Sunday, April 12, 2009
Koalisi Dan Cawapres
Politik itu selalu ditentukan oleh realitas terakhir. Partai-partai boleh bermanuver apapun untuk membangun koalisi menjelang pemilu, tetapi realitas perolehan suara Pemilu akan mengubah semua yang dirancang. Itulah maka Partai Demokrat tidak mau disibukkan merancang koalisi sebelum Pemilu,karena rancangan itu seperti di awang-awang. Nanti saja setelah jelas realitas politik pasca pemilu. Alhamdulillah, rakyat menempatkan kepercayaan kepada Demokrat, yang menurut angka sementara berkisar 20 %,sementara Golkar dan PDIP diseputar 14 %. Begitu realitas nampak, peta politik langsung bergerak. Semua mendekat ke Demokrat, ada yang terus terang, ada yang malu-malu. Dalam politik, cerai dan rujuk itu bisa berlangsung sangat cepat, namanya juga politik, karena politik itu game dan seni. Dendam dalam politik adalah sebuah kebodohan. Keberhasilan demokrasi tidak ditentukan oleh yang menang, tetapi oleh yang kalah. Jika yang kalah mengakui kekalahannya, maka demokrasi akan berjalan. Tetapi jika yang kalah tidak mau mengakui kekalahannya seperti ........(siapa ya ?) maka anarki yang akan terjadi,bukan demokrasi. Yang menangpun harus merangkul yang kalah, berterima kasih kepada sportrifitas mereka.
Belajar kepada koalisi remang-remang kabinet SBY-JK, maka koalisi ke depan harus berbeda. Koalisinya harus integral, kabinet, DPR dan DPRD, dan harus terbuka isinya supaya bisa dikontrol oleh masyarakat. Dari realitas politik pasca Pemilu 2009 ini,maka jika selain yang menolak koalisi dengan Demokrat (PDIP dan Gerindra) diajak berkoalisi,maka koalisi itu bisa menggapai angka70% lebih. Opsi-opsi lain,bisa menjadi 65 atau 60%, mudah2an jangan hanya 51%.
Soal Cawapres, pengalaman wapres JK yang menjadi Ketua Umum dari Partai yang berbeda dengan partainya Presiden ,mungkin perlu menjadi pertimbangan sangat serius. Presiden dan Wakil Presiden haruslah menyatu. Perbedaan partai membuat tidak bisa menghindar dari conflict interest, sehingga seperti ada dua matahari kembar. Dampaknya,program pemerintah terganggu dan korbannya adalah bangsa. Mungkin cawapresnya bisa diambil dari tokoh independen non partai, seperti pola wagub DKI jaya, bukan dari partai tetapi didukung oleh semua partai pendukung..Jika ada boleh juga cawapresnya dari internal Partai Demokrat, itu lebih solid..
Argumen lucu-lucuan
Begitu hasil hitung cepat menempatkan Demokrat sebagai leader dan SBY hampir pasti menjadi capres lagi, berseliweranlah SMS yang mengusulkan nama cawapres pendamping SBY. Yang lucu argumennya bukan logika, tetapi arti dari nama yang diusulkan. Dari lebih dari 700 SMS yang masuk, ada lima cawapres yang diusulkan.
1. Jika bangsa Indonesia ingin mencapai kebesaran,maka SBY harus menggandeng Akbar (maksudnya Akbar Tanjung) karena Akbar artinya Besar.
2. Jika bangsa ini ingin mendapat petunjuk Allah SWT, maka syaratnya SBY harus menggandeng Hidayat (maksudnya Hidayat Nurwahid), karena hidayat artinya petunjuk.
3. Jika bangsa ini ingin memperoleh keutamaan, maka SBY harus menggandeng Fadel (maksudnya Fadel Muhammad) karena fadel artinya utama.
4. Jika bangsa ini ingin menggapai keagungan,maka SBY harus menggandeng Agung (maksudnya Agung Laksono).
5. Tetapi jika bangsa ini ingin memperoleh keberkahan dari Allah SWT maka SBY harus menggandeng Mubarok (maksudnya Achmad Mubarok) karena mubarok artinya berkah.
Masih sedang saya klassifikasi lagi SMS2 yang nampaknya lucu-lucu ini. Yah ketika zaman lagi sulit, boleh kan rekreasi spiritual melalui lucu-lucuan? Ada yang mengusulkan menggandeng Khafifah untuk mengimbangi Megawati,tapi kata SMS itu, sayang ya Khofifah itu artinya enteng, nggak jadi ah.
Belajar kepada koalisi remang-remang kabinet SBY-JK, maka koalisi ke depan harus berbeda. Koalisinya harus integral, kabinet, DPR dan DPRD, dan harus terbuka isinya supaya bisa dikontrol oleh masyarakat. Dari realitas politik pasca Pemilu 2009 ini,maka jika selain yang menolak koalisi dengan Demokrat (PDIP dan Gerindra) diajak berkoalisi,maka koalisi itu bisa menggapai angka70% lebih. Opsi-opsi lain,bisa menjadi 65 atau 60%, mudah2an jangan hanya 51%.
Soal Cawapres, pengalaman wapres JK yang menjadi Ketua Umum dari Partai yang berbeda dengan partainya Presiden ,mungkin perlu menjadi pertimbangan sangat serius. Presiden dan Wakil Presiden haruslah menyatu. Perbedaan partai membuat tidak bisa menghindar dari conflict interest, sehingga seperti ada dua matahari kembar. Dampaknya,program pemerintah terganggu dan korbannya adalah bangsa. Mungkin cawapresnya bisa diambil dari tokoh independen non partai, seperti pola wagub DKI jaya, bukan dari partai tetapi didukung oleh semua partai pendukung..Jika ada boleh juga cawapresnya dari internal Partai Demokrat, itu lebih solid..
Argumen lucu-lucuan
Begitu hasil hitung cepat menempatkan Demokrat sebagai leader dan SBY hampir pasti menjadi capres lagi, berseliweranlah SMS yang mengusulkan nama cawapres pendamping SBY. Yang lucu argumennya bukan logika, tetapi arti dari nama yang diusulkan. Dari lebih dari 700 SMS yang masuk, ada lima cawapres yang diusulkan.
1. Jika bangsa Indonesia ingin mencapai kebesaran,maka SBY harus menggandeng Akbar (maksudnya Akbar Tanjung) karena Akbar artinya Besar.
2. Jika bangsa ini ingin mendapat petunjuk Allah SWT, maka syaratnya SBY harus menggandeng Hidayat (maksudnya Hidayat Nurwahid), karena hidayat artinya petunjuk.
3. Jika bangsa ini ingin memperoleh keutamaan, maka SBY harus menggandeng Fadel (maksudnya Fadel Muhammad) karena fadel artinya utama.
4. Jika bangsa ini ingin menggapai keagungan,maka SBY harus menggandeng Agung (maksudnya Agung Laksono).
5. Tetapi jika bangsa ini ingin memperoleh keberkahan dari Allah SWT maka SBY harus menggandeng Mubarok (maksudnya Achmad Mubarok) karena mubarok artinya berkah.
Masih sedang saya klassifikasi lagi SMS2 yang nampaknya lucu-lucu ini. Yah ketika zaman lagi sulit, boleh kan rekreasi spiritual melalui lucu-lucuan? Ada yang mengusulkan menggandeng Khafifah untuk mengimbangi Megawati,tapi kata SMS itu, sayang ya Khofifah itu artinya enteng, nggak jadi ah.
"SBY – PRABOWO Kombinasi Capres – Cawapres Terbaik untuk Indonesia Saat Ini"
April 14, 2009
Pemilu 2009 telah dilaksanakan pada 9 April 2009 yang lalu (di dua kabupaten di NTT hari ini). Walaupun penghitungan hasil pemilu belum selesai dan baru akan diumumkan secara resmi oleh KPU kepada publik pada 9 Mei 2009 yang akan datang, hasil hitung cepat beberapa lembaga survei nampaknya sepakat menunjukkan bahwa Partai Demokrat akan memenangi pemilu 2009 dengan perolehan suara sekitar 20%. Menanggapi hasil hitung cepat tersebut, para elit partai politik mulai kasak-kusuk menjajagi pembentukan koalisi untuk pencalonan presiden dan wakil presiden.
Partai Golkar yang tersinggung oleh pernyataan Ahmad Mubarok bahwa Golkar hanya akan mendapat 2,5% suara pada pemilu 2009 telah menyatakan untuk mengusung calon presiden sendiri. Akan tetapi, hasil hitung cepat pemilu yang menempatkan Partai Golkar di posisi kedua atau ketiga membuat Partai Golkar bingung. Beberapa elit Golkar menyatakan lebih baik Golkar kawin lagi dengan Demokrat sementara banyak DPD Golkar menyatakan agar Golkar tetap mengusung Kalla sebagai calon presiden. Seperti halnya Partai Golkar yang bingung, nampaknya JK juga bingung dan sepertinya akan berlindung di belakang keputusan partai.
Yang lucu dari masalah koalisi dengan Partai Demokrat adalah PKS. Partai yang diperkirakan hanya akan mendapatkan 7% – 8% suara pada pemilu 2009 ini telah bertindak sebagai juru mudi koalisi. PKS sangat ingin Hidayat Nurwahid menjadi mempelai SBY sehingga mencoba mempengaruhi Partai Demokrat untuk tidak lagi menggandeng Golkar. Yang terakhir, bahkan, PKS mengancam akan keluar dari koalisi apabila Golkar diikutkan dalam koalisi Partai Demokrat. Anis Matta menyatakan bahwa PKS tidak akan berkoalisi berdasarkan pragmatisme yang merupakan ajang bagi-bagi kekuasaan. Padahal, apabila kita mau menilai lebih lanjut, siapa yang sebenarnya berpikir pragmatis apabila bukan PKS? PKS adalah partai Islam dan Partai Demokrat sebuah partai nasionalis. Agak lucu apabila partai nasionalis berkoalisi dengan partai Islam karena secara ideologi berbeda. Pada kasus ini justru diperlihatkan perilaku kekuasaan menghalalkan cara sehingga sebuah partai Islam ngotot untuk berkoalisi dengan sebuah partai nasionalis. Karena ngototnya, partai Islam itu sampai mengancam akan keluar dari koalisi apabila ada partai nasionalis lain yang diajak bergabung.
PASANGAN CAPRES – CAWAPRES TERBAIK UNTUK INDONESIA
Banyak yang mengatakan bahwa SBY – JK jilid II adalan pasangan capres – cawapres terbaik untuk Indonesia saat ini. Tidak, pasangan SBY – JK adalah pasangan terbaik untuk PD dan Golkar. Ada pula yang mencoba-coba menunjukkan bahwa SBY – Hidayat sebagai pasangan capres – cawapres terbaik. Mungkin terbaik untuk memenangkan pilres karena faktor SBY tetapi bukan yang terbaik untuk bangsa ini.
Pasangan capres – cawapres terbaik untuk Bangsa Indonesia saat ini adalah SBY – PRABOWO.
KEUNTUNGAN PASANGAN SBY PRABOWO BAGI BANGSA INDONESIA
Pasangan SBY – PRABOWO akan mampu mewujudkan Pemerintahan yang BERSIH dan TEGAS.
Kita semua tahu bahwa SBY merupakan figur yang menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia. Selama kepemimpinannya, SBY menunjukkan keseriusannya dalam memberantas korupsi. SBY pernah mengeluarkan pernyataan bahwa pemberantasan korupsi akan dimulai dari rumahnya sendiri. Hal ini dibuktikan ketika SBY tidak menghalangi KPK untuk memeriksan besannya, Aulia Pohan, yang diduga terkait kasus aliran dana BI ke DPR RI. Tanpa perlu banyak promosi, SBY telah menunjukkan bahwa dirinya BERSIH.
Sebaliknya, Prabowo dikenal sebagai sosok yang tegas. Berlawanan dengan SBY yang selama karir militernya didominasi sebagai perwira staf, Prabowo Subianto Djojohadikusumo (PSD) menjadi perwira komando selama karir militernya. PSD besar di Kopasus dan sempat menjadi Pangkostrad selama beberapa bulan. Sejak menjadi perwira PSD telah dikenal sebagai komandan yang tegas dan ahli strategi dan taktik tempur. Komandan pasukan tempur haruslah orang yang cakap dalam menyusun strategi dan taktik serta harus tegas mengambil keputusan karena keragu-raguan dalam mengambil keputusan akan berakibat pada seluruh pasukan. TEGAS merupakan ciri yang menonjol dari sosok Prabowo Subianto Djojohadikusumo.
Selain BERSIH, SBY merupakan administratur yang baik. Oleh karena itu, sinergi SBY – PRABOWO akan menghasilkan pemerintahan terbaik bagi Indonesia.
Pasangan SBY – PRABOWO akan membuat Indonesia semakin kuat di mata dunia
SBY sangat cakap dalam berpikir. PSD sangat cakap dalam bertindak. Keduanya sama-sama cerdas dan merupakan jenderal yang cemerlang pada masanya. Politik jugalah yang membuat kedua jenderal itu akhirnya tidak mampu mendapatkan pangkat jenderal dengan bintang empat. Baik SBY maupun PSD mengakhiri karir militernya dengan pangkat Letnan Jenderal.
Lepas dari krisis ekonomi 1998, di bawah kepemimpinan SBY Indonesia mampu menggerakkan perekonomiannya. Ekonomi Indonesia tumbuh positif 5% – 6% per tahun sehingga perlahan-lahan Indonesia mampu bangkit dari krisis. Sayangnya, keberhasilan dalam bidang ekonomi itu belum berhasil membuat Indonesia disegani oleh kawan maupun lawan. Keberhasilan di bidang ekonomi belum berhasil mengangkat sektor pertahanan RI sehingga Indonesia akhir-akhir ini selalu dilecehkan oleh negara tetangga. Malaysia selalu saja merongrong kedaulatan wilayah RI dan Singapura masih saja bergeming melindungi koruptor BLBI yang bersembunyi di sana tanpa Indonesia dapat berbuat apa-apa. Singapura bahkan menguasai wilayah udara Indonesia di sekitar Riau sampai Kalimantan Barat melalui perjanjian MTA I dan MTA II yang sebenarnya sudah habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang. Lagi-lagi, Indonesia tidak dapat berbuat apa-apa.
Pasangan SBY – PRABOWO akan membuat citra RI semakin kuat di dunia. Saat ini, bukan kombinasi militer – sipil atau sipil – militer yang kita perlukan melainkan kombinasi terbaik putra bangsa Indonesia. SBY adalah purnawirawan jenderal yang mampu mendapatkan gelar doktor dari IPB. Di masa kemiliterannya, SBY ahli di bidang sosial politik. Sedangkan, PSD, setelah purna dari tugas kemiliterannya juga terjun ke dunia bisnis. Hal tersebut membuat PSD mampu memahami persoalan-persoalan ekonomi dan bisnis baik secara makro maupun mikro. Selain itu, PSD juga aktif dalam organisasi kemasyarakatan sebagai ketua HKTI dan APPSI sehingga PSD mampu melihat persoalan teknis pertanian dan perdagangan tradisional di Indonesia, selain perdagangan internasional yang didapat dari grup perusahaannya. Pasangan SBY – PSD merupakan kombinasi yang komplit.
SBY akan memastikan perekonomian di Indonesia diselenggarakan secara BERSIH dan PSD akan dengan TEGAS memastikan bahwa hanya produk bernilai tambah yang dapat diekspor keluar dari Indonesia.
Pasangan SBY – PRABOWO merupakan pasangan yang pluralis
Baik SBY maupun PSD merupakan orang yang pluralis. SBY dan PSD bukan sektarian. SBY dan PSD sama-sama antidiskriminasi dan menganggap semua komponen bangsa ini harus bersama-sama bergerak dan bekerja untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. SBY dan PSD sama-sama berangkat dari partai nasionalis yang komitmennya pada pluralisme tidak perlu diragukan lagi. Selain itu, komitmen SBY dan PSD pada NKRI juga tidak perlu diragukan lagi.
Pasangan SBY – PRABOWO yang terbaik buat kaum muda
Dibandingkan dengan pasangan lain, kombinasi SBY – Prabowo merupakan pasangan yang terbaik untuk kaum muda. SBY dan PSD masih tergolong muda. Keduanya masih sehat jasmani dan rohani dan masih produktif.
Kaum muda di Indonesia meminta agar kaum muda diberi kepercayaan untuk mengambil alih tampuk pimpinan nasional. Tentu saja, pengambilalihan kepemimpinan itu harus dilakukan melalui jalur konstitusional. Pasangan SBY – Prabowo merupakan representasi kaum muda yang akan mampu mengambilalih kepemimpinan secara konstitusional dari kaum tua. Kita tahu bahwa Golkar merupakan partai konservatif yang selalu mempertahankan status quo dan kurang memberikan kesempatan penuh kepada kader-kader mudanya di partai. Kita dapat melihat bagaimana Yudi Krisnandi kurang diberi peluang oleh partai Golkar. Demikian pula Fadel Muhammad. Sementara, PDI-P cenderung hanya memperhatikan Dinasti Soekarno dan hanya memberi peluang terbaik kepada keturunan Soekarno.
Partai Demokrat dan Partai GERINDRA merupakan partai baru yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada kaum muda untuk berkarya. Baik Partai Demokrat maupun Partai GERINDRA memberikan peluang yang sama kepada kaum muda untuk menjadi calegnya. Oleh karena itu, hanya pasangan SBY – Prabowo yang dapat memberikan yang terbaik bagi kepentingan generasi muda.
Pasangan SBY – Prabowo akan mewujudkan sistem presidensiil yang kuat
Baik Partai Demokrat maupun Partai GERINDRA sama-sama memandang bahwa telah terjadi pergeseran paradigma dalam sistem ketatanegaraan kita. Sistem presidensiil yang diamanatkan oleh UUD 1945 telah digerusi selama reformasi. Akibatnya, parlemen cenderung rewel dan menghambat jalannya pemerintahan dan pembangunan. Padahal, apabila kita bercermin pada masa Orde Baru, Presiden yang waktu itu dipilih oleh MPR merupakan Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan yang kuat. Setelah Presiden dipilih langsung oleh rakyat, seharusnya Presiden menjadi semakin kuat, bukan malah sebaliknya, menjadi semakin lemah di mata DPR.
SBY – Prabowo akan mengembalikan amanat UUD 1945 bahwa Indonesia menganut Sistem Presidensiil, bukan parlementer. Kesamaan pandangan PD dan GERINDRA akan memperkuat komitmen tersebut.
Pasangan SBY – PSD akan menyederhanakan sistem perpolitikan nasional
Baik PD maupun GERINDRA setuju bahwa sistem perpolitikan nasional saat ini terlalu rumit dan penyelenggaraannya memakan sumberdaya yang sangat besar. Oleh karena itu, sistem perpolitikan nasional harus disederhanakan. SBY – Prabowo akan mewujudkan harapan masyarakat mengenai permasalahan tersebut. Keresahan, kerepotan dan kebingungan memilih dalam pemilu sudah disadari oleh SBY – Prabowo. Oleh karena itu, di bawah kepemimpinan mereka yang BERSIH dan TEGAS, harapan rakyat agar sistem perpolitikan disederhanakan akan dapat diwujudkan.
TAK PERLU DUA PUTARAN
Saya berani berpendapat bahwa pasangan SBY – PSD yang merupakan pasangan terbaik untuk Bangsa Indonesia saat ini tidak perlu bertarung dalam dua putaran menghadapi pasangan capres - cawapres yang lain. Hanya dengan satu putaran saja Indonesia akan mendapatkan pasangan pemimpin terbaik.
quoted:
"Padahal, apabila kita mau menilai lebih lanjut, siapa yang sebenarnya berpikir pragmatis apabila bukan PKS? PKS adalah partai Islam dan Partai Demokrat sebuah partai nasionalis. Agak lucu apabila partai nasionalis berkoalisi dengan partai Islam karena secara ideologi berbeda."
Mas yusuf, Demokrat itu nasionalis-religius. Silahkan cek websitenya di http://www.demokrat.or.id/
Jelas terpampang di headlinenya: Demokrat Nasionalis-Religius
Aku kok masih suka dengan skenario 1.
http://rovicky.wordpress.com/2009/04/11/skenario-pilpres-2009/
Post a Comment
Home