Sunday, May 31, 2015
Manusia : Makhluk Tak Dikenal
Oleh : Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA
Pendahuluan
Membicarakan
manusia tak akan pernah kurang bahan. Dimensi manusia yang belum terjamah
fikiran manusia masih lebih banyak disbanding yang sudah diketahui. Kajian ini menjadi
lebih menarik karena yang membicarakannya adalah manusia itu sendiri, kita.
Dalam hal ini manusia azdalah subyek dan obyek sekaligus, dan mengapa demikian
juga merupakan bagian dari kerumitan manusia. Mengapa manusia rumit ? karena
manusia adalah tajalli atau perwujudan dari Tuhan Sang Pencipta. Artinya
kehebatan dan kesempurnaan Tuhan antara lain diwujudkan dalam ciptaan yang
rumit itu. Oleh karena itu al Qur’an misalnya menunjuk diri manusia sebagai
bukti bagi orang yang ingin mengetahui Tuhan, wafi anfusikum afala tubshiruun
?artinya; dan didalam dirimu (terdapat banyak tanda-tanda kebesaran Tuhan),
tidakkkah kalian bisa melihat ?(Q/51:21). Judul tersebut diatas termasuk hal
yang menggelitik kita mengetahui maksudnya, karena secara logis kalimat itu
sepertinya tidak benar. Misteri tentang manusia hamper pada semua aspeknya;
fisiknya, kejiwaannya, syarafnyaa, spiritualnya, ruhnya, makna keberadaannya
dan seterusnya.
Mengenal Diri Manusia
Usaha manusia
mengenali dirinya sudah berlangsung sepanjang sejarah kehidupan manusia, baik
melalui filsafat, ilmu jiwa, antropologi maupun agama. Manusia adalah makhluk
berfikir, tetapi fikirannya ternyata tidak menjamin tercapainya kebahagiaan dan
kebenaran. Seorang failasuf bisa
berfikir jauh mengembara sangat jauh, tetap produk pemikiran tetap menyisakan
keraguan, oleh karena itu filsafat menghasilkan kegelisahan, bukan ketentraman.
Psikologi berusaha menggali hokum-hukum kejiwaan yang ada pada manusia agar
bisa memahami perilakunya, karena kata para ahli psikologi, perilaku manusia
adalah gejala dari jiwanya. Tetapi teori-teori psikologi yang dirumuskan oleh
pemikiran juga tidak mendatangkan ketentraman. Dari teori psikoanalisa, ke
behaviourisme, kognitip dan terakhir humanisme menunjukkan adanya perkembangan
pemikiran yang dirasa semakin mendekati kebenaran. Tetapi ketika tumbuh
pemikiran tentang kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, kembali
terasa bahwa kajian psikologi itu masih jauh dari apa yang semestinya digapai.
Apa kata al Qur’an tentang Manusia ?
Al Qur’an secara
garis besar berisi gagasan-gagasan tentang Tuhan, manusia, alam, kenabian,
wahyu dan akhirat. Secara keseluruhan al Qur’an adalah wahyu dari Tuhan,
oleh karena itu seluruh isinya pastilah
benar, tak ada keraguan sedikitpun di dalamnya, la roiba fihi. Jika ada
satu ayat atau kalimat al Qr’an yang terasa tidak masuk akal, hal itu bukan
karena al Qur’an tidak masuk akal, tetapi karena akal kita (yang relatip) untuk
sementara belum dapat menjangkau kebenaran wahyu al Qur’an (yang mutlak).
Tafsir merupakan usaha manusia untuk menggali kandungan al Qur’an. Karena
tafsir merupakan karya manusia maka tingkat kebenaran tafsir bersifat nisbi
atau relatip, oleh karena itu sautu ayat bisa dirafsiri secara berbeda oleh para
ulama. Para ulamapun menyadari bahwa penafsirannya belum tentu benar, oleh
karena itu mereka selalu mengakhiri tafsienya dengan kalimat wallohu a`lamu
bssawab, artinya bahwa hanya Allohlah yang lebih mengetahui mana yang benar.
Secara metodologis, kualitas tafsir bertingkat-tingkat-tingkat, yang tertinggi
adalah tafsi al Qur’an bil Qr’an, yakni menafsirkan ayat al Qur’an dengan
ayat yang lain. Kedua tsfsir al Qur’an
dengan sunnah, dan ketiga tafsir Qur’an derngan
pendapat para sahabat Nabi, ke empat, tafsir al Qur’an dengan bahasa, dengan ilmu pengetahuan dan dengan
isyarat (tafsir sufi). Kebenaran al Qur’an tidak cukup disikapi dengan akal,
tetapi harus dengan iman.
Gagasan Tentang Manusia disebut al Qur’an meliputi proses
kejadiannya, kejadian awal maupun proses reproduksinya, ruhn ya, kejiwaannya
(nafsaniyahnya), tyhpologinya, perilakunya dalam sejarah (sunnatulloh
kehidupan) maupun akhir kesudahannya, yakni kehidupan setelah kematiannya
(akhirat). Manusia disebut al Qur’an
dengan nama basyar, insane dan bani Adam. Basyar adalah manusia dilihat dari
aspek fiszik dan kesamaannya dengan manusia yang lain sebagai kesatuan.
Sedangkan insane adalah manusia sebagaa makhluk psikologis. Dari segi bahasa, insan
berasal dari kata nasiya yansa yang
artinya lupa, dari kata ‘uns yang artinya mesra, dan dari kata nasa yanusu yang
artinya bergejolak. Jadi manusia adalah makhluk psikologhis yang memiliki
tabiat pelupa, memiliki kemesraan dan memiliki potensi bergejolak. Typologi
psikologis manusia adalah berada antara titik ekrim sadar hingga lupa, benci hingga mesra, dan
antara tenang hgingga bergejolak.
Manusia antara Terkenal dan Tidak Dikernal.
Dalam dimensi
duniawi, manusia jelas dikenal, tetapi pengenalan atau ilmu pengetahuan tentang manusia oleh manusia tidak semaju
ilmu penmgetahuan terhadap yang lain.
Kajian tentang fisik manusia saja hingga
hari ini belum tuntas, apalagi kajian t5entang hakikat manusia. Menurut Dr. Alexsis Careel, pertanyaan tentang manusia pada
hakikatnya hingga kini tetap tanpa jawaban.
Ayat pertama al
Qur’an surat al Insan berbunyi; hal ata `alal insxani hinun min addahri lazm
yakun syaian madzkura, artinya : telah datang pada manusia suatu masa
dimana ia adalah bukan sesuatu yang dapat disebut. Jika kita ditanya, 200 tahun yang lalu anda berada dimana ? maka
tidak ada jawaban kecuali mengatakan bahwa ketika itu anda belum bisa dsisebut
keberadaannya, bahkan “bahan” nya dimana juga tidak tahu. Apakah hal itu
berarti anda belum ada ?
Dalam perspektip
Tuhan, 100 tahun yang lalu, 200 tahun yang lalu, anda sudah ada, kelaminnya ,
jumlah saudaranya, nasibnya dan akhir kesudahannya kesemuanya sudah adaa pada
ilmu Tuhan. Demikian juga berapa cucu anda kelak, juga sudah ada pada ilmu
Tuhan siapa Presiden RI yang ke delapan, ke Sembilan dana seterusnya. Jadi
seoran g presiden yang bernama Jokowi miszalnya, adakah diantara kita yang
sudah mengenalnya 100 tahun sebelum kelahirannya ?. Demikian juga siapa yang
tahu bagaimana kita nanti sesudah mati
?. Itulah makna bahwa di satu sisi manusia adalah makhluk yang tidak dikenal,
misterinya belum terkuak nyata. Adakah anda mengenal diri anda ?
Jika seseorang
mati, ia disebut telah meninggal atau berpulang ke rahmatullah. Apakah orang
yang telah mati berarti telah hilang eksistensinya ? bagaimana dengan sorga dan
neraka ?.....masih banyak lagi aspek manusia yang belum dikenal.
1 comment
Post a Comment