Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Wednesday, May 30, 2007

Sistem Komunikasi Inter Personal
at 1:21 AM 
Dalam hidup bersosial, manusia saling membutuhkan yang satu dengan yang lain, individu maupun kelompok, dan tak bisa dihindar diantara mereka terjadi hubungan transaksional. Kualitas hubungan seseorang dengan yang lain sangat dipengaruhi oleh citra yang dimiliknya. Jika seseorang citranya baik di mata orang lain maka hubungan interpersonalnya pasti baik, dan dalam keadaan hubungan interpersonal yang baik itulah ditentukan keberhasilan bernegosiasi, berpromosi dan bertransaksi. Oleh karena itu citra merupakan aset yang sangat penting dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Citra adalah kesan kuat yang melekat pada banyak orang tentang seseorang, sekelompok orang atau tentang suatu institusi. Seseorang yang secara konsisten dan dalam waktu yang lama berperilaku baik atau berprestasi menonjol maka akan terbangun kesan pada masyarakatnya bahwa orang tersebut adalah sosok orang baik dan hebat. Sebaliknya jika seseorang dalam kurun waktu yang lama menampilkan perilaku yang tidak konsisten, maka akan tertanam kesan buruk orang tersebut di dalam hati masyarakatnya.

Dalam perspektif ini maka citra dapat dibangun. Orang yang ingin memiliki citra baik di dalam keluarganya atau di lingkungannya, maka ia harus bisa menunjukkan sebagai orang baik secara konsisten. Citra atau kesan terbangun melalui proses komunikasi interpersonal dimana orang banyak mempersepsi kepada kita atau sebaliknya. Citra dipersoalkan biasanya hanya pada seseorang yang secara sosial menonjol kedudukannnya. Meski demikian tidak semua perbuatan dipersepsi secara benar, karena persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor.

1. Pijakan Psikologis Hubungan Antar Manusia
Hubungan baik antar manusia, antar individu atau antar institusi tidak terjadi begitu saja tetapi berdasarkan pijakan-pijakan psikologis. Hubungan baik antara ke dua pihak dimungkinkan terjadi manakala diantara mereka terdapat tiga faktor:

1.1. Faktor Percaya. Jika orang lain menaruh rasa hormat kepada kita karena mereka percaya terhadap kredibilitas moral yang kita miliki, maka hubungan antar manusia kita pasti baik, dan hubungan transaksional dengan pihak lain pasti berjalan wajar atau bahkan sangat lancar. Persoalannya ialah bagaimana membangun keper­cayaan itu dan bagaimana memeliharanya. Ada orang yang bekerja keras membangun citra tetapi selalu gagal, sementara ada orang yang citranya mendadak jatuh oleh peristiwa kecil, dan ada orang


yang mesti dilanda oleh peristiwa besar tetapi tidak mempenga­ruhi citra positipnya. Konsistensi termasuk faktor yang dapat membangun citra, sementara inkonsistensi dapat menjatuhkan citra, tetapi inkonsistensi yang konsisten dalam waktu yang lama juga merupakan citra tersendiri.

1.2. Sikap Saling Membantu. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan kecen­derungan untuk berperilaku terhadap obyek tertentu. Bagaimana sikap seseorang dalam membantu orang lain dapat diketahui melalui konsistensinya dalam menyikapi obyek tertentu dalam kurun waktu yang panjang. Jika kita dikenal memiliki sikap suka membantu orang lain, bukan menjegal atau pura-pura membantu maka hubungan antar manusia kita dengan orang lain akan berjalan baik, yang selanjutnya melancarkan hubungan transaksional. Sikap. relatip menetap dalam diri seseorang, tidak mudah berubah setiap saat, tetapi ia bisa diubah karena sikap itu pada dasarnya lahir dari pengalaman dan belajar.

1.3. Keterbukaan. Keterbukaan sangat besar pengaruhnya dalam menjalin hubungan baik. Orang yang memiliki sifat terbuka adalah orang yang memiliki rasa percaya diri dan kejujuran. Ia tidak khawatir jika pendapatnya, usulannya atau tawarannya ditolak orang karena ia memiliki konsep diri yang positif. Ia juga tidak memiliki agenda tersembunyi (yang jahat) dibalik gagasan dan usulan yang ditawarkan secara terbuka, karena ia memiliki kejujuran. Orang yang berfikir kreatif biasanya terbuka meski dibalik keterbukaannya juga tersembunyi agenda rekayasa sosial (positif) yang menurutnya memang diperlukan. Sikap terbuka harus dibedakan dengan berfikir lugu dan polos, karena yang pertama berkonotasi positif sedang yang kedua berkonotasi agak negatif.
posted by : Mubarok institute

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger