Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Thursday, September 02, 2010

Membangun akhlak manusia (7) Konsep Baik Buruk
at 8:48 PM 
Kebaikan dan keburukan adalah kualitas nilai, semua kualitas ada derajatnya, oleh karena itu orang mengenal nilai baik dan sangat baik, atau buruk dan sangat buruk.

Dalam bahasa Indonesia dikenal adanya kebajikan disamping kebaikan. Pada dasarnya kebaikan adalah sesuatu yang enak dirasa, enak dipandang dan memberi manfaat, sebaliknya keburukan adalah sesuatu yang tidak enak dirasa, tidak enak dipandang serta tidak membawa manfaat.
Dalam bahasa Arab ada istilah khoir, hasan, birr, ma`ruf yang kesemuanya bermakna kebaikan disamping fujur, fakhisyah,munkar dan syarr yang kesemuanya bermakna keburukan.

Akal sebagai sumber nilai

Definisi manusia yang populer adalah: hewan yang berfikir (al insan hayawan natiq). Jadi kelebihan manusia terletak pada kemampuannya berfikir, atau pada akalnya. Dalam Psikologi modern, akal disebut sebagai problem solving capasity, sebagai kecakapan memecahkan masalah. Dalam Al Qur'an, akal meski disebut dengan berbagai nama dan aktifitas, tetapi kata 'agala dalam Al Qur 'an mengandung arti yang pasti yaitu mengerti, memahami dan berfikir. Tetapi aktifitas berfikir diterangkan Al Qur'an bukan hanya oleh akal, melainkan merupakan produk dari sistem nafsani yang melibatkan hati (galb), hati nurani, (bashirah), 'aql dan nafs itu sendiri. Jadi akal secara sosiologis memiliki kemampuan untuk memutuskan hukum baik dan buruk. Wujud dari hukum baik buruk yang dirumuskan oleh akal adalah sistim nilai yang terdapat dalam kebudayaan manusia, baik dalam bentuk agama budaya, tradisi, ilmu pengetahuan maupun hukum positif. Dalam perspektif ini maka dapat diketahui adanya hukum baik buruk yang seakan "univer¬sal", dan yang bersifat regional. Norma baik buruk masyarakat dunia ada yang hampir sama dan ada yang saling bertentangan. Artinya akal tidak dapat menjadi satu-satunya sumber norma, justeru karena subyektifitas pemikiran manusia itu sendiri.

Agama (Wahyu) sebagai sumber nilai

Yang dimaksud wahyu sebagai sumber nilai adalah firman Allah yang diturunkan kepada para Nabi. Wahyu merupakan hidayah Tuhan kepada manusia setelah hidayah akal. Artinya karena akal tidak akan dapat mencapai kebenaran mutlak maka Allah menyempurnakan hidayahNya dalam bentuk wahyu yang dibawa oleh para Nabi, yang wujudnya adalah Kitab Suci seperti Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur'an. Wahyu sebagai sumber nilai memiliki tingkat kebenaran yang absolut, oleh karena itu ia bersifat universal. Yang tidak absolut adalah kebe¬naran yang didasarkan kepada tafsir atas Kitab Suci. Dalam Al Qur'an, kebenaran kebaikan antara lain disebut dengan istilah al khoir dan al ma'ruf. Al khoir artinya kebaikan normatif yang sumbernya dari Tuhan dan memiliki kebenaran absolut serta berlaku universal. Sedangkan al ma'ruf adalah nilai kebaikan yang penilaiannya melibatkan kebu¬dayaan manusia, oleh karena itu nilai al ma'ruf tidak universal. Berbakti kepada orang tua adalah kebaikan yang bernilai al khoir. Siapa saja, di negeri manapun dan pada zaman apapun, setiap manusia wajib ber¬bakti kepada orang tua. Tetapi bagaimana caranya berbakti adalah al makruf, yakni tata nilai masyarakat ikut, menentukan ukurannya, oleh karena tiap masyarakat dan tiap zaman mempunyai ukuran sendiri¬sendiri. Sedangkan keburukan, Al Qur'an menyebutnya dengan istilah as su'- sayyi'at yang dalam berbagai ayat mengandung banyak arti. Sekurang-kurangnya Al Qur'an menggunakan predikat buruk atau as su' pada limabelas hal di luar pengertian dorongan seksual, yaitu; jalan yang buruk, sa'a sabila. (Q/4:22)", teman yang buruk, sa'a garina. (Q/4:38)", keputusan yang buruk, sa'a ma yahkumun (Q/6: 146), beban yang buruk, sa'a himla (Q/20:101), tempat kembali yang buruk, sa at marisa (Q/4:97), tempat tingal yang buruk, sa'at mustagarra (Q/25:66), giliran yang buruk, ddirah assau' (Q/48:6), siksaan yang buruk, su'al azab (Q/14:6), rumah atau kampung yang buruk, su'ul hisab (Q/13:25), perhitungan yang buruk, su'ul hisab (Q/13:18) Amal yang buruk, su'u 'amalihi (Q/40:37), perbuatan seorang ardda bi ahlika su'an (Q/12:25) Rekayasa jahat, makr as sayyi' (Q/35:45) dan perlindungan yang buruk syafa'atan sayyi'atan (Q/4:85).
Al Qur'an juga menggunakan kata su'u dalam berbagai kata bentukannya untuk menyebut penyakit, min ghoiri su'in (Q/28:32), dosa, kaffir 'anna sayyi atina (Q/3:193), bencana, sayyi'at (Q/11:10), dan hukuman, sayyi'at (Q/39:51).
posted by : Mubarok institute

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger