Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Sunday, April 19, 2009

Tingkah laku yang Terkendali
at 8:11 PM 
Surat al-Ra'd / 13:11 mengisyaratkan bahwa perbuatan manusia berhubungan erat dengan apa yang ada dalam nafs mereka. Di balik perbuatan seseorang atau suatu kaum ada sesuatu yang bersifat psikologis yang menentukan keberhasilan atau kegagalannya. Kualitas nilai dari perbuatan itu, apakah bernilai positif atau bernilai negatif juga ditentukan oleh sesuatu itu. Hadits Nabi juga menyatakan bahwa nilai suatu perbuatan bergantung kepada niatnya. Dengan demikian maka sesungguhnya manusia dapat menentukan sendiri apa harus diperbuatnya dan apa yang harus ditolaknya. Hati manusia dapat menolak sesuatu, seperti yang disebut dalam surat al-Tawbah / 9:8 atau secara sengaja melakukan sesuatu seperti yang diisyaratkan surat al-Ahzab / 33:5.

Manusia memiliki kesadaran, akal budi dan kemampuan berkhayal. Dengan kesadaran diri manusia mampu mengenali kekuatan dan kelemahan dirinya, untuk selanjutnya menggunakan kekuatannya unruk menutupi kelemahannya. Dengan akal budi manusia mampu memahami dan menguasai alam serta mengembangkan ilmu dan teknologi yang berguna bagi kemudahan-kemudahan hidupnya. Dengan khayalannya manusia mampu membebaskan diri dari ikatan waktu dan tempat untuk memikirkan masa depan atau membanyangkan hal-hal yang tidak terjangkau oleh panca inderanya. Dengan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya itulah manusia dapat menempatkan dirinya subyek dan obyek sekaligus, satu hal yang tidak bisa dilakukan oleh hewan.

Perwujudan dari kemampuan dan watak individu yang dimiliki oleh manusia dalam proses adaptasinya dengan lingkungan itulah yang disebut kepribadian (personality). Dalam perspektif al-Qur'an tingkah laku manusia yang merupakan wujud dari kepribadiannya sebenarnya merupakan sinergi dari kualitas-kualitas nafs, qalb, 'aql dan bashirah dalam sistem nafs-nya. Jika tingkah laku manusia secara umum dapat disebut sebagai perwujudan dari kepribadiannya, maka sebalikya perbuatan yang dilakukan secara terus menerus oleh seseorang juga mempengaruhi pembentukan kepribadiannya. Kualitas kepribadian manusia tidak terbentuk sekaligus, tetapi terbentuk melalui proses yang panjang, bermodal sifat bawaan sejak lahir yang diwarisi dari agenetika orang tuanya, kemudian terbangun melalui proses penyesuaian diri dengan penglaman hidupnya. Kepribadian setiap orang mengandung keunikan yang membedakannya dari orang lain.

Untuk menilai kualitas tingkah laku manusia, harus dibedakan apakah tingkah laku itu bersifat temperamental atau bersumber dari karakter kepribadiannya. Temperamen merupakan corak reaksi seseorang terhadap berbagai rangkasan yang datang dari lingkungan dan dari dalam dirinya sendiri. Temperamental berhubungan erat dengan kondisi biopsikologi seseorang, sehingga sulit untuk berubah. Temperamen bersifat netral terhadap penilaian baik buruk.

Adapun karakter, ia berkaitan erat dengan penilaian baik buruknya tingkah laku seseorang, yang didasari oleh bermacam-macam tolok ukur yang dianut masyarakatnya. Karakter terbentuk melalui perjalanan hidup seseorang, oleh karena itu ia dapat berubah, sejalan dengan bagaimana ia menilai pengalaman itu. Jika temperamen tidak mengandung implikasi etis, maka karakter justru selalu menjadi obyek penilaian etis. Seseorang boleh jadi memiliki temperamen yang berbeda dengan karakternya. Ada orang yang temperamennya buruk (negatif) tetapi karakternya baik, sebaliknya ada orang yang karakternya buruk, tetapi temperamennya baik. Seseorang yang karakternya buruk akan semakin buruk jika ia juga memiliki temperamen buruk. Sedangkan orang yang karakternya baik tetapi temperamennya buruk biasanya ia segera menyesali dan merasa malu atas tingkah laku buruknya, meskipun hal itu selalu terulang kembali.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian tingkah laku hanya dimungkinkan pada tingkah laku yang bersumber dari karakter, sedangkan tingakh laku yang bersumer dari temperamen pengendaliannya terbatas hanya pada meminimalkan, bukan pada perubahan. Tetapi yang pasti, manusia mempunyai kebebasan untuk memutuskan apakah ia beriman atau ingkar seperti dijelaskan dalam surat al-Kahfi / 18:29.

Ukuran kualitas tingkah laku mausia juga bisa dilihat dari apakah perbuatannya itu bersumber dari fitrahnya atau perbuatan yang sifatnya diusahakan (al-muktasab). Tingkah laku fitrah adalah perbuatan yang sumbernya dari naluri fitrahny, yakni yang berhubungan dengan sistem biopsikologi dan sifat-sifat hereditas dan bawaan sejak lahir. Contoh tingkah laku fitrah adalah cara mengisap susu ibu yang dilakukan oleh bayi, cara bernafas manusia, gerakan refleks seseorang dan tingkah laku lainnya yang sejenis itu.

Dalam hal tingkah laku fitrah, manusia berbuat secara spontan tanpa mempertimbangkan untung rugi maupun tujuan. Meskipun manusia dilahirkan di tempat-tempat yang berjauhan dan berbeda zaman, tetapi tingkah laku fitrahnya sama karena fitrah itu berasal dari Allah SWT dan bersifat baku. Menurut al-Qur'an fitrah manusia itu bersifat menetap, seperti yang tertera dalam surat al-Rum / 30:30. Sedangkan tingkah laku yang diusahakan, al-muktasab, adalah perbuatan yang bersumber dari gabungan pengetahuan dan pengalaman yang dipenjara manusia sejak lahir dan kemudian dijadikan kebiasaan. Dalam melakukan perbuatan ini manusia memperhitungkan untung rugi, baik untung rugi yang bersifat dekat, duniawi, maupun untung rugi yang bersifat jauh ke belakang, ukhrawi, pahala dan dosa.
posted by : Mubarok institute

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger