Monday, July 07, 2008
Konseling Perkawinan Jendela dari Keruwetan Dalam Hidup Keluarga
Oleh ; Prof. Dr. Achmad Mubarok,MA Disampaikan dalam Seminar dan Workshop Pemerkayaan Keluarga, dilaksanakan oleh GNKS, Jakarta, 4 Juli 2008
Pendahuluan
Sudah menjadi fitrah kehidupan, setiap manusia membutuhkan kehidupan berkeluarga,mempunyai pasangan,anak-cucu dan keluarga besar. Orang yang sukses dalam kehidupan berkeluarganya, ia dipandang sukses meski boleh jadi gagal dalam karir sosialnya. Sebaliknya orang yang sukses dalam karir sosialnya tetapi gagal dalam kehidupan keluarga, ia tetap dipandang sebagai orang gagal, dan merasa gagal.
Perkawinan bukan sekedar menyatukan dua orang lelaki dan perempuan, tetapi mempersatukan dua keunikan, karena setiap orang adalah dirinya. Kesetaraan status social, kesetaraan rupa, kesetaraan pendidikan tidak menjamin kekokohan ikatan perkawinan. Yang bisa mengokohkan ikatan perkawinan adalah kesesuaian watak,kesesuaian cara pandang dan perasaan cinta. Cinta bisa mengatasi ketidak sesuaian watak dan ketidak sesuaian cara pandang. Selagi cinta membara maka ketidak sesuaian itu bisa diatasi, tetapi jika cinta meredup,maka ketidaksesuaian itu akan menjadi hambatan serius.
Psikologi orang yang cinta adalah
(a) penuh perhatian kepada yang dicintai,
(b) inginnya memberi kepada yang dicintai,
(c) memaklumi kekurangan,dan
(d) memaafkan kesalahan orang yang dicintai.
Cinta juga mengubah ukuran:,
(a) yang berat menjadi ringan,
(b) yang lama menjadi sebentar,
(c) yang sebentar menjadi lama,
(d) yang sedikit menjadi banyak,
(e) yang banyak menjadi sedikit.
• Ciri orang cinta, banyak mengingat dan banyak menyebut yang dicintai..
• Orang yang sedang mabuk cinta juga bisa diperbudak oleh cintanya.
Ikatan perkawinan menjadi kokoh jika
1. diikat oleh dua jenis cinta; mawaddah dan rahmah. Mawaddah adalah jenis cinta yang ”nggemesi”, maunya monopoli, ingin selalu bersama tak mau berpisah. Sedangkan cinta rahmah adalah jenis cinta yang siap berkorban demi kekasih, siap menderita demi kebahagiaan kekasih, siap berpisah lebih dahulu demi kekekalan di belakang hari.
2. Masing-masing pasangan menempatkan diri sebagai pakaian bagi yang lain. Fungsi pakaian ada tiga(a) penutup aurat, (B) pelindung dari panas dan dingin, (c) perhiasan
3. Komunikasi dan interaksi pasangan didasarkan pada nilai-nilai kepatutan, tidak mesti rational.
Keruwetan hidup berkeluarga terjadi jika
(a) ada kejenuhan rutinitas
(b) frekwensi pertemuan yang terlalu jarang
(c) ada orang ketiga (PIL dan WIL)
(d) memudarnya perasaan cinta
(e) Munculnya watak ”asli”
(f) Adanya ”hal-hal” vital yang tidak berfungsi secara baik
Keruwetan terlalu lama dalam hidup berkeluarga bisa memunculkan perilaku menyimpang dalam berbagai hal, (a) KDRT, (b) perilaku seks menyimpang, (c) perselingkuhan,(e) melakukan hal2 yang mubazir dan tak logis.
Terkadang keruwetan itu lebih bersifat psikologis, yakni sesungguhnya tidak ada problem yang mendesak untuk diselesaikan, tetapi beban psikologis membuat seakan suasana darurat, merasa sempit dalam kelonggaran, merasa sedih ditengah fasilitas hiburan, tak bernafsu makan didepan melimpahnya hidangan, merasa kesepian dtengah keramaian.
Jendela keruwetan rumah tangga bisa dibuka melalui :
Bagi perempuan;
1. perbanyak kegiatan sosial keluarga (di seputar rumah)
2. membuat pusat perhatian khusus di bidang sosial,misalnya menyantuni anak yatim
3. Jangan membuat pelarian ke dalam dunia hiburan, dan petualangan.
4. Curhat kepada sahabat sejati atau konsultasi dengan konselor keluarga
Bagi laki
1.Perbanyak kegiatan sosial dan olah raga (di luar rumah)
2.Menaklukkan tantangan alam dan petualangan
3. Jangan melakukan pelarian ke dunia hiburan
4. Curhat kepada sahabat sejati atau konsultasi dengan konselor keluarga
Pendahuluan
Sudah menjadi fitrah kehidupan, setiap manusia membutuhkan kehidupan berkeluarga,mempunyai pasangan,anak-cucu dan keluarga besar. Orang yang sukses dalam kehidupan berkeluarganya, ia dipandang sukses meski boleh jadi gagal dalam karir sosialnya. Sebaliknya orang yang sukses dalam karir sosialnya tetapi gagal dalam kehidupan keluarga, ia tetap dipandang sebagai orang gagal, dan merasa gagal.
Perkawinan bukan sekedar menyatukan dua orang lelaki dan perempuan, tetapi mempersatukan dua keunikan, karena setiap orang adalah dirinya. Kesetaraan status social, kesetaraan rupa, kesetaraan pendidikan tidak menjamin kekokohan ikatan perkawinan. Yang bisa mengokohkan ikatan perkawinan adalah kesesuaian watak,kesesuaian cara pandang dan perasaan cinta. Cinta bisa mengatasi ketidak sesuaian watak dan ketidak sesuaian cara pandang. Selagi cinta membara maka ketidak sesuaian itu bisa diatasi, tetapi jika cinta meredup,maka ketidaksesuaian itu akan menjadi hambatan serius.
Psikologi orang yang cinta adalah
(a) penuh perhatian kepada yang dicintai,
(b) inginnya memberi kepada yang dicintai,
(c) memaklumi kekurangan,dan
(d) memaafkan kesalahan orang yang dicintai.
Cinta juga mengubah ukuran:,
(a) yang berat menjadi ringan,
(b) yang lama menjadi sebentar,
(c) yang sebentar menjadi lama,
(d) yang sedikit menjadi banyak,
(e) yang banyak menjadi sedikit.
• Ciri orang cinta, banyak mengingat dan banyak menyebut yang dicintai..
• Orang yang sedang mabuk cinta juga bisa diperbudak oleh cintanya.
Ikatan perkawinan menjadi kokoh jika
1. diikat oleh dua jenis cinta; mawaddah dan rahmah. Mawaddah adalah jenis cinta yang ”nggemesi”, maunya monopoli, ingin selalu bersama tak mau berpisah. Sedangkan cinta rahmah adalah jenis cinta yang siap berkorban demi kekasih, siap menderita demi kebahagiaan kekasih, siap berpisah lebih dahulu demi kekekalan di belakang hari.
2. Masing-masing pasangan menempatkan diri sebagai pakaian bagi yang lain. Fungsi pakaian ada tiga(a) penutup aurat, (B) pelindung dari panas dan dingin, (c) perhiasan
3. Komunikasi dan interaksi pasangan didasarkan pada nilai-nilai kepatutan, tidak mesti rational.
Keruwetan hidup berkeluarga terjadi jika
(a) ada kejenuhan rutinitas
(b) frekwensi pertemuan yang terlalu jarang
(c) ada orang ketiga (PIL dan WIL)
(d) memudarnya perasaan cinta
(e) Munculnya watak ”asli”
(f) Adanya ”hal-hal” vital yang tidak berfungsi secara baik
Keruwetan terlalu lama dalam hidup berkeluarga bisa memunculkan perilaku menyimpang dalam berbagai hal, (a) KDRT, (b) perilaku seks menyimpang, (c) perselingkuhan,(e) melakukan hal2 yang mubazir dan tak logis.
Terkadang keruwetan itu lebih bersifat psikologis, yakni sesungguhnya tidak ada problem yang mendesak untuk diselesaikan, tetapi beban psikologis membuat seakan suasana darurat, merasa sempit dalam kelonggaran, merasa sedih ditengah fasilitas hiburan, tak bernafsu makan didepan melimpahnya hidangan, merasa kesepian dtengah keramaian.
Jendela keruwetan rumah tangga bisa dibuka melalui :
Bagi perempuan;
1. perbanyak kegiatan sosial keluarga (di seputar rumah)
2. membuat pusat perhatian khusus di bidang sosial,misalnya menyantuni anak yatim
3. Jangan membuat pelarian ke dalam dunia hiburan, dan petualangan.
4. Curhat kepada sahabat sejati atau konsultasi dengan konselor keluarga
Bagi laki
1.Perbanyak kegiatan sosial dan olah raga (di luar rumah)
2.Menaklukkan tantangan alam dan petualangan
3. Jangan melakukan pelarian ke dunia hiburan
4. Curhat kepada sahabat sejati atau konsultasi dengan konselor keluarga
Post a Comment
Home