Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Tuesday, November 06, 2007

Lorong-Lorong Kebenaran (3)
at 6:28 AM 
Bias Jihad
Alqur’an menyebut dua term, yakni jihad dan qital. Kata jihad dalam berbagai kata bentukannya disebut sebanyak 41 kali tersebar dalam 19 ayat. Sebagian turun di Makkah dan sebagian di Madinah. Secara lughawi, jihad nengandung arti memerangi musuh, mencurahkan segala kemampuan dan tenaga berupa kata-kata, perbuatan atau segala sesuatu yang disanggupinya. Sedangkan kata qital secara tegas mengandung arti perang dan di dalamnya juga terkandung makna membunuh musuh (qatala). Sedangkan kata jihad, bisa berarti perang melawan musuh, bisa juga berarti bekerja keras non perang. Dari akar kata jihad inilah kemudian ada kalimat ijtihad, yakni kerja keras secara intelektuil dan mujahadah an nafs, kerja keras secara ruhaniah atau spiritual.

Gagasan Jihad dalam al Qur’an
Dari 41 ayat yang menyebut kata jihad, 28 diantaranya berbicara tentang jihad dalam arti perjuangan, seperti : perintah berjihad kepada orang kafir dengan al Qur’an, (fala tuthi` al kafirin waja hidhum bihi jihadan kabira (Q/al Furqan:52), berjihad dan sabar setelah hijrah , tsumma ja hadu wa sabaru,(an Nahl:110), manfaat jihad , wa man ja hada fa innama yujahidu linafsihi, (al `Angkabut:6) berjihad dengan harta dan nyawa ( wal mujahidun fi sabilillah bi amwalihim wa anfusihim (an Nisa :95) dan lai-lain. Sedangkan ayat yang pertamakali membolehkan jihad dalam arti perang menggunakan kata qital, yakni kaum mukminin yang diperangi musuh boleh membela diri dengan perang fisik, uzina lillazina yuqataluna bi annahum zulimu, (al Hajj:39) dan ayat ini merujuk kepada peperangan pertama , perang Badar,

Sedangkan dalam hadis, jihad tidak hanya merujuk kepada makna perang, tetapi juga ibadah haji, .Perintah jihad ada yang ditujukan kepada pribadi (mukhatab mufrad) dan kebanyakan ditujukan kepada kelompok (mukhatab jamak).. Perintah jihad juga ada yang disebut obyeknya, kafir dan munafik seperti yang disebut dalam surat at tahrim:9, jahid al kuffar wa al munafiqin, tetapi lebih banyak yang tidak menyebut obyeknya. Yang disebut justeru maknanya, yaitu jihad di jalan Allah, fi sabililah. Kaidah penafsiran mengajarkan bahwa jika suatu kata kerja transitip disebutkan dalam suatu ayat tanpa disertai penyebutan obyeknya, maka obyek kata kerja itu bersifat umum. Dengan demikian maka obyek jihad bukan hanya orang kafir dan munafik, tetapi segala hal yang tercakup dalam kalimat fisabilillah.misalnya memberi makan fakir miskin, membebaskan perbudakan (al Balad; 13-16) Dengan demikian maka jihad tidak mesti menggunakan pedang, tetapi bisa juga pena atau lisan.

Jihad dan mati syahid
Al Qur’an banyak menyebut mati syahid dalam rangkaian jihad sebagai sesuatu yang yang sangat tinggi nilainya. Disebutkan bahwa orang yang mati syahid pada hakikatnya tidak mati, tetapi tetap hidup dan bahkan dalam kehidupan yang lebih baik.(al `Imran;169). Hal itulah yang menyebakan para mujahid dengan semangat mencari syahadah (mati syahid), karena syahadah itu prestasi dan lebih menguntungkan. Jargon dari syahadah adalah; Hiduplah secara terhormat atau mati sebagai syahid, `isy kariman au mut syahidan.

Jihad dan Dakwah
Dakwah pada hakikatnya adalah membebaskan manusia dari belenggu kekafiran, kemunafikan, perbudakan, syirik dan kemaksiatan lainnya. Pada hakikatnya dakwah adalah sosialisasi dari peran Islam sebagai agama rahmat bagi alam semesta. Al Qur’an perlu didakwahkan kepada manusia. Dalam berdakwah, hambatan tak jarang dijumpai, oleh karena itu jihad sebagai bagian dakwah diperlukan untuk :
1.Memerangi kejahatan
2.Melindungi masyarakat dari gangguan musuh
3.Menolak fitnah
4.Mengawal kelangsungan dakwah.

Jihad dalam bentuk a,b,c, sifatnya defensip, sementara bentuk d, bisa ofensip. Tujuan jihad antara lain untuk menjadikan kalimah Allah itu jaya, kalimatullah hiya al `ulya (at taubah; 40). Pada periode Makkah, Al Qur’an lebih banyak menyuruh kaum muslimin bersabar dan berjihad dengan al Qur’an (dakwah), tetapi pada periode Madinah, al Qur’an mengizinkan perang untuk membela diri dari serangan musuh, dan berpesan untuk tidak boleh berbuat melampaui batas (al Baqarah;190).
Berjihad melindungi kaum mukmin atau untuk menolak finah, yang tertinggi nilainya adalah dengan fisik (biyadih), jika tidak mampu maka dengan lisan, protes, demontrasi. Jika tidak mampu maka berjihad dengan hati, sedih serta mendoakan, dan itu adalah se lemah-lemah iman. Jika dihubungkan dengan tata dunia global dewasa ini, timbul pertanyaan jihad dalam bentuk apa yang paling efektip dalam melawan arogansi superpower AS ?

Fenomena sosial Jihad
Kita membaca ada Komando Jihad (pada zaman Suharto) , Lasykar Jihad (pada masa konflik Ambon dan Poso), Jihad Islam di Palestina dan banyak lagi, mungkin juga bisa dihubungkan dengan kelompok Amrozi dan Imam Samudera. Kita sering tertipu oleh fenomena lahir, sehingga jihad sebagai term psikomotorik beragama terkacaukan oleh realitas sosial. Gerakan Komando Jihad pada era Pak Harto kini sudah terkuak, ternyata merupakan proyek politik inteljen (Bakin) dimana dalam rangka memperkuat ideologi Pancasila perlu diciptakan musuh ideologis, maka diasuhlah beberapa tokoh yang bisa didorong untuk membentuk gerakan ideologis Islam, yaitu Komando Jihad. Dalam praktek akhirnya Bakin tidak bisa mengendalikan sepenuhnya sehingga gerakan itu benar-benar meluas sebagai kekuatan ideologis destruktip yang mengatasnamakan Islam. Hambali yang sekarang dituduh sebagai actor intelektual Bom Bali, konon dulu adalah tokoh yang direkrut oleh Bakin, sama halnya tokoh Danu Muhamad Hasan dan Hispran, yang berkantor di Jl. Senapati, tinggalnya di Tanah Abang (Markasnya Ali Murtopo). Sedangkan Lasykar Jihad, Jihad Islam Palestina dan juga Imam Samudrea CS merupakan limbah dari globalisasi dimana terjadi perlakuan tidak adil kepada ummat Islam oleh Amerika (yang dipersepsi sebagai Kristen), seperti di Afganistan, Moro , Irak dan Palestina. Banyak pemimpin kelompok lasykar jihad itu alumni Mujahidin Afghan atau Moro, dan mereka memandang kejahatan kelompok kecil orang Kristen di Ambon dan Poso sebagai bagian dari konflik global di Palestin, Afghan dan Philipina Selatan. Karena dalam era global musuh itu tidak berhadap-hadapan tetapi berkompetisi, maka tidak mudah mengidentifikasi lawan, sehingga seringkali gerakan yang menamakan “jihad” justeru di dorong-dorong oleh tangan deceptor inteljen pihak yang memusuhi Islam.

Kasus Mataharitimoer

Penulis cerita Bawah Tanah yang ada di tangan anda, yang nama samarannya Mataharitimoer adalah contoh betapa ia berusaha berekpressi di jalan kebenran yang diyakini dibawah ridla Tuhan, tanpa disadari telah berjalan jauh menyelusuri lorong-lorong “perjuangan” yang terkadang terasa di jalan lurus yang terang benderang, terkadang terasa gelap, terkadang terasa di jalan buntu. Nampaknya setelah berada di ujung lorong, ia menemukan jalan kebenaran yang memberikan dorongan untuk menulis pengalamannya menyelusuri lorong kebenaran sebagai panduan bagi angkatan berikutnya. Saya dengan senang hati menulis kata pengantar cerita ini karena ada kesamaan dengan “lorong-lorong” yang pernah saya lalui. Sepuluh tahun pada zaman orde baru saya pernah secara tersembunyi menganut aspirasi “garis keras”. Imaginasi saya juga soal jihad, dan beberapa lama saya ikut dalam “diskusi” bawah tanah. Tapi pengalaman tiga bulan se “asrama” dengan Mujahidin Afgan, perkenalan saya dengan Presiden Afganistan Sibghatullah Mujaddidi, Presiden Chehnya Jenderal Ashlan Mashadov, Nur Misuari MNLF Moro, Luis Farachan dari AS dan kunjungan-kunjungan saya ke Libia, Sudan dan Mesir merubah cara pandang saya terhadap politik, agama, budaya dan jihad, sehingga akhirnya saya menjadi sangat moderat dalam memandang konflik, dan meyakini agama Islam sebagai rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil`alamin).Sebagai warga Negara saya lebih memikirkan kapal NKRI dibanding kamar ummat, karena jika kapal tenggelam, kamarnya juga tenggelam Wallohu a`lam bi as sawab.

Jatiwaringin, 25 Juli 20 2007
posted by : Mubarok institute

Blogger teguh20 said.. :

Terima kasih,
Kelihatannya pengalaman anda / bapak menunjukan kepada saya suatu yang benar tentang arti jihad meskipun tingkat pemahaman islam saya rendah / saya bisa katakan sulit untuk menyanggahnya meskipun Imam Samudra sekalipun

Dan perlu digaris bawahi..boleh cinta James Bond, boleh cinta mission impposible..tapi jangan coba-coba dengan banyak orang lah kalau jadi begini bagaimana betulin lagi...menurut saya ini sama dengan hutang pak!!!

Cukup Allah saja yang punya skenario, bahwa create our future tapi yang jangan side negatif effect nya banyak dong

Merdeka !!!..Merdeka !!!!

10:03 PM  

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger