Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Wednesday, November 26, 2008

Mohon Maaf
Assalamu'alaikum Pembaca Setia Blog Mubarok Institute.

mohon maaf kemaren ada yang mengirimkan email dengan atas nama Ayu Azhari (apakah ini yang artis itu ya?) juga email mengenai Ibadah haji, yang terdelete tidak sengaja. mohon kiranya berkenan mengirimkan email kembali kepada Prof. Achmad Mubarok di achmad.mubarok@yahoo.com

Read More
posted by : Mubarok institute

Thursday, November 20, 2008

Ilmu Tafsir & Metodologi
Secara umum Ilmu tafsir adalah ilmu yang bekerja untuk mengetahui arti dan maksud dari ayat-ayat al Qur’an. Pada waktu Nabi Muhammad masih hidup, beliau sendiri yang menjelaskan apa maksud dari ayat Al Qur’an, maka hadis Nabi disebut sebagai penjelasan dari al Qur’an. Setelah Nabi wafat, para sahabat berusaha menerangkan maksud al Qur’an bersumber dari pemahaman mereka terhadap keterangan nabi dan dari suasana kebatinan saat itu. Pada masa dimana generasi sahabat sudah tidak ada yang hidup, maka pemahaman al Qur’an dilakukan oleh para ulama, dengan interpretasi. Ketika itulah tafsir tersusun sebagai ilmu.

Metodologi
Secara garis besar, metodologi tafsir dapat dibagi menjadi dua, yaitu tafsir bil ma`tsur dan tafsir bir ra’yi. Tafsir bil ma’tsur adalah tafsir yang berusaha memahami maksud al Qur’an dengan mengikuti riwayat pemahaman, yakni dengan memperhatikan apa pendapat generasi pertama dan apa pendapat generasi kedua dan seterusnya hingga sampai kepada kita. Sedangkan tafsir birra’yi adalah tafsir yang berusaha memahami maksud al Qur’an dengan menggunakan “logika”, yakni dengan akal. Dari itu maka kajian bahasa, kajian sejarah dan kajian lain yang relefan digunakan sebagai pisau analisa terhadap al Qur’an. Disamping tafsir, masih ada yang namanya ta’wil, yaitu memahami teks al Qur’an dengan makna lain yang bisa dihubungkan. Tafsir sufi misalnya banyak menggunakan ta`wil, maka disebut tafsir isyary, yakni menafsirkan kalimat al Qur’an dengan isyarat-isyarat batin. Pada abad 20 muncul metode baru, yakni tafsir tematik atau tafsir maudlu`i, yakni tafsir yang berusaha mencari apa konsep al Qur’an tentang tema tertentu, misalnya judul buku saya ; Jiwa dalam Al Qur’an, atau konsep keluarga sakinah menurut al Qur’an, atau Konsep Masyarakat menurut al Qur’an, dan sebagainya.


Meskipun setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahan, tetapi dari ragam metodologi penafsiran, kemudian dapat ditentukan ranking kualitas tafsir. Para ulama tafsir sepakat bahwa ranking derajat tafsir adalah sebagai berikut;

1. Tafsir yang tertinggi kualitasnya adalah tafsir yang dilakukan dengan ayat al Qur’an, tafsir al Qur’an bi al Qur’an, yakni menafsirkan ayat al Qur’an dengan ayat sebelum atau sesudahnya atau ayat di tempat lain. Misalnya tafsir tentang sirathal mustaqim.

2. Derajat kedua adalah Tafsir al Qur’an dengan hadis Nabi, karena Nabi Muhammad adalah manusia yang dinilai paling mengetahui tentang maksud suatu ayat, misalnya tafsir tentang salat.

3. Tafsir al Qur’an dengan atsar, yakni pendapat sahabat-besar (Abu Bakar, Umar cs.) karena kedekatan dan frekwensi perrgaulan mereka dengan Nabi dinilai menjamin tingkat pemahaman yang tinggi.

4. Tafsir al Qur’an dengan ilmu bahasa

5. Tafsir al Qur’an dengan ilmu pengetahuan.

6. Dst yang mungkin akan lahir di masa depan.

Read More
posted by : Mubarok institute

Monday, November 10, 2008

Memahami Amrozi
Amrozi dan dua temannya sudah dieksekusi dan sudah berada di alam sana. Apakah ia diterima Tuhan sebagai pembunuh atau pejuang tidak ada yang bisa mengkomfirmasi. Tetapi perdebatan tentang Amrozi sejak ia menerima vonis hukuman mati dengan tersenyum hingga pelaksanaan eksekusi mati yang terkesan tertunda-tunda, bahkan pada bagaimana ekpressi masyarakat mengantar ke liang kubur masih meninggalkan kesan kontroversi, sesungguhnya Amrozi dan kawan-kawannya itu pelaku terorisme atau korban konspirasi global Negara Barat khususnya Amerika (dan Israel) berkaitan dengan politik hegemoni sumber energi. Hingga kini, yang belum terjawab tuntas dari fakta lapangan adalah , benarkah bom Bali yang sangat dahsyat dan “bernuklir” itu produk rakitan Amrozi ? Jika iya,maka betapa luar biasanya kepandaian Amrozi yang menyamai Amerika, Jerman, dan Israel, yang sudah barang tentu menjadi lebih hebat dibanding Pindad. Sampai hari ini belum ada yang bisa menjelaskan hal ini dengan argument yang logis. Jika bom dahsyat itu bukan produk Amrozi,lalu siapa yang naroh disitu,numpang dua bom rakitan Amrozi ?

Bagi orang yang sudah biasa menggunakan logika spionase, mudah saja menjawab pertanyaan itu, karena infiltrasi dalam aksi spionase merupakan hal yang lumrah dan bahkan wajib. Jejak teror dalam perang spionase selalu dicitrakan sebagai perbuatan musuhnya, yang hasilnya akan digunakan sebagai pembenaran atas aksi balasan terbuka dalam skala besar.

OK, Amrozi sudah almarhum, tapi mari kita coba untuk memahami, siapa sesunguhnya Amrozi dan mengapa ia menjadikan Bali sebagai sasaran tembakan aksinya. Ketika saya dikukuhkan sebagai gurubesar Psikologi Islam di Fakultas Psikologi UIN , kebetulan saya menulis pidato dengan judul, Pencegahan Terorisme dengan Pendekatan Indigenous Psychology. Tak disangka, pasca pidato pengukuhan saya banyak sekali dihubungi orang berkaitan dengan terorisme. Saya jadi kenal pak Arsyad Mbay dari desk terorisme menko Polkam. Radio Suara Amerika bahkan empat kali melakukan wawancara dengan saya setiap kali ada issue terorisme. Saya bahkan dihubungi oleh ”orang” yang menurut pengakuannya disuruh oleh Dr.Azhari, dimana ia katanya ingin berjumpa dengan saya dengan maksud ingin menyampaikan pesan kepada Bapak Presiden SBY bahwa Dr Azhari tidak sedang memusuhi Indonesia, tetapi memusuhi Amerika. Lebih dari 30 kali SMS saya terima dari ”Dr. Azhari”, tetapi tak pernah bisa di konfirmasi. Kenapa harus menyebut Dr.Azhari ?,karena untuk bisa memahami Amrozi, sosok Dr.Azhari bisa menjad ibandingan.

Amrozi pemuda lembut dari Trenggulun, tetapi jiwanya sudah menyatu dengan mujahidin Afgan ketika ia berada di Malaysia. Malaysia memang simpang lalulintas “mujahidin”,baik mujahidin ke Afgan,Moro, Thailan Selatan, Bosnia, Chehnya maupun GAM. Ketika Uni Sovyet menduduki Afganistan, datanglah mujahidin dari banyak negeri Islam termasuk dari Indonesia ke Afganistan dengan missi jihad mengusir tentara kafir dari negeri Islam. Amerika yang musuhnya Uni Sofyet memandang kedatangan mujahidin dari seluruh negeri Islam sebagai partner. Maka di Peshawar Pakistan, dengan instruktur dari CIA (Amerika) dibantu M 16 (Ingris), ISI (pakistan) dan didanai oleh Arab Saudi, didirikanlah pusat pelatihan mujahidin Afgan dan non Afgan. Lebih dari 100 ribu mujahidin digembleng disitu dan dilatih menggunakan senjata-senjata canggih. Peshawar bukan hanya pusat latihan mujahidin, tetapi juga menjelma menjadi semacam kampus fundamentalisme.Di situ berkumpul para pejuang dari berbagai negeri Islam yang siap mati demi kejayaan Islam universal.. Mereka berkumpul tidaklagi menggunakan identitas negeri, tetapi sudah denganidentitas Islam mujahidin.

Ketika tentara Uni Sovyet berhasil diusir dari Afganistan, para mujahidin merasa merekalah yang mengusirnya, tetapi Amerika yang melatih merasa Amerikalah yang berhasil mengalahkan Uni Sovyet. Perasaan berhasil dalamdiri mujahidin membuat mereka memiliki konsep diri positip, yaitu bahwa dengan jihad, negara superpower seperti Uni Sovyetpun dapat dikalahkan. Oleh karena itu seusai Afganistan, gelombang mujahidin merasa terpanggil untuk berjihad dimanapun orang Islam teraniaya. Mereka ada yang pergi ke Bosnia, keChehnya, ke Philipina Selatan (Moro). Mujahidin asal Indonesia juga sigap-ke Ambon dan Poso ketika masyarakat muslim dipojokkan disana.

Ketika Amerika melakukan politik standar ganda dan memborbardir banyak negeri Islam, alumni mujahidin Afgan termasuk Imam Samudera berbalik arah melawan Amerika yang semula menjadi pelatihnya di Peshawar. Ketika Presiden Bush mengancam akan mengejar teroris dimanapun ia berada, maka mujahidin juga menjawab sebanding, mereka akan mengganggu kepentingan Amerika di negeri manapun. Di Malaysia, kelompok Mujahidin memang menemukan lahan yang menarik,karena dari sana mereka juga lebih mudah pergi ke Libya, dan ketika itu Muammar Gadafi memang musuh kentalnya Amerika. Amrozi meski tidak ikut ke Afganistan, tetapi ia sudah larut dalam psikologi mujahidin karena diMalaysia mereka berada dalam satu komunitas..

Perang antara Amerika dan Mujahidin akhirnya menjadi perang global. Amrozi dan Imam Samudera tidak lagi merasa menjadi orang Indonesia, tetapi sebagai bagian dari muslimdunia yang sedang berhadapan dengan super power Amerika. Psikologi perang itu berbeda dengan psikologi damai. Di Basrah Irak, pesawat super modern Amerika langsung menembak sebuah mobil bak yang sedang membawa tiang listrik , karena dalam pandangan mata pilot yang sedang perang, tiang listrikitu adalah moncong meriam tank, padahal teknologi sudah sangat modern.

Begitupun Amrozi cs, pertama ia berperang dengan orang Amerika, berikutnya, semua orang kulit putih dipersepsi sebagai Amerika,’. Karena di Amerika kebanyakan orang penganut Keristen, makaorang Kristen Indonesia juga dipersepsi sebagai kaki kaki tangan msuh. Begitulah psikologi orang perang, hingga mereka tidakbisa membedakan antara orang Amerika dengan orang Australia.

Sesungguhnya perang antara Amerika dengan mujahidin adalah perang antara dua terors,yang satu teroris besar yang dijalankan oleh negara, melawan teroris terpojok dengan senjata apaadanya.

Pertemuan team asistensi PBB di Jakarta yang ditugasi membuat definisi terorisme akhirnya gagal mendefinisikan,karena setelah disebut ciri teroris adatiga;Pertama mereka menyebarkan rasa takut kepada publik, Kedua menghancurkan infrastruktur publik,seperti gedung dan jembatan, Ketiga menimbulkan korban tak berdosa dalamjumlah yang sangat besar. Dari tiga ciri itu ternyata teroris yang palimng besar adalah Amerika Serikat. Wajarlah jika orang Amerika muak melihat Bush dan lebih suka memilih Obama Barack yang kulit hitam. Jadi siapaAmrozi ?silahkan di renung sendiri.

Read More
posted by : Mubarok institute

Thursday, November 06, 2008

Insyaf
Kota Jakarta menjelang tahun 1970 digegerkan oleh prestasi penjahat yang bernama Taufik. Menurut catatan polisi ia telah merampok lebih dari 100 kali, tetapi yang aneh tidak seorangpun korbannya yang dilukai. Menurut laporan korban, penjahat itu sangat sopan dan tidak ada tampang kriminil. Ia selalu menyapa korban dengan sopan dan mengucapkan terima kasih setelah berhasil merampok.

Terkadang jika merampok di jalan, ia menanyakan apakah masih ada uang untuk ongkos pulang, jika tidak punya maka perampok itu memberikan uang seperlunya.

Penulis bertemu perampok itu di ruang tahanan Brimob Kwitang. Ketika itu ia sedang memberi nasehat kepada anak-anak remaja keluarga Brimob yang berdiri di depan ruang tahanan itu, dan nasehatnyapun sungguh baik sekali. Terkadang orang dapat mendengarnya sedang mengaji al Qur'an di sel tahanannya itu.

Dari pemberitaan koran diketahui bahwa Taufik dahulunya adalah seorang guru SMP di Nusa Tenggara Barat, dan termasuk guru yang dedikatip serta disukai masyarakat. Mengapa ia sampai terjerumus ke dalam profesi perampok, kata koran, disebabkan karena kecewa pada sistem. Setiap kali ia mengurus kenaikan pangkat, ia selalu terbentur kepada persoalan bahwa ia harus memberikan sejumlah uang kepada atasannya. Berkali-kali ia mengurus selalu terhambat masalah yang sama, padahal ia tidak memiliki uang yang diminta, sementara menurut penglihatannya, atasannya itu hidup berkecukupan, bukan orang yang kekurangan uang.

Dari pengalaman pahit itu kemudian tertanam perasaan dendam, dendam kepada semua orang yang berkecukupan. Ia tinggalkan pekerjaanya sebagai guru, dan sebagai gantinya ia merampok siapa saja yang nampak hidup berkecukupan. Ia merasa mewakili kelompok orang lemah yang tertindas, merampas harta orang-orang yang hidup berkecukupan. Di matanya, harta orang yang hidup berkecukupan itu pasti berasal dari pemerasan terhadap orang lemah seperti yang dilakukan oleh atasannya ketika ia masih menjadi guru.

Meskipun ia menjadi perampok, nampaknya karakternya sebagai guru yang ramah dan sopan tidak hilang, sehingga dari seratus lebih korbannya, tak satupun yang dilukai. Belakangan diberitakan bahwa uang hasil rampokannya itupun tidak digunakan untuk foya-foya sendiri, tetapi dikirimkan secara rahasia kepada teman-temannya sesama kaum tertindas.

Pada dasarnya Taufiq bukanlah penjahat, tetapi pengalaman pahitnya membuatnya gelap, dan karena ia tidak dapat mengambil hikmah dari pengalaman itu maka ia kemudian salah jalan. Untunglah ia kemudian tertangkap dan dipenjara. Di dalam penjara konon ia menjadi narapidana teladan, karena di sana ia benar-benar bertaubat.
Jika ada orang bertaubat, yang senang bukan hanya yang bersangkutan, tetapi bahkan Tuhan lebih antausias untuk menerima taubatnya itu.

Nabi pernah bersabda dalam sebuah hadis Qudsi yang menceriterakan bahwa:

artinya : Sungguh Allah lebih gembira terhadap taubat hambanya ketika ia sedang bertaubat, lebih besar dibanding gembiranya orang yang menemukan kembali kendaraannya yang hilang. Dicontohkan; seseorang sedang dalam perjalanan jauh di tengah padang pasir, tiba-tiba ontanya hilang berikut perbekalan yang ada diatasnya, maka ia putus asa untuk dapat meneruskan perjalanan, sehingga ia tiduran saja di tempat yang agak teduh tanpa ada harapan sedikitpun untuk dapat menemukan kembali ontanya. Tiba-tiba di tengah-tengah keputusannya ontanya sudah kembali berdiri dihadapannya, maka saking gembiranya ia memegang kendalinya dan berkata: Ya Allah Engkau benar-benar hambaku dan aku adalah tuhanmu, ia berkata terbalik karena sangat gembira menemukan kembali ontanya. H.R. Muslim. (Nah, Tuhan gembira melihat hambanya bertaubat melebihi kegembiraan orang yang menemukan ontanya itu).

Read More
posted by : Mubarok institute
My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger