Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Sunday, May 31, 2015

Logika Terbalik
at 9:47 PM 
Oleh: Prof. Dr. Achmad Mubarok
Kerja keras belum tentu produktif, lihat tukang becak, sungguh ia sudah kerja keras mengayuh becaknya hingga ngos-ngosan keringatan, tetapi hasilnya ternyata tidak memadai. Kerja cerdas lebih produktip, tidak terlalu keringatan tetapi hasilnya bisa jauh lebih banyak. Tetapi banyak juga orang yang sudah kerja cerdas, sudah menghasilkan begitu banyak, segala yang dibutuhkan sudah tersedia, ternyata hidupnya tidak tenang, gelisah dan ujung-ujungnya lari ke narkoba atau mendekam di penjara.  Nah ada jenis kerja lain,yaitu kerja ikhlas. Dapat banyak alhamdulillah, dapat sedikit alhamdulillah, belum dapat, sabar dan berusaha lagi. Seberapapun yang diperoleh dari kerja keras, cerdas dan ikhlasnya, ia bisa menerimanya dengan senang hati, karena ia menyadari bahwa wilayah manusia itu hanya berikhtiar, hanya berusaha, sedangkan hasil, disitu ada tangan Tuhan. Ada orang sudah dapat banyak masih kurang dan hatinya gelisah, makan tak enak tidur tak nyenyak, dimusuhi orang banyak. . Yang lain dapatnya sedikit tetapi ia merasa cukup bahkan masih bisa memberi. Dengan tenang ia menikmati hasil jerih payahnya, damai, harmoni dengan lingkungan dan bahkan dihormati orang lain.

Matematika Bumi vs Matematika Langit

          Menurut hitungan matematis,orang yang punya uang sepuluh juta rupiah kemudian diambil lima juta untuk membantu biaya sekolah anak-anak yatim maka uangnya yang tersisa hanya tinggal lima juta rupiah  Jika  orang itu kemudian  mempunyai pola perilaku tetap yaitu selalu memberikan separoh hasil usahanya untuk membantu orang lain yang kesulitan,maka menurut hitungan matematis ia pasti lambat kayanya dibanding jika ia tidak suka memberi. Jika ia menjadi kaya  10 tahun kemudian,maka logikanya jika tidak suka memberi, ia sudah bisa menjadi orang kaya lima tahun lebih cepat. Tetapi realitas kehidupan sering berbicara lain. Orang yang suka memberi justeru lebih cepat kaya sementara orang yang kikir usahanya sering tersendat-sendat. Sama halnya orang dagang yang selalu mengambil keuntungan dengan margin tertinggi justeru kalah bersaing dengan pedagang yang mengambil keuntungan dengan margin rendah. Kenapa ? karena hidup itu bukan hanya matematis, ada matematika bumi dan ada matematika langit. Orang yang kekeuh dengan hitungan matematis dalam interaksi social tanpa disadari ia justeru kehilangan peluang non teknis yang nilainya tak terukur secara matematis, yaitu berkah. Berkah adalah terdayagunanya nikmat secara optimal. Dari uang lima juta rupiah misalnya  semua terinvestasi tanpa ada sedikitpun kebocoran,sehingga pertumbuhannya konstan. Sedangkan penghasilan yang tidak berkah dapatnya sepertinya banyak,tetapi yang terdayaguna hanya sedikit karena sebagian besar justeru bocor kewilayah-wilayah yang tak ada hubungannya dengan programnya, seperti kecelakaan lalu lintas yang bukan saja ia harus keluar uang banyak untuk berobat tetapi ia juga kehilangan waktu dan kehilangan asset. Lebih parah lagi jika juga harus berurusan dengan hokum.

      Matematika langit mengajarkan bahwa harta itu anugerah Tuhan.  Tuhan menyuruh manusia untuk bekerja keras dan Tuhan akan memberi menurut kehendak Nya sesuai dengan rumus-rumus matematika langit. Zakat misalnya  arti bahasanya adalah suci dan tumbuh,artinya orang yang disiplin membayar zakat hartanya menjadi suci (dari sorotan kedengkian orang miskin) dan hatinya pun menjadi suci (dari keserakahan matematis). Filosofi zakat ialah bahwa di dalam harta si kaya ada hak orang lain (miskin), yang meminta atau yang malu meminta. Jika zakat tak dibayarkan,maka maknanya si kaya memakan hak orang miskin. Zakat diartikan tumbuh artinya harta yang dizakati akan berkembang volume dan maknanya secara sehat. Logiskah ini ?

        Tuhan mengajarkan melalui pohon. Pohon yang secara regular digunting ranting dan daunnya  ia akan tumbuh berkembang secara indah dan berpola, karena dari ranting yang digunting akan tumbuh daun baru yang segar.  Jika pohon itu tak pernah dipotong maka pohon itu terus berkembang tetapi tidak indah, tidak berpola dan bahkan  bisa menjadi pohon besar yang angker. Orang kaya yang pemurah biasanya akrab dengan lingkungan, dicintai dan dihormati orang sekeliling. Orang kaya yang kikir seperti pohon yang angker, orang takut mendekat kecuali yang agak bau-bau pedukunan dan setan. Ketika orang kaya mengalami kecelakaan, rumah terbakar misalnya, maka orang banyak akan sibuk menolongnya. Sebaliknya ketika orang kaya kikir rumahnya kebakaran, orang miskin di sekelilingnya senyum-senyum sambil berkata, nah…… makan lu hartamu

Kearifan Universal dan Kearifan Lokal

        Matematika langit banyak sekali mengajarkan logika terbalik.  Dari nilai-nilai kearifan local (Jawa) misalnya ada ungkapan; wani ngalah luhur wekasane,  orang yang berani mengalah akan terhormat di belakang hari. Kalau menurut matematikabumi, mengalah sama saja dengan kalah, berarti lemah . Tetapi menurut matematika langit,mengalah adalah kekuatan,karena hanya orang kuat yang bisa mengalah. Mengalah berbeda dengan kalah, orang yang bisa mengalah biasanya menang dibelakang, orang yang menang-menangan biasanya akhirnya malah kalah di belakang hari. Nah nilai-nilai kearifan universal banyak sekali dijumpai, di ayat kitab suci, hadis maupun maqalah atau kata-kata mutiara. Berikut ini contohnya;

  • Barang siapa (pemimpin) yang  rendah hati, ia akan diangkat martabatnya oleh Tuhan, dan barang siapa (pemimpin) sombong, ia akan dijatuhkan Tuhan (man tawadlo`a rofa`ahulloh, waman takabbaro wadlo`ahullah/hadis nabi). Sejarah mengajarkan betapa banyaknya penguasa otoriter yang zalim dijatuhkan secara nista oleh rakyatnya, di sisi lain ada Nelson Mandela, dipenjara 27 tahun oleh rezim yang zalim, begitu keluar diangkat menjadi presiden Afrika Selatan oleh rakyat.
  • Cintailah kekasihmu sederhana saja, siapa tahu di belakang hari ia justeru menjadi orang yang paling kau benci, dan bencilah musuhmu sederhana saja, siapa tahu di belakang hari ia justeru menjadi orang yang paling kau cintai (al Gazali)
  • Apa-apa yang kau sukai mungkin berdampak buruk bagimu,dan apa-apa yang kau benci mungkin justeru berdampak positip bagimu (al Qur’an)
  • Jika engkau duduk di bagian belakang,kemudian orang mempersilahkanmu pindah ke depan, itu lebih baik  dibanding jika engkau langsung duduk di bagian depan tetapi kemudian  orang datang meminta maaf kepadamu agar pindah ke belakang karena tempat itu sudah disediakan untuk orang lain yang lebih berhak (Isa al Masih)
  • Jangan menghakimi sesuatu yang nampak buruk, karena yang nampak buruk bisa berubah menjadi baik (husnul khotimah) dan sebaliknya yang nampak baik bisa berubah menjadi buruk (su’ul khotimah). Ulat yang menjijikkan dan serakah memakan daun di pohon ternyata bisa berubah menjadi kupu-kupu yang indah berwarna warni terbang kian kemari.
  • Dalam awal pidato orang terkadang menyapa dengan kalimat , “yang terhormat”, terkadang dengan kalimat “ yang kami hormati”. Orang yang terhormat tetap terhormat meski tidak kami hormati, karena kehormatan seseorang itu menempel pada dirinya. Sedangkan orang yang kami hormati bisa jadi memang orang terhormat, bisa juga bukan orang terhormat, karena ia hanya dihormati karena jabatan formalnya. Begitu lepas jabatan maka tidak ada lagi orang yang menghormatinya karena ia memang bukan orang yang terhormat.
posted by : Mubarok institute

Anonymous Pengobatan Penyakit Bell's Palsy said.. :

It is great to have visited your website. Thanks for sharing useful information. And also visit my website about health. God willing it will be useful too

Pengobatan Penyakit Kusta secara Alami
Obat Disfagia/Susah Menelan Alami
Obat Alami sakit Telapak Kaki
Obat Sakit Kepala Berputar (Vertigo)
Obat Sakit Tumit yang Ampuh
Cara Menghilangkan Tinnitus/Telinga Berdering

6:16 AM  

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger