Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Monday, July 18, 2011

Mitsaqon Gholidza dan Hubungannya dengan Membangun Ketahanan Keluarga (1)
at 12:04 AM 
Pendahuluan

Akad nikah itu bersifat suci dan mengandung dimensi vertikal disamping horizontal, oleh karena itu meski akad nikah juga merupakan kotrak antara dua pihak, tetapi ia bersifat suci, ilahiyah, dan spiritual. Oleh karena itu tidak dibolehkan adanya nikah muaqqot yang dibatasi oleh waktu sesuai dengan perjanjian. Akad nikah harus berdimensi selama hayat dikandung badan , meski di tengah jalan, agama membolehkan adanya perceraian jika keadaan tidak lagi kondusip untuk meneruskan akad itu. Dari beratnya bobot akad nikah itu maka sebagian ulama menyebutnya sebagai mitsaqon gholidzo, sebagai perjanjian yang dimensinya sangat berbobot. Dari sisi itu maka jika nikah dipandang sebagai ibadah dan mengikuti sunah Rasul maka orang yang menikah dengan niat negatip dihukumi sebagai perbuatan haram.

Problem Mengemudi Bahtera Rumah Tangga
Hidup berumah tangga bagaikan mengemudi bahtera di tengah samudera luas. Lautan kehidupan seperti tak bertepi, dan medan hamparan kehidupan sering tiba-tiba berubah. Memasuki lembaran baru hidup berkeluarga biasanya dipandang sebagai pintu kebahagiaan. Segala macam harapan kebahagiaan ditumpahkan pada lembaga keluarga. Akan tetapi setelah periode “impian indah” terlampaui orang harus menghadapi realita kehidupan. Sunnah kehidupan ternyata adalah “problem”. Kehidupan manusia, tak terkecuali dalam lingkup keluarga adalah problem, problem sepanjang masa. Tidak ada seorangpun yang hidupnya terbebas dari problem, tetapi ukuran keberhasilan hidup justeru terletak pada kemampuan seseorang mengatasi problem. Sebaik-baik mukmin adalah orang yang selalu diuji tetapi lulus terus, khiyar al mu’min mufattanun tawwabun.(hadis). Problem itu sendiri juga merupakan ujian dari Tuhan, siapa diantara ,mereka yang berfikir positip, sehingga dari problem itu justeru lahir nilai kebaikan, liyabluwakum ayyukum ahsanu `amala (Q/67:2) liyabluwakum fi ma a ta kum (Q/6:165)

Awal Akhir Problem Hidup Berumah Tangga
Menurut hadis Nabi, menemukan pasangan yang cocok (saleh/salihah) dalam hidup berumah tangga berarti sudah meraih separoh urusan agama, separoh yang lain tersebar di berbagai bidang kehidupan. Hadits ini mengambarkan bahwa “rumah tangga” itu serius dan strategis. Kekeliruan orientasi, keliru jalan masuk, keliru persepsi, keliru problem solving dalam hidup rumah tangga akan membawa implikasi yang sangat luas. Oleh karena itu problem hidup berumah tanga adalah problem sepanjang zaman, dari sejak problem penyesuaian diri, problem aktualisasi diri, nanti meluas ke problem anak, problem mantu, cucu dan bahkan tak jarang suami isteri yang sudah berusia di atas 60 masih juga disibukkan oleh problem komunikasi suami isteri, hingga kakek dan nenek itu pisah ranjang.
posted by : Mubarok institute
My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger