Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Friday, August 24, 2007

Landasan & Bimbingan Konseling Agama
at 12:53 AM 
Penderita gangguan jiwa sering tidak menyadari apa yang sebenarnya sedang melanda dirinya. Ia gelisah, cemas, tak bersemangat, terkadang takut, ragu-ragu, tak percaya diri, tetapi ia sendiri tidak tahu persis apa sebenarnya yang menyebabkan keadaan-keadaan tersebut. Di kalangan masyarakat, ada yang menyarankan agar penderita itu dibawa kepada dukun, karena gejala itu ada hubungannya dengan gangguan makhluk halus. Di sisi yang lain, ada yang menganjurkan agar penderita dibawa kepada kepada dokter jiwa karena ia dianggap sakit jiwa. Fenomena itu menunjukkan bahwa masyarakat belum memahami fungsi bimbingan dan konseling.

Meskipun di sekolah sudah ada guru BP yang menangani masalah kesulitan belajar bagi siswa-siswa bermasalah, tetapi pada umumnya masyarakat belum bisa membedakan tugas dan fungsi guru BP dengan guru lainya. Layanan Bimbingan dan Konseling kejiwaan pada umumnya baru tumbuh pada masyarakat perkotaan, terutama-kota-kota besar, karena hiruk pikuk kehidupan manusia di kota besar dengan segala permasalahannya sangat memungkinkan timbulnya gang­guan jiwa bagi orang yang tidak siap mental atau yang terlalu berat beban mentalnya dalam mengatasi problema kehidupan yang dialaminya. Meskipun belum ada data penelitian lapangan, nampaknya pengguna jasa layanan Bimbingan dan Konseling kejiwaan masih terbatas pada kalangan menengah ke atas, dan pada kelompok yang relatip tidak dekat dengan agama. Di kalangan masyarakat santri, jika ada seseorang yang merasa bermasalah biasanya lebih suka sowan kepada kyai untuk minta doa dan berkahnya agar sembuh dari gangguan jiwa itu. Apa yang dilakukan oleh para kyai terhadap tamu yang mohon di doakan dan diberkahi itu sebenarnya memang merupakan jenis layanan konseling, meski paradigmanya berbeda.

Masyarakat dakwah di Indonesia pada umumnya masih berkutat di seputar tabligh, yakni sekedar menyampaikan seruan atau informasi tentang Islam. Usaha mensosiali­sasikan Islam dengan persuasip masih merupakan teori yang dipelajari di bangku kuliah atau di diskusikan dalam seminar-seminar, belum menjadi perencanaan apalagi program aksi yang terkordinasi. Orientasi dakwah di Indonesia pada umunya masih monoton, normatip dan idealistik. Para da'i pada umumnya belum tertarik dengan penelitian dakwah sehingga apa yang menjadi kebutuhan masyarakat mad'u tidak diketahui secara empirik, dan para da'i dalam dakwahnya hanya memberikan apa yang mereka punyai, bukan memberikan apa yang dibutuhkan. Kelompok masyarakat bermasalah termasuk yang belum diteliti oleh para da'i sehingga merekapun tidak tahu persis apa yang dibutuhkan.

Dalam kondisi masyarakat dakwah yang sedemikian itu maka logis jika bentuk Bimbingan dan Konseling Agama belum menarik perhatian para da'i. meskipun masyarakat sebenarnya sudah membutuhkan. Dewasa ini, bentuk pemberian layanan Bimbingan dan Konseling Agama mestinya sudah menjadi agenda dakwah, yakni dakwah yang bersifat khusus. Kenyataannya hanya sedikit da'i yang memusatkan perhatian dakwahnya kepada kelompok orang bermasalah , dan itupun masih bersifat improfisasi.
posted by : Mubarok institute

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger