Friday, September 12, 2008
Motif Dosa
Jejak perbuatan dosa bisa dilacak dari empat sumber atau motif; (1) dosa yang bersumber dari sifat ketuhanan manusia, (2) dosa yang bersumber dari sifat kesyaitanan manusia, (3) dosa yang bersumber dari sifat kebinatangan (ternak) manusia, dan (4) dosa yang bersumber dari sifat kebinatangan (buas) manusia. Manusia memang mempunyai anatomi yang berasal dari campuran dari berbagai komponen yang berbeda-beda karakteristiknya dimana setiap komponen secara spesifik berpengaruh terhadap aspek-aspek spesifik pula sebagaimana karakteristik campuran gula, cuka, minyak wangi di dalam satu adonan.
1. Perbuatan dosa yang bersumber dari sifat ke¬tuhanan manusia adalah sombong, bangga diri, otoriter, senang dipuji, merasa mulia, merasa kaya, menyukai keabadian, dan ingin menaklukkan semua yang lain hingga merasa seakan dirinya itu Tuhan. Dari dosa ini kemudian lahir cabang-cabang dosa besar tetapi sudah tidak disadari sebagai dosa. Inilah biang dosa yang melahirkan dosa-dosa maksiat.
2. Dari sifat kesyaitanan manusia lahir perbuatan yang bersifat dengki, permusuhan, kecurangan, penipuan, dan perbuatan destruktif. Termasuk dalam rumpun ini, dosanya penggelapan, kemunafikan, ajakan melakukan bid’ah dan kesesatan.
3. Sedangkan dari sifat kebinatangan (ternak) manusia lahir perilaku serakah dan tamak, ber¬hubungan dengan tuntutan perut dan seks. Dari rumpun ini lahir perbuatan dosa berupa zina, homo seksual, mencuri, manipulasi harta anak yatim, dan mengumpulkan sarana pemuas syahwat.
4. Adapun dari sifat kebinatangan (buas) manusia lahir perbuatan marah, dendam dan agresi ter¬hadap sesama manusia berupa pukulan, caci makian, membunuh dan melahap harta benda. Dari rumpun dosa ini lahir pula cabang-cabang dosa yang banyak, baik bentuk maupun jenisnya.
Secara fitri, empat kelompok dosa ini lahir secara bertingkat. Pada mulanya orang berbuat dosa karena adanya tuntutan sifat kebinatangan (ternak), yakni didorong oleh motif biologis; makan minum dan seks. Sifat tuntutan biologis itu ingin dipenuhinya sesegera mungkin, tidak suka menunda, dan kurang peduli kepada keadaan.
Setelah dorongan ini terpenuhi, dan ternyata tidak memuaskan, datang tuntutan sifat kebinatangan (buas)nya, yakni melahap sebanyak-banyaknya apa yang ada pada orang lain dengan tak segan-segan melakukan kekerasan atau membunuh jika dihalangi.
Setelah sifat kebuasannya tersalurkan, meningkat tuntutannya untuk mencari kepuasan yang bukan hanya bersifat materi, tetapi juga yang bergengsi. Pada tingkat ini di mana sifat syaitoniyyah manusia bekerja, dosa yang dilakukan sudah ber “kualitas”, karena didalamnya sudah bergabung kekuatan imajinatif inteleknya dalam menipu, memperdaya orang lain, mempecundangi orang lain, mempermalukan orang lain dan memberontak kepada pihak yang menghalangi keinginannya. Setelah kepuasan “inteleknya” tercapai, tumbuh dorongan dosa yang lebih tinggi, yang bersumber dari sifat ketuhanan manusia, yaitu ingin tetap jaya, top, agung dan berkuasa mutlak.
Inilah biang dan sumber dosa dimana dari sana menyebar dosa-dosa lain, sebagian, dosa yang khas di dalam hati seperti kufur, bid`ah, munafik, menyembunyikan keburukan, sebagian yang lain dosa yang dikerjakan oleh mata dan telinga, sebagian lagi dosa yang dikerjakan oleh lidah (mulut), dan sebagian lagi dosa yang berhubungan dengan perut dan urusan bawah perut, sebagian lagi oleh tangan dan kaki, dan ada juga dosa yang di¬dorong oleh tuntutan tubuh secara keseluruhan.
1. Perbuatan dosa yang bersumber dari sifat ke¬tuhanan manusia adalah sombong, bangga diri, otoriter, senang dipuji, merasa mulia, merasa kaya, menyukai keabadian, dan ingin menaklukkan semua yang lain hingga merasa seakan dirinya itu Tuhan. Dari dosa ini kemudian lahir cabang-cabang dosa besar tetapi sudah tidak disadari sebagai dosa. Inilah biang dosa yang melahirkan dosa-dosa maksiat.
2. Dari sifat kesyaitanan manusia lahir perbuatan yang bersifat dengki, permusuhan, kecurangan, penipuan, dan perbuatan destruktif. Termasuk dalam rumpun ini, dosanya penggelapan, kemunafikan, ajakan melakukan bid’ah dan kesesatan.
3. Sedangkan dari sifat kebinatangan (ternak) manusia lahir perilaku serakah dan tamak, ber¬hubungan dengan tuntutan perut dan seks. Dari rumpun ini lahir perbuatan dosa berupa zina, homo seksual, mencuri, manipulasi harta anak yatim, dan mengumpulkan sarana pemuas syahwat.
4. Adapun dari sifat kebinatangan (buas) manusia lahir perbuatan marah, dendam dan agresi ter¬hadap sesama manusia berupa pukulan, caci makian, membunuh dan melahap harta benda. Dari rumpun dosa ini lahir pula cabang-cabang dosa yang banyak, baik bentuk maupun jenisnya.
Secara fitri, empat kelompok dosa ini lahir secara bertingkat. Pada mulanya orang berbuat dosa karena adanya tuntutan sifat kebinatangan (ternak), yakni didorong oleh motif biologis; makan minum dan seks. Sifat tuntutan biologis itu ingin dipenuhinya sesegera mungkin, tidak suka menunda, dan kurang peduli kepada keadaan.
Setelah dorongan ini terpenuhi, dan ternyata tidak memuaskan, datang tuntutan sifat kebinatangan (buas)nya, yakni melahap sebanyak-banyaknya apa yang ada pada orang lain dengan tak segan-segan melakukan kekerasan atau membunuh jika dihalangi.
Setelah sifat kebuasannya tersalurkan, meningkat tuntutannya untuk mencari kepuasan yang bukan hanya bersifat materi, tetapi juga yang bergengsi. Pada tingkat ini di mana sifat syaitoniyyah manusia bekerja, dosa yang dilakukan sudah ber “kualitas”, karena didalamnya sudah bergabung kekuatan imajinatif inteleknya dalam menipu, memperdaya orang lain, mempecundangi orang lain, mempermalukan orang lain dan memberontak kepada pihak yang menghalangi keinginannya. Setelah kepuasan “inteleknya” tercapai, tumbuh dorongan dosa yang lebih tinggi, yang bersumber dari sifat ketuhanan manusia, yaitu ingin tetap jaya, top, agung dan berkuasa mutlak.
Inilah biang dan sumber dosa dimana dari sana menyebar dosa-dosa lain, sebagian, dosa yang khas di dalam hati seperti kufur, bid`ah, munafik, menyembunyikan keburukan, sebagian yang lain dosa yang dikerjakan oleh mata dan telinga, sebagian lagi dosa yang dikerjakan oleh lidah (mulut), dan sebagian lagi dosa yang berhubungan dengan perut dan urusan bawah perut, sebagian lagi oleh tangan dan kaki, dan ada juga dosa yang di¬dorong oleh tuntutan tubuh secara keseluruhan.
Post a Comment
Home