Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Monday, April 06, 2009

Tingkatan Kualitas Nafs
at 12:39 AM 
Seperti telah dijelaskan dalam surat al-Syams / 91:9-10 bahwa nafs itu diciptkan Tuhan secara sempurna, tetapi ia harus tetap dijaga kesuciannya, sebab ia bisa rusak jika dikotori dengan perbuatan maksiat. Kualitas nafs tiap orang bereda-beda berkaitan dengan bagaimana usaha menjaganya dari hawa (Q.,s. al-Nâ-zi’ât/79:40), yakni dari kecendrungannya kepada syahwat, karena menuruti dorongan syahwat itu, seperti yang dikatakan oleh al-Marâghi, merupakan tingkah laku hewan yang dengan itu manusia telah menyia-nyiakan potensi akal yang menandai keistimewaannya.

Dalam bahasa Indonesia, syahwat yang menggoda manusia sering disebut dengan istilah hawa nafsu, yakni dorongan nafsu yang cendrung bersifat rendah.

Al-Quran membagi tingkatan nafs pada dua kelompok besar, yaitu nafs martabat tinggi dan nafs martabat rendah. Nafs martabat tinggi memiliki oleh orang-orang takwa, yang takut kepada Allah dan berpegang teguh kepada petunjuk-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Sedangkan nafs martabat rendah memiliki oeh orang-orang yang menentang perintah Allah dan yang mengabaikan ketentuan-ketentuan-Nya, serta orang-orang yang sesat, yang cenderung berperilaku menyimpang dan melakukan kekejian serta kemungkaran.

Secara ekplisit al-Qur’an menyebut tiga jenis nafs, yaitu
1. (al-nafs al-muthma’innah),
2. (al-nafs al-lawwamah), dan
3. (al-nafs al-ammarah bi al-su)

Ketiga jenis nafs tersebut merupakan tingkatan kualitas, dari yang terendah hingga yang tertinggi. Ayat-ayat yang secara ekplisit menyebut ketuga jenis nafs itu adalah sebagai berikut:


Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridlai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-Ku, dan masuklah kedalam surga-Ku (Q,. s. al-Fajr / 89-27-30).


Aku besumpah dengan hari kiamat, dn aku bersumpah dengan jiwa amat menyesali(dirinya senderi) (Q,. s. al-Qiyamah / 75:1-2).


Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kapada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyayang (Q., s. Yusuf / 12:53).

Di samping tiga penggolongan tersebut, al-Qur’an juga menyebut term pada anak yang belum dewasa, seperti tersebut dalam surat al-Kahf / 18:73:

Maka berjalanlah keduanya; hingga ketika keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka khidir membunuhnya. Musa berkata: mengapa kamu bunuh jiwa yang suci, bukan dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar (Q,. s. al-Kahf / 18-74).

Maka empat tingkatan itu dapat digambarkan bahwa pada mulanya, yamni ketika seorang manusia belum mukallaf, jiwamya masih suci (zakiyah). Ketika sudah mencapai mukallaf dan berinteraksi dengan lingkungan kehidupan yang menggoda, jika ia merspons secara positif terhadap lingkungan hidupnya maka nafs itu dapat meningkat menjadi nafs muthma’innah setelah terlebih dahulu memproses di dalam tingkatan nafs lawwamah telah mencapai tingkat muthma’innah pastilah ia menyandang predikat zakiyah pula.Akan tetapi jika nafs itu merespon lingkungan secara negative, maka ia dapat menurun manjadi nafs ammarah dengan segala karaterristik buruknya.
posted by : Mubarok institute

Anonymous Anonymous said.. :

Salam dari Malaysia.
Saya senang sekali membaca blog ini.
Informasi nya begitu padat dah mudah untuk difahami dan diertikan.
Selamat Maju Jaya.
Moga Allah berkati.

11:51 AM  

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger