Tuesday, July 08, 2008
Ujian atau Azab?

Apa Bedanya
Baik ujian maupun azab, keduanya berwujud kesulitan. Ujian adalah satu proses seleksi untuk naik kelas. Kesulitan yang dihadapi oleh orang adalah kesulitan yang memang diprogram untuk mengukur tingkat kemampuannya mengatasi masalah dalam dunia realitas. Boleh jadi kesulitan dalam ujian lebih berat dibanding realitasnya. Jika ini yang kita yakini maka sebagai orang beragama kita membayangkan bahwa Alloh SWT melalui sunnatullah Nya sengaja memberikan kesulitan kepada bangsa Indonesia ini agar kita terlatih menghadapi kesulitan yang lebih besar di waktu mendatang, liyabluwakum fi ma ata kum (Q/6:165).
Jika kita menyadari sedang diuji maka bangsa ini seyogyanya secara serius menghindari faktor-faktor penghambat dan mempersiapkan secara teliti faktor-faktor pendukung. Betapapun sulitnya ujian, tapi mengerjakannya, dengan semangat dan optimis karena terbayang masa depan yang lebih baik pasca ujian.
Adapun azab adalah kesulitan sebagai akibat dari kesalahan yang dilakukan. Dalam perspektif sunnatullah, keadilan akan mengantar pada kesejahteraan, siapapun yang melakukan. Jika bangsa Indonesia, terutama negara, menegakkan prinsip keadilan, maka kesejahteraan rakyat pasti tercapai. Menurut perspektif sunnatullah juga, jika kezaliman merajalela, siapapun yang mengerjakan, apalagi jika dilakukan oleh negara, maka betapapun besarnya sumberdaya alam yang dimiliki, pada akhirnya krisis akan menimpa bangsa itu, dan krisis tersebut merupakan azab yang disebabkan oleh kejahatan.
Jika orang menghadapi kesulitan dalam ujian dengan penuh semangat berkorban, maka rakyat menghadapi kesulitan azab dengan penuh rasa kemarahan. Secara psikologis, orang yang yang sedang marah biasanya tidak dapat berfikir jernih. Inilah yang sedang dialami oleh bangsa Indonesia, perilakunya anarkis seperti perilaku orang marah, sehingga bukan solusi problem yang ditawarkan tetapi semuanya berlomba-lomba memberi kontribusi berupa problem baru.
Menurut al Qur’an, sekiranya penduduk suatu negeri perilakunya mencerminkan iman dan takwa (bermoral) niscaya sumberdaya alam akan berfungsi sebagai keberkahan Tuhan, sayang penduduk negeri itu mendustakan prinsip-prinsip kebenaran, maka Tuhan menurunkan (dari sumberdaya alam itu) azab sesuai dengan kejahatan mereka (Q/7:92).
Analisa yang sudah sering kita dengar menyebutkan bahwa kerusakan yang menimpa bangsa ini sungguh sangat mendasar, bukan hanya alamnya yang rusak, tetapi juga moralnya. Hujan yang mestinya merupakan berkah dari Tuhan berubah menjadi banjir. Sumber tambang seperti yang ada di Irian Barat (Freeport) yang semestinya menjadi kekayaan bangsa, berubah, keuntungannya dinikmati orang luar (AS), limbahnya kita yang harus menanggung.
Lalu harus bagaimana?, jika azab ini bersumber dari perilaku yang salah, maka solusinya adalah mengubah perilaku. Bangsa, dengan dipelopori oleh negara harus memiliki kemauan kuat dan kemauan bersama untuk mengubah perilaku. KKN yang bukan saja merupakan wujud ketidak adilan, tetapi sudah menjadi kezaliman harus dihapus secara sungguh-sungguh. Jika telah sungguh – sungguh melakukan komitmen itu, maka yakinlah kepada sunnatullah bahwa dibalik kesulitan ada kemudahan, fa inna ma‘al ‘usri yusra (Q/94:5-6), bahwa habis gelap pasti terbit terang. Insya Allah. Wallahu a‘lam.
3 comments
Dengan menggunakan logika ketuhanan atau tidak, sudah jelas apa yang dialami bangsa ini adalah akibat dari apa yang bangsa ini perbuat.
Logikanya sederhana. Apa yang kita terima adalah apa yang kita perbuat. Dan logika lah salah satu yang hilang dari bangsa indonesia sekarang ini.
Salam logika,
Post a Comment