Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Sunday, March 25, 2007

Penyembuh Sufi (2)
at 9:28 PM 
Al-Qur’an sebagai Penyembuh (syifâ)
Penyebutan al-Qur’an sebagai syifa dapat dipahami dengan beberapa cara pandang. Secara ilmiah, al-Qur’an adalah obat, yakni ajaran-ajaran yang benar yang jika diikuti terapinya secara benar niscaya seseorang, sekelompok orang atau umat manusia akan selamat berbahagia di dunia dan di akhirat. Seberapa tingkat kesehatan diperoleh tergantung seberapa besar komitmen manusia terhadap terapi al-Qur’an. Jika dipahami secara sufistik, maka al-Qur’an bukan hanya maknanya, tetapi seluruh elemen dari al-Qur’an itu, kalimatnya, bunyinya, maknanya, bahkan masing-masing hurufnya mengandung kekuatan ruhaniah dengan karakter yang unik, mempunyai relefansi dengan ruang, waktu dan benda tertentu.

Pemahaman ini (penyembuhan sufistik) susah diikuti oleh cara berpikir konvensional, tetapi sangat masuk akal jika dilihat dengan cara merasa tasawuf. Sebagaimana diketahui tasawuf itu bekerja mempertajam rasa berketuhanan, bukan ketajaman logika. Penggunaan al-Qur’an sebagai obat tidak diukur tepat tidaknya argumen, tetapi pada seberapa besar rasa berhubungan manusia dengan Tuhan, dan seberapa tebal baik sangka manusia kepada Tuhan, karena Tuhan bisa memberi seberapa pun banyaknya sesuai dengan ukuran yang diharap oleh manusia.

Bagi seorang “sufi” nampaknya tidak ada daftar resep baku sehingga untuk kasus yang sama pada orang yang berbeda atau pada waktu yang berbeda terapinya tidak selalu sama, karena penyembuhannya bukan terletak pada ayat atau teks doa tetapi pada intensitas hubungan dengan Dia Sang Penyembuh. Bagi Tuhan apa saja bisa menjadi wasilah penyembuhan. Seorang murid ketika berguru kepada seorang mursyid diberi ijazah ayat Kursy, tetapi oleh mursyid yang lain diberi surat al-Kahfi, dan oleh yang lain lagi diberi yang lain lagi. Di dunia mereka tidak ada daftar obat, yang ada jadwal konsultasi.

Alam nafs
Kajian tentang manusia, baik fisik, psikis, dan spiritualitasnya tak pernah akan selesai, karena manusia sebagai objek merupakan tajalli dari kebesaran Tuhan, sementara manusia sebagai subjek memiliki banyak keterbatasan. Jika alam fisik saja belum selesai kajiannya, apalagi alam ruhaniahnya. Manusia telah berhasil menjalin hubungan sesamanya melalui gelombang-gelombang yang dulu dianggap sebagai spiritual, padahal ternyata bukan (telpon, internet dsb). Sebenarnyalah bahwa semakin banyak yang telah diketahui, semakin sadarlah manusia bahwa dimensi yang belum diketahui justru lebih banyak lagi. Di antara medan yang masih belum banyak terjamah adalah medan nafs, alam spiritual.

Sebagian orang ada yang merasa telah menjelajahi alam spiritual, tetapi sebenarnya ia baru sedikit memasukinya, yaitu alam spiritualisme faham Animisme. Alam spiritual yang tak terbatas luasnya adalah alam nafs, alam ruhani dimana jarak dunia dan akhirat menjadi sangat pendek. Dalam pengembaraan ruhaniah yang bersifat sufistik, tirai terbuka sehingga alam terbuka (kasyaf) dimana dimensi ruang dan waktu menjadi satu atau hilang. Dalam perspektif ini manusia bukan hanya bisa berkomunikasi dengan orang lain di tempat yang jauh, tetapi bahkan bisa berkomunikasi dengan lintas alam, lintas makhluk dan lintas zaman menembus seluruh sekat. Ketika itu yang namanya manusia bukanlah yang nampak dengan mata, tetapi nafs-nya, qalb-nya yang bersifat ruhaniah.

Bagi orang yang pernah mengembara ke sana, apa yang dianggap khayalan itu adalah justru yang kongkrit, sementara alam fisik yang sering disebut kongkrit justru dianggap sebagai fana, sebagai maya, sebagai bukan yang sebenarnya. Percayakah Anda?[*]
posted by : Mubarok institute

Blogger MaIDeN said.. :

"Pemahaman ini (penyembuhan sufistik) susah diikuti oleh cara berpikir konvensional, tetapi sangat masuk akal jika dilihat dengan cara merasa tasawuf."

+MaIDeN,
Masalahnya cara berfikir konvensional tentang konsep penyembuhan sudah beda dengan konsepnya para sufi.

Jadi, emang nggak bisa di bandingkan.

2:39 AM  

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger