Tuesday, July 18, 2006
Kenapa Kita Mesti Berdoa?
sejak alam barzah manusia sudah disain oleh Sang Pencipta sebagai makhluk yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha Kuasa (Q/7:172). Oleh karena itu naluri manusia cenderung mencari perlindungan kepada Yang Maha Kuat, terutama ketika sedang merasa terancam. Bukan hanya orang beragama orang atheis pun ketika melepas prajuritnya ke medan perang, mereka mengucapkan "Semoga kalian menang perang.". Kalimat semoga adalah ungkapan religius, ungkapan doa, yakni mengharapkan campur tangan kekuatan gaib yang diyakini lebih besar dibanding kekuatan manusia.
Dalam perspektif way of life seorang muslim, kehadiran manusia dimuka bumi diberi status sebagai khalifah Allah, sebagai wakil Allah yang diberi amanat untuk menegakkan keberana dalam kehidupan manusia untuk mencvapai ridha Allah sebagai tujuan hidupnya. Untuk mencapai itu manusia diberi alat hidup, yaitu dirinya, fisik maupun psikis dan harta atau alam yang memang disediakan Tuhan sebagai fasilitas.
Dengan potensi itu manusia menjadi makhluk yang paling besar peluangnya menjadi yang terhebat dimuka bumi. Akan tetapi disis lain, manusia juga diberi status oleh Allah SWT sebagai abdun, sebagai hamba yang memiliki serba keterbatasan dan Allah tidak menciptakan manusia kecuali agar mengakui dirinya sebagai abdun, yang harus mengabdi atau beribadah, menyembah kepada Sang Pencipta (Q/51:56). Inilah status kembar manusia dihadapan Allah SWT. Di satu sisi manusia adalah besar, karena memiliki tanggungjawab dan wewenang yang besar dan menjadi wakil Allah SWT Yang Maha Besar. disisi lainnya manusia adalah kecil, karena seorang hamba yang lemah, terbatas dan hidupnya sangat bergantung kepada berbagai faktor. Manusia akan menjadi kuat apabila ia menempel kepada kekuatan Allah SWT Yang Maha Kuat. Ia selalu berkata bahwa tiada daya dan kekuatan yang effektif tanpa seizin Allah Yang Maha Agung. "La haula wala quwwata illa billah al'aliyy al'Azim. Sebaliknya manusia akan diperdaya dan dipermainkan oleh perbuatannya sendiri yang menipu, jika ia jauh dari ridha dan Rahmat Allah SWT. Allah akan mengangkat martabat manusia yang rendah hati dan akan menjatuhkan kedalam kehinaan terhadap manusia yang menyombongkan diri. Disinilah medan seni antara usaha dan doa.
Disatu sisi, al-quran banyak sekali memerintahkan manusia agar bekerja dan berusaha tetapi disisi lain al-Quran juga memerintahkan agar orang bertawakal (berpasrah diri kepada Allah SWT) atas hasil dari pekerjaan dan usahanya. Disamping menyuruh bekerja, alQuran juga menyuruhnya untuk berdoa kepada Allah SWT, disertai jaminan bahwa Allah akan mengabulkan doa manusia (Q/40:60) karena Allah SWT memang mendengarkan doa-doa hambanya(Q/14:39) Sabda Nabi, doa adalah sumsumnya ibadah, "ad du'a much chul 'ibadah."
Dalam realitas kehidupan sebagaimana yang melanda bangsa Indonesia dewasa ini bisa terjadi, banyak tentara tidak menjamin ketahanan nasional, banyak polisi tidak menjamin keamanan, banyak sumberdaya alam tidak menjamin kemakmuran, banyak orang pandai tidak menjamin keberhasilan. Dalam perspektif Islam bahwa dikatakan penentu keberhasilan pembangunan bangsa bukan ditentukan oleh unsur-unsur tersebut diatas namun oleh doa seorang hamba yang dekat kepada Allah SWT. Ada sebuah hadist, bahwa dimuka bumi ini ada beberapa orang yang penampilan "kumuh", tidak memiliki status sosial tetapi jika ia sudah menengadahkan tangannya kepada Allah SWT maka doanya itulah yang signifikan menyelesaikan masalah bangsa bukan oleh elit-elit bangsa (in aqsama 'alallah la abarruhu). Siapa orang itu? Dia adalah orang taqwa, kekasih Allah SWT tetapi ia tersembunyi identitas sebenarnya. Jika dia berada didekat kita, tak seorangpun mengenalnya, tetapi jika dia tidak ada maka ia selalu dicari-cari.
fenomena kita mengenal doa politik, ada istighotsah kubra dan doa-doa masal lainnya, yang tujuannya mencari solusi spirittual atas problem bangsa yang rumit. Mengapa doa-doa tersebut sepertinya tidak didengar? Inilah yang harus menjadi renungan kita bersama-sama, jangan-jangan doa yang kita panjatkan tidak ikhlas atau melanggar koridor sunatullah atau tidak memenuhi adabnya? Wallahu a'lam.
Dalam perspektif way of life seorang muslim, kehadiran manusia dimuka bumi diberi status sebagai khalifah Allah, sebagai wakil Allah yang diberi amanat untuk menegakkan keberana dalam kehidupan manusia untuk mencvapai ridha Allah sebagai tujuan hidupnya. Untuk mencapai itu manusia diberi alat hidup, yaitu dirinya, fisik maupun psikis dan harta atau alam yang memang disediakan Tuhan sebagai fasilitas.
Dengan potensi itu manusia menjadi makhluk yang paling besar peluangnya menjadi yang terhebat dimuka bumi. Akan tetapi disis lain, manusia juga diberi status oleh Allah SWT sebagai abdun, sebagai hamba yang memiliki serba keterbatasan dan Allah tidak menciptakan manusia kecuali agar mengakui dirinya sebagai abdun, yang harus mengabdi atau beribadah, menyembah kepada Sang Pencipta (Q/51:56). Inilah status kembar manusia dihadapan Allah SWT. Di satu sisi manusia adalah besar, karena memiliki tanggungjawab dan wewenang yang besar dan menjadi wakil Allah SWT Yang Maha Besar. disisi lainnya manusia adalah kecil, karena seorang hamba yang lemah, terbatas dan hidupnya sangat bergantung kepada berbagai faktor. Manusia akan menjadi kuat apabila ia menempel kepada kekuatan Allah SWT Yang Maha Kuat. Ia selalu berkata bahwa tiada daya dan kekuatan yang effektif tanpa seizin Allah Yang Maha Agung. "La haula wala quwwata illa billah al'aliyy al'Azim. Sebaliknya manusia akan diperdaya dan dipermainkan oleh perbuatannya sendiri yang menipu, jika ia jauh dari ridha dan Rahmat Allah SWT. Allah akan mengangkat martabat manusia yang rendah hati dan akan menjatuhkan kedalam kehinaan terhadap manusia yang menyombongkan diri. Disinilah medan seni antara usaha dan doa.
Disatu sisi, al-quran banyak sekali memerintahkan manusia agar bekerja dan berusaha tetapi disisi lain al-Quran juga memerintahkan agar orang bertawakal (berpasrah diri kepada Allah SWT) atas hasil dari pekerjaan dan usahanya. Disamping menyuruh bekerja, alQuran juga menyuruhnya untuk berdoa kepada Allah SWT, disertai jaminan bahwa Allah akan mengabulkan doa manusia (Q/40:60) karena Allah SWT memang mendengarkan doa-doa hambanya(Q/14:39) Sabda Nabi, doa adalah sumsumnya ibadah, "ad du'a much chul 'ibadah."
Dalam realitas kehidupan sebagaimana yang melanda bangsa Indonesia dewasa ini bisa terjadi, banyak tentara tidak menjamin ketahanan nasional, banyak polisi tidak menjamin keamanan, banyak sumberdaya alam tidak menjamin kemakmuran, banyak orang pandai tidak menjamin keberhasilan. Dalam perspektif Islam bahwa dikatakan penentu keberhasilan pembangunan bangsa bukan ditentukan oleh unsur-unsur tersebut diatas namun oleh doa seorang hamba yang dekat kepada Allah SWT. Ada sebuah hadist, bahwa dimuka bumi ini ada beberapa orang yang penampilan "kumuh", tidak memiliki status sosial tetapi jika ia sudah menengadahkan tangannya kepada Allah SWT maka doanya itulah yang signifikan menyelesaikan masalah bangsa bukan oleh elit-elit bangsa (in aqsama 'alallah la abarruhu). Siapa orang itu? Dia adalah orang taqwa, kekasih Allah SWT tetapi ia tersembunyi identitas sebenarnya. Jika dia berada didekat kita, tak seorangpun mengenalnya, tetapi jika dia tidak ada maka ia selalu dicari-cari.
fenomena kita mengenal doa politik, ada istighotsah kubra dan doa-doa masal lainnya, yang tujuannya mencari solusi spirittual atas problem bangsa yang rumit. Mengapa doa-doa tersebut sepertinya tidak didengar? Inilah yang harus menjadi renungan kita bersama-sama, jangan-jangan doa yang kita panjatkan tidak ikhlas atau melanggar koridor sunatullah atau tidak memenuhi adabnya? Wallahu a'lam.
Post a Comment
Home