Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Tuesday, May 24, 2011

Jenis-jenis Gangguan Jiwa (6)
at 12:40 AM 
Gangguan Kejiwaaan dari Akhlak yang Rendah

Dalam perspektif Psikologi Islami, gangguan kejiwaan tidak hanya bersumber dari gangguan psikis (neurose) seperti tersebut diatas, tetapi juga bisa bersumber dari kualitas akhlak seseorang yang rendah. Akhlak, menurut al Ghazali adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu dilakukan dengan mudah tanpa dipikirkan untung ruginya.

Orang yang akhlaknya baik adalah orang yang melakukan kebaikan tanpa memikirkan resiko atau keuntungan dari kebaikan itu. Baginya melakukan kebaikan adalah satu keniscayaan yang tidak perlu diperdebatkan. Sebaliknya orang yang akhlaknya rendah adalah orang yang ketika melakukan perbuatan buruk tidak lagi berfikir tentang akibat-akibat yang akan ditanggung olehnya maupun oleh orang lain yang menjadi korban. Baginya berbuat sudah seperti air yang mengalir dari metinggian ke dataran yang lebih rendah.

Akhlak seseorang, dipengaruhi oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan, tetapi lebih banyak dibentuk oleh perjalanan hidup seseorang. Anak keluarga baik-baik, jika dalam kurun waktu lama hidup adalam lingkungan kejahatan, sifat jahat dapat tertanam dalam dirinya. Sebaliknya anak orang jahat jika dididik dalam lingkungan yang baik juga dapat memiliki akhlak yang baik. Akhlak berhubungan dengan sifat yang telah menetap dalam diri seseorang, oleh karena itu mengubah akhlak sama sulitnya dengan mengubah sikap. Namun demikian baik sikap dan akhlak dapat diubah.

Orang yang akhlaknya baik, apalagi yang tinggi, dapat dipastikan ia memiliki tingkat kesehatan mental yang tinggi, sebaliknya orang yang akhlaknya rendah cenderung mudah terkena gangguan kejiwaan karena jalan fikiran yang tidak lurus dan cara hidup yang menyalahi kelaziman masyarakat akan selalu menimbulkan konflik-konflik interest yang pada gilirannya akan melahirkan konflik batin.
Pada tahap pertengahan seseorang berakhlak rendah masih bisa menikmati selera rendahnya, tetapi pada tahap dimana perbuatan buruk dan jahat telah saling tumpang tindih, maka ia bagaikan orang yang terkena komplikasi dari berbagai penyakit. Memori manusia jika digunakan untuk merekam informasi kejujuran dan kebenaran, maka ia bagaikan gudang yang tersusun rapi, meskipun dipenuhi dengan isi yang banyak, tetapi karena tertata rapih maka gudang itu terasa tetap longgar. Sedangkan jika digunakan untuk merekam kejahatan dan keburukan, maka ibarat gudang yang barang-barangnya tidak tersusun rapih, isinya belum banyak tetapi terasa penuh dan sesak menyesakkan. Memori manusia, sebagaimana juga memori computer, jika digunakan untuk menampung hal-hal (kejahatan) yang bertentangan dengan sistemnya (yang logis), maka perekaman itu dapat menyebabkan “hang” yang mengacaukan sistem berfikir dan system merasa. Seseorang tidak bisa berfikir jujur dan curang sekaligus, Tuhan tidak menjadikan pada seseorang dua hati sekaligus dalam dadanya (Q/33:4)

Riya
Riya adalah melakukan suatu perbuatan dengan tujuan untuk dipamerkan kepada orang lain, bukan untuk niat ikhlas. Riya termasuk perbuatan menipu, yaitu menipu orang dengan memperlihatkan suatu perbuatan yang berbeda dengan hakekat perbuatan itu sendiri.
Dalam istilah psikologi, orang riya itulah yang disebut oleh psikolog Humanis Rollo May sebagai manusia bertopeng, yaitu orang yang selalu menyembunyikan wajah kepribadiannya dengan topeng-topeng kepalsuan. Orang yang mengidap penyakit riya selalu berusaha melakukan apa-apa yang orang lain (tuntutan sosial) menyuruhnya untuk melakukannya. Ia selalu berusaha melakukan kehendak orang lain sampai lupa kehendak sendiri. Ia selalu menggunakan topeng kepalsuan sampai ia lupa wajah sendiri.

Pengidap penyakit riya tidak memiliki rasa keindahan dan kebenaran. Ketika ia sedang menggunakan topeng kepalsuan ia memperoleh kesenangan sekejap, tetapi sekembalinya ke rumah, kembali kepada dirinya yang asli, ia merasa kesepian, hambar, lelah serta gelisah. Pada akhirnya ia akan mengidap perasaan bosan, bosan kepada kepura-puraan, tetapi ia tidak tahu ia harus berbuat apa.

Dengki atau hasad
Pengertian dengki atau hasad adalah mengharap hilangnya kesenangan orang lain untu bisa berpindah kepada dirinya. Hasad adalah perasaan iri terhadap keberuntungan yang dimiliki oleh orang lain disertai keinginan untuk menghilangkan kesenangan itu dan memindahkan kepada dirinya. Sedangkan jika iri hanya kepada hal yang semisal dengan keberuntungan yang dimiliki orang lain, maka hal itu tidak termasuk dengki, karena dalam hal itu mereka masih diberi peluang untuk berpacu, berlomba-lomba dalam kebaikan (Q/2:148). Nabi mengibaratkan sifat dengki itu sebagai sifat yang merusak seperti api membakar kayu bakar, dan seperti gunting yang mencukur amal dan sebagai penyakit ummat. Orang yang pendengki sering merasa tersiksa karena ia sakit hati jika orang lain memperoleh kesenangan, dan ia baru senang jika orang lain terkena bencana (Q/3:120). Perasaan iri negatif ini disebabkan oleh rasa permusuhan dan kebencian (Q/43:31) dan kagum diri (Q/ 26:183).

Dengki dan iri itu hanya timbul dalam bidang yang sempit, persaingan bidang harta dan pangkat (duniawi), karena semua orang ingin menjadi satu-satunya yang terhebat, padahal ruang utnu menjadi satu-satunya itu sempit sehingga orang yang dengki itu saling bermusuhan dan saling menjatuhkan. Akan tetapi jika orang berdaing dalam bidang keutamaan ukhrawi, misalnya berlomba menjadi orang yang dekat dengan Tuhan dengan cara melakukan amal saleh, maka diantara mereka tidak akan terjadi iri dan dengki, karena rahmat Allah luas tak terbatas, meski peminatnya banyak.

Rakus dan tamak
Rakus bersumber dari syahwat. Manusia memiliki keinginan tak terbatas untuk memiliki, dan menguasai hal-hal yang memuaskan nafsunya. Seberapa banyakpun manusia diberi, ia tidak pernah puas, kecuali jika dibentengi dengan motif-motif positip. Rakus juga berhubungan dengan pandangan hidup, yakni bahwa hidup ini untuk apa, dan apa fungsi harta dan jabatan/ kekuasaan dalam hidup ini. Orang yang memandang bahwa hidup ini sebagai tempat bersenang-senang seperti pandangan hidup orang kafir (wa al kafiru yatamatta’u), maka ia berusaha menumpuk semua hal yang dapat memuaskan kesenangannya. Tetapi bagi orang mukmin yang memandang hidup ini bagakan orang kerja di lading untuk panen di akirat, dan harta dipandangnya sebagai alat untuk mencapai kebajikan, maka ia hanya mengambil seperlunya fasilitas hidup yang dibutuhkan untuk mengelola lading (perjuangan), karena baginya, harta dan jabatan tak lebih hanya alat perjuangan, bukan tujuan hidup. Rasulullah pernah mengatakan bahwa orang rakus itu baru berhenti dari kerakusannya jika mulutnya telah dipenuhi tanah (dikubur).

Takabbur atau Sombong dan Kagum Diri
Takabbur adalah perasaan seseorang bahwa dirinya lebih besar seraya memandang orang lain kecil. Kesombongan bisa ditunjukan kepada sesame manusia dan yang paling buruk jika sombong kepada Tuhan. Orang takabbur bukan hanya merasa dirinya lebih besar tetapi juga menghina orang lain yang dianggap kecil. Manusia terkadang menyombongkan kekuatan fisiknya, terkadang menyombongkan jumlah kekayaannya atau ketinggian pangkatnya, bisa juga kebesaran jumlah golonganya atau keunggulan intelektualnya.

Kesombongan bersumber dari ketidak tahuan seseorang atas dirinya (tidak tahu diri), karena sesungguhnya diatas orang pintar pasti ada yang lebih pintar, diatas orang kaya pasti ada yang lebih kaya, diatas orang kuat, pasti ada yang lebih kuat, dan diatas makhluk ada Khalik yang Maha Kaya, Maha Kuat, Maha Mengetahui dan Maha segala Maha.

Gangguan kejiwaan yang disebabkan oleh sifat takabbur ini adalah karena orang takabbur itu selalu merasa tersiksa jika ada orang lain yang berpeluang mengunggulinya. Ia selalu merasa terancam oleh perubahan dan perkembangan, ia tidak tahu akhirnya kesombongan itu akan tersungkur secara alami. Ia asyik mengagumi dirinya, padahal perubahan merupakan sunatullah yang tidak bisa dihindarkan. Kata Rasulullah, barang siapa rendah hati, Allah akan mengangkat derajatnya, dan barang siapa takabbur, maka Allah akan menjatuhkannya. Perilaku orang sombong dalam pergaulan sosial biasanya menjilat kepada orang yang dipandangnya lebih besar dan menginjak orang yang dipandangnya lebih kecil.

Ia berani kepada orang lemah, tetapi ia takut kepada orang yang ia ketahui betul tidak mampu menghadapinya. Secara psikologis, kesombongan sebenarnya merupakan usaha untuk menutupi kepengecutan seseorang. Orang sombong tidak bisa menghargai sifat rendah hati orang lain. Oleh karena itu orang yang sombong perlu disombongi. Ada ungkapan yang berbunyi :”secara sadar bertingkah laku sombong kepada orang yang memang sombong adalah bernilai sedekah”.

Al Wahm
Penyakit al wahm kata Rasulullah adalah cinta berlebihan kepada harta dan takut mati. Cinta memiliki dua sisi, yaitu kebahagiaan dan kesengsaraan. Cinta yang terbalas melahirkan kebahagiaan, dan cinta yang tertolak melahirkan penderitaan. Orang yang cinta kepada harta benda tetapi keinginan menjadi orang kaya tak pernah terkabul maka ia merasa menderita seperti penderitaan orang yang ditolak cintanya. Beitu juga jika orang kehilangan harta yang ia cintai, ia akan menderita seperti penderitaan orang yang ditolak cintanya. Begitu juga jika orang yang kehilangan harta yang ia cintai, seperti derita orang yang ditinggal kekasihnya.

Ada hadist nabi tentang watak harta sebagai sahabat dan kekasih.
Hadist tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut :bahwa setiap manusia memiliki tiga kelompok sahabat, yaitu harta, keluarga, dan amal. Harta adalah tipe sahabat yang paling curang, karena ia hanya memberikan cintanya kepada pemiliknya hanya jika ia sedang sehat dan senang. Jika seseorang sedang sakit parah, maka makanan enak tidak terasa enak, kasur empuk tidak terasa nikmat, dan bahkan uang banyak tak membantu meringankan rasa sakitnya. Apalagi jika masuk kubur, maka hanya kain kafan yang mau menyertainya. Oleh karena itu cinta kepada harta harus siap dikhianati teruatama ketika dalam keadaan sakit parah dan setelah mati.

Sedangkan cinta kepada keluarga, mereka masih bisa merawat ketika sakit dan mengantarnya ke liang kubur jika mati, tetapi untuk tinggal bersamanya di dalam kubur tak seorangpun keluarga yang dicintainya bersedia. Hanya amal salehlah yang setia mendampinginya sampai pengadilan akhirat nanti. Barang siapa cinta kepada amal, maka ia memperoleh balasan cinta yang lebih memadai, cinta kepada keluarga masih terbalas meski terbatas, sedangkan cinta harta tak ubahnya mencintai kekasih yang curang, satu hubungan cinta yang sarat dengan potensi penderitaan.

Sedangkan takut mati juga menimbulkan gangguan kejiwaan, meski seseorang tahu bahwa semua manusia pasti mati. Derita orang takut mati adalah dalam membayangkan kematian dan bayangan berpisah dengan yang selama ini menemaninya. Orang yang takut mati, setiap kali ia melihat ancaman kematian, dari manapun datangnya, ia merasa tertekan dan takut. Penyakit al wahm biasanya juga disertai oleh penyakit kikir atau bakhil.
posted by : Mubarok institute

Blogger yanmaneee said.. :

basketball shoes
jordan retro
lebron shoes
lacoste polo shirts
nike epic react
air jordan
paul george shoes
nike air max 270
cheap nfl jerseys
canada goose jacket

10:01 PM  
Blogger teseauez said.. :

Our site have a peek here company website gucci replica handbags Going Here replica louis vuitton bags

9:58 AM  
Blogger dyry said.. :

why not try these out y0v05w8r72 replica ysl replica bags wholesale india replica bags prada visit our website c5a15o1g07 replica bags from turkey look what i found l2w46i9w20 high quality designer replica louis vuitton replica bags neverfull

5:12 PM  

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger