Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Wednesday, March 26, 2008

Mengaji
at 1:10 AM 
Dalam bahasa Indonesia sehari-hari ada perbedaan nuansa makna antara kata pengajian dengan kata pengkajian. Istilah pengajian digunakan untuk menyebut kegiatan belajar agama oleh masyarakat yang dilakuan secara tradisional, atau sistem belajar di pesantren, dimana sistemnya sangat longgar dan kurang akademik. Sedangkan pengkajian atau kajian digunakan untuk menyebut kegiatan studi secara akademik dan bersistem, biasanya dilakukan oleh masyarakat terpelajar. Jika orang disebut sebagai guru ngaji, maka persepsinya tradisional dan citranya kurang terpelajar, tetapi jika disebut sebagai orang yang sedang mengkaji suatu masalah maka persepsinya adalah orang terpelajar.

Sistem belajar mengaji seperti yang diajarkan oleh kitab Ta‘lim al Muta‘allim mengandung suasana psikologis guru sangat dihormati, dan murid siap mendengar dengan hati. Dalam pengajian hampir tidak ada murid berani mendebat pandangan guru. Mengaji lebih mengharap berkah ilmu dan berkah guru dibanding mengasah kecerdasan intelektuil. Adapun program kajian biasanya sarat dengan adu argumen dan dilakukan oleh orang-orang yang tingkat akademiknya hampir sama.

Dewasa ini sudah terjadi pendekatan antara dua istilah itu, artinya banyak kelompok pengajian yang melakukan kajian Islam, dan banyak juga masyarakat terpelajar yang ikut ngaji agama. Secara berseloroh ada yang mengatakan bahwa mengaji tidak menambah pintar tetapi menambah ketenangan hati, sementara kajian memang menambah orang menjadi lebih pintar tetapi hatinya juga bertambah gelisah. Tulisan di buku merupakan materi kajian yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Islam Universitas Nasional Jakarta yang diikuti oleh Rektor, Purek, dekan, Pudek dan dosen-dosen Unas. Meski program ini disebut kajian, tetapi disampaikan oleh orang (penulis buku ini) yang pendidikannya mengaji.

Al Qur’an banyak sekali mengingatkan akan pentingnya menggunakan akal, afala ta‘qilun, afala tatafakkarun, awala yatadabbarun. Disebutkan pula bahwa agama adalah akal, dan diperuntukkan bagi orang yang berakal, addinu huwa al‘aqlu, la dina liman la ‘aqla lahu. Tetapi wilayah agama sangatlah luas sehingga seringkali akal biasa tidak menjangkau, atau dengan kata lain banyak sekali perilaku keagamaan orang yang tidak masuk akal. Nah salah satu pendekatan yang dilakukan dalam kajian ini adalah pendekatan spiritual atau sufistik.
posted by : Mubarok institute

Anonymous Anonymous said.. :

Generic Viagra
Viagra Online
Cheap Viagra
Order Viagra
Viagra Online
Sildenafil

[url=http://www.humblevoice.com/genericviagra/]Generic Viagra[/url]
[url=http://www.humblevoice.com/viagraonline/]Viagra Online[/url]
[url=http://www.humblevoice.com/cheap-viagra/]Cheap Viagra[/url]
[url=http://www.humblevoice.com/order-viagra/]Order Viagra[/url]
[url=http://www.humblevoice.com/buyviagraonline/]Viagra Online[/url]
[url=http://www.humblevoice.com/sildenafil/]Sildenafil[/url]

2:49 AM  

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger