Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Sunday, May 31, 2015

Manusia : Makhluk Tak Dikenal
at 9:57 PM 

Oleh : Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA

Pendahuluan
       Membicarakan manusia tak akan pernah kurang bahan. Dimensi manusia yang belum terjamah fikiran manusia masih lebih banyak disbanding yang sudah diketahui. Kajian ini menjadi lebih menarik karena yang membicarakannya adalah manusia itu sendiri, kita. Dalam hal ini manusia azdalah subyek dan obyek sekaligus, dan mengapa demikian juga merupakan bagian dari kerumitan manusia. Mengapa manusia rumit ? karena manusia adalah tajalli atau perwujudan dari Tuhan Sang Pencipta. Artinya kehebatan dan kesempurnaan Tuhan antara lain diwujudkan dalam ciptaan yang rumit itu. Oleh karena itu al Qur’an misalnya menunjuk diri manusia sebagai bukti bagi orang yang ingin mengetahui Tuhan, wafi anfusikum afala tubshiruun ?artinya; dan didalam dirimu (terdapat banyak tanda-tanda kebesaran Tuhan), tidakkkah kalian bisa melihat ?(Q/51:21). Judul tersebut diatas termasuk hal yang menggelitik kita mengetahui maksudnya, karena secara logis kalimat itu sepertinya tidak benar. Misteri tentang manusia hamper pada semua aspeknya; fisiknya, kejiwaannya, syarafnyaa, spiritualnya, ruhnya, makna keberadaannya dan seterusnya.

Mengenal Diri Manusia
       Usaha manusia mengenali dirinya sudah berlangsung sepanjang sejarah kehidupan manusia, baik melalui filsafat, ilmu jiwa, antropologi maupun agama. Manusia adalah makhluk berfikir, tetapi fikirannya ternyata tidak menjamin tercapainya kebahagiaan dan kebenaran.  Seorang failasuf bisa berfikir jauh mengembara sangat jauh, tetap produk pemikiran tetap menyisakan keraguan, oleh karena itu filsafat menghasilkan kegelisahan, bukan ketentraman. Psikologi berusaha menggali hokum-hukum kejiwaan yang ada pada manusia agar bisa memahami perilakunya, karena kata para ahli psikologi, perilaku manusia adalah gejala dari jiwanya. Tetapi teori-teori psikologi yang dirumuskan oleh pemikiran juga tidak mendatangkan ketentraman. Dari teori psikoanalisa, ke behaviourisme, kognitip dan terakhir humanisme menunjukkan adanya perkembangan pemikiran yang dirasa semakin mendekati kebenaran. Tetapi ketika tumbuh pemikiran tentang kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, kembali terasa bahwa kajian psikologi itu masih jauh dari apa yang semestinya digapai.

Apa kata al Qur’an tentang Manusia ?
       Al Qur’an secara garis besar berisi gagasan-gagasan tentang Tuhan, manusia, alam, kenabian, wahyu dan akhirat. Secara keseluruhan al Qur’an adalah wahyu dari Tuhan, oleh  karena itu seluruh isinya pastilah benar, tak ada keraguan sedikitpun di dalamnya, la roiba fihi. Jika ada satu ayat atau kalimat al Qr’an yang terasa tidak masuk akal, hal itu bukan karena al Qur’an tidak masuk akal, tetapi karena akal kita (yang relatip) untuk sementara belum dapat menjangkau kebenaran wahyu al Qur’an (yang mutlak). Tafsir merupakan usaha manusia untuk menggali kandungan al Qur’an. Karena tafsir merupakan karya manusia maka tingkat kebenaran tafsir bersifat nisbi atau relatip, oleh karena itu sautu ayat bisa dirafsiri secara berbeda oleh para ulama. Para ulamapun menyadari bahwa penafsirannya belum tentu benar, oleh karena itu mereka selalu mengakhiri tafsienya dengan kalimat wallohu a`lamu bssawab, artinya bahwa hanya Allohlah yang lebih mengetahui mana yang benar. Secara metodologis, kualitas tafsir bertingkat-tingkat-tingkat, yang tertinggi adalah tafsi al Qur’an bil Qr’an, yakni menafsirkan ayat al Qur’an dengan ayat  yang lain. Kedua tsfsir al Qur’an dengan sunnah, dan ketiga tafsir Qur’an derngan  pendapat para sahabat Nabi, ke empat, tafsir al Qur’an dengan  bahasa, dengan ilmu pengetahuan dan dengan isyarat (tafsir sufi). Kebenaran al Qur’an tidak cukup disikapi dengan akal, tetapi harus dengan iman.

Gagasan Tentang Manusia disebut al Qur’an meliputi proses kejadiannya, kejadian awal maupun proses reproduksinya, ruhn ya, kejiwaannya (nafsaniyahnya), tyhpologinya, perilakunya dalam sejarah (sunnatulloh kehidupan) maupun akhir kesudahannya, yakni kehidupan setelah kematiannya (akhirat).  Manusia disebut al Qur’an dengan nama basyar, insane dan bani Adam. Basyar adalah manusia dilihat dari aspek fiszik dan kesamaannya dengan manusia yang lain sebagai kesatuan. Sedangkan insane adalah manusia sebagaa makhluk psikologis. Dari segi bahasa, insan berasal dari kata  nasiya yansa yang artinya lupa, dari kata ‘uns yang artinya mesra, dan dari kata nasa yanusu yang artinya bergejolak. Jadi manusia adalah makhluk psikologhis yang memiliki tabiat pelupa, memiliki kemesraan dan memiliki potensi bergejolak. Typologi psikologis manusia adalah berada antara titik ekrim  sadar hingga lupa, benci hingga mesra, dan antara tenang hgingga bergejolak.

Manusia antara Terkenal dan Tidak Dikernal.

       Dalam dimensi duniawi, manusia jelas dikenal, tetapi pengenalan atau ilmu pengetahuan  tentang manusia oleh manusia tidak semaju ilmu penmgetahuan terhadap  yang lain. Kajian tentang fisik manusia saja  hingga hari ini belum tuntas, apalagi kajian t5entang hakikat manusia. Menurut Dr. Alexsis  Careel, pertanyaan tentang manusia pada hakikatnya hingga kini tetap tanpa jawaban.
       Ayat pertama al Qur’an surat al Insan berbunyi; hal ata `alal insxani hinun min addahri lazm yakun syaian madzkura, artinya : telah datang pada manusia suatu masa dimana ia adalah bukan sesuatu yang dapat disebut. Jika kita ditanya,  200 tahun yang lalu anda berada dimana ? maka tidak ada jawaban kecuali mengatakan bahwa ketika itu anda belum bisa dsisebut keberadaannya, bahkan “bahan” nya dimana juga tidak tahu. Apakah hal itu berarti anda belum ada ?

       Dalam perspektip Tuhan, 100 tahun yang lalu, 200 tahun yang lalu, anda sudah ada, kelaminnya , jumlah saudaranya, nasibnya dan akhir kesudahannya kesemuanya sudah adaa pada ilmu Tuhan. Demikian juga berapa cucu anda kelak, juga sudah ada pada ilmu Tuhan siapa Presiden RI yang ke delapan, ke Sembilan dana seterusnya. Jadi seoran g presiden yang bernama Jokowi miszalnya, adakah diantara kita yang sudah mengenalnya 100 tahun sebelum kelahirannya ?. Demikian juga siapa yang tahu  bagaimana kita nanti sesudah mati ?. Itulah makna bahwa di satu sisi manusia adalah makhluk yang tidak dikenal, misterinya belum terkuak nyata. Adakah anda mengenal diri anda ?

       Jika seseorang mati, ia disebut telah meninggal atau berpulang ke rahmatullah. Apakah orang yang telah mati berarti telah hilang eksistensinya ? bagaimana dengan sorga dan neraka ?.....masih banyak lagi aspek manusia yang belum dikenal.
posted by : Mubarok institute

Anonymous Qassim said.. :

I believe that there are wonderful business opportunities in Dubai. Also it is a wonderful place to live.

1:26 AM  

Post a Comment

Home

My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger