Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Tuesday, April 12, 2011

Akhlak Manusia kepada Tuhan (1)
at 8:10 PM 
Akhlak kepada Tuhan dengan Ibadah

Tuhan menciptakan manusia bukan tanpa maksud. Menurut al Qur’an, Tuhan, tidak menjadikan manusia dan jin kecuali untuk menyembah-Nya (Q/51 :56). Hubungan manusia dengan Tuhan adalah hubungan antara makhluk dan khaliqnya, antara yang dicipta dengan Sang Pencipta. Tuhan mensifatkan diri-Nya sebagai Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sementara manusia, meski ia sebagai hamba dengan dianugerahi Tuhan dengan berbagai kelebihan, yang selanjutnya menjadi faktor pembeda dengan makhluk yang lain, kelebihan manusia dibanding makhluk yang lain ialah bahwa ia memiliki jiwa dengan desain yang sempurna, memiliki potensi untuk mengetahui kebaikan dan kejahatan, memiliki akal yang bisa berpikir, hati yang bisa memahami, hati nurani yang memiliki ketajaman pandangan dan nafsu yang bisa menggerakan motivasi.

Dengan seperangkat elemen kejiwaan itu manusia diberi kemerdekaan untuk berpikir, bersikap dan berbuat. Sebagai konsekuensi dari fasilitas yang begitu banyak, manusia diberi beban memikul amanat, yakni dituntut untuk bertangungjawab dan mempertanggungjawabkan segala yang dilakukannya , kepada dirinya, kepada masyarakat, dan terutama Tuhan. Nah hubungan dengan Tuhan juga ada etikanya.

AKHLAK KEPADA TUHAN

Sebagaimana disebutkan di muka bahwa Tuhan menciptakan manusia dan jin agar mereka menyembah kepada-Nya, maka akhlak manusia kepada Tuhan yang pertama kali adalah menyembah Tuhan atau beribadah. Disamping itu manusia juga harus bertawakal disamping tidak boleh menyekutukan-Nya dengan makhluk.

IBADAH
Ibadah berasal dari kata ‘abada ya’budu yang artinya menyembah. Dari kata ‘abdun yang artinya hamba dan dalam bahasa jawa menjadi abdi yang artinya sahaya, dan kata pengabdian dalam bahasa Indonesia yang mengandung arti melakukan sesuatu dengan maksud member dan berdasar patuh serta hormat kepada yang diberi dan berdasar merupakan perintah Tuhan kepada seluruh manusia (Q/2:21). Kata ‘abd sekurang-kurangnya mengandung tiga arti ;
a) Tumbuhan yang beraroma harum
b) Anak panah, dan
c) Sesuatu yang dimiliki (hamba sahaya atau budak).

Manusia dalam status sebagai ‘abd seharusnya menggambarkan tiga makna itu, yaitu memberi suasana indah dan harum lingkungannya, sigap seperti anak panah dan merasa menjadi milik penuh pemiliknya (Tuhan). Etika beribadah haruslah bernuansa tiga semangat tersebut. Ketika ia menjalankan ibadah shalat misalnya, maka ia harus mencerminkan permormance sebagai manusia yang bermakna kepada lingkungannya karena shalatnya telah menjelma menjadi perilaku yang jauh dari perbuatan keji dan munkar.

Dalam menjalankan ritualnya ia sigap dan disiplin sesuai dengan syarat rukunnya seperti sigapnya anak panah yang dilepas busurnya. Dalam hal makna salat, ia sama sekali tidak merasa bahwa salatnya merupakan prestasi dirinya, tetapi diserahkan sepenuhnya kepada penilaian Tuhan yang memiliki dirinya (khusyuk). Demikian pula ketika membayar zakat, berpuasa,haji, dan sebagainya. Dalam surat al Fatihah disebutkan ayat yang berbunyi iyyaka na’budu wa iyya ka nasta’in, hanya kepada-Mu aku menyembah dan hanya kepada-Mu pula aku mohon pertolongan. Ayat ini mengandung makna bahwa semangat ibadah (pengabdian kepada Tuhan) bukan hanya ketika menjalankan ritual, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, berekonomi, berpolitik dan berbudaya.

Orang yang beribadah melalui kegiatan perekonomian, ia akan menciptakan suasana indah dan harum di lingkungannya, disiplin menunaikan apa yang menjadi kewajibannya, dan sadar betul bahwa prestasi bisnisnya semata-mata karena rahmat Allah, yang oleh karena itu ia tidak menyombongkan diri. Orang yang beribadah dalam aktifitas politik, melakukan manuver politik yang menyejukan masyarakat, disiplin terhadap komitmen yang dibuatnya dan sadar betul bahwa Tuhanlah yang memberikan kekuasaan politik kepada seseorang dan Dia pula yang mencabutnya dari seseorang (Q/3:26).
posted by : Mubarok institute
My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger