Monday, June 11, 2007
Psikologi Interpelasi Nuklir Iran (2)
Manfaat Interpelasi DPR tentang nuklir Iran bukan untuk hari ini, tetapi untuk politik luar negeri mendatang. Tak sepantasnya interpelasi masalah Iran dijadikan kesempatan untuk menggoyang Pemerintah, karena hal ini akan membuat Pemerintah disibukkan oleh politik “jaim” (jaga image), sementara tugas-tugas real Pemerintah bidang ekonomi jadi terganggu.
Dalam berdiplomasi Indonesia harus memiliki konsep diri positip, yakni sebagai Negara dengan jumlah penduduk besar bukan saja pasar yang bisa bernegosiasi, tetapi juga bisa memainkan peranan penting di dunia, berbasis Negara-negara Non Blok, maupun basis Negara-negara OKI. Jika potensi itu tidak digunakan, jangan berharap Indonesia akan mempunyai posisi tawar di dunia.
Nampaknya respond psikologis Pemerintah RI terhadap interpelasi DPR tntang resolusi nuklir Iran sudah langsung nampak pada Perwakilan Tetap Indonesia di PBB. Jum`at 8 Juni 2007 kemarin, Dewan Keamanan PBB gagal mengeluarkan pernyataan pers kecaman kepada Presiden Iran, karena sikap oposisi Indonesia, meski Indonesia hanya Anggauta tidak Tetap Dewan Keamanan PBB. Perancis sebagai inisiator yang didukung Amerika dan Inggris merasa sangat kecewa atas terganjalnya draft kecaman PBB kepada Presiden Iran Ahmadinejad. Dalam pidato ulang tahun wafatnya Imam Khumaini, Ahmadinejad memang melakukan serangan verbal atas Israel dengan mengatakan bahwa , hitungan mundur bagi Zionis Israel telah dimulai sejak kekalahan Israel melawan Hizbollah Lebanon baru-baru ini.
Kali ini, Perwakilan Tetap Indonesia di PBB benar-benar menunjukkan konsep diri positipnya sebagai bangsa besar.sehingga berani melakukan oposisi secara keras kepada Barat. Hasan Kleib, deputy Wakil tetap Indonesia di PBB menyatakan bahwa ada tiga alasan mengapa Indonesia menentang draft Dewan Keamanan PBB. Pertama; DK PBB tidak adil dalam memilih issue. Pernyataan dan bahkan perbuatan Israel yang nyata-nyata melanggar HAM dan perdamaian internasional, menangkapi tokoh-tokoh HAMAS tak pernah diprotes oleh DK PBB. Kedua; pernyataan Ahmadinejad hanyalah retorika, persis seperti retorika Israel pada April 2007 lalu, yang mengancam akan membunuh Presiden Iran . Ketiga. Ahmadinejad tidak menyebut Israel tetapi Zionis.
Ke depan, kita harus selalu nengok sejarah, bahwa Indonesia dalam usianya yang masih sangat muda pernah bisa menggerakkan Negara-negara Asia Afrika untuk melepaskan diri dari penjajahan, melalui Konprensi Asia Afrika .Bung Karno bahkan mengutip ayat al Qur’an dalam pidatonya di depan Sidang Umum PBB, suatu hal yang mencengangkan Negara-negara Islam ketika itu.
Di Malta saya pernah berjumpa seseorang dari Ghana yang selalu memperhatikan saya karena saya memakai peci hitam. Setelah tahu saya dari Indonesia, ia memeluk erat-erat saya sambil berkata oh Sukarno, Sukarno. Dia bilang sangat berterima kasih kepada Indonesia yang telah mengilhami perjuangan rakyat Ghana hingga merdeka.
Kaidah konsep diri berbunyi; barangsiapa merasa mampu pada akhirnya ia mampu beneran. Barangsiapa merasa tidak mampu maka akhirnya benar-benar tidak mampu. Mampukah Indonesia memainkan peran penting di dunia ? Jawabnnya;Pernah mampu, dan akan tetap mampu Insya Alloh.
Pelajaran dari konsep diri positip dapat juga diambil dari apa yang dilakukan oleh khalifah Abu Baker Siddiq. Ketika sepeninggal Rasulullah suasana dalam negeri kacau dengan adanya pembelotan dari kaum murtad dan kelompok yang enggan membayar zakat, khalifah Abu Baker justeru mengirim ekpedisi militer ke perbatasan Rumawi. Semua petinggi sahabat ketika itu menentang keputusan Khalifah, tetapi Abu Bakar Siddiq tetap bersikukuh dengan keputusannya dengan alasan bahwa ekpedisi ini sudah direncanakan oleh Rasulullah sebelum wafatnya. Ketika ekpedisi militer pulang dengan membawa keberhasilan, maka pemberontak dalam negeri menjadi kehilangan nyalinya. Luar negeri aja kalah, apalagi kita, kata mereka. Nah politik luar negeri Indonesia yang gagah akan mempersubur nasionalisme di hati rakyat. Kelembekan diplomasi akan membuat bargaining posisition ke luar lemah plus tidak dihormati oleh rakyat sendiri.
Dalam berdiplomasi Indonesia harus memiliki konsep diri positip, yakni sebagai Negara dengan jumlah penduduk besar bukan saja pasar yang bisa bernegosiasi, tetapi juga bisa memainkan peranan penting di dunia, berbasis Negara-negara Non Blok, maupun basis Negara-negara OKI. Jika potensi itu tidak digunakan, jangan berharap Indonesia akan mempunyai posisi tawar di dunia.
Nampaknya respond psikologis Pemerintah RI terhadap interpelasi DPR tntang resolusi nuklir Iran sudah langsung nampak pada Perwakilan Tetap Indonesia di PBB. Jum`at 8 Juni 2007 kemarin, Dewan Keamanan PBB gagal mengeluarkan pernyataan pers kecaman kepada Presiden Iran, karena sikap oposisi Indonesia, meski Indonesia hanya Anggauta tidak Tetap Dewan Keamanan PBB. Perancis sebagai inisiator yang didukung Amerika dan Inggris merasa sangat kecewa atas terganjalnya draft kecaman PBB kepada Presiden Iran Ahmadinejad. Dalam pidato ulang tahun wafatnya Imam Khumaini, Ahmadinejad memang melakukan serangan verbal atas Israel dengan mengatakan bahwa , hitungan mundur bagi Zionis Israel telah dimulai sejak kekalahan Israel melawan Hizbollah Lebanon baru-baru ini.
Kali ini, Perwakilan Tetap Indonesia di PBB benar-benar menunjukkan konsep diri positipnya sebagai bangsa besar.sehingga berani melakukan oposisi secara keras kepada Barat. Hasan Kleib, deputy Wakil tetap Indonesia di PBB menyatakan bahwa ada tiga alasan mengapa Indonesia menentang draft Dewan Keamanan PBB. Pertama; DK PBB tidak adil dalam memilih issue. Pernyataan dan bahkan perbuatan Israel yang nyata-nyata melanggar HAM dan perdamaian internasional, menangkapi tokoh-tokoh HAMAS tak pernah diprotes oleh DK PBB. Kedua; pernyataan Ahmadinejad hanyalah retorika, persis seperti retorika Israel pada April 2007 lalu, yang mengancam akan membunuh Presiden Iran . Ketiga. Ahmadinejad tidak menyebut Israel tetapi Zionis.
Ke depan, kita harus selalu nengok sejarah, bahwa Indonesia dalam usianya yang masih sangat muda pernah bisa menggerakkan Negara-negara Asia Afrika untuk melepaskan diri dari penjajahan, melalui Konprensi Asia Afrika .Bung Karno bahkan mengutip ayat al Qur’an dalam pidatonya di depan Sidang Umum PBB, suatu hal yang mencengangkan Negara-negara Islam ketika itu.
Di Malta saya pernah berjumpa seseorang dari Ghana yang selalu memperhatikan saya karena saya memakai peci hitam. Setelah tahu saya dari Indonesia, ia memeluk erat-erat saya sambil berkata oh Sukarno, Sukarno. Dia bilang sangat berterima kasih kepada Indonesia yang telah mengilhami perjuangan rakyat Ghana hingga merdeka.
Kaidah konsep diri berbunyi; barangsiapa merasa mampu pada akhirnya ia mampu beneran. Barangsiapa merasa tidak mampu maka akhirnya benar-benar tidak mampu. Mampukah Indonesia memainkan peran penting di dunia ? Jawabnnya;Pernah mampu, dan akan tetap mampu Insya Alloh.
Pelajaran dari konsep diri positip dapat juga diambil dari apa yang dilakukan oleh khalifah Abu Baker Siddiq. Ketika sepeninggal Rasulullah suasana dalam negeri kacau dengan adanya pembelotan dari kaum murtad dan kelompok yang enggan membayar zakat, khalifah Abu Baker justeru mengirim ekpedisi militer ke perbatasan Rumawi. Semua petinggi sahabat ketika itu menentang keputusan Khalifah, tetapi Abu Bakar Siddiq tetap bersikukuh dengan keputusannya dengan alasan bahwa ekpedisi ini sudah direncanakan oleh Rasulullah sebelum wafatnya. Ketika ekpedisi militer pulang dengan membawa keberhasilan, maka pemberontak dalam negeri menjadi kehilangan nyalinya. Luar negeri aja kalah, apalagi kita, kata mereka. Nah politik luar negeri Indonesia yang gagah akan mempersubur nasionalisme di hati rakyat. Kelembekan diplomasi akan membuat bargaining posisition ke luar lemah plus tidak dihormati oleh rakyat sendiri.
Post a Comment
Home