Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Sunday, April 24, 2011

GURU : digugu dan ditiru
at 9:32 PM 
Manusia adalah makhluk budaya. Kebudayaan adalah konsep, gagasan dan keyakinan yang dianut oleh masyarakat, dan gagasan itu kemudian memandu tingkah laku mereka dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa perubahan konsep maka tingkah laku tidak berubah. Masyarakat kita 50 tahun lalu tidak pernah membuat WC di dalam rumah, karena menurup konsep mereka, WC adalah tempat kotoran, oleh karena itu harus dijauhkan dari rumah. Karena tempat kotoran maka WC tidak dibuat bagus. Kini telah terjadi perubahan konsep masyarakat.

WC bukan hanya tempat kotoran, tetapi adalah kebutuhan hidup, karena setiap saat orang memerlukan WC. Karena kebutuhan, maka WC didekatkan kepada penggunanya.Maka kini WC berada di dalam rumah, bahkan di dalam kamar tidur. Mengapa masih banyak orang yang korupsi ? karena korupsi masih dipandang sebagai keberhasilan. Lihat saja berita Koran, yang selalu menyebut; bupati A berhasil membobol anggaran daerah. Kepala Sekolah berhasil menyunat dana BOS. Karena dalam konsepnya korupsi masih dipandang sebagai keberhasilan, maka orang berusaha menggapainya. Lain halnya jika korupsi dipandang sebagai najis, maka semua orang tidak mau menyentuhnya.

Ada masyarakat atau bangsa yang sudah berbudaya tinggi dan ada yang masih berbudaya rendah. Masyarakat yang berbudaya tinggi selalu memelihara nilai-nilai budayanya, seperti kejujuran, kesetiaan, kedisiplinan, kesehataan dan kemajuan. Sedangkan masyarakat yang berbudaya rendah mudah berbohong, mudah berkhianat, mudah melanggar janji dan tidak menghargai harkat manusia.

Nah, proses pembudayaan masyarakat dan bangsa itu melalui pendidikan. Pendidikanlah yang membuat suatu masyarakat atau bangsa menjadi bermartabat, dan guru adalah pilar utama dalam proses pendidikan. Hanya saja ada guru yang baru berada pada tingkat pengajar dan ada guru yang sudah berada pada tingkat pendidik. Guru pengajar perhatiannya hanya pada proses transfer ilmu pengetahuan. Pokok dating mengajar kemudian muridnya rapotnya bagus. Guru pengajar biasanya belum memiliki rasa cinta kepada pendidikan, oleh karena itu pusat perhatiannya masih pada honor mengajar.

Jika honornya besar ia rajin, jika honornya kecil ia malas. Sedangkan guru pendidik perhatiannya adalah pada transfer budaya, transfer perilaku. Ia sangat sedih jika ada murid yang mempunyai kebiasaan mencontek, karena mencontek merupakan perwujudan dari budaya yang rendah. Guru pendidik merasa bangga terhadap muridnya yang berakhlak baik, apalagi jika prestasinya juga baik. Guru pengajar akan mengalami disebut sebagai bekas guru saya oleh muridnya, sedangkan guru pendidik, seumur hidup oleh muridnya tetap disebut guru saya.

Dalam budaya Jawa, guru disebut sebagai kependekan dari yang digugu dan yang ditiru, yakni guru adalah figur yang terpercaya dan menjadi teladan bagi orang banyak.
Nah inilah tantangan dari organisasi guru seperti , PGRI, ASOSIASI GURU BERSATU INDONESIA, dll. yakni bagaimana organisasi ini bisa membangun komunitas pendidikan yang bekerja membudayakan bangsa dengan kebudayaan yang tinggi. Tugas inilah yang membuat guru disebut sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.
posted by : Mubarok institute

Blogger Nur Diansyah Alias said.. :

Guru?

kenapa profesi ini yang menjadi cita-cita saya sejak kecil, sy senang sekali melihat guru saya (SD,SMP,SMA) mengajar saya di kelas. profesi menjadi seorang guru itu sangat mengasikkan dan sangat terpuji, terkadang meskipun di kelas guru tidak diperhatikan oleh siswanya tp dy dengan ikhlas tetap mengajar

saat ini usia saya 22 tahun dan telah bekerja di sebuah bank swasta di Jakarta, dan sedang melanjutkan study di salah satu univsitas keguruan di jakarta. saya sangat tertarik untuk menajdi seorang guru dan mengajar, meski anggapan banyak orang "guru itu susah, guru itu gajinya kecil" entah kenapa saya keukeh tuk melanjutkan cita-cita saya. meski saat ini pengahasilan yang saya dapat sudah cukup memenuhi kebutuhan saya, tp sy ingin sekali menjadi guru

namun, kadang kala nya semangat saya menjadi turun ketika mendengar sisi2 negatif profesi seorang guru..

bagaimana mensupport diri sendiri tuk bisa sllu smangat meraih cita-cita menjadi seorang guru...?

8:29 AM  

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger