Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Tuesday, December 11, 2007

Budaya Politik Dan Politik Berbudaya
at 12:00 AM 
Banyak definisi tentang kebudayaan, tetapi saya memilih pandangan yang menyatakan bahwa kebudayaan adalah konsep, keyakinan, nilai dan norma yang dianut masyarakat yang mempengaruhi perilaku mereka dalam upaya menjawab tantangan kehidupan yang berasal dari alam sekelilingnya. Disamping sebagai fasilitas, alam adalah tantangan yang harus diatasi. Berbeda dengan hewan, manusia tidak puas hanya dengan apa yang terdapat dalam alam kebendaan. Dengan konsep yang dimiliki manusia berusaha mengolah alam ini , dan dengan kesadaran dan cita-citanya manusia merumuskan apa yang bermakna dan apa yang tidak bermakna dalam kehidupannya. Sekurang-kurangnya ada enam nilai yang amat menentukan wawasan etika dan kepribadian manusia sebagai indifidu maupun sebagai masyarakat, yaitu : ekonomi, solidaritas, agama, seni, kuasa dan teori.

1. Nilai teori. Ketika manusia menentukan dengan obyektip identitas benda-benda atau kejadian-kejadian, maka dalam prosesnya hingga menjadi pengetahuan, manusia mengenal adanya teori yang menjadi konsep dalam proses penilaian atas alam sekitar.

2. Nilai ekonomi. Ketika manusia bermaksud menggunakan benda-benda atau kejadian-kejadian, maka ada proses penilaian ekonomi atau kegunaan, yakni dengan logika efisiensi untuk memperbesar kesenangan hidup. Kombinasi antara nilai teori dan nilai ekonomi yang senantiasa maju disebut aspek progressip dari kebudayaan.

3. Nilai agama. Ketika manusia menilai suatu rahasia yang menakjubkan dan kebesaran yang menggetarkan dimana di dalamnya ada konsep kekudusan dan ketakziman kepada yang Maha Gaib, maka manusia mengenal nilai agama.

4. Nilai seni. Jika yang dialami itu keindahan dimana ada konsep estetika dalam menilai benda atau kejadian-kejadian, maka manusia mengenal nilai seni. Kombinasi dari nilai agama dan seni yang sama-sama menekankan intuisi, perasaan, dan fantasi disebut aspek ekpressip dari kebudayaan.

5. Nilai kuasa. Ketika manusia merasa puas jika orang lain mengikuti fikiranya, norma-normanya dan kemauan-kemauannya, maka ketika itu manusia mengenal nilai kuasa.
Six. Nilai solidaritas. Tetapi ketika hubungan itu menjelma menjadi cinta, persahabatan dan simpati sesama manusia, menghargai orang lain, dan merasakan kepuasan ketika membantu mereka maka manusia mengenal nilai solidaritas.

6. nilai budaya itu merupakan kristalisasi dari berbagai macam nilai kehidupan, yang selanjutnya menentukan konfigurasi kepribadian dan norma etik individu maupun masyarakat. Nilai apa yang paling dominan pada seseorang atau sekelompok orang, akan menentukan “sosok” mereka sebagai manusia budaya (al insan madaniyyun bi at thab`i). Orang yang lebih dipengaruhi oleh nilai ekonomi cenderung kurang memperhatikan halal dan haram, orang yang lebih dipengaruhi oleh nilai teori cenderung menjadi ilmuwan, yang lebih dipengaruhi oleh nilai kuasa cenderung tega dan nekad, yang lebih dipengaruhi oleh nilai agama dan seni cenderung menjadi sufi dan seterusnya, sehingga ada sosok orang yang materialis, seniman, pekerja sosial an sebagainya. Bisa juga ada ilmuwan yang mengabdi kepada materi, politisi yang pejuang, ulama yang rasionil, ilmuwan yang mistis dan sebagainya.

Budaya progressip akan mengembangkan cara berfikir ilmiah dan melahirkan berbagai cabang ilmu pengetahuan, sedangkan puncak dari budaya ekpressip bermuara pada kepercayaan mitologis dan mistik. Pendukung budaya progressip pada umumnya dinamis dan siap digantikan oleh generasi penerus dengan penemuan-penemuan baru, sedangkan pendukung budaya ekpressip biasanya statis atau tradisional, memandang kebudayaan sebagai sesuatu ang sudah final.

Politik
Politik adalah ekpressi kebudayaan dari nilai kuasa,yakni bagaimana orang atau kelompok orang berusaha agar mereka bisa memimpin orang lain,mengatur orang lain.Puncak kepuasan politikadalah jika berhasil menduduki kursi no 1, atau pemimpin tertinggi sehingga ia merasa bahwa fikirannya,norma-normanya dan kemauan-kemauannya diikuti oleh orang lain, suka ataupun terpaksa. Di mata public, politik selalu dikonotasikan sebagai kelicikian, bermain kotor, persekongkolan, politicking dan sebangsanya, tetapi sesungguhnya itu adalah persepsi dari praktek lapangan,bukan politik sebagai konsep. Secara konsepsional,politik adalah ilmu, game dan seni. Dengan ilmu politik maka konstitusi, struktur politik, dan gagasan politik lainnya bisa terukur,logic, ilmiah dan masuk akal. Politik sebagai game membuat bermain politik seperti benar-benar sedang bermain sehingga mereka tetap riang gembira. Yang memang mendapat aplouse yang kalah malah ikut memberi aplouse. Politik sebagai seni bermakna bahwa perkelahian sekalipun tetap indah ditonton dan indah dirasa, karena perkelahiaanya mengikuti norma yang bermartabat. Tinju adalah seni olah raga keras, tetapi jika berlangsung fair maka yang menonton senang,yang bertinju juga senang, yang menang langsung merangkul yang kalah.

Budaya Politik
Budaya politik yang berlangsung pada suatu bangsa bisa bermartabat,bisa juga tidak. Budaya politik yang berlangsung di negeri yang penuh konflik pada umumnya tidak bermartabat, atau politik yang tidak berbudaya. Politik yang tidak berbudaya itu lebih machiavelis, menghalalkan segala cara, busuk,penuh tipudaya,intimidasi dan terror. Oleh karena itu struktur politik yang dibangun biasanya juga tidak logic, tidak masuk akal karena dibangun semata-mata hanya untuk mengamankan interest politiknya, bukan untuk membangun tatanan masyarakat terhormat. Pengalaman politik bangsa Indonesia, pada generasi awal, yakni generasi Angkatan 45, mereka pada umumnya masih berpolitik dengan budaya, sehingga konflik politik tidak harus diteruskan dengan konflik kemanusiaan. Para pemimpin politik yang berbeda aspirasi politik selalu “berkelahi” di fgorum politik, di Panitia Persiapan Kemerdekaan,kemudian di Konstituante, tetapi di luar majlis mereka bersahabat mesra. Baru di akhir periode Bung Karno ketika koalisi NASAKOMdipaksakan, kelompok Komunis rajin sekali melakukan politicking membuat suasana politik bagaikan bisul yang siap meledak, sehingga pada tahun 65 disebutkan bahwa ibu pertiwi sedang hamil tua. Dari politicking PKI yang tidak bermartabat itulah lahirG.30.S, dan sebagai actor, PKI harus menerima resiko, dibubarkan, dan aktifisnya diburu oleh rakyat,bahkan dihakimi oleh rakyat di jalanan. Pak Harto yang tampil tepat waktu menyelamatkan keadaan, menghela bangsa ini keluar dari krisis, pada mulanya adalah power yang dipandang tepat untuk mengatasi keadaan. Tetapi kelamaan duduk di kursi kepresidenan membuat game politiknya tidak sportif dan seni politiknya lebih bersifat sandiwara, sehingga ilmu politiknya yang sesungguhnya masuk akal dipersepsi sejalan dengan rekayasa politiknya.

Politik Berbudaya
Sesungguhnya di alam bawah sadar para pengusung reformasi, ada motivasi kuat untuk mengubah budaya politik repressip ke politik yang berbudaya, yang bermartabat. Oleh karena itulah maka amandemen dilakukan,banyak paradigma diubah, tatanan diubah. Hanya saja kebencian dan kemarahan yang terlalu besar kepada Pak Harto,Golkar , ABRI dan orde baru,membuat langkah reformasi ini terlalu emosional, kurang konsepsional. Dampaknya sekarang,budaya politik yang berlangsung juga jauh dari harapan mulia reformasi. Kebingungan, jalan buntu dan nyaris frustrasi membayangi kehidupan politik bangsa. Sudah 10 tahun reformasi,kita belum kompak menyusun agenda tujuan, padahal Jepang hanya butuh 15 tahun keluar menjadi pesaing Amerika yang tahun 1945 meluluh lantakkan negeri Sakura itu dengan boom atom. Vietnam yang diluluh lantakkan oleh perang dan pendudukan Amerika,kinipun sudah bangkit. Nampaknya kita harus berani menekan nafsu untuk jangan terlalu menonjolkan nilaikuasa dari budaya kita, tetapi serentak juga mengedepankan nilai siolidaritas, nilai seni,nilai agama.Sedangkan nilai ekonomi dan nilai teori sesungguhnya sudah kita miliki tetapi sayang kita belum bisa konsisten.Mudah-mudahan tidak terlambat.; Wallohu a`lamu bissawab. Lebih jauh tentang politik berbudaya,
posted by : Mubarok institute

Anonymous dhanie said.. :

Terimakasih infonya,,,bermanfaat banget,
saya tunggu informasi selanjutnya

9:35 PM  

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger