Monday, April 09, 2007
Konsep Diri (3)
Konsep Diri bangsa
Hanya bangsa besar yang bisa mengukir sejarah besar, dan hanya bangsa yang memiliki pemimpin besar yang dapat mengangkat dirinya menjadi bangsa besar. Dulu Sukarno pernah mengukir sejarah besar dengan menyelenggarakan Konperensi Asia Afrika di Bandung. Gagasan besar Sukarno itu kemudian mengilhami bangsa-bangsa Afrika untuk melepaskan diri dari penjajahan. Hingga hari ini nama Sukarno masih melekat di hati orang-orang Afrika. Pernah saya berkenalan dengan orang Ghana di lift hotel di negeri Malta. Ketika saya menyebut dari Indonesia, orang Ghana itu langsung memeluk saya sambil menyebut ohh…. Sukarno. Sukarno kemudian jatuh ketika memusatkan perhatiannya pada membesarkan nama dirinya (pemimpin besar revolusi) , bukan membesarkan bangsanya.
Kini, setelah Pak Harto jatuh, Indonesia mengalami krisis pemimpin, yakni tidak ada satupun pemimpin besar di negeri ini yang mampu mengajak bangsa berfikir besar dan memandang jauh de depan menembus sekat ruang dan waktu.. Oleh karena itu kini orang-orang Indonesia lebih banyak mengeluh dan kecewa dibanding merancang masa depan. Kebanyakan orang hanya berfikir aku dapat apa, bukan apa yang dapat kuwariskan kepada generasi bangsa. Para politisipun berhenti pikirannya pada agenda 2009, hanya sedikit yang mampu menggagas untuk 2030 atau 2050. Bahkan, ketika Indonesia menjadi anggauta tidak tetap di Dewan Keamanan PBB, Indonesia ikut menyetujui sanksi tambahan kepada Iran, tidak berani membela hak-hak Iran dengan mengatakan Qatar saja yang Negara Islam dan Timur tengah menyetujui sangksi untuk Iran. Jadi konsep diri Dubes kita di PBB, memandang dan merasa Indonesia yang berpenduduk 235 juta sama kecilnya dengan negeri kecil Qatar yang hanya berpenduduk satu juta dan sudah lama menjadi satelit Amerika.,
Pemimpin besar itu biasanya lahir dari dua jalan
1. sebagai produk revolusi. Dari revolusi muncullah pemimpin besar yang tak pernah diduga-duga sebelumnya, atau dari satrio piningit.
2. Kedua dari periode dimana sang pemimpin yang sebenarnya bukan orang besar tetapi dipaksa harus mengatasi problem-problem besar bangsa. Dari pengalamannya mengatasi problem besar itu akhirnya ujungnya ia menjadi permimpin besar juga. Akankah SBY yang sekarang dipaksa harus mengatasi problem2 besar bangsa akhirnya menjadi Pemimpin besar Indonesia? Wallohu a`lam, sejarah yang akan membuktikan.
Hanya bangsa besar yang bisa mengukir sejarah besar, dan hanya bangsa yang memiliki pemimpin besar yang dapat mengangkat dirinya menjadi bangsa besar. Dulu Sukarno pernah mengukir sejarah besar dengan menyelenggarakan Konperensi Asia Afrika di Bandung. Gagasan besar Sukarno itu kemudian mengilhami bangsa-bangsa Afrika untuk melepaskan diri dari penjajahan. Hingga hari ini nama Sukarno masih melekat di hati orang-orang Afrika. Pernah saya berkenalan dengan orang Ghana di lift hotel di negeri Malta. Ketika saya menyebut dari Indonesia, orang Ghana itu langsung memeluk saya sambil menyebut ohh…. Sukarno. Sukarno kemudian jatuh ketika memusatkan perhatiannya pada membesarkan nama dirinya (pemimpin besar revolusi) , bukan membesarkan bangsanya.
Kini, setelah Pak Harto jatuh, Indonesia mengalami krisis pemimpin, yakni tidak ada satupun pemimpin besar di negeri ini yang mampu mengajak bangsa berfikir besar dan memandang jauh de depan menembus sekat ruang dan waktu.. Oleh karena itu kini orang-orang Indonesia lebih banyak mengeluh dan kecewa dibanding merancang masa depan. Kebanyakan orang hanya berfikir aku dapat apa, bukan apa yang dapat kuwariskan kepada generasi bangsa. Para politisipun berhenti pikirannya pada agenda 2009, hanya sedikit yang mampu menggagas untuk 2030 atau 2050. Bahkan, ketika Indonesia menjadi anggauta tidak tetap di Dewan Keamanan PBB, Indonesia ikut menyetujui sanksi tambahan kepada Iran, tidak berani membela hak-hak Iran dengan mengatakan Qatar saja yang Negara Islam dan Timur tengah menyetujui sangksi untuk Iran. Jadi konsep diri Dubes kita di PBB, memandang dan merasa Indonesia yang berpenduduk 235 juta sama kecilnya dengan negeri kecil Qatar yang hanya berpenduduk satu juta dan sudah lama menjadi satelit Amerika.,
Pemimpin besar itu biasanya lahir dari dua jalan
1. sebagai produk revolusi. Dari revolusi muncullah pemimpin besar yang tak pernah diduga-duga sebelumnya, atau dari satrio piningit.
2. Kedua dari periode dimana sang pemimpin yang sebenarnya bukan orang besar tetapi dipaksa harus mengatasi problem-problem besar bangsa. Dari pengalamannya mengatasi problem besar itu akhirnya ujungnya ia menjadi permimpin besar juga. Akankah SBY yang sekarang dipaksa harus mengatasi problem2 besar bangsa akhirnya menjadi Pemimpin besar Indonesia? Wallohu a`lam, sejarah yang akan membuktikan.
Post a Comment
Home