Sunday, April 29, 2007
Tingkatan Nilai Akhlak
Seorang perampok terkadang iba juga melihat penderitaan orang lain. Dari perasaan ibanya maka ia boleh jadi menyisihkan sebagian hasil rampokannya untuk menolong orang yang menderita itu, sehingga bisa terjadi seorang perampok profesional yang tak pernah tertangkap justru dikenal sebagai sosiawan di kampung halamannya. Adakah perampok yang sosiawan itu dapat disebut sebagai orang yang berakhlak?
Apa yang dilakukan oleh perampok itu adalah perbuatan baik, tetapi bukan kebaikan, karena tidak bersumber dari nilai-nilai akhlak. Kebaikan itu sifatnya utuh, tidak kontradiktip, meski boleh jadi ada perbedaan persepsi orang lain terhadapnya. Perbuatan seseorang dapat dipandang sebagai perwujudan dari akhlaknya manakala ia keluar dari keadaan batinnya. Dalam perspektip ini maka suatu perbuatan dapat diklassifikasi dengan ukuran-ukuran-ukuran (a) Perbuatan baik atau buruk, (b) Kriteria atau konsep tentang baik dan buruk, (c) Pengenalan atau makrifat terhadap kebaikan atau keburukan, dan (d) kecenderungan jiwa terhadap kebaikan atau keburukan.
1. Perbuatan Baik atau Buruk
Perbuatan baik atau buruk yang dilakukan seseorang tanpa ada hubungannya dengan akhlaknya atau tabiatnya adalah hanya bernilai perbuatan. Suatu ketika seorang yang akhlaknya buruk tanpa kesadaran akan makna baik buruk melakukan suatu perbuatan yang bernilai baik. Demikian juga seseorang yang sebenarnya akhlaknya baik, suatu ketika tanpa menyadari makna keburukan melakukan sesuatu yang bernilai buruk.. Perbuatan baik dan perbuatan buruk dari dua orang itu hanya bernilai sebagai perbuatan, tetapi tidak bermakna sebagai kebaikan atau kejahatan. Dilihat dari sudut agama, maka perbuatan itu tidak mendatangkan pahala dan dosa.
Seorang pencuri yang sedang mencuri di rumah seseorang karena kepergok kemudian mebunuh tuan rumah. Tetapi setelah peristiwa pembunuhan itu terungkap bahwa orang yang dibunuh oleh pencuri itu adalah tokoh pemberontak yang sangat berbahaya bagi bangsa dan negara, yang telah sekian lama tidak berhasil ditangkap oleh aparat keamanan. Senyatanya pencuri itu berjasa bagi negara dan bangsa, tetapi di depan Tuhan ia tidak memperoleh apa-apa selain dosa membunuh. Demikian juga seorang peneliti, tanpa disadari produk penelitiannya itu justeru menyebabkan timbulnya wabah yang menelan ratusan korban meninggal. Di depan masyarakat, peneliti tersebut bisa disebut sebagai pmbunuh massal, tetapi di depan Tuhan ia tidak dihukumi sebagai pembunuh.
Apa yang dilakukan oleh perampok itu adalah perbuatan baik, tetapi bukan kebaikan, karena tidak bersumber dari nilai-nilai akhlak. Kebaikan itu sifatnya utuh, tidak kontradiktip, meski boleh jadi ada perbedaan persepsi orang lain terhadapnya. Perbuatan seseorang dapat dipandang sebagai perwujudan dari akhlaknya manakala ia keluar dari keadaan batinnya. Dalam perspektip ini maka suatu perbuatan dapat diklassifikasi dengan ukuran-ukuran-ukuran (a) Perbuatan baik atau buruk, (b) Kriteria atau konsep tentang baik dan buruk, (c) Pengenalan atau makrifat terhadap kebaikan atau keburukan, dan (d) kecenderungan jiwa terhadap kebaikan atau keburukan.
1. Perbuatan Baik atau Buruk
Perbuatan baik atau buruk yang dilakukan seseorang tanpa ada hubungannya dengan akhlaknya atau tabiatnya adalah hanya bernilai perbuatan. Suatu ketika seorang yang akhlaknya buruk tanpa kesadaran akan makna baik buruk melakukan suatu perbuatan yang bernilai baik. Demikian juga seseorang yang sebenarnya akhlaknya baik, suatu ketika tanpa menyadari makna keburukan melakukan sesuatu yang bernilai buruk.. Perbuatan baik dan perbuatan buruk dari dua orang itu hanya bernilai sebagai perbuatan, tetapi tidak bermakna sebagai kebaikan atau kejahatan. Dilihat dari sudut agama, maka perbuatan itu tidak mendatangkan pahala dan dosa.
Seorang pencuri yang sedang mencuri di rumah seseorang karena kepergok kemudian mebunuh tuan rumah. Tetapi setelah peristiwa pembunuhan itu terungkap bahwa orang yang dibunuh oleh pencuri itu adalah tokoh pemberontak yang sangat berbahaya bagi bangsa dan negara, yang telah sekian lama tidak berhasil ditangkap oleh aparat keamanan. Senyatanya pencuri itu berjasa bagi negara dan bangsa, tetapi di depan Tuhan ia tidak memperoleh apa-apa selain dosa membunuh. Demikian juga seorang peneliti, tanpa disadari produk penelitiannya itu justeru menyebabkan timbulnya wabah yang menelan ratusan korban meninggal. Di depan masyarakat, peneliti tersebut bisa disebut sebagai pmbunuh massal, tetapi di depan Tuhan ia tidak dihukumi sebagai pembunuh.
Post a Comment
Home