan.

Banyak diantara kita yang malah selama empat rokaat salat, hatinya bukannya ke Tuhan yang diucapkan dalam bacaan salat, tetapi malah berwisata hingga berhasil mengunjungi empat obyek pariwisata. Dari itu maka Nabi mengingatkan bahwa; banyak orang puasa tapi mereka tidak memperoleh apa-apa selain lapar dan haus (rubba sho’imin laisa hadzzuhu illa al ju` wa al `athos) seperti juga banyak orang salat malam tapi tak memperoleh apa-apa selain lelah dan kantuk (rubba qo’imin laisa hadzzyhu illa assahr waat ta`ab). Wallohu a`lam
posted by : Mubarok institute

Blogger Jalan Menuju Kesejahteraan said.. :

assalamualaikum.. Saya setuju dengan pendapat saudara dari awal hingga lah sampai saudara mengatakan..hanya nabi dan rasul mampu mengingati allah ketika puasa selama 14jam.

Masyallah..dialah yg lebih mengetahui apa yg tersmbunyi dan yg tersirat.

Sekiranya kita berada pada peringkat umat islam, benarlah kita hanya mampu mengingati allah 2-3 minit..dalam solat 4 minit kita tidak dapat ingat sepenuhnya. Kalau kita diperingkat beriman, kita mampu mengingati allah lebih lama lagi setelah tahap nafsu meningkat.. Dan seterusnya seorg mukmin mampu mengingati allah 24 jam sehari..bukan lagi 14 jam.. Walau ketika tidurnya. "mata ku tidur tetapi hati ku jaga":rsullullah. Walau didalam tandas "aku tidak terpisah darimu wahai rasullullah sekali pun aku didalam tandas ": saidina abu bakar. "apabila hamba ku yg beriman dgn ikhlas(yg mengingati allah) syaitan tiada kuasa terhadap mereka" : Maksud ayat. ingatlah kamu kepada allah dgn zikir sebanyak nya ketika waktu pagi dan ptg( diantara kedua waktu tersebut):maksud ayat. Dan mereka sentiasa mengingati allah ktika duduk, beridiri dan berbaring :maksud ayat.

Sesungguhnya berbahgialah org mukmin : (almukminun :1) itulah insan yg bernafsu mutmainnah. Tidak sedetik pun terlalai dari mengingati allah...

belajarlah utk menjadi org beriman. Bukan belajar untuk menjadi org islam. Kerana iman dahulu baru wajib islam. Tiada sepatah pun ayat alquran yg menyuruh org islam solat (kalau ada cuba buktikan) kerana islam apabila solat pastinya lalai pada allah..maka neraka wail bagi org ygn lalai ktika solat:maksud ayat. Carilah jln utk beriman dan allah berjanji akan dibuka pintu hidayah bagi org yg ingin menerima petunjuk :maksud ayat.

Ya allah engkaulah sebaik-baik guru. (al alaq ayat 5) Engkaulah yg punyai ilmu. Aku hanya hamba yg lemah yg tidak mengetahui sehingga engkau beritahu. Darimu ia dtg dan kepadamu ia kembali.

Mukminblog.blogspot.com

5:42 PM  
Blogger 柯云 said.. :

2016-07-12keyun
replica rolex watches
nike sb janoski
adidas uk
michael kors outlet
nike running shoes for men
replica rolex watches
asics shoes for women
gucci outlet
adidas factory outlet
coach outlet store online
ed hardy outlet
louboutin shoes
toms outlet
louis vuitton outlet
jordan shoes
jordan concords
celine handbags
jordan 6s
ralph lauren home
oakley vault
nike free 5.0
adidas superstar
polo ralph lauren
the north face jackets
true religion jeans
true religion jeans
coach factory outlet online
cheap rolex watches
michael kors outlet
polo ralph lauren outlet
louis vuitton outlet stores
louis vuitton handbags
cheap louis vuitton handbags
pandora charms
coach outlet clearance
tory burch sandals
michael kors outlet clearance
coach factory outlet
christian louboutin sale

6:02 PM  

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger