Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Tuesday, September 19, 2006

Tikungan Sejarah
at 12:47 AM 
Sejarah bukan sekedar catatan peristiwa, tetapi juga bagaimana membuat peristiwa agar ia menjadi tonggak perubahan yang akhirnya akan banyak melahirkan peristiwa penting. Banyak partai atau organisasi dideklarasikan berdirinya, tetapi hanya sedikit yang tetap berdiri dan lebih sedikit lagi yang berhasil menorehkian catatan dalam lembaran sejarah. Hal ini berkaitan dengan kejelian, ketepatan, kerja keras dan nasib. Oleh karena itu dalam perjalanan sejarah, ada pelaku sejarah, ada yang terbawa oleh gerbong sejarah ada yang hanya dompleng dalam gerbong sejarah. Ada partai yang baru berdiri langsung bisa mengusung issue perubahan, termasuk berhasil mengusung capresnya, yaitu SBY tetapi pertanyaan berikutnya, dapatkah ia mengawal gagasannya hingga terwujud ? sejarahlah yang akan menjawab.

Rekaman 60 tahun Pertama Sejarah RI
Kita menyadari bahwa kita bangsa Indonesia telah mengalami masa penjajahan colonial dalam waktu yang sangat panjang (300 tahun). Belanda yang merupakan negeri sangat kecil di Eropah secara sadar ingin menjajah Indonesia untuk selamanya, oleh karena itu kebijakan pemerintah penjajah adalah menjadikan bangsa ini tetap bodoh dan tak boleh bersatu.. Kesadaran untuk merdeka yang dirintis generasi 1912, diperteguh generasi 1928 menjelma menjadi revolusi merebut kemerdekaan yang pucaknya adalah proklamasi 45. Luka penjajahan dan revolusi ternyata tidak cepat sembuh, hingga hari ini masih ada diantara kita yang tanpa disadari berperilaku seperti penjajah, dan dalam bersaing sesame warga bangsa , tanpa disadari melakukan bumi hangus seperti ketika revolusi melawan penjajah Belanda. Hanya dlam persaingan pilkada, orang main hancur-hancuran seperti melawan penjajah Belanda dulu.

Belajar kepada kesalahan masa lalu
61 tahun kemerdekaan RI telah memberikan pelajaran kepada bangsa bahwa problem bangsa ini berakar dari kesalahan pemimpin karena mereka tidak konsisten atau lupa kepada cita-cita kemerdekaan. Peluang-peluang emas sering diabaikan, sementara yang dikedepankan justeru kepentingan jangka pendek. Falsafah berbangsa yang terumuskan dalam Panca Sila dan UUD 45 yang semestinya dikembangkan secara kreatip tetapi konsisten, secara telanjang atau terselubung dikebiri, hanya untuk kepentingan sempit, yakni mempertahankan kekuasaan. Contohnya;

1. Bung Karno misalnya, beliau seorang pemimpin besar, proklamator kemerdekaan, tapi dalam perjalanan sejarah tergoda melakukan penyimpangan demokrasi; mengubah periodesasi kepemimpinan nasional menjadi Presiden Seumur Hidup. Bung Karno juga merasa belum cukup menyandang jabatan sebagai kepala Negara, sehingga mengubahnya menjadi Pemimpin Besar Revolusi. Meski Bung Karno berhasil mengggelorakan nasionalisme, tetapi penyimpangan konstitusi yang dilakukan menyebabkan bangsa ini terjerumus dalam krisis G.30 S PKI pada tahun 1965

2. Pak Harto yang hadir tepat waktu dan secara cerdas menghela bangsa ini keluar dari krisis, pada akhirnya mengulangi kesalahan pendahulunya, meski dengan format yang berbeda. Pemilu selalu digelar, tetapi demi mempertahankan kekuasaan, pemilu selalu direkayasa untuk memperkokoh kekuasaan, bukan untuk mendinamisir bangsa. Dengan Pemilu yang direkayasa, Pak Harto bisa menduduki kursi kepresidenan sebanyak tujuh kali masa jabatan. Sistem ekonomi UUD 45 yang berpihak kepada rakyat diubah menjadi konglomerasi yang lebih berpihak kepada pengusaha. Ideologi Pancasila diubah menjadi P4 dan disosialisasi secara nasional dengan system resmi yang justeru menyebarluaskan pandangan hidup munafik, karena nilai-nilai luhur yang ditatarkan sangat berbeda dengan realitas yang berjalan.Bhinneka Tunggal Ika diubah menjadi penyeragaman nasional.
Penyimpangan ini mengantar pak Harto mengalami nasib yang sama dengan pendahulunya.

Tikungan Sejarah
Korban yang terparah dari kelalaian pemimpin adalah rakyat dan bangsa. Masyarakat kehilangan tokoh panutan, Terlalu lamanya pengaruh Pak Harto menyebabkan sulitnya dijumpai kandidat pemimpin yang negarawan, karena semua kader pemimpin berbakat besar yang bisa menyaingi pak Harto telah dibungkam. Pada masa kebuntuan itu terjadilah reformasi. Secara akal sehat, mestinya reformasi ekonomi dulu baru reformasi politik, karena tidak ada contohnya dalam sejarah, reformasi politik dan ekonomi yang dilakukan bersama yang herhasil.Uni Sovyet hancur karena Glassnot dan Perestoika, Yugoslavia menyusul kemudian. RRT pun hanya melakukan reformasi ekonomi.

Tetapi karena syahwat politik sudah ke ubun-ubun, maka kumatlah semangat revolusi ketika sedang melakukan reformasi. Akibatnya reformasi berjalan tanpa panduan pemimpin besar (karena memang sedang tidak ada pemimpin besar), amandemen konstitusi berjalan “anarkis” dan eforia reformasi menjadikan anarki berlangsung dari jalanan hingga Senayan. Bagaikan dalam tikungan sejarah, hanya dalam kurun satu periode lima tahunan telah berganti empat Presiden; Habibi, Gus Dur, Megawati dan SBY.

Mestinya, tikungan sejarah tidak terlalu lama, sekarang periode SBY harus sudah berada pada rel sejarah baru era ke tiga; Sukarno, Suharto dan SBY. Kita tunggu sejarahnya.
posted by : Mubarok institute

Anonymous Anonymous said.. :

Pak Mubarok,
apa ada tanda-tanda SBY mau diturunkan nih..?

1:37 AM  
Anonymous Anonymous said.. :

Politisi ama seleb skrg dah tidak ada bedanya ya pak..Misalnya tuh bang yusril kawin lagi ama rika kato (20 th) apa juga disebut tikungan sejarah..

1:59 AM  

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger