Wednesday, September 12, 2007
Fitrah Kesucian Nafs
Sebagaimana telah disebutkan pada uraian terdahulu bahwa pada dasarnya nafs itu diciptakan Tuhan dalam keadaan sempurna (Q/91:7-8), tapi ia dapat tercemar menjadi kotor jika tidak dijaga (Q/91:9-10). Tentang Nafs yang masih suci disebutkan dalam surat al Kahfi/18:74, dalam rangkaian kisah Nabi Musa dengan Nabi Hidir yang teks ayatnya telah ditulis pada bagian depan.
Kalimat zakiyyah pada ayat tersebut diatas (نفـسا زكيّـة ) merupakan sifat dari nafs, sehingga nafs zakiyyah artinya jiwa yang suci. Dalam konteks ayat tersebut, pemilik nafs yang suci itu adalah seorang anak kecil seperti yang juga disebut dalam surat Maryam :19 غلاما زكيّا . Jadi nafs yang secara fitri masih suci adalah nafs dari anak yang belum mukallaf, yang oleh karena itu belum berdosa.
Fakhr ar Razi mengutip perbedaan makna dari kalimat زكيّة dan زاكية. Sebagian mufassir memandang sama arti dari dua kalimat itu, tetapi sebagian membedakannya., antara lain Abu ‘Amr ibn al A’la yang membedakan arti dari dua kalimat itu. Menurutnya, nafs za kiyah (dengan alif) adalah jiwa yang suci secara fitri, yakni belum pernah melakukan dosa, sedang nafs zakiyyah adalah jiwa yang suci setelah melalui proses tazkiyyat an nafs dengan bertaubat dari perbuatan dosa.
Kesucian nafs bersifat maknawi, maka kotornyapun juga bersifat maknawi. Seseorang dapat memelihara kesucian nafsnya manakala ia konsisten dalam jalan takwa, sebaliknya nafs berubah menjadi kotor jika pemiliknya menempuh jalan dosa atau fujur Surat as Syams/91:7-10 menyebutkan bahwa sungguh rugi orang yang telah mengotori jiwanya (وقد خاب من دسّـاها). Kata dassa berasal dari kata د سّ يد سّ yang arti lughawinya menyembunyikan sesuatu di dalam sesuatu. Dalam konteks ayat ini, artinya orang mengotori jiwanya dengan perbuatan dosa yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Oleh karena itu sebagian mufassir berpendapat bahwa ayat Qur’an ini (Q/91: 10) berkenaan dengan nafs nya orang saleh yang melakukan kefasikan, bukan jiwa orang kafir, karena orang saleh, meski ia melakukan perbuatan dosa , tetapi ia malu dengan perbuatannya itu sehingga ia lakukan dengan cara sembunyi-sembunyi., berbeda dengan orang kafir yang merlakukannya dengan terang-terangan.
2). Usaha Penyucian Nafs (Tazkiyyat an Nafs)
Al Qur’an mengisyaratkan bahwa jiwa yang tercemar masih dapat diusahakan untuk menjadi suci kembali, baik dengan usaha sendiri, melalui pendidikan atau karena anugerah dan rahmat Allah seperti yang diisyaratkan oleh surat Q/9:103, Q/3:164 .
artinya : Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah , membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al Kitab dan al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Q/3: 164).
Ayat Al-Qur’an tersebut mengisyaratkan bahwa orang yang sesat masih dimungkinkan untuk dibersihkan jiwanya. Usaha atau proses penyucian jiwa itu disebut tazkiyyat an Nafs.
Tazkiyyat bisa dilakukan karena dorongan sendiri, atau didorong oleh orang lain, melalui dakwah, pendidikan atau bahkan paksaan. Menurut Al-Qur’an surat Fatir/35: 18 manusia dapat secara sadar melakukan suatu perbuatan yang dimaksud untuk menyucikan jiwanya., Perbuatan yang dapat mensucikan jiwa seseorang menurut Al-Qur’an adalah:
a). pengeluaran infak harta benda, tersebut dalam surat Q/92: 18
takut terhadap azab Allah dan menjalankan ibadah salat, tersebut dalam surat Q/35: 18 , menjaga kesucian kehidupan seksual, tersebut dalam surat Q/24:30: menjaga etika pergaulan , seperti yang diisyaratkan dalam surat an Nur/24 : 27- 29 Al Qur’an juga mengisyaratkan bahwa proses tazkiyyah itu bisa terjadi melalui ajakan orang lain. Ada empat ayat yang menyebutkan bahwa apa yang dilakukan oleh para Rasul kepada ummatnya dengan mengajarkan al Kitab dan al Hikmah adalah merupakan pekerjaan yang membuat umatnya tersucikan jiwanya., yakni surat al Baqarah/2:129, 151, Q/3: 164, dan Q/62:2.
artinya : Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka , dan mengajarkan kepada mereka al Kitab dan al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan nabi) itu mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Q/3:164)
Tentang makna tazkiyyat an Nafs, para mufassir mempunyai pandangan yang berbeda-beda :
1. Tazkiyyah dalam arti para Rasul mengajarkan kepada manusia, sesuatu yang jika dipatuhi, akan menyebabkan jiwa mereka tersucikan dengannya.
2. Tazkiyyah dalam arti mensucikan manusia dari syirik, karena syirik itu oleh al Qur’an dipandang sebagai sesuatu yang bersifat najis.
3. Tazkiyyah dalam arti mensucikan manusia dari syirik dan sifat rendah lainnya.
4. Tazkiyyah dalam arti mensucikan jiwa dari dosa.
5. Tazkiyah dalam arti mengangkat manusia dari martabat orang munafik ke martabat mukhlisin.
Disamping tazkiyah sebagai usaha, Al-Qur’an juga mengisyaratkan adanya anugerah Allah kepada manusia berupa tazkiyyah. Dalam surat Al Nur/24:21 disebutkan bahwa seandainya bukan karena anugerah Allah maka seseorang selamanya tidak bisa mensucikan jiwanya, dan Allah memberikan anugerah itu kepada orang yang dikehendakinya. Dalam surat al Nisa/4:49, ketika al Qur’an mencela tingkahlaku manusia yang merasa dirinya telah suci, juga ditegaskan bahwa Allah lah yang membersihkan jiwa dari orang-orang yang dikehendaki Nya
artinya : Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih. Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki Nya dan mereka tidak dianiaya sedikitpun (Q/4:49)
Kalimat zakiyyah pada ayat tersebut diatas (نفـسا زكيّـة ) merupakan sifat dari nafs, sehingga nafs zakiyyah artinya jiwa yang suci. Dalam konteks ayat tersebut, pemilik nafs yang suci itu adalah seorang anak kecil seperti yang juga disebut dalam surat Maryam :19 غلاما زكيّا . Jadi nafs yang secara fitri masih suci adalah nafs dari anak yang belum mukallaf, yang oleh karena itu belum berdosa.
Fakhr ar Razi mengutip perbedaan makna dari kalimat زكيّة dan زاكية. Sebagian mufassir memandang sama arti dari dua kalimat itu, tetapi sebagian membedakannya., antara lain Abu ‘Amr ibn al A’la yang membedakan arti dari dua kalimat itu. Menurutnya, nafs za kiyah (dengan alif) adalah jiwa yang suci secara fitri, yakni belum pernah melakukan dosa, sedang nafs zakiyyah adalah jiwa yang suci setelah melalui proses tazkiyyat an nafs dengan bertaubat dari perbuatan dosa.
Kesucian nafs bersifat maknawi, maka kotornyapun juga bersifat maknawi. Seseorang dapat memelihara kesucian nafsnya manakala ia konsisten dalam jalan takwa, sebaliknya nafs berubah menjadi kotor jika pemiliknya menempuh jalan dosa atau fujur Surat as Syams/91:7-10 menyebutkan bahwa sungguh rugi orang yang telah mengotori jiwanya (وقد خاب من دسّـاها). Kata dassa berasal dari kata د سّ يد سّ yang arti lughawinya menyembunyikan sesuatu di dalam sesuatu. Dalam konteks ayat ini, artinya orang mengotori jiwanya dengan perbuatan dosa yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Oleh karena itu sebagian mufassir berpendapat bahwa ayat Qur’an ini (Q/91: 10) berkenaan dengan nafs nya orang saleh yang melakukan kefasikan, bukan jiwa orang kafir, karena orang saleh, meski ia melakukan perbuatan dosa , tetapi ia malu dengan perbuatannya itu sehingga ia lakukan dengan cara sembunyi-sembunyi., berbeda dengan orang kafir yang merlakukannya dengan terang-terangan.
2). Usaha Penyucian Nafs (Tazkiyyat an Nafs)
Al Qur’an mengisyaratkan bahwa jiwa yang tercemar masih dapat diusahakan untuk menjadi suci kembali, baik dengan usaha sendiri, melalui pendidikan atau karena anugerah dan rahmat Allah seperti yang diisyaratkan oleh surat Q/9:103, Q/3:164 .
artinya : Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah , membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al Kitab dan al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Q/3: 164).
Ayat Al-Qur’an tersebut mengisyaratkan bahwa orang yang sesat masih dimungkinkan untuk dibersihkan jiwanya. Usaha atau proses penyucian jiwa itu disebut tazkiyyat an Nafs.
Tazkiyyat bisa dilakukan karena dorongan sendiri, atau didorong oleh orang lain, melalui dakwah, pendidikan atau bahkan paksaan. Menurut Al-Qur’an surat Fatir/35: 18 manusia dapat secara sadar melakukan suatu perbuatan yang dimaksud untuk menyucikan jiwanya., Perbuatan yang dapat mensucikan jiwa seseorang menurut Al-Qur’an adalah:
a). pengeluaran infak harta benda, tersebut dalam surat Q/92: 18
takut terhadap azab Allah dan menjalankan ibadah salat, tersebut dalam surat Q/35: 18 , menjaga kesucian kehidupan seksual, tersebut dalam surat Q/24:30: menjaga etika pergaulan , seperti yang diisyaratkan dalam surat an Nur/24 : 27- 29 Al Qur’an juga mengisyaratkan bahwa proses tazkiyyah itu bisa terjadi melalui ajakan orang lain. Ada empat ayat yang menyebutkan bahwa apa yang dilakukan oleh para Rasul kepada ummatnya dengan mengajarkan al Kitab dan al Hikmah adalah merupakan pekerjaan yang membuat umatnya tersucikan jiwanya., yakni surat al Baqarah/2:129, 151, Q/3: 164, dan Q/62:2.
artinya : Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka , dan mengajarkan kepada mereka al Kitab dan al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan nabi) itu mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Q/3:164)
Tentang makna tazkiyyat an Nafs, para mufassir mempunyai pandangan yang berbeda-beda :
1. Tazkiyyah dalam arti para Rasul mengajarkan kepada manusia, sesuatu yang jika dipatuhi, akan menyebabkan jiwa mereka tersucikan dengannya.
2. Tazkiyyah dalam arti mensucikan manusia dari syirik, karena syirik itu oleh al Qur’an dipandang sebagai sesuatu yang bersifat najis.
3. Tazkiyyah dalam arti mensucikan manusia dari syirik dan sifat rendah lainnya.
4. Tazkiyyah dalam arti mensucikan jiwa dari dosa.
5. Tazkiyah dalam arti mengangkat manusia dari martabat orang munafik ke martabat mukhlisin.
Disamping tazkiyah sebagai usaha, Al-Qur’an juga mengisyaratkan adanya anugerah Allah kepada manusia berupa tazkiyyah. Dalam surat Al Nur/24:21 disebutkan bahwa seandainya bukan karena anugerah Allah maka seseorang selamanya tidak bisa mensucikan jiwanya, dan Allah memberikan anugerah itu kepada orang yang dikehendakinya. Dalam surat al Nisa/4:49, ketika al Qur’an mencela tingkahlaku manusia yang merasa dirinya telah suci, juga ditegaskan bahwa Allah lah yang membersihkan jiwa dari orang-orang yang dikehendaki Nya
artinya : Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih. Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki Nya dan mereka tidak dianiaya sedikitpun (Q/4:49)
Post a Comment
Home