Sunday, October 08, 2006
Paus, Syi`ah dan NU
Paus, Syi`ah dan NU sesungguhnya berada di tempat yang terpisah oleh sekat agama dan sekat aliran, tetapi ternyata ketiganya mempunyai kesamaan dalam struktur teologis organisasi. Paus adalah pemegang otoritas keagamaan tertinggi Gereja katolik, di dalam faham Syi`ah juga dikenal ada ayatollah al `udhzma (yang terkenal adalah Ayatullah Khumaini) yang memiliki otoritas keagamaan tertinggi di Iran, dan dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU) juga ada Rais `Am Syuriah yang juga mempunyai otoritas tertinggi dalam organisasi keulamaan itu.
Ayatullah Khumaini, meski ia tidak menduduki jabatan politik formil, tetapi ia bisa memecat presiden Iran, dan keputusannya dipatuhi oleh system yang bernama wilayat al faqih (otoritas ulama). Rois `Am Syuriah NU juga bisa memecat ketua umum Tanfidziyyah (eksekutip) NU, dan proses pengambilan keputusan oleh Syuriyah NU melewati metode salat istikharah (mohon petunjuk Tuhan) yang tidak bisa dikonfirmasi oleh organisasi, tetapi dipatuhi oleh system karena Syuriah dipandang sebagai pemegang otoritas teologis, melebihi otoritas muktamar.
Gereja dan ke Paus an
Secara garis besar, gereja terbagi menjadi empat kelompok, yaitu (1) Gereja katolik Roma yang berpusat di Vatikan, dibawah pimpinan Paus (2) Gereja Yunani (Timur) yang berpusat di Konstantinopel, (3) Gereja2 Kristen yang tergabung dalam Dewan Gereja-gereja se Dunia, disebut juga Gereja Protestan atau gereja reformasi yang dulu lahir di German sebagai wujud protes terhadap kepausan dan (4) Gereja Anglikan yang diketuai oleh Raja Ingris. Di luar itu masih ada gereja-gereja yang tidak tunduk kepada tiga induk itu, biasanya dianggap “liar”, disebut bidat. Gereja Protestan lahir karena menentang kekuasaan Paus yang “tak terbatas”, sementara Gereja Anglikan lahir karena Paus tidak mengizinkan Raja Inggris menikahi seorang gadis, sehingga sang Raja memisahkan diri dari Gereja Katolik.
Struktur Organisasi Gereja Katolik
Penganut Katolik terbagi menjadi dua lapis; kaum awam dan pimpinan. Lapisan pimpinan (disebut klerus atau hierarchi) tersusun dalam jenjang kepangkatan yang sangat rapi dari pusat hingga terbawah. Di luar hierarchi masih ada lapisan lain yaitu kaum rohaniawan. Gereja katolik mengajarkan bahwa pimpinan tertinggi gereja adalah Yesus sendiri, tetapi agar membumi, Yesus memberi badan pengurus, kuasa mengajar dan imamat. Organisasi Gereja katolik sesungguhnya episkopal atau dari atas ke bawah, tetapi untuk mudah memahaminya dapat dilihat dari bawah. Unit terkecil masyarakat Katolik adalah jemaat (disebut paroki) dipimpin pastur paroki, diatasnya ada dekanat, dipimpin pastur dekan, beberapa dekanat membentuk wilayah keuskupan, dipimpin seorang uskup (setingkat kabupaten), selanjutnya diatasnya ada keuskupan agung, dipimpin oleh uskup agung, selanjutnya di tingkat Negara ada majlis keuskupan tingkat nasional, di Indonesia bernama MAWI, dan seluruh wilayah keuskupan di dunia berada dibawah pimpinan Paus yang berkedudukan di Vatikan, Roma. Paus sendiri mempunyai semacam cabinet, disebut curia Romana, dan staf ahli yang diberi pangkat Cardinal. Laiknya organisasi, setiap dua-tiga tahun diselenggarakan pertemuan para uskup, disebut synode. Forum tertinggi adalah konsili atau Kongres gereja katolik. Jadi inti organisasi gereja katolik adalah Paus dan Uskup.
Pangkat Paus
Dasar teologis atau dogma dari kepausan adalah tafsir Injil Yahya 21,15-17 dimana Yesus mengatakan kepada Petrus (muridnya, atau rasul menurut istilah gereja) agar ia memelihara dan mengembalakan segala dombanya. Ayat ini lalu ditafsir sebagai SK pengangkatan Petrus sebagai kepala dari para rasul (atau semacam khalifah plus menurut sejarah Islam). Karena Petrus mengangkat Uskup Roma maka selanjutnya Uskup Roma dipandang sebagai pewaris sah tahta Petrus. sah pula mengangkat uskup di kota lain. Dalam Lumen Gentium, akidah itu dirumuskan dengan kalimat sbb:
“Karena itu konsili suci mengajarkan bahwa karena penetapan ilahi, para uskup telah menggantikan para rasul sebagai gembala-gembala gereja, dan barang siapa mendengarkan, berarti mereka mendengarkan Kristus, dan barang siapa menolak, berarti mereka menolak Dia yang mengutusnya”.
Secara resmi Paus memiliki otoritas mengajar dan otoritas menafsirkan kitab suci , disebut magisterium. Akidah Katolik tentang Paus bersifat baku, yakni mengimani Paus sebagai pemilik kuasa khusus :
1. Sebagai imam agung, Paus mempunyai kuasa mengajar yang tak dapat sesat
2. Sebagai pengganti Petrus dan mewakili Kristus, berkuasa mengatur dan menghakimi semua hal kegerejaan.
3. Menjadi penghubung semua orang katolik.
Jika seorang Paus meninggal dunia, maka para cardinal berhak memilih satu diantara mereka untuk menjadi Paus, dengan metode yang juga tidak bisa dikonfirmasi seperti salat istikharahnya Rais `am Syuriah NU.
Otoritas tertinggi ini sudah barang tentu hanya diakui oleh penganut Katolik. Gereja Anglikan dan Protestan tidak mengakui otoritas tersebut. Skisma (perpecahan administratip) dan heresy (perbedaan akidah) sepanjang sejarah gereja sering terjadi hingga melibatkan perang antar Negara.
Sebagaimana terjadi dalam sejarah khilafah Islam dimana ada seorang yang sama sekali tidak layak menjadi khalifah, tetapi secara defacto ia menduduki kursi itu(Yazid pada masa daulah Umayyah misalnya),, demikian juga terkadang ada Paus yang anggun (seperti Paus Innocent III dan Paus Paulus II ) dan ada juga Paus yang cabul dan rendah tabiatnya (seperti Alexander VI Borgia 1492-1503). Maka tak salah ketika majalah Gatra pada cover yang mengulas kontroversi pidato Paus terakhir dengan tulisan : Paus juga manusia.
Ayatullah Khumaini, meski ia tidak menduduki jabatan politik formil, tetapi ia bisa memecat presiden Iran, dan keputusannya dipatuhi oleh system yang bernama wilayat al faqih (otoritas ulama). Rois `Am Syuriah NU juga bisa memecat ketua umum Tanfidziyyah (eksekutip) NU, dan proses pengambilan keputusan oleh Syuriyah NU melewati metode salat istikharah (mohon petunjuk Tuhan) yang tidak bisa dikonfirmasi oleh organisasi, tetapi dipatuhi oleh system karena Syuriah dipandang sebagai pemegang otoritas teologis, melebihi otoritas muktamar.
Gereja dan ke Paus an
Secara garis besar, gereja terbagi menjadi empat kelompok, yaitu (1) Gereja katolik Roma yang berpusat di Vatikan, dibawah pimpinan Paus (2) Gereja Yunani (Timur) yang berpusat di Konstantinopel, (3) Gereja2 Kristen yang tergabung dalam Dewan Gereja-gereja se Dunia, disebut juga Gereja Protestan atau gereja reformasi yang dulu lahir di German sebagai wujud protes terhadap kepausan dan (4) Gereja Anglikan yang diketuai oleh Raja Ingris. Di luar itu masih ada gereja-gereja yang tidak tunduk kepada tiga induk itu, biasanya dianggap “liar”, disebut bidat. Gereja Protestan lahir karena menentang kekuasaan Paus yang “tak terbatas”, sementara Gereja Anglikan lahir karena Paus tidak mengizinkan Raja Inggris menikahi seorang gadis, sehingga sang Raja memisahkan diri dari Gereja Katolik.
Struktur Organisasi Gereja Katolik
Penganut Katolik terbagi menjadi dua lapis; kaum awam dan pimpinan. Lapisan pimpinan (disebut klerus atau hierarchi) tersusun dalam jenjang kepangkatan yang sangat rapi dari pusat hingga terbawah. Di luar hierarchi masih ada lapisan lain yaitu kaum rohaniawan. Gereja katolik mengajarkan bahwa pimpinan tertinggi gereja adalah Yesus sendiri, tetapi agar membumi, Yesus memberi badan pengurus, kuasa mengajar dan imamat. Organisasi Gereja katolik sesungguhnya episkopal atau dari atas ke bawah, tetapi untuk mudah memahaminya dapat dilihat dari bawah. Unit terkecil masyarakat Katolik adalah jemaat (disebut paroki) dipimpin pastur paroki, diatasnya ada dekanat, dipimpin pastur dekan, beberapa dekanat membentuk wilayah keuskupan, dipimpin seorang uskup (setingkat kabupaten), selanjutnya diatasnya ada keuskupan agung, dipimpin oleh uskup agung, selanjutnya di tingkat Negara ada majlis keuskupan tingkat nasional, di Indonesia bernama MAWI, dan seluruh wilayah keuskupan di dunia berada dibawah pimpinan Paus yang berkedudukan di Vatikan, Roma. Paus sendiri mempunyai semacam cabinet, disebut curia Romana, dan staf ahli yang diberi pangkat Cardinal. Laiknya organisasi, setiap dua-tiga tahun diselenggarakan pertemuan para uskup, disebut synode. Forum tertinggi adalah konsili atau Kongres gereja katolik. Jadi inti organisasi gereja katolik adalah Paus dan Uskup.
Pangkat Paus
Dasar teologis atau dogma dari kepausan adalah tafsir Injil Yahya 21,15-17 dimana Yesus mengatakan kepada Petrus (muridnya, atau rasul menurut istilah gereja) agar ia memelihara dan mengembalakan segala dombanya. Ayat ini lalu ditafsir sebagai SK pengangkatan Petrus sebagai kepala dari para rasul (atau semacam khalifah plus menurut sejarah Islam). Karena Petrus mengangkat Uskup Roma maka selanjutnya Uskup Roma dipandang sebagai pewaris sah tahta Petrus. sah pula mengangkat uskup di kota lain. Dalam Lumen Gentium, akidah itu dirumuskan dengan kalimat sbb:
“Karena itu konsili suci mengajarkan bahwa karena penetapan ilahi, para uskup telah menggantikan para rasul sebagai gembala-gembala gereja, dan barang siapa mendengarkan, berarti mereka mendengarkan Kristus, dan barang siapa menolak, berarti mereka menolak Dia yang mengutusnya”.
Secara resmi Paus memiliki otoritas mengajar dan otoritas menafsirkan kitab suci , disebut magisterium. Akidah Katolik tentang Paus bersifat baku, yakni mengimani Paus sebagai pemilik kuasa khusus :
1. Sebagai imam agung, Paus mempunyai kuasa mengajar yang tak dapat sesat
2. Sebagai pengganti Petrus dan mewakili Kristus, berkuasa mengatur dan menghakimi semua hal kegerejaan.
3. Menjadi penghubung semua orang katolik.
Jika seorang Paus meninggal dunia, maka para cardinal berhak memilih satu diantara mereka untuk menjadi Paus, dengan metode yang juga tidak bisa dikonfirmasi seperti salat istikharahnya Rais `am Syuriah NU.
Otoritas tertinggi ini sudah barang tentu hanya diakui oleh penganut Katolik. Gereja Anglikan dan Protestan tidak mengakui otoritas tersebut. Skisma (perpecahan administratip) dan heresy (perbedaan akidah) sepanjang sejarah gereja sering terjadi hingga melibatkan perang antar Negara.
Sebagaimana terjadi dalam sejarah khilafah Islam dimana ada seorang yang sama sekali tidak layak menjadi khalifah, tetapi secara defacto ia menduduki kursi itu(Yazid pada masa daulah Umayyah misalnya),, demikian juga terkadang ada Paus yang anggun (seperti Paus Innocent III dan Paus Paulus II ) dan ada juga Paus yang cabul dan rendah tabiatnya (seperti Alexander VI Borgia 1492-1503). Maka tak salah ketika majalah Gatra pada cover yang mengulas kontroversi pidato Paus terakhir dengan tulisan : Paus juga manusia.
Post a Comment
Home