Sunday, April 27, 2008
Filsafat Ketuhanan
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mengetahui kebenaran dari segala sesuatu (al `ilmu fi al maujudat ma hiya al maujudat). Yang dimaksud dengan segala sesuatu adalah “realita” , dan induk dari “realita” ada tiga yaitu Tuhan, manusia dan alam. Oleh kaena itu induk filsafat adalah filsafat ketuhanan, filsafat manusia dan filsafat alam. Dalam filsafat agama, tiga bidang itu dibahas dalam satu nafas. Ilmu yang membicarakan filsafat ketuhanan disebut Ilmu Kalam, karena frame dari filsafat Ketuhanan adalah Kalamullah, wahyu, bukan akal.
Oleh karena itu argumen-argumen dalam Ilmu Kalam selalu mengedepankan ayat al Qur’an. Yang dikaji antara lain apa hakikat sifat rabb al `alamin, sifat ar Rahman dan aar Rahim, al Jabbar, al Khaliq. Apa hakikat makna Maha Suci Allah (Subhanallah), makna Ahad atau Esa dan apa makna Allah bersemayam di arasy, apa makna langit dan seterusnya.. Jika untuk masyarakat umum dipandang cukup dengan mempelajari ilmu Tauhid, maka untuk kaum terpelajar perlu mendalami filsafat tauhid, yaitu Ilmu Kalam.
Oleh karena itu argumen-argumen dalam Ilmu Kalam selalu mengedepankan ayat al Qur’an. Yang dikaji antara lain apa hakikat sifat rabb al `alamin, sifat ar Rahman dan aar Rahim, al Jabbar, al Khaliq. Apa hakikat makna Maha Suci Allah (Subhanallah), makna Ahad atau Esa dan apa makna Allah bersemayam di arasy, apa makna langit dan seterusnya.. Jika untuk masyarakat umum dipandang cukup dengan mempelajari ilmu Tauhid, maka untuk kaum terpelajar perlu mendalami filsafat tauhid, yaitu Ilmu Kalam.
Assalamu'alaikum.
Prof apakah mempelajari filsafat ketuhanan tidak akan mempengaruhi aqidah kita? saya sebagai orang yang awam kadang tidak berani terlalu mendalam mempelajari filsafat (tarekat) karena takut tidak dapat men'cerna' ilmunya. Seperti tulisan Harun Yahya mengenai Hakikat Materi, saya masih binggung dan masih belum bisa memahaminya. Mohon penjelasannya.
Assalamualaikum, Pak Profesor, bolehkah saya copy srtikel ini untuk saya posting di tempat lain? Terima kasih
Tidak ada kepercayaan bahawa tuhan itu ujud. Ujud Tuhan adalah ‘KESENDIRIAN’. Betapa adanyanya ungkapan ‘DIA UJUD’ (ujud yang dikengkang olih hukum dalil). Ujud kelibat ketuhanan, Ujud2 yang dibaluti kehadiran ketuhanan semata2. ‘INSAN’ berperasangka bahawa ujudnya terpisah dari ‘KELIBAT KETUHANAN’.
Manusia sering menceritakan tentang ujud ‘TUHAN’ tetapi itu merupakan cereka2 kosong, kerana kecenderungannya kepada sifat2 material yang dianggap subjectif/ realiti. Kerana tidak fahamnya bahawa fikriyah duniawiyah, bukannya satu realiti/ identi, tetapi fikriyah hanyalah bersifat bayangan yang ghaib tanpa memiliki nilai.
Assalamu Alaikum. Pak Prof.
Saya menhgargai pendapat anda. tapi saya kurang sepakat dengan komentar tentang frame filsafat ketuhanan itu terdapat pada Kalamullah, wahyu dan bukan akal.
Dan saya lebih cenderung pada penggunaan akal, karena kepercayaan akan terasa meyakinkan jika dapat di buktikan secara realita.
Balau kita langung bergelut pada inti sari dari kebesaran melalui Kalam, Wahyu, itu tidak dapat membuktikan secara detail.
Bagi saya kepercayaan secara tekstual dan kepercayaan keyakinan itu dual hal yang berbeda.
Kepercayaan tekstual akan lebih mampu untuk membuktikan keberadaan dan kekuasaan sekaligus kebesara-Nya dan pada akhirnya akan melahirkan keyakinan lebih.
Dan kepercayaan keyakinan tidak akan dapat membuktikan dan menjelaskan siapakah Tuhan ? dimanakah keberadaan-Nya ? dimanakah Kekuasaan dan kebesaran-Nya ? (maka jawabanya saya yakin pasti hanya dengan ucapan nyebut "Astagfirullah" dan diam membisu).
Akhirnya saya mohon ma'af pada pak prof, bukannya saya mau menentang akan tetapi saya hanya berkomentar sesuai dengan apa yang saya tketahui..
membaca seluruh blog, cukup bagus
manusia tidak akan pernah memahami dan mengetahui substansi tuhan secara utuh selama keakuan masih menjadi belenggu bagi dirinya.
andai saja diriku tidak tercipta,tentu tidak akan pernah ada jiwaku yang menjadikan aku atas sesuatu yang lain.,dan tidak akan pernah ada kegelisahan aku atas diriku.
Tapi suatu saat aku berharap dapat kembali pada ketiadaanku,sehingga tidak akan pernah ada lagi perbedaan yang menjadi perbandingan antara aku,kamu,dia,mereka,kita dan semua yang tercipta.
kalau saja kita mengetahui kebenaran dengan benar....,tentu tidak akan pernah ada perselisihan,dan tidak akan pernah ada yang merasa terintimidasi karna perbedaan persepsi,apalagi jadi bahan monopoli dari pembenaran pembenaran yang berwujud emosi.
Kalau saja kita mengetahui kebenaran dengan benar....,sesungguhnya tidak satu katapun yang dapat menjelaskan kebenaran dengan benar,dan tidak sesuatupun yang dapat mengumpamakan kebenaran dengan benar selama emosi masih menjadi pembenaran dalam kebenaran.
Kalau saja kita mengetahui kebenaran dengan benar....,hanya kebenaran yang dapat memahami kebenaran dengan benar,karna kebenaran adalah benar,dan benar adalah kebenaran.
Kalau saja kita mengetahui kebenaran dengan benar....
Post a Comment
Home