Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Monday, July 07, 2008

Kebohongan Publik: Proses Demoralisasi Bangsa
at 8:50 PM 
Bangsa Indonesia dikenal memiliki sifat paternalis, yakni mudah mengikuti perilaku pe¬mimpinnya. Jika pemimpinnya memerankan ketela¬danan yang tinggi, maka masyarakat luas segera menyiapkan dirinya untuk diatur ke arah tatanan yang ber¬martabat. Tetapi jika pemimpinnya membe¬rikan contoh perilaku yang tidak terpuji, maka dalam waktu pendek perilaku tidak terpuji itu akan tersosia¬lisasi ke segenap lapisan masya¬rakat. Sebenarnyalah bahwa paternalisme bu¬kanlah monopoli bangsa Indonesia. Ungkapan bahasa Arab berbunyi, ar ra‘iyyatu ‘ala dini mulukihim, artinya rakyat itu akan mengikuti agama dari raja-raja mereka. Prinsip inilah yang menyebabkan penduduk Indonesia menjadi muslim setelah raja-raja¬nya masuk Islam. Begitu pula yang terjadi di Persia dan Afrika. Dalam perspektif ini maka peranan pemimpin dalam mengantar bangsa ini sangat besar. Pemimpin itu bagaikan sopir bus yang sangat besar peranannya dalam mengantar penumpang (rakyat) sampai ke tujuan.

Kebohongan publik adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kredibilitas pemimpin dalam ber¬komunikasi dengan masyarakat. Jika ada seorang sopir taksi berbohong, maka ia tidak akan disebut melakukan kebohongan publik, karena implikasinya hanya pada sebagian kecil penumpang taksi. Tetapi jika seorang presiden atau Ketua Parlemen melakukan kebohongan di depan parlemen atau di depan pers, hal itu disebut kebohongan publik, karena implikasinya sangat luas.

Implikasi dari kebohongan publik yang dilakukan oleh pemimpin bisa pada rusaknya sistem administrasi negara karena pernyataan seorang pemimpin akan ditindak lanjuti oleh aparat di bawahnya. Tetapi, bahaya yang lebih besar dari kebohongan publik yang ke¬mudian terbongkar dan tidak ada sanksi, adalah demoralisasi bangsa, dimulai dengan hilang¬nya apre¬siasi masyarakat luas kepada pemimpin, dan selanjut¬nya sang pemimpin akan hilang kewibawaannya. Jika rakyat tidak lagi menghormati pemimpinnya, maka setiap orang akan menjadikan diri sendiri sebagai pemimpin, dan akibatnya timbul anarki. Menurut ungkapan bahasa Arab, suatu bangsa tidak akan eksis jika anarki mewabah di masyarakat, dan anarki terjadi ketika perbuatan bodoh dilakukan para pemimpinnya (la yashluh al qaumu faudla la surata lahum, wala surata idza juhhaluhum sadu).

Tanggung jawab seorang pemimpin sangatlah besar sebagaimana besarnya tanggung jawab orang ‘alim. Dalam kitab Zubad disebutkan; fa‘alimun bi‘lmihi lam ya‘malan # mu‘addzabun min qabli ‘ubbadi al watsan. Artinya; orang ‘alim yang tidak mengamalkan ilmu¬nya kelak akan disiksa duluan sebelum penyembah berhala. Demikian juga ancaman bagi pemimpin yang melakukan kebohongan publik. Hadis Rasul menya¬takan bahwa ada tiga kelompok yang kelak di akhirat akan diacuhkan oleh Allah, yaitu (1) kakek-kakek yang berzina, (2) Penguasa yang banyak berbohong dan (3) orang miskin yang sombong. Na‘udzu billah min dzalik.
posted by : Mubarok institute

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger