Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Thursday, April 09, 2015

Terorisme dan Politik(1)
at 11:21 AM 
Oleh Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA

Heboh ISIS merupakan puncak dari stigma terorisme terhadap Islam. Eksekusi pilot Yordania, Muadz al Kasasbeh, 26 tahun dengan cara dibakar hidup-hidup didalam kerangkeng besi seperti binatang buas di kebon binatang, kemudian abunya dibuang ke tempat sampah benar-benar merupakan puncak stigma negatip. Bayangkan pelakunya adalah kelompok yang menamakan dirinya Daulah Islamiyah fi al `Iraq wa al Suriyyah atau Islamic State  of Irak and Syiria (ISIS). Lebih dahsyatnya lagi proses pembakaran itu diabadikan oleh ISIS lewat video yang bisa ditonton lewat internet dan kemudian berbagai stasiun TV dunia mencupliknya. Saluran TV International FOX bahkan menayangkannya dari awal hingga akhir.
Apa yang dapat kita katakan melihat itu, karena seluruh yang dikerjakan kelompok ISIS bertentangan 180 derajat dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam. Pengelola majalah Cherlie Hebdo di Perancis yang baru-baru ini diserang “teroris” pasti tertawa terbahak-bahak. Demikian juga pendeta Amerika Terry Jones dan politisi Belanda yang dulu pernah secara demontratip membakar al Qur’an pasti merasa sangat terbantu oleh perilaku barbar ISIS.
Sesungguhnya terorisme ada sepanjang zaman dan di semua bangsa dan agama. Bahkan sejarah terorisme di Barat jauh lebih sadis dan massif, tetapi kini dalam era global, issue terorisme lebih distigmakan kepada Islam, terutama setelah runtuhnya Uni Sovyet. Jadi disitu ada scenario global untuk memojokkan Islam, dan ada kebodohan orang Islam yang mau digiring menjadi pelaku tindakan terorisme. Korban agresi Amerika di Perang Irak, Afganistan < Pakistan tidak pernah disebut korban terorisme. Tetapi jika pelakunya orang Islam meski korbannya hanya dua tiga orang maka pelakunya disebut sebagai teroris dan korbannya disebut korban terorisme.        
Dulu dalam kasus bom Bali, Amrozi yang menjadi sangat tekenal juga dituduh sebagai teroris kelas dunia . Menjadi lebih menarik karena  Amrozi justeru tersenyum ketika hakim mengetokkan palu vonis hukuman mati kepadanya. Timbul pertanyaan, terror yang dilakukan oleh Amrozi cs itu perbuatan politik atau perbuatan ideology ? Issue terorisme dewasa ini  sebenarnya sudah keluar dari kebenaran substansial, sebaliknya ia hanya menjadi alat propaganda politik dan ekonomi global. Adu argumen tentang terorisme tidak lagi dengan meng­gunakan paradigma keilmuan, tetapi justeru dengan paradigma politik dan ekonomi.
Definisi Terorisme
Mendefinisikan terorisme menjadi sangat penting untuk membedakan terrorist dengan pejuang kebebasan. Memang hampir mustahil terorisme dapat didefinisikan secara obyektif. Definisi terorisme yang dinisbahkan kepada Osamah bin Laden misalnya, menurut kolumnis Michael Kinsley dalam Washington Post, 5 Oktober 2001 adalah pendefinisian yang kacau. Definisi yang me­ngandung pengertian “injury to government property” dan “computer trespass” terlalu luas cakupannya. Kinsley selanjut­nya memberi contoh, Amerika mendukung gerak­kan gerilya melawan pemerintahan Nicaragua, akan tetapi di El Salvador Amerika melakukan hal yang sebaliknya. Jika terorisme diartikan sebagai perbuatan kejahatan yang mendukung tujuan politik, pertanyaanya adalah bagaima­na jika yang melakukan justeru Pemerintah dari suatu negara?
Terorisme telah didenifisikan mengacu kepada ke­pentingan pemberi definisi, sehinga ada definisi terorisme perpespktif penguasa, perspektif inteljen dan perspektif ilmu. Definisi terorisme perspektif penguasa antara lain: “Terrorism is premediated threat or use of violence by subnational groups or cladestine individuals intended to intimidate and coerce governments, to promote political, religius or ideological outcomes, and to inculcate fear among the public at large
Sedangkan FBI misalnya mendefinisikan sese­orang menjadi teroris atau tidak bergantung kepada opini publik di Amerika, sebagai berikut: “The unlawful use of force or violence against person or property to intimidate or to coerce a government, the civilian population, or any segment thereof, in furtherance of political or social goals” 
Adapun definisi yang lebih netral misalnya apa yang dikatakan oleh Ali A Mazrui dan Raymond Hamden. Menurut Ali A Mazrui, harus dibedakan antara teroris yang me­ngerikan (horrific terrorism) yang membunuh manusia tak berdosa tanpa pandang bulu dengan bentuk terorisme yang dilakukan oleh para pejuang kemerdeka­an (heroic terrorism) dalam menghadapi kekuatan pe­nindas, atau bahkan negara adidaya penindas. “Terrorist” yang terakhir ini me­ngandung nuansa patriotic dan kepahlawanan. Sementara itu Raymond Hamden mem­bedakan typology terorisme, dimana ada yang dilatar­belakangi oleh pan­dangan politik, ideologi suatu agama, oleh pertarungan politik melawan pemerintah yang mapan, dan terorisme yang dilakukan oleh orang yang mengidap sakit mental. 
Meski mustahil menyatukan definisi terorisme, tetapi pada akhirnya yang diterima  oleh banyak orang adalah definisi yang dibuat oleh pemilik kekuasaan yang bisa memaksakan kehendaknya, baik kekuasaan politik, militer, ekonomi maupun teknologi.
Pasti tidak mudah ketika orang harus memahami cara berfikir Amerika yang memandang Arafat sebagai teroris, sementara Israel yang menjajah Palestina, pe­langgar HAM dan pemilik senjata pemusnah massal dibela habis-habisan oleh Amerika. Terorisme tidak pernah dibahas akar masalahnya, tetapi dilihat dari kepentingan Amerika. Semua yang mengancam ke­pen­tingan Amerika di cap sebagai teroris, dan sayangnya PBB tidak cukup kuat untuk menentang hegemoni Amerika. Akar terorisme adalah ketidak adilan. Dimana­pun wilayah konflik dimana terjadi ketidakadilan yang menyolok, pasti akan muncul tindakan kekerasan. Palestina, Afganistan, Pilipina Selatan dan Irak sekarang adalah produsen kekerasan. Ditujukan kepada siapa? kepada pihak yang sangat kuat, yang me­maksakan kehendaknya kepada pihak yang lemah dengan du­kungan kekuatan senjata, legalitas formal dan ekonomi. Ada tiga cirri aktifitas terorisme; (a) menyebarkan rasa takut (b) menghancurkan infrastruktur public dan (c) menimbulkan korban tak berdosa dalam jumlah besar. Jadi sebenarnya ada dua kelompok teroris.
1.     Pertama, Teroris kuat,  dalam hal ini negara besar (kuat), yang dengan dalih melindungi kepentingan nasionalnya merasa berhak untuk menghancurkan lawan, dimanapun berada. Amerika (di Afgan dan Irak) dan Israel (di Palestin) serta Uni Sovyet (ketika men­jajah Afganistan) dalam perspektip ini adalah negara teroris, maksudnya, terorisme yang dilakukan oleh negara, lounching by state. Dilihat dari cirri-ciri aktifitas terorisme maka ternyata Amerikalah yang paling banyak menyebarkan rasa takut, meluluh lantakkan infrastruktur public dan membunuh manusia tak berdosa dalam jumlah sangat besar.
2.     Kedua, Teroris Terpojok, yakni mereka  yang lemah dan kalah dalam percaturan resmi, tetapi tidak mau menyerah.  Kelompok ini  merasa berhak untuk mem­bela diri, dan melakukan gerilya sesuai dengan kemampuan minimal yang mereka miliki.
Jadi peperangan teror dan anti teror dewasa ini se­benar­nya merupakan peperangan antara dua teroris, pertama teroris  yang berusaha mempertahankan dominasi kekuasaanya (terutama ekonomi) di dunia, dan kedua, teroris yang dalam posisi terpojok dan dengan segala keterbatasan yang dimilikinya merasa harus mempertahan­kan eksistensinya dengan segala cara. Lahirnya kelompok seperti ISIS lebih banyak disebabkan karena frustrasi terhadap masa depan, karena dalam waktu yang lama dan nyaris tanpa ada harapan, kekerasan selalu terjadi di lingkungan mereka, baik karena krisis politik nasional mareka atau karena intervensi asing yang sangat kuat. Timur Tengah kini tak lagi berrsisa, semua Negara berhasil dikacaukan dari Irak, Tunisia, Suriah, Mesir dan kini Yaman. Hanya Iran yang tetap mampu melakukan konsolidasi diri menghadapi kekuatan “setan” Barat.. Saudi dan Negara Teluk  tidak dihancurkan karena disitu juga ada kepentingan Barat.
posted by : Mubarok institute

Blogger Unknown said.. :

2015-7-21 xiaozhengm
mcm outlet
chanel online shop
gucci outlet
air max shoes
oakley sunglasses
gucci uk
oakley sunglasses discount
kate spade outlet
nike blazer low
nike tn pas cher
jordan homme
longchamp handbags
cheap jordans
oakley store
coach outlet store online
michael kors outlet
ray ban sunglass
oakley sunglasses outlet
coach outlet store online
michael kors bags
rolex watches
coach outlet online
ralph lauren uk
ray ban sunglasses
snapback hats wholesale
christian louboutin outlet
true religion jeans
polo ralph lauren outlet
cheap true religion jeans
cheap ray ban sunglasses
ed hardy
christian louboutin sale
chanel outlet
air max 90
fitflops sale clearance
christian louboutin
air force 1
michael kors handbags
chanel handbags
kate spade

2:11 AM  
Blogger Unknown said.. :

air jordans
gucci outlet
michael kors outlet online
mont blanc
cheap ray ban sunglasses
cheap jordans
louis vuitton outlet
coach factory outlet
adidas superstar
louis vuitton
hollister clothing
cheap jordans
ray ban outlet
cheap oakley sunglasses
louis vuitton handbags
polo ralph lauren
ray ban sunglasses discount
replica watches for sale
true religion jeans
jordan retro
lebron james shoes 13
toms shoes
vans shoes
mont blanc pens
kobe 9
michael kors outlet
coach outlet
coach factory outlet
ray bans
michael kors outlet
ray ban sunglasses
christian louboutin shoes
hollister outlet
oakley sunglasses
basketball shoes
louis vuitton handbags
cheap jordans
coach factory outlet
michael kors outlet
burberry outlet
20165.14wengdongdong

7:56 PM  
Blogger Unknown said.. :

click this link here now replica bags from china discover this high end replica bags this hyperlink replica bags from china

2:06 PM  

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger