Monday, December 04, 2006
Solidaritas Politik: Pornomoralita Yang Kontraproduktif
Pornografi dihujat, padahal ia hanya berupa gambar atau tulisan. Kenapa? Karena pornografi mencerminkan perilaku tak bermoral, merendakan martabat sendiri
dengan membuka aurat. Aurat adalah sesuatu yang tidak semestinya dibuka, karena menimbulkan rasa malu, baik bagi pemiliknya maupun bagi yang melihat. Aurat yang terbuka juga dapat merangsang orang melakukan tindakan asusila.
Penghujat pornografi boleh jadi seorang moralis, yang secara sungguh menentang dan berusaha memberantasnya. Ada juga orang yang mengeluarkan suara lantang terhadap pornografi, tetapi secara diam-diam justeru melakukan pornoaksi. Di tempat terbuka ia menentang pornografi dan menutup aurratnya, tetapi di tempat tersembunyi ia membuka auratnya dan bukan hanya melukis porno, tetapi menjalankan praktek porno, atau pornoaksi.
Bagi orang yang bermoral, perbuatan menonton aurat orang lain, apalagi mempertontonkan aurat sendiri di muka orang lain, merupakan hal yang sangat memalukan, menjijikkan dan memuakkan. Tapi bagi orang yang tak bermoral, hal itu merupakan hal yang sederhana, bahkan aurat bisa diekploitir untuk kepentingan bisnis.
Sesungguhnyalah bahwa perbuatan porno bukan hanya yang berhubungan dengan aurat sex. Semua perbuatan memalukan tetapi dilakukan secara terbuka hakikatnya adalah perbuatan porno, yakni pornomoralita. Seorang koruptor yang membela diri perbuatannya dengan tanpa beban psikologis pada hakikatnya adalah kepornoan juga, pornomoral. Demikian juga politisi yang nuraninya berkata salah, tetapi di depan publik masih bisa berargumen dengan sangat logis menurut bahasa hukum atau bahasa politik, yang dengan itu sebenarnya ia sudah tidak bernurani, maka ia telah melakukan perbuatan porno, porno moral.
Dewasa ini praktek pornomoral itu banyak sekali dipertontonkan oleh para politisi. Aurat moralnya dipertontonkan secara terbuka kepada publik dalam debat publik, dalam konferensi pers dan dalam pidato resmi di parlemen. Banyak kalimat-kalimat indah dan logis, tetapi sebenarnya bertentangan dengan nuraninya sendiri. Kalimatnya benar, tetapi maksudnya yang buruk, kalimat al haqq yuridu biha al bathil, kata kitab kuning. Solidaritas politik memang sangat riskan terhadap moral porno. Politik adalah satu pandangan yang berhubungan dengan cita-cita kekuasaan. Partai politik memang didirikan untuk menggapai kekuasaan politik. Para politisi adalah orang yang secara psikologis memiliki “ambisi” untuk mencapai tingkatan kekuasaan tertentu dalam kehidupan politik. Tegasnya, setiap politisi berharap suatu ketika akan dapat menduduki kursi kekuasaan.
Secara fitri manusia memang memiliki interest, baik interest politik maupun interst ekonomi, apa yang di dalam ilmu tasauf disebut hubbul jah war riyasat. Sepanjang hanya interst, hal itu merupakan fitrah manusia dan tidak mengapa. Hal itu akan menjadi masalah moral ketika cara menggapainya mengabaikan nilai-nilai moral. Syahwat politik itu sangat dahsyat kekuatannya. Banyak orang sanggup melakukan apa saja termasuk perselingkuhan politik asal tujuan politiknya tercapai. Sumpah palsu, persekongkolan jahat, suap, tipuan dan tekanan merupakan sederetan tawaran transaksi politik. Politisi yang bermoral akan menghindari perbuatan tak bermoral, tetapi bagi politisi tak bermoral, jika diperlukan, why not ? namanya juga politik, katanya. Berpolitik bukan hanya membela yang benar, tetapi jika perlu maju tak gentar membela yang bayar. Ia akan bela mati-matian dengan segala cara, temannya yang sealiran politik meski ia tahu bahwa temannya itu salah. Ia juga siap menghancurkan lawan politiknya dengan segala cara meski ia tahu bahwa lawannyalah yang benar.
Sebenarnyalah bahwa dorongan untuk berperan serta dalam kepemimpinan politik merupakan perwujudan dari tanggung jawab seorang khalifah Allah. Manusia yang memiliki kemampuan berkewajiban membangun dan memimpin masyarakat bangsanya menuju kepada cita-cita politik yang sehat dan bermoral. Politisi bisa jatuh bangun, tetapi kepentingan politik tidak akan pernah hilang dari kehidupan manusia. Oleh karena itu seorang politisi yang bijak akan memilih orientasi politik jangka panjang dengan membangun konsistensi hingga terbangun pada dirinya citra politik yang tinggi nilainya. Partai politik yang dewasa tak akan segan-segan memecat dan mengajukan ke pengadilan, kader-kadernya yang terbaik sekalipun jika didapati melanggar moral politik. Meski sedih, ia akan dengan tegas dan tegar menghukum kadernya yang salah. Solidaritas politk yang menutup mata dari nilai moral sebaliknya justru akan merugikan partai itu dalam jangka panjang, karena masyarakat luas pemilihnya justeru akan menjauhinya, meski dalam waktu pendek berhasil memenangkan pembelaan terhadap kadernya yang salah. Solidaritas politik yang porno pada gilirannya akan membuat rakyat muak terhadap partai politik, dan ini dapat memanggil kembali kekuatan repressif untuk tampil kembali ke panggung kekuasaan, hanya karena mereka bisa menyembunyikan aurat moralnya. Wallohu a‘lam.
Post a Comment
Home