Tuesday, December 11, 2007
Jalan Pilihan
Ungkapan yang berbunyi Seribu jalan Menuju Ke Roma mengandung arti bahwa sesungguhnya jalan menuju sukses itu tidak hanya satu, tetapi banyak, bergantung pada perhitungan dan metode yang dipilih. Ungkapan semakna sudah termaktub dalam al Qur’an, bahwa jalan menuju keselamatan tidak hanya satu, tetapi banyak; Subul as Salam, bukan sabil as asalam. Banyaknya pilihan jalan itu sesuai dengan karakteristik manusia yang memiliki keunikan. Manusia sebagai makhluk yang unik maknanya ialah bahwa tiap orang adalah dirinya, berbeda dengan yang lain, berbeda potensi, berbeda kapasitas, berbeda kecenderungan, yang seterusnya pada tngkat terapan menjadi berbeda cara memandang dan berbeda pilihan keputusan. Jika manusia dalam berkarya terbatas kemampuannya untuk membuat keragaman, maka keragaman manusia justeru tidak terbatas karena manusia adalah ciptaan Tuhan yang pengetahuan dan kekuasaan Nya tak terbatas.
Kebebasan Memilih Jalan
Dalam bahasa Arab, memilih disebut dengan kata khiyar, berhubungan dengan kata ikhtiyar (usaha) , khoir (kebajikan), dan al mukhtar (orang pilihan). Dalam perspektip ini terkandung arti bahwa manusia diberi kebebasan untuk memilih, tetapi hendaknya pilihan itu merupakan bagian dari usahanya ( ikhtiyar) menggapai kebaikan (khoir), oleh karena itu jika seseorang disebut sebagai orang pilihan (al mukhtar) maka konotasinya adalah orang-orang terbaik. Setiap manusia pasti ingin memiliki anak cucu atau keturunan yang berkualitas, dan biasanya anak berkualitas lahir dari orang tua yang berkualitas juga. Nabi menganjurkan agar keinginan itu dicapai melalui pengambilan keputusan memilih pasangan yang berkualitas; takhoyyaru linuthofikum fa inna al `iroqo dassas, pilihlah “bibit” yang baik untuk anak-cucumu, karena (kualitas) genetika itu menurun.
Instrumen Untuk Memilih
Manusia adalah jejak (tajalli) dari kebesaran Tuhan Sang Pencipta, oleh karena itu ketika manusia diberi otoritas untuk memilih jalan, Tuhan juga memberi perangkat psikologis yang bisa bekerja memberikan dasar-dasar pilihan agar pilihan yang ditentukan terukur pertanggungjawabannya sesuai dengan martabat manusia sebagai khalifatullah. Tuhan memang benar-benar memberikan kebebasan kepada manusia, bahkan bebas untuk beriman atau untuk kafir; faman syaa falyu’min faman syaa falyakfur, tetapi instrumen psikologis yang diberikan Tuhan kepada manusia memberi bobot bahwa sebuah pilihan berimplikasi kepada reward yang bisa dinikmati atau punishment yang harus dianggung sendiri. Instrumen psikologis itulah yang disebut jiwa yang bekerja dengan system, disebut system nafsani dengan subsistem akal, hati, hati nurani, syahwat dan hawa nafsu.
• Akal adalah problem solving capacity, bisa menemukan kebenaran tetapi tidak menentukannya, kerjanya berfikir (horizontal) dan tafakkur (vertical)
• Hati adalah alat untuk memahami realita. Hal-hal yang tidak masuk akal bisa difahami oleh hati. Hati mempunyai muatan yang sangat banyak, seperti cinta, benci, keberanian, ketakutan, marah, kebaikan, kemunafikan dan sebagaianya. Hati terkadang longgar terkadang sempit, terkadang terang terkadang gelap. Terkadang tenang terkadang gelisah. Karakter hati tidak konsisten.
• Hati Nurani merupkan God Spot, dari kata nur (cahaya) adalah cahaya ketuhanan yang ditempatkan di dalam hati (nurun yaqdzifuhulloh fi al qalb). Oleh karena itu hati nurani tidak bisa diajak kompromi dengan kebohongan, hati nurani jujur dan konsisten. Hanya saja cahaya tidak selamanya memancar. Ketika lampu pijar ditutup dengan kain tebal maka cahanya tidak keluar. Demikian juga nurani terkadang redup terkadang mati. Nurani redup tertutup oleh keserakahan, dan nurani mati tertutup oleh perbuatan maksiat. Orang yang nuraninya mati seperti orang yang berjalan di kegelapan (dzulumat), maka ia tidak bisa membedakan mana yang putih dan mana yang hitam, ia sering keliru menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, melakukan sesuatu yang tidak semestinya, disebut zalim.
• Syahwat adalah dorongan kepada apa-apa yang diingini, misalnya dorongan kepada lawan jenis, ingin kaya, suka perhiasan bagus, kebun, ternak, kendaraan, pangkat tinggi dan sebagainya. Syahwat bersifat netral dan manusiawi
• Hawa nafsu adalah dorongan kepada syahwat yang sifatnya rendah. Wataknya ingin segera menikmati tanpa mempedulikan akibat, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.
• Dalam system kejiwaan, hati memimpin kerja jiwa, oleh karena itu hanya perbuatan yang disadari oleh hati yang berimplikasi kepada dosa dan pahala, berimplikasi kepada nilai salah dan benar.
Menejemen Hati (Qalbu)
Jika orang melibatkan perangkat kejiwaan itu secara proporsional; masalah disikapi secara rational, tetapi juga bisa menenggang perasaan, selalu bertanya kepada nurani, menunaikan syahwat sekedar yang dibutuhkan dan menekan dorongan hawa nafsu, maka orang seperti itu biasanya bisa hidup tenang dan harmonis dengan lingkungan serta akrab dengan diri sendiri, karena ia memilih jalan yang seimbang, the Balances Ways seperti judul buku yang sedang and abaca. Selanjutnya implikasi dari ketidak seimbangan pilihan jalan adalah sebagai berikut;
1. Jika orang lebih dipengaruhi oleh akalnya, maka hidupnya rationil tetapi sering kering. Ia bisa kebingungan jika berhadapan dengan realita yang tidak rationil.
2. Jika seseorang lebih dikendalikan oleh hatinya maka ia cenderung perasa, tetapi dinamis bergantung kepada moodnya
3. Jika orang menaati kata hati nuraninya, pilihan dan langkahnya dijamin tepat
4. Jika orang memanjakan syahwatnya maka ia bisa terjerumus pada pola hidup mewah dan selera yang hedonistik
5. Jika orang selalu menuruti hawa nafsunya maka ia pasti sesat dan hidupnya destruktip, terhadap dirinya maupun orang lain.
Mengelola Kecerdasan
Lazimnya, orang cerdas jalan pilihannya tepat dan hidupnya sukses, cita-citanya tercapai. Kenyataan menunjukkan fakta yang berbeda. Syair dalam kitab kuning berunyi; kam `alimin `alimin dliqat masalikuhu- kam jahilin jahilin wallohh marzuqa, artinya; betapa banyak orang pandai yang sempit jalan rizqinya, dan betapa banyak orang bodoh yang demi Allah banyak rezekinya.
1. Kecerdasan membuat orang segera mengetahui “kebenaran” dari obyek yang sedang dihadapi, yang oleh karena itu ia dapat cepat memutuskan untuk mengambil langkah yang tepat.. Ada beberapa jenis kebenaran, masing-masing ada logikanya; kebenaran matematis, kebenaran logis, kebenaran filosofis, kebenaran social dan kebenaran sufistik
2. Oleh karena itu kecerdasan orang juga tidak sama, ada yang cerdas menyangkut angka, cerdas menyangkut waktu, cerdas menyangkut ruang. Orang yang sopan dalam pergaulan masuk kategori orang yang memiliki kecerdasan menyangkut ruang dan waktu. Koruptor adalah orang yang cerdas dalam hal angka tetapi tidak cerdas dalam hal ruang dan waktu
Kecerdasan IESQ
Dulu orang hanya mengenal kecerdasan intelektual, tetapi sekarang sudah diperkenalkan dua kecerdasan lainnya yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Dalam psikologi, kecerdasan dibahas lebih rinci lagi sehingga ada kecerdasan menyangkut angka, musik, ruang, waktu dan sebagainya.
1. Kecerdasan Intelektual dapat dilihat dari kemampuan seseorang memandang masalah secara ilmiah, menerangkan masalah secara logis dan menyusun rumusan problem solving berdasarkan teori. Hanya saja orang yang hanya cerdas secara intelektual terkadang tersesat kepada logika yang tidak relevan dengan problem solving itu sendiri. Ia puas dengan analisanya yang masuk akal dan bangga dengan kesetiaannya kepada kaidah keilmuan. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang IQ nya sangat tinggi jarang sukses memimpin sebuah institusi, sebaliknya kebanyakkan mereka justru bekerja pada institusi yang dipimpin oleh orang yang justru IQ nya sedang-sedang saja.
2. Kecerdasan Emosional (EQ) ditandai dengan kemampuan seseorang mengendalikan diri dalam menghadapi keadaan yang sulit. Dengan pengendalian diri yang kuat, ia bisa dengan tenang melihat permasalahan dan dengan tenang memperhitungkan dampak dari suatu keputusan atau suatu tindakan. Perhatian orang yang cerdas secara emosi bukan pada kaidah ilmu atau kaidah logika tetapi pada bagaimana problem solving dapat dijalankan, oleh karena itu ia bukan hanya berpikir logis tetapi juga berpikir arif dan bijak. Ia bukan hanya mengenali siapa dirinya, tetapi ia juga bekerja keras mengenali orang lain yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Baginya bukan kemenangan yang menjadi target, tetapi keberhasilan. Banyak orang yang menang diawal tapi gagal di belakang, sebaliknya orang yang cerdas secara emosi tak mengapa mengalah di depan demi untuk kemenangan yang sesungguhnya dibelakang nanti.
3. Kecerdasan Spiritual (SQ) ditandai dengan kemampuan seseorang memandang masalah secara batin sebagai lawan dari pandangan mata kepala. Jika pandangan mata kepala terhalang sekat ruang dan waktu. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual bukan saja bisa melihat hal-hal dibalik ruang tetapi juga bisa berkomunikasi dengan siapa saja di masa lalu dan yang akan bermain di masa depan. Jika ciri utama orang yang memiliki kecerdasan emosional itu mampu berinteraksi secara hamonis dengan keadaan atau problem hari ini, maka cirri orang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah memiliki visi jauh ke depan, melampaui zamannya. Jika ramalan masa depan dari dukun biasanya tanpa analisa kecuali analisa mistis maka ramalan masa depan (visi) orang yang memiliki kecerdasan spiritual bisa dipaparkan secara terbuka dan ilmiah.
The Balances Ways; Mapp to Rich
Buku yang sedang berada di tangan anda yang diberi judul The Balances Ways; Mapp to Rich tulisan sdr Kana Suryadilaga adalah jenis kiat hidup dengan menggunakan instrument psikologis dan meminij kecerdasan secara tepat sehingga ibarat orang mengarungi samudera, kemudi selalu terkuasai pada medan kehidupan yang selalu berubah. Resep hidup tidak mesti datang dari orang pintar, tapi yang pasti resep hidup orang berpengalaman lebih mudah difahami dan diikuti. Sdr Kana, mesti masih muda, tetapi pengalaman mengarungi kehidupan yang keras di ibu kota yang diimbangi dengan semangat belajar yang tak kenal henti membuatnya mampu menulis penghayatan kehidupan yang dilaluinya dan dirumuskan sebagai kiat hidup sukses. Insya Alloh buku ini bermanfaat bagi setiap pembacanya. Wallohu a`lamu bissawab.
Kebebasan Memilih Jalan
Dalam bahasa Arab, memilih disebut dengan kata khiyar, berhubungan dengan kata ikhtiyar (usaha) , khoir (kebajikan), dan al mukhtar (orang pilihan). Dalam perspektip ini terkandung arti bahwa manusia diberi kebebasan untuk memilih, tetapi hendaknya pilihan itu merupakan bagian dari usahanya ( ikhtiyar) menggapai kebaikan (khoir), oleh karena itu jika seseorang disebut sebagai orang pilihan (al mukhtar) maka konotasinya adalah orang-orang terbaik. Setiap manusia pasti ingin memiliki anak cucu atau keturunan yang berkualitas, dan biasanya anak berkualitas lahir dari orang tua yang berkualitas juga. Nabi menganjurkan agar keinginan itu dicapai melalui pengambilan keputusan memilih pasangan yang berkualitas; takhoyyaru linuthofikum fa inna al `iroqo dassas, pilihlah “bibit” yang baik untuk anak-cucumu, karena (kualitas) genetika itu menurun.
Instrumen Untuk Memilih
Manusia adalah jejak (tajalli) dari kebesaran Tuhan Sang Pencipta, oleh karena itu ketika manusia diberi otoritas untuk memilih jalan, Tuhan juga memberi perangkat psikologis yang bisa bekerja memberikan dasar-dasar pilihan agar pilihan yang ditentukan terukur pertanggungjawabannya sesuai dengan martabat manusia sebagai khalifatullah. Tuhan memang benar-benar memberikan kebebasan kepada manusia, bahkan bebas untuk beriman atau untuk kafir; faman syaa falyu’min faman syaa falyakfur, tetapi instrumen psikologis yang diberikan Tuhan kepada manusia memberi bobot bahwa sebuah pilihan berimplikasi kepada reward yang bisa dinikmati atau punishment yang harus dianggung sendiri. Instrumen psikologis itulah yang disebut jiwa yang bekerja dengan system, disebut system nafsani dengan subsistem akal, hati, hati nurani, syahwat dan hawa nafsu.
• Akal adalah problem solving capacity, bisa menemukan kebenaran tetapi tidak menentukannya, kerjanya berfikir (horizontal) dan tafakkur (vertical)
• Hati adalah alat untuk memahami realita. Hal-hal yang tidak masuk akal bisa difahami oleh hati. Hati mempunyai muatan yang sangat banyak, seperti cinta, benci, keberanian, ketakutan, marah, kebaikan, kemunafikan dan sebagaianya. Hati terkadang longgar terkadang sempit, terkadang terang terkadang gelap. Terkadang tenang terkadang gelisah. Karakter hati tidak konsisten.
• Hati Nurani merupkan God Spot, dari kata nur (cahaya) adalah cahaya ketuhanan yang ditempatkan di dalam hati (nurun yaqdzifuhulloh fi al qalb). Oleh karena itu hati nurani tidak bisa diajak kompromi dengan kebohongan, hati nurani jujur dan konsisten. Hanya saja cahaya tidak selamanya memancar. Ketika lampu pijar ditutup dengan kain tebal maka cahanya tidak keluar. Demikian juga nurani terkadang redup terkadang mati. Nurani redup tertutup oleh keserakahan, dan nurani mati tertutup oleh perbuatan maksiat. Orang yang nuraninya mati seperti orang yang berjalan di kegelapan (dzulumat), maka ia tidak bisa membedakan mana yang putih dan mana yang hitam, ia sering keliru menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, melakukan sesuatu yang tidak semestinya, disebut zalim.
• Syahwat adalah dorongan kepada apa-apa yang diingini, misalnya dorongan kepada lawan jenis, ingin kaya, suka perhiasan bagus, kebun, ternak, kendaraan, pangkat tinggi dan sebagainya. Syahwat bersifat netral dan manusiawi
• Hawa nafsu adalah dorongan kepada syahwat yang sifatnya rendah. Wataknya ingin segera menikmati tanpa mempedulikan akibat, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.
• Dalam system kejiwaan, hati memimpin kerja jiwa, oleh karena itu hanya perbuatan yang disadari oleh hati yang berimplikasi kepada dosa dan pahala, berimplikasi kepada nilai salah dan benar.
Menejemen Hati (Qalbu)
Jika orang melibatkan perangkat kejiwaan itu secara proporsional; masalah disikapi secara rational, tetapi juga bisa menenggang perasaan, selalu bertanya kepada nurani, menunaikan syahwat sekedar yang dibutuhkan dan menekan dorongan hawa nafsu, maka orang seperti itu biasanya bisa hidup tenang dan harmonis dengan lingkungan serta akrab dengan diri sendiri, karena ia memilih jalan yang seimbang, the Balances Ways seperti judul buku yang sedang and abaca. Selanjutnya implikasi dari ketidak seimbangan pilihan jalan adalah sebagai berikut;
1. Jika orang lebih dipengaruhi oleh akalnya, maka hidupnya rationil tetapi sering kering. Ia bisa kebingungan jika berhadapan dengan realita yang tidak rationil.
2. Jika seseorang lebih dikendalikan oleh hatinya maka ia cenderung perasa, tetapi dinamis bergantung kepada moodnya
3. Jika orang menaati kata hati nuraninya, pilihan dan langkahnya dijamin tepat
4. Jika orang memanjakan syahwatnya maka ia bisa terjerumus pada pola hidup mewah dan selera yang hedonistik
5. Jika orang selalu menuruti hawa nafsunya maka ia pasti sesat dan hidupnya destruktip, terhadap dirinya maupun orang lain.
Mengelola Kecerdasan
Lazimnya, orang cerdas jalan pilihannya tepat dan hidupnya sukses, cita-citanya tercapai. Kenyataan menunjukkan fakta yang berbeda. Syair dalam kitab kuning berunyi; kam `alimin `alimin dliqat masalikuhu- kam jahilin jahilin wallohh marzuqa, artinya; betapa banyak orang pandai yang sempit jalan rizqinya, dan betapa banyak orang bodoh yang demi Allah banyak rezekinya.
1. Kecerdasan membuat orang segera mengetahui “kebenaran” dari obyek yang sedang dihadapi, yang oleh karena itu ia dapat cepat memutuskan untuk mengambil langkah yang tepat.. Ada beberapa jenis kebenaran, masing-masing ada logikanya; kebenaran matematis, kebenaran logis, kebenaran filosofis, kebenaran social dan kebenaran sufistik
2. Oleh karena itu kecerdasan orang juga tidak sama, ada yang cerdas menyangkut angka, cerdas menyangkut waktu, cerdas menyangkut ruang. Orang yang sopan dalam pergaulan masuk kategori orang yang memiliki kecerdasan menyangkut ruang dan waktu. Koruptor adalah orang yang cerdas dalam hal angka tetapi tidak cerdas dalam hal ruang dan waktu
Kecerdasan IESQ
Dulu orang hanya mengenal kecerdasan intelektual, tetapi sekarang sudah diperkenalkan dua kecerdasan lainnya yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Dalam psikologi, kecerdasan dibahas lebih rinci lagi sehingga ada kecerdasan menyangkut angka, musik, ruang, waktu dan sebagainya.
1. Kecerdasan Intelektual dapat dilihat dari kemampuan seseorang memandang masalah secara ilmiah, menerangkan masalah secara logis dan menyusun rumusan problem solving berdasarkan teori. Hanya saja orang yang hanya cerdas secara intelektual terkadang tersesat kepada logika yang tidak relevan dengan problem solving itu sendiri. Ia puas dengan analisanya yang masuk akal dan bangga dengan kesetiaannya kepada kaidah keilmuan. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang IQ nya sangat tinggi jarang sukses memimpin sebuah institusi, sebaliknya kebanyakkan mereka justru bekerja pada institusi yang dipimpin oleh orang yang justru IQ nya sedang-sedang saja.
2. Kecerdasan Emosional (EQ) ditandai dengan kemampuan seseorang mengendalikan diri dalam menghadapi keadaan yang sulit. Dengan pengendalian diri yang kuat, ia bisa dengan tenang melihat permasalahan dan dengan tenang memperhitungkan dampak dari suatu keputusan atau suatu tindakan. Perhatian orang yang cerdas secara emosi bukan pada kaidah ilmu atau kaidah logika tetapi pada bagaimana problem solving dapat dijalankan, oleh karena itu ia bukan hanya berpikir logis tetapi juga berpikir arif dan bijak. Ia bukan hanya mengenali siapa dirinya, tetapi ia juga bekerja keras mengenali orang lain yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Baginya bukan kemenangan yang menjadi target, tetapi keberhasilan. Banyak orang yang menang diawal tapi gagal di belakang, sebaliknya orang yang cerdas secara emosi tak mengapa mengalah di depan demi untuk kemenangan yang sesungguhnya dibelakang nanti.
3. Kecerdasan Spiritual (SQ) ditandai dengan kemampuan seseorang memandang masalah secara batin sebagai lawan dari pandangan mata kepala. Jika pandangan mata kepala terhalang sekat ruang dan waktu. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual bukan saja bisa melihat hal-hal dibalik ruang tetapi juga bisa berkomunikasi dengan siapa saja di masa lalu dan yang akan bermain di masa depan. Jika ciri utama orang yang memiliki kecerdasan emosional itu mampu berinteraksi secara hamonis dengan keadaan atau problem hari ini, maka cirri orang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah memiliki visi jauh ke depan, melampaui zamannya. Jika ramalan masa depan dari dukun biasanya tanpa analisa kecuali analisa mistis maka ramalan masa depan (visi) orang yang memiliki kecerdasan spiritual bisa dipaparkan secara terbuka dan ilmiah.
The Balances Ways; Mapp to Rich
Buku yang sedang berada di tangan anda yang diberi judul The Balances Ways; Mapp to Rich tulisan sdr Kana Suryadilaga adalah jenis kiat hidup dengan menggunakan instrument psikologis dan meminij kecerdasan secara tepat sehingga ibarat orang mengarungi samudera, kemudi selalu terkuasai pada medan kehidupan yang selalu berubah. Resep hidup tidak mesti datang dari orang pintar, tapi yang pasti resep hidup orang berpengalaman lebih mudah difahami dan diikuti. Sdr Kana, mesti masih muda, tetapi pengalaman mengarungi kehidupan yang keras di ibu kota yang diimbangi dengan semangat belajar yang tak kenal henti membuatnya mampu menulis penghayatan kehidupan yang dilaluinya dan dirumuskan sebagai kiat hidup sukses. Insya Alloh buku ini bermanfaat bagi setiap pembacanya. Wallohu a`lamu bissawab.
Post a Comment
Home