Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Tuesday, April 21, 2009

Akal dan Kapasitasnya
at 10:38 PM 
Kata akal dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab (al-'aql) yang mengandung arti mengikat atau menahan, tapi secara umum akal dipahami sebagian potensi yang isiapkan untuk menerima ilmu pengetahuan. Dalam psikologi modern akal dipahami sebagai kecakapan memecahkan masalah (problem solving capacity).

Berbeda dengan kalimat al-qalb, dalam al-Qur’an kalimat al-aql tidak pernah disebut dalam bentuk kata benda, tetapi selalu dalam bentuk kata kerja, baik kata kerja fi'madli maupun fi'lmudlari'. Dalam al-Qur'an, kalimat 'aql disebut dalam 49 ayat sebagai contoh, penyebutan al-'aql dalam al-Qur'an adalah seperti yang ada pada surat al-Baqarah / 2:75:

…kemudian mereka palsukan setelah mereka pahami, dan mereka sebenarnya tahu (Q., s. al-Baqarah / 2:75).

Apakah mereka tidak melakukan perjalanan di permukaan bumi dan mereka mempunyai kalbu memahami, atau telinga untuk mendengar: sesungguhnya bukanlah mata yang buta tetapi kalbu di dalam adalah yang buta (Q., s. al-Hajj / 22:42).


Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya bagimu, mudah-mudahan kamu mengerti (Q., s. al-Baqarah / 2:242).

Menurut Lisan al-Arab, al-aql juga berarti menahan, sehingga yang di maksud dengan orang berakal adalah orang yang menahan diri dan mengekang hawa nafsu. Al-Qur’an juga menyebut orang berakal dengan beberapa istilah, seperti (uli-al-nuha) yang berarti orang yang memiliki pencegah atau akal yang mencegah dari keburukan, (ulu al-ilm), orang yang berilmu, (ulu al-albad) orang yang mempunyai saripati akal, (ulu al-abshar), orang yang mempunyai pandangan tajam, dan (dzi hijr), orang yang mempunyi daya tahan.

Dari 49 ayat yang menyebut al-'aql kata ‘aql mengandung pengertian mengerti, memahami dan berpikir. Tetapi pengertian berpikir juga diungkap al-Qur'an dengan kata yang lain, seperti nazhara yang artinya melihat secara abstrak seperti tercantum pada surat-surat (Q., s. Qaf / 50:6-7, Q., s. al-Thariq / 86:5-7, Q., s. al-Ghasyyiah / 88:17-20), tadabara yang artinya merenungkan seperti terdapat dalam surat (Q., s. Shad / 38:29, Q., s. Muhammad / 47:24), tafakara yang artinya berpikir seperti yang ada dalam surat (Q., s. al-Nahl / 16:68-69, Q., s. al-Jatsyiah / 45:12-13), faqih-tafaqqaha yang artinya mengerti Q., s. al-Isra' / 17:44, Q., s. al-Nahl 16:97-98, Q., s. al-Tawbah / 9:12, tadzakkara yang artinya mengikat, memperoleh pengertian, mendapatkan pelajaran, memperhatikan dan mempelajari terdapat pada surat (Q., s. al-Nahl / 16:17 Q., al-Zumar / 39:9, Q., s. al-Dzariyat / 51:47-49), dan kalimat fahima yang artinya memahami, terdapat pada surat (Q., s. al-Anbiya / 21:78-79).

Meskipun banyak istilah dalam al-Qur'an yang berhubungan dengan aktivitas akal, tetapi kata ‘aqala mengandung arti yang pasti, yaitu mengerti, memahami dan berpikir. Hanya saja al-Qur'an tidak menjelaskan bagaimana proses berpikir seperti yang dibahas dalam psikologi, tidak juga membedakan di mana letak daya berpikir dan di mana letak alat berpikir seperti yang dibicarakan oleh filsafat tidak juga menyebut pusat kegiatan berpikir itu di dada atau di kepala, tapi menyebut bahwa qalb yang di dada juga berpikir seperti akal. Hal itu disebutkan antara lain dalam surat al-A'raf / 7:179, dan diisyaratkan dalam surat al-Tawbah / 9:93 dan surat Muhammad / 47:24. Jadi menurut al-Qur'an, aktivitas berpikir atau merasa, bukan hanya menggunakan akal atau hati saja, tetapi kesemuanya akal, nafs, qalb dan bashirah, yang bekerja dalam sistem nafs. Hanya saja al-Qur'an tidak membicarakan teknis kerja sistem nafs secara rinci.

Sementara itu psikologi membahas teknis kerja sistem jiwa dengan kajian yang sudah sangat rinci. Tentang otak misalnya, psikologi membahas anatomi otak sebagai alat berpikir dengan sangat rinci, lengkap dengan pembagian kerjanya. Otak kiri misalnya berkerja untuk hal-hal yang bersifat logis, seperti berbicara, bahasa, hitungan matematika, menulis dan ilmu pengetahuan, sementara otak kanan berkerja untuk hal-hal yang bersifat emosi, seperti seni, apresiasi, intuisi dan fantasi.
posted by : Mubarok institute
My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger