Tuesday, January 04, 2011
Psikologi Agama dan Perbankan (2)
Syahdan, ketika harga minyak dunia meroket dan Saudi Arabia menjadi kaya raya, beredar berita bahwa Raja-raja minyak itu menyimpan uang petro dollarnya di bank-bank Eropa dan Amerika. Perbankan Barat sangat diuntungkan karena orang Saudi itu tidak mau mengambil bunga simpanannya, karena menurut ajaran Islam bunga bank itu termasuk riba yang diharamkan.
Baru setelah geger gerakan Kristenisasi di negeri-negeri Islam yang dilakukan oleh gereja-gereja Barat, dan diberitakan bahwa dana kristenisasi yang begitu besar itu berasal dari bunga bank dari simpanan raja-raja minyak Saudi Arabia yang tidak diambil (karena diharamkan agamanya) konon akhirnya mereka mengambil bunga bank itu untuk kepentingan sosial.
Lalu bagaimana di kalangan Gereja Katolik ? Gereja katolik dibawah kepemimpinan kepausan di Vatikan Roma termasuk atau satu-satunya lembaga keagamaan yang sangat kaya. Organisasi gerejanya sangat kuat dan rapih dalam sistem leadership, administrasi maupun finansialnya.
Bahkan Vatikan memiliki Bank sendiri, Bank Vatikan. Orang menganggap bahwa Bank di tahta Suci itu juga dipandang sebagai Bank Suci yang aktifitasnya pasti dipandu oleh ajaran agama katolik. Ternyata pengelolaan Bank Suci itu jauh dari keyakinan agama, sebaliknya bahkan bisa menjadi fasilitator kejahatan perbankan.
Ada dua tulisan yang menarik di Koran Republika tanggal 21 dan 22 Desember 2010, oleh Siwi Tri Puji yang berbicara tentang skandal Bank Vatikan, dan betapa sulitnya hukum menembus ke dalamnya. Berikut ini tulisannya.
Skandal Bank Vatikan; Dari “Bank Suci” Menjadi Bank Cuci Uang (Bagian I)
Ini adalah bank yang tak biasa: mesin ATM menggunakan bahasa Latin. Para pastur memiliki pintu masuk khusus. Sebuah potret Sri Paus Benediktus XVI ukuran besar tergantung di dinding.
Namun demikian, instansi berplang The Institute for Religious Works, adalah sebuah bank. Kini bank itu berada dalam pengawasan setelah kasus yang melibatkan tuduhan pencucian uang mencuat. Tak tanggung-tanggung, total nilai simpanan yang statusnya abu-abu itu 30 juta dolar AS. Kritikus mengatakan kasus ini menunjukkan bahwa Bank Vatikan ini kental dengan kerahasiaan dan skandal.
Vatikan menyebut penyitaan aset-aset sebagai sebuah "kesalahpahaman" dan menyatakan optimisme itu akan cepat diselesaikan. Tapi dokumen pengadilan menunjukkan bahwa jaksa mengatakan Bank Vatikan sengaja mencemooh undang-undang anti-pencucian uang "dengan tujuan menyembunyikan kepemilikan, tujuan dan asal dana." Dokumen juga mengungkapkan kecurigaanbahwa para pastor mungkin telah bertindak sebagai tameng untuk pengusaha korup dan mafia.
Dokumen menentukan dua transaksi yang belum dilaporkan: satu tahun 2009 yang melibatkan penggunaan nama palsu, dan satu lagi di 2010 di mana Bank Vatikan menarik 860 ribu dolar AS dari rekening bank Italia tetapi mengabaikan permintaan bank untuk mengungkapkan kemana uang itu akan ditujukan.
Temuan ini, seperti dilaporkan Washington Times, memberikan harapan baru bagi korban Holocaust yang mencoba untuk menuntut di Amerika Serikat, menyatakan bahwa jarahan Nazi disimpan di Bank Vatikan. Namun selalu gagal.
Koran ini mencatat, ini bukan skandal Bank Vatikan yang pertama. selama berabad-abad, bank ini kental dengan nuansa skandal.
Pada tahun 1986, seorang penasihat keuangan Vatikan meninggal setelah minum kopi -- diduga diracun -- di penjara. Yang lain ditemukan tergantung di tali bawah jembatan Blackfriars London pada tahun 1982, dengan saku diisi dengan uang dan batu. Insiden ini menghitamkan reputasi bank, menimbulkan kecurigaan hubungan dengan mafia, dan menimbulkan biayaratusan juta dolar dalam bentrokan hukum dengan pihak berwenang Italia.
Pada 21 September, polisi menyita aset keuangan dari rekening Bank Vatikan di Credito Artigiano SpA. Investigator mengatakan Vatikan telah gagal untuk memberikan informasi mengenai asal atau tujuan dana seperti yang dipersyaratkan oleh hukum Italia.
Sebagian besar uang, 26 juta dolar AS ditujukan untuk JP Morgan di Frankfurt, dan sisanya untuk Banca del Fucino.
Jaksa menuduh Vatikan mengabaikan peraturan bahwa bank-bank asing harus berkomunikasi dengan otoritas keuangan Italia tentang asal uang itu. Semua bank menolak memberikan komentar.
Dalam kasus lain, polisi keuangan di Sisilia mengatakan pada akhir Oktober bahwa mereka menemukan pencucian uang yang melibatkan penggunaan rekening Bank Vatikan oleh seorang pastor di Roma yang paman terkait dengan asosiasi mafia.
Pihak berwenang mengatakan 331 ribu dalam kasus itu adalah ilegal yang diperoleh dari pemerintah daerah Sisilia untuk sebuah perusahaan perikanan, dikirim kepadapastor oleh ayahnya sebagai "sumbangan amal," kemudian dikirim kembali ke Sisilia dari akun Bank Vatikan menggunakan serangkaian operasi perbankan untuk membuat hal itu sulit untuk dilacak.
Kantor kejaksaan menyatakan dalam dokumen pengadilan bulan lalu bahwa paraktik itu sesuai dengan standar internasional. "Tidak ada tanda bahwa lembaga-lembaga dari gereja Katolik bergerak ke arah itu."
Namun, penyelidikan yang dilakukan justru menemukan sebaliknya
Skandal Bank Vatikan ( Bagian 2)
Sulitnya Proses Hukum menembus kedalamnya]
Proses hukum menjadi hal yang tidak mudah lantaran status khusus vatikan sebagai negara merdeka di dalam wilayah Italia. Untuk Bank Vatikan, para penyelidik Italia sebenarnya dapat memperkarakan bank ini karena dikategorikan sebagai institusi keuangan asing yang beroperasi di Italia. Namun dalam praktik, itu juga bukan perkara gampang.
Sulitnya proses hukum itu setidaknya dilihat pada salah satu skandal yang terjadi pada 1980. Saat itu, Gubernur Bank Vatikan, Paul Marcinkus, didakwa sebagai kaki tangan yang menyebabkan kebangkrutan bank ini. Namun, aparat hukum tak dapat menahan uskup asal AS ini karena pengadilan tinggi Italia menyatakan dia memiliki hak imunitas (kekebalan).
Uskup Marcinkus, yang meninggal pada 2006, selalu menyatakan dia tak bersalah. Asal tahu saja, kasus marcinkus menginspirasi sutradara Francis Ford Coppola untuk memunculkan tokoh Uskup Gilday dalam film besutannya, Godfather III.
Terkait kasus-kasus yang melibatkan Bank Vatikan, pemerintah Vatikan berjanji untuk mematuhi standar keuangan Uni Eropa dan membentuk sebuah lembaga pengawas.
Namun, Gianluigi Nuzzi, penulis vatican SpA, buku terbitan tahun 2009 yang menggambarkan banyaknya transaksi curang di Bank Vatikan, pesimistis dengan janji itu.
“mungkin saja Vatikan serius, tapi saya sendiri tidak yakin, “ katanya. “setelah skandal-dkandal besar yang terjadi, tiba-tiba mereka bilang mau berubah. Butuh waktu lama untuk melakukan itu, “ sambung Nuzzi.
Lagi pula, struktur dan kultur di Bank Vatikan tak memungkinkan terjadinya perubahan dalam waktu cepat. Di bank ini, kata Nuzzi, para pemilik rekening punya kekuasaan yang besar. Mereka dapat menekan pihak manajemen. Sementara sejumlah manajer bank ini, menurut Nuzzi, tergolong orang yang tak menghendaki perubahan.
Siapa saja para nasabah Bank Vatikan? Itu rahasia. Namun, seperti ditulis Washington Times, Bank Vatikan memiliki 40 ribu nasabah, terdiri atas para jamaah dan tokoh Gereja Vatikan, para pejabat pemerintah Vatikan, dan masyarakat biasa yang punya hubungan dengan Vatikan.
Sejak tahun ini, upaya untuk menjadikan Bank Vatikan lebih bersih dengan menerapkan aturan perbankan internasional mulai dilakukan Gubernur Bank Vatikan, Ettore Gotti Tedeschi. Dalam pernyataan kepada publik, berkali-kali Tedeschi memuji sistem keuangan yang diterapkan berdasarkan moralitas. Selain menjadi pucuk pimpinan Bank Vatikan, Tedeschi juga memimpin Banco Santander’s di Italia.
“Ia (Tedeschi) ingin mejual citra baru tanpa tahu apa sebenarnya yang ada di dalam bank ini. Semuanya masih seperti dulu. Transper-transper dana tanpa nama masih berlangsung, “ komentar Nuzzi.
Belakangan, Tedeschi dan orang nomor dua di Bank Vatikan, Paolo Cipriani, juga terjerat masalah hukum. Mereka diduga melanggar undang-undang pencucian uang. Pada 30 September lalu, mereka diinterogasi oleh para penyidik di Roma, meski belum ada tuduhan resmi yang dilayangkan untuk dua pimpinan Bank Vatikan ini.
Dalam keterangannya kepada penyidik, Tedeschi mengatakan, ia tidak tahu persis operasional bank dari hari ke hari. Alasannya, ia baru memimpin Bank Vatikan kurang dari setahun dan hanya bekerja di bank ini dua hari saja dalam sepekan. Ia pun tidak memberi jawaban rinci seputar transaksi-transaksi mencurigakan kepada Cipriani. Sebaliknya,ia justru mempertanyakan motivasi aparat hukum memeriksa dirinya.
Bank Vatikan didirikan pada 1942 oleh Paus Pius XII untuk mengelola aset-aset bagi kepentingan keagamaan atau amal. Bank ini berlokasi di Tower Niccolo V dan tidak dibuka untuk umum.Jadi, jangan coba-coba masuk kesana.
Baru setelah geger gerakan Kristenisasi di negeri-negeri Islam yang dilakukan oleh gereja-gereja Barat, dan diberitakan bahwa dana kristenisasi yang begitu besar itu berasal dari bunga bank dari simpanan raja-raja minyak Saudi Arabia yang tidak diambil (karena diharamkan agamanya) konon akhirnya mereka mengambil bunga bank itu untuk kepentingan sosial.
Lalu bagaimana di kalangan Gereja Katolik ? Gereja katolik dibawah kepemimpinan kepausan di Vatikan Roma termasuk atau satu-satunya lembaga keagamaan yang sangat kaya. Organisasi gerejanya sangat kuat dan rapih dalam sistem leadership, administrasi maupun finansialnya.
Bahkan Vatikan memiliki Bank sendiri, Bank Vatikan. Orang menganggap bahwa Bank di tahta Suci itu juga dipandang sebagai Bank Suci yang aktifitasnya pasti dipandu oleh ajaran agama katolik. Ternyata pengelolaan Bank Suci itu jauh dari keyakinan agama, sebaliknya bahkan bisa menjadi fasilitator kejahatan perbankan.
Ada dua tulisan yang menarik di Koran Republika tanggal 21 dan 22 Desember 2010, oleh Siwi Tri Puji yang berbicara tentang skandal Bank Vatikan, dan betapa sulitnya hukum menembus ke dalamnya. Berikut ini tulisannya.
Skandal Bank Vatikan; Dari “Bank Suci” Menjadi Bank Cuci Uang (Bagian I)
Ini adalah bank yang tak biasa: mesin ATM menggunakan bahasa Latin. Para pastur memiliki pintu masuk khusus. Sebuah potret Sri Paus Benediktus XVI ukuran besar tergantung di dinding.
Namun demikian, instansi berplang The Institute for Religious Works, adalah sebuah bank. Kini bank itu berada dalam pengawasan setelah kasus yang melibatkan tuduhan pencucian uang mencuat. Tak tanggung-tanggung, total nilai simpanan yang statusnya abu-abu itu 30 juta dolar AS. Kritikus mengatakan kasus ini menunjukkan bahwa Bank Vatikan ini kental dengan kerahasiaan dan skandal.
Vatikan menyebut penyitaan aset-aset sebagai sebuah "kesalahpahaman" dan menyatakan optimisme itu akan cepat diselesaikan. Tapi dokumen pengadilan menunjukkan bahwa jaksa mengatakan Bank Vatikan sengaja mencemooh undang-undang anti-pencucian uang "dengan tujuan menyembunyikan kepemilikan, tujuan dan asal dana." Dokumen juga mengungkapkan kecurigaanbahwa para pastor mungkin telah bertindak sebagai tameng untuk pengusaha korup dan mafia.
Dokumen menentukan dua transaksi yang belum dilaporkan: satu tahun 2009 yang melibatkan penggunaan nama palsu, dan satu lagi di 2010 di mana Bank Vatikan menarik 860 ribu dolar AS dari rekening bank Italia tetapi mengabaikan permintaan bank untuk mengungkapkan kemana uang itu akan ditujukan.
Temuan ini, seperti dilaporkan Washington Times, memberikan harapan baru bagi korban Holocaust yang mencoba untuk menuntut di Amerika Serikat, menyatakan bahwa jarahan Nazi disimpan di Bank Vatikan. Namun selalu gagal.
Koran ini mencatat, ini bukan skandal Bank Vatikan yang pertama. selama berabad-abad, bank ini kental dengan nuansa skandal.
Pada tahun 1986, seorang penasihat keuangan Vatikan meninggal setelah minum kopi -- diduga diracun -- di penjara. Yang lain ditemukan tergantung di tali bawah jembatan Blackfriars London pada tahun 1982, dengan saku diisi dengan uang dan batu. Insiden ini menghitamkan reputasi bank, menimbulkan kecurigaan hubungan dengan mafia, dan menimbulkan biayaratusan juta dolar dalam bentrokan hukum dengan pihak berwenang Italia.
Pada 21 September, polisi menyita aset keuangan dari rekening Bank Vatikan di Credito Artigiano SpA. Investigator mengatakan Vatikan telah gagal untuk memberikan informasi mengenai asal atau tujuan dana seperti yang dipersyaratkan oleh hukum Italia.
Sebagian besar uang, 26 juta dolar AS ditujukan untuk JP Morgan di Frankfurt, dan sisanya untuk Banca del Fucino.
Jaksa menuduh Vatikan mengabaikan peraturan bahwa bank-bank asing harus berkomunikasi dengan otoritas keuangan Italia tentang asal uang itu. Semua bank menolak memberikan komentar.
Dalam kasus lain, polisi keuangan di Sisilia mengatakan pada akhir Oktober bahwa mereka menemukan pencucian uang yang melibatkan penggunaan rekening Bank Vatikan oleh seorang pastor di Roma yang paman terkait dengan asosiasi mafia.
Pihak berwenang mengatakan 331 ribu dalam kasus itu adalah ilegal yang diperoleh dari pemerintah daerah Sisilia untuk sebuah perusahaan perikanan, dikirim kepadapastor oleh ayahnya sebagai "sumbangan amal," kemudian dikirim kembali ke Sisilia dari akun Bank Vatikan menggunakan serangkaian operasi perbankan untuk membuat hal itu sulit untuk dilacak.
Kantor kejaksaan menyatakan dalam dokumen pengadilan bulan lalu bahwa paraktik itu sesuai dengan standar internasional. "Tidak ada tanda bahwa lembaga-lembaga dari gereja Katolik bergerak ke arah itu."
Namun, penyelidikan yang dilakukan justru menemukan sebaliknya
Skandal Bank Vatikan ( Bagian 2)
Sulitnya Proses Hukum menembus kedalamnya]
Proses hukum menjadi hal yang tidak mudah lantaran status khusus vatikan sebagai negara merdeka di dalam wilayah Italia. Untuk Bank Vatikan, para penyelidik Italia sebenarnya dapat memperkarakan bank ini karena dikategorikan sebagai institusi keuangan asing yang beroperasi di Italia. Namun dalam praktik, itu juga bukan perkara gampang.
Sulitnya proses hukum itu setidaknya dilihat pada salah satu skandal yang terjadi pada 1980. Saat itu, Gubernur Bank Vatikan, Paul Marcinkus, didakwa sebagai kaki tangan yang menyebabkan kebangkrutan bank ini. Namun, aparat hukum tak dapat menahan uskup asal AS ini karena pengadilan tinggi Italia menyatakan dia memiliki hak imunitas (kekebalan).
Uskup Marcinkus, yang meninggal pada 2006, selalu menyatakan dia tak bersalah. Asal tahu saja, kasus marcinkus menginspirasi sutradara Francis Ford Coppola untuk memunculkan tokoh Uskup Gilday dalam film besutannya, Godfather III.
Terkait kasus-kasus yang melibatkan Bank Vatikan, pemerintah Vatikan berjanji untuk mematuhi standar keuangan Uni Eropa dan membentuk sebuah lembaga pengawas.
Namun, Gianluigi Nuzzi, penulis vatican SpA, buku terbitan tahun 2009 yang menggambarkan banyaknya transaksi curang di Bank Vatikan, pesimistis dengan janji itu.
“mungkin saja Vatikan serius, tapi saya sendiri tidak yakin, “ katanya. “setelah skandal-dkandal besar yang terjadi, tiba-tiba mereka bilang mau berubah. Butuh waktu lama untuk melakukan itu, “ sambung Nuzzi.
Lagi pula, struktur dan kultur di Bank Vatikan tak memungkinkan terjadinya perubahan dalam waktu cepat. Di bank ini, kata Nuzzi, para pemilik rekening punya kekuasaan yang besar. Mereka dapat menekan pihak manajemen. Sementara sejumlah manajer bank ini, menurut Nuzzi, tergolong orang yang tak menghendaki perubahan.
Siapa saja para nasabah Bank Vatikan? Itu rahasia. Namun, seperti ditulis Washington Times, Bank Vatikan memiliki 40 ribu nasabah, terdiri atas para jamaah dan tokoh Gereja Vatikan, para pejabat pemerintah Vatikan, dan masyarakat biasa yang punya hubungan dengan Vatikan.
Sejak tahun ini, upaya untuk menjadikan Bank Vatikan lebih bersih dengan menerapkan aturan perbankan internasional mulai dilakukan Gubernur Bank Vatikan, Ettore Gotti Tedeschi. Dalam pernyataan kepada publik, berkali-kali Tedeschi memuji sistem keuangan yang diterapkan berdasarkan moralitas. Selain menjadi pucuk pimpinan Bank Vatikan, Tedeschi juga memimpin Banco Santander’s di Italia.
“Ia (Tedeschi) ingin mejual citra baru tanpa tahu apa sebenarnya yang ada di dalam bank ini. Semuanya masih seperti dulu. Transper-transper dana tanpa nama masih berlangsung, “ komentar Nuzzi.
Belakangan, Tedeschi dan orang nomor dua di Bank Vatikan, Paolo Cipriani, juga terjerat masalah hukum. Mereka diduga melanggar undang-undang pencucian uang. Pada 30 September lalu, mereka diinterogasi oleh para penyidik di Roma, meski belum ada tuduhan resmi yang dilayangkan untuk dua pimpinan Bank Vatikan ini.
Dalam keterangannya kepada penyidik, Tedeschi mengatakan, ia tidak tahu persis operasional bank dari hari ke hari. Alasannya, ia baru memimpin Bank Vatikan kurang dari setahun dan hanya bekerja di bank ini dua hari saja dalam sepekan. Ia pun tidak memberi jawaban rinci seputar transaksi-transaksi mencurigakan kepada Cipriani. Sebaliknya,ia justru mempertanyakan motivasi aparat hukum memeriksa dirinya.
Bank Vatikan didirikan pada 1942 oleh Paus Pius XII untuk mengelola aset-aset bagi kepentingan keagamaan atau amal. Bank ini berlokasi di Tower Niccolo V dan tidak dibuka untuk umum.Jadi, jangan coba-coba masuk kesana.
Post a Comment
Home