Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Tuesday, April 07, 2009

Pengertian Kualitas Nafs
at 9:02 PM 
Al-Quran menegaskan bahwa pada dasarnya nafs diciptakan Allah SWT dalam keadaan sempurna. Sebagai perangkat dalam (rohani) manusia, nafs dicipta secara lengkap, diilhamkan kepadanya kebaikan dan keburukan agar ia dapat mengetahuinya.

Dan (demi) jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-Nya), maka Allah SWT mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (QS. al-Syams / 91:7-11).

Nafs adalah al-jawhar atau substansi yang menyebabkan manusia berbeda kualitasnya dengan makhluk yang lain, yakni yang menyebabkan manusia maupun menggagas, berfikir dan merenung, kemudian dengan gagasan dan pikirannya itu manusia mengambil keputusan, an dengan pikirannya itu manusia juga dapat menangkap rambu-rambu dan simbol-simbol yang membuatnya harus memilih jalan mana yang harus ditempuh.

Menurut al-Quran, nafs memiliki kemerdekaan dan memiliki peluang apakah kemudian cenderung kepada kebaikan dan alergi kepada keburukan atau sebaliknya, bergantung kepada faktor-faktor yang mempngaruhinya. Faktor terpenting dalam hal ini adalah bagaimana manusia mengendalikan kodrat fitriahnya, tabiat individualnya serta daya responnya terhadap lingkungan sebelum melakukan suatu perbuatan.

Menurut al-Quran, nafs memiliki kemerdekaan untuk membedakan antara kebaikan dan keburukan, dan dengan alat bantu yang tersedia, memungkinkannya memilih jalan atau mengubah keputusan, sehingga suatu nafs memutuskan untuk memilih jalan yang menuju kepada martabat takwa, dan di waktu yang lain menyimpang ke jalan yang sesat.

Dalam surat al-Isra / 17:15 disebutkan:

Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah Allah SWT, maka sesungguhnya ia telah berbuat bagi keselamatan dirinya, dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya ia tersesat (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain dan Kami tidak mengazab sebelum kami mengutus seorang rasul.

Sejalan dengan kemerdekaan yang diberi oleh Allah SWT, nafs juga diberi tanggung jawab dan otonomi. Seperti dijelaskan ayat diatas, bahwa seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan Tuhan tidak akan memberi azab sebelum terlebih dahulu memberi rambu-rambu yang harus dipatuhi melalui rasulnya. Kemrdekaan dan tangung jawab nafs itu diberikan sedemikian rupa hingga tuhan mengingatkan bahwa Dia mengetahui sisi dalam yang disembunyikan manusia. Surat Qaf / 50:16 menyebutkan bahwa apa yang dibicarakan oleh nafs yang tidak mendengar oleh panca indra manusia, diketahui oleh Allah SWT.

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya (QS. Qaf / 50:16).

Kualitas nafs seseorang bisa meningkat dan bisa menurun, dan hal ini berkaitan dengan sistem yang melibatkan jaringan tabiat dan fitrah manusia. Kualitas nafs yang telah dibentuk pada seseorang membentuk sistem pengendalian oleh tiap-tiap individu, sehingga seseorang kuat dan yang lain ada yang lemah dalam menghadapi godaan yang datang dari luar. Hal ini diisyaratkan oleh al-Quran surat al-Naziat / 79:40-41:

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya sorgalah tempat tingglnya.

Surat al-Hasyr / 59:9 juga menghubungkan kualitas nafs dengan tingkat kecintaan kepda harta benda.

dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, merekalah orang-orang yang beruntung.

Fisik manusia, meski genetikanya sehat, tetapi proses kehamilannya, kelahiran dan lingkungan hidup selanjutnya mempengaruhi tingkat kesehatannya. Demikian juga kesehatan nafs, meskipun pada dasarnya ia ciptaan Allah SWT dalam keadaan sempurna seperti yang disebut dalam surat al-Syams / 91:7-8, tetapi pemeliharaan dan pemupukannya seperti yang diisyaratkan dalam surat al-Naiat / 79:40, surat al-Hasyr / 59:9, dan surat al-Syams / 91:9-10 di atas, melahirkan tingkatan nafs yang berbeda-beda pada tiap orang. Pada orang dewasa yang berakal, tingkatan nafs disebut dalam al-Quran dalam beberapa tingkatan, seperti al-Nafs al-Ammarah, al-Nafs al-Lawwamah dan al-Nafs al-Muthmainnah. Sedangkan pada anak-anak yang belum mukallaf, al-Quran menyebut nafs untuk mereka dengan nama nafs zakiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan jiwa yang suci.
posted by : Mubarok institute

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger