Center For Indigenous Psychology (Pusat Pengembangan Psikologi Islam) diasuh oleh: Prof. DR Achmad Mubarok MA, Guru Besar Psikologi Islam UI, UIN Jakarta, UIA

Wednesday, November 29, 2006

Sopan Santun Yang Terjaga
Manusia adalah makhluk yang memiliki kepekaan sosial, yang perilakunya disesuaikan dengan apa yang dipandang sebagai harapan orang lain. Perilaku seseorang di depan orang sakit pasti berbeda dengan ketika di depan orang sehat. Demikian juga ketika berada di depan orang tua, berbeda perilakunya dengan ketika berada di tengah teman sebaya.

Manusia mengenal apa yang dipandangnya sebagai kepantasan, sebagai kepatutan. Itulah yang disebut sebagai sopan santun, sebagai etiket. Sopan santun (adab) adalah akhlak yang bersifat lahir. Ada orang yang sangat sopan padahal hatinya jahat, disamping ada orang yang wajahnya garang tetapi hatinya lembut. Penipu biasanya membungkus aksinya dengan sopan santun. Meski begitu, secara umum, sopan santun merupakan cermin dari kehalusan budi pekerti . Orang bodoh yang sopan lebih disukai dibanding orang pandai yang tidak punya sopan santun. Sungguh beruntung orang yang masih bisa memelihara sopan santunya dalam pergaulan.


Read More
posted by : Mubarok institute
Akal Yang Orisinal
Memang orang boleh berbangga jika masih memi­liki akal yang orisinil. Akal adalah problem solving capasity yang berfungsi untuk berfikir. Dengan fikirannya itulah manusia bisa mengatasi masalah, bisa menjawab pertanyaan, bisa nengambil keputusan dan bisa melakukan berbagai kreatifitas. Akal itulah yang membuat manusia berbeda dengan hewan.


Secara filosofis, manusia adalah hewan yang berfikir, haya­wanun natiqun, jika hilang akalnya maka yang ada tinggal hewannya. Akal adalah subsistem dari jiwa yang fungsinya berfikir, merasa dan berkehendak. Akal bisa menemukan kebenaran tetapi tidak me­nentukannya, karena jika ada seribu orang maka ada seribu kebenaran. Kebenaran menurut akal maling berbeda dengan kebenaran menurut akal polisi. Kebenaran menurut akal terdakwa berbeda dengan menurut akal jaksa dan hakim. Akal yang orisinil adalah akal yang berfikir dan keputusannya konsisten mengikuti logika kebenaran, tidak terkontaminasi oleh kepentingan. Akal yang prima menurut mufassir Fahruddin ar Razi dalam tafsir al Kabir disebut al ‘aql as salim, dan itulah nurani.

Read More
posted by : Mubarok institute
enam kebanggaan
Manusia adalah makhluk yang berkesadaran, oleh karena itu lazimnya setiap orang menyadari betul apa yang dimilikinya, apa yang bisa diberdayakan untuk kehidupan, apa yang harus diperbaiki dan apa yang harus dibuang. Secara fitri manusia adalah makhluk yang memiliki tabiat berkompetisi di samping tabiat koperatif. Orang yang akhlaknya rendah, ia akan melakukan segala cara dalam berkompetisi, meski cara yang haram sekalipun, karena ia hanya bisa berbangga dengan apa yang dianggap sebagai kesuksesan. Bagi orang yang berakhlak tinggi, ukuran kesuksesan bukan pada kemenangan itu sendiri, tetapi sebangun dengan bagaimana cara memperolehnya.

a
Baginya, kalah terhormat lebih membanggakan dibanding keme­nangan dengan curang. Kesuksesan dalam kompetisi di satu sisi diwujudkan dalam bentuk jabatan, harta, dukungan, prestasi, akreditasi, di sisi lain juga diwujudkan dalam ukuran konsistensi, morality, kejujuran, kesederhanaan dan keadilan. Berkompetisi secara fair akan melahirkan budaya koperatif, sementara berkompetisi secara curang akan melahir­kan budaya kanibalistik.

Empat tahun era refor­masi telah mengantarkan kita pada perasaan dehu­manisasi, perasaan ke­manusiaan yang compang-camping sehingga kita kehilangan kebanggaan atas apa yang kita miliki. Jabatan publik seperti Menteri, Gubernur, Hakim atau anggauta Parlemen, ternyata tidak sebangun dengan citra putra-putra terbaik bangsa. Apa yang dapat dibang­gakan dari jabatan publik yang berlu­muran dengan suap, kolusi, mafia hukum dan se­gala coreng-moreng. Gelar aka­demik yang ting­gi, apa­lagi yang sekedar gelar ke­hor­matan (Hon.) yang di­beli, juga tidak sebangun dengan kearifan, kecerdasan dan integritas. Apa yang dapat dibanggakan dari orang yang menyandang gelar akademik tinggi tetapi sering melakukan kebodohan secara telanjang. Keberhasil­an dalam bisnis ternyata juga tidak sebangun dengan kesejahteraan masya­rakat.

Apa yang dapat dibang­gakan dari konglomerat yang sukses membobol keuangan negara puluhan trilyun rupiah, yang pelunasannya dipikulkan kepada rakyat miskin? Bahkan gelar sosial keagamaan ter­nyata juga tidak sebangun dengan kesalehan dan keteladanan. Apa yang dapat dibanggakan dari seorang yang menyandang gelar agamawan tetapi perilakunya hanya menjadi tontonan, bukan tuntunan? Lalu apa yang masih bisa kita banggakan?

Bertanya Kepada Rumput Yang Bergoyang
Tuhan memberikan petunjuk kepada manusia melalui berbagai saluran. Pertama dan tertinggi adalah wahyu, dalam hal ini bagi orang Islam adalah Al Qur’an dan kemudian dijelaskan oleh hadis Nabi. Al Qur’an adalah petunjuk bagi orang yang percaya (Q/2:97), petunjuk bagi orang yang patuh dan takwa, hudan lil muttaqin (Q/2;2). Bagi orang yang tidak percaya, al Qur’an tak berfungsi apa-apa (Q/2;6). Petunjuk Tuhan juga disampaikan melalui sunnatullah (hukum alam) pada alam semesta dan pada sejarah manusia, karena sunnatullah itu konsisten bagaikan hukum besi yang tak bisa ditawar dan diganti. (Q/35:43). Oleh karena itu orang yang pandai menangkap fenomena alam dan sejarah, yang mau belajar kepada alam dan sejarah manusia, ia bisa menjadi cerdas, bukan saja bisa menerangkan makna kejadian, tetapi juga mampu memprediksinya.

Dalam perspektif inilah maka sepanjang sejarah kemanusiaan selalu saja muncul orang bijak dengan kata-kata mutiaranya, muncul hukama dengan kata-kata hikmahnya. Hikmah itu sendiri kata Nabi bagaikan mutiara yang tercecer, yang bisa ditemukan entah oleh siapa saja (al hikmatu dlallat al mu’min anna wajadaha), oleh karena itu kapanpun orang menemukannya, hendaknya cepat pungut, meski mutiara itu berada di lumpur. (khuz al hikmat walau min ayyi wi‘a’in kharajat), dan barang siapa beruntung dapat memungut hikmah, maka kata al Qur’an, sungguh ia bagaikan menemukan “durian runtuh” yang tak ternilai harganya (waman yu’ta al hikmata faqad utiya khairan katsiran (Q/2:269). Ali bin Abi Thalib pernah berkata; Perhatikan apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang berbicara (undzur ma qala wala tandzur man qala).

Kebanggaan versi Hikmah
Adalah seorang hukama abad pertengahan ber­nama Ahnaf bin Qais, ia ditanya oleh orang-orang yang gelisah melihat perilaku masyarakatnya yang sedang sakit, yang tidak lagi mementingkan nilai-nilai kemuliaan. Wahai tuan guru, apa yang tertinggal pada kita yang masih dapat kita banggakan? ma khoiru ma yu‘tho al ‘abdu? hukama itu menjawab; akal yang orisinil (‘aqlun ghoriziyyun). Orang-orang berkata, wah, sekarang sudah tidak ada orang yang akalnya masih orisinil,. kalau akal orisinil nggak punya lalu tinggal apa (fa in lam yakun? tanya orang-orang. Adabun shalihun, sopan santun yang terjaga, kata hukama. Wah, sekarang orang juga sudah tidak lagi menjaga sopan santun tuan guru! selain dua hal itu masih adakah yang dapat kita banggakan? shohibun muwafiqun; sahabat sejati, kata hukama.

Orang-orangpun berkata; waduh... sahabat sejati juga susah didapat, karena orang tidak lagi membela yang benar tetapi membela yang bayar. Masih adakah selain yang tiga itu wahai tuan guru? qalbun murabithun; hati yang peka, kata hukama. Waduhh, lagi-lagi yang itu juga jarang didapat, kata orang-orang. Sekarang ke­banyakan orang hatinya gelap, tidak peka, nuraninya mati, masih adakah yang dapat kita banggakan wahai tuan guru? ada, thul as shumti, banyak diam, kata hukama. Yah, yah, yah, diam itu emas, kata orang. Tapi tuan guru, sekarang ini zaman reformasi, semuanya berbicara meski asal bicara, dan tidak ada orang yang mau diam merenung. Kalau lima hal itu juga tidak punya, masih adakah yang dapat kita banggakan wahai tuan guru? Ada, dan ini adalah yang terakhir, yaitu mautun hadirun; cepet mati. Subhanallaaah, desah orang-orang.

Read More
posted by : Mubarok institute

Monday, November 27, 2006

Harta Dan Keluarga Yang Benar-Benar Membanggakan
Menurut al Mawardi dalam Kitab Adab ad Dunya wa ad Din, harta dan kekuasaan akan benar-benar menjadi kebanggaan jika ia duduk dalam sistem yang bersendikan enam subsistem, yaitu; (1) dinun muttaba‘un, agama yang diikuti aturannya (2) sulthanun qahirun, kekuasaan yang efektif, (3) ‘adlun syamilun, keadilan yang merata (4) amnun ‘am, keamanan umum yang terjamin, (5) khishbun da’imun, kesuburan yang konstan, dan (6) amalun fasihun, cita-cita yang tinggi.

Agama yang diikuti aturannya
Dengan mengikuti aturan agama maka kekayaan akan sebangun dengan kemaslahatan dan kesejahteraan umum. Orang kaya membayar zakat, sedekah dan infaqnya, masyarakat miskin merasakan manfaat dari kehadiran orang kaya. Orang-orang miskin yang terbantu menghormati, menyayangi, mendoakan, membela dan melindungi orang kaya, dan orang kaya yang patuh beragama ini hidup tenang aman dan bahagia. Demikian juga penguasa yang mematuhi ajaran agama, ia tidak merasa sebagai penguasa, tetapi merasa sebagai pelayan masyarakat, sayyid al qaumi khadimuhum.

Kekuasaan yang efektif
Menjadi orang kaya di lingkungan masyarakat dimana sistem kekuasaan tidak berjalan efektif, akan sulit untuk mengembangkan kejujuran, karena ia harus selalu siap menghadapi ketidak menentuan. Kekuasaan yang efektif bisa melindungi si lemah dari kezaliman, bisa memaksa orang kaya untuk membayar kewajibannya. Demikian juga menduduki kursi kekuasaan dari sistem kekuasaan yang tidak effektif hanya akan menempakan penguasa menjadi boneka kepentingan.

Keadilan dan keamanan
Keadilan umum yang merata akan membuat masyarakat merasa aman, percaya diri dan bercita-cita. Dalam suasana keadilan yang merata orang kaya merasa tidak sia-sia berbuat baik dengan hartanya, penguasa merasa berani untuk bertindak fair karena didukung oleh rasa keadilan masyarakat.

Kesuburan dan cita-cita
Kesuburan yang konstan akan menghidupkan perekonomian masyarakat yang berpola, dan dalam suasanan adil, aman dan subur akan terbangun cita-cita yang tingi.

Read More
posted by : Mubarok institute
Kebanggaan Yang Mengecoh
Secara sosial, ada dua hal yang secara umum membuat seseorang berbangga hati, yaitu; (1) jika berhasil memiliki kekayaan harta, (2) jika berhasil menduduki kursi kekuasaan. Jalan pikiran dari dua kebanggaan itu ialah, Pertama; dengan uang semuanya bisa dibeli; jabatan, titel, hukum, kehormatan bahkan orangpun bisa dibeli. Semua kesenangan hidup seakan dapat dibeli dengan uang. Kedua; dengan kekuasaan, semua keinginan bisa dicapai, semua hambatan bisa disingkirkan. Dengan menggenggam dua hal itu; harta dan kekuasaan, dunia seakan sebagai sorga.

Benarkah ?
Sesungguhnyalah bahwa manusia sering tertipu oleh obsessi sendiri. Secara fitri, kenikmatan materi selalu meningkat standardnya, yang dengan demikian manusia sebenarnya tidak pernah bisa benar-benar menikmati kekayaan. Nikmatnya makanan lezat hanya dirasakan pada kali yang pertama dan kedua. Ketika makanan lezat yang sama dihidangkan berturut-turut selama dua tiga hari, maka lidah tidak lagi merasakan kenikmatannya, sebalinya berubah menjadi bosan dan muak. Demikian juga dengan uang.

Ketika pertama kali orang memiliki uang sejuta rupiah, maka kebanggaan menyelimuti hatinya, tetapi ketika satu milyard sudah berada di tangan, maka ia tidak lagi dapat merasakan kebanggaan atas uang satu juta. Begitulah hati manusia terhadap materi; uang, pakaian, rumah, kendaraan, makanan dan seterusnya.

Demikian pula dengan kursi kekuasaan. Ketika pertama kali seseorang berhasil menduduki jabatan dalam struktur kekuasaan, maka ia berbangga hati dengan jabatannya itu. Tetapi ketika ia berhasil naik ke jenjang kekuasaan yang lebih tinggi, maka ia memandang kecil makna jabatan dibawahnya. Ketika sudah berada dalam kursi kekuasaan yang tertinggi, maka pada gilirannya ia mengidap perasaan takut jatuh dari ketinggian. Oleh karena itu yang dilakukan kemudian adalah bagaimana mempertahankan kekuasaan agar tidak jatuh.

Dari atas kursi yang tertinggi ia merasa terancam oleh orang-orang yang dahulu menjadi sahabatnya, ketulusan berubah menjadi kecurigaan, keindahan pengabdian berubah menjadi rekayasa palsu. Harta dan kekuasaan seringkali mengubah perilaku manusia dari lembut menjadi kasar, dari persahabatn menjadi permusuhan, dari ketenangan menjadi kegelisahan, dari keadilan menjadi kezaliman.

Read More
posted by : Mubarok institute
Matinya Nurani
Nurani berasal dari bahasa Arab nur, artinya cahaya, kemudian menjadi nuraniyyun yang artinya bersifat cahaya. Dalam bahasa Indonesia, nurani digunakan untuk menyebut lubuk hati yang terdalam, disebut juga kata hati atau hati nurani. Jika seorang pencuri membunuh petugas ronda atau hansip yang memergokinya, disebut penjahat, maka pencuri yang memperkosa wanita didepan anaknya dan suaminya yang tak berdaya setelah dilukainya seperti yang baru-baru ini terjadi di Manggarai, pen­curi tersebut bukan hanya penjahat, tetapi lebih dari itu disebut telah tidak lagi memiliki nurani. Orang yang berbohong, kemudian tersipu-sipu ketika ter­bongkar kebohongannya, maka dia adalah pembohong biasa. Tetapi seorang tokoh yang berbohong dan kebohongannya sudah terbongkar di depan publik secara luas, kemudian ia masih bisa tampil dengan percaya diri, maka ia bukan saja pembohong, tetapi pembohong yang sudah tak bernurani.

Nurani merupakan subsistem kejiwaan manusia. Menurut Al Qur’an, manusia dianugerahi akal untuk berfikir dan memecahkan masalah, dianugerahi hati untuk memahami realitas (Q/22:46), dianugerahi syahwat untuk menggerakkan tingkahlaku (Q/3:14), dan dianugerahi nurani untuk meluruskan yang bengkok, membersihkan yang kotor dan untuk intro­speksi terhadap apa yang ada dalam jiwanya (Q/75:14-15). Jika hati manusia masih bisa diajak kompromi, membantah, mengingkari, mencabut pernyataan dan mencari-cari alasan pembenar, hal itu memang sesuai dengan tabiat hati tersebut.

Dalam Al Qur’an, hati disebut dengan nama qalb yang mempunyai arti bolak-balik. Ungkapan bahasa Arab berbunyi; summiyat al qalbu qalban litaqallubihi artinya hati dinamakan qalbu adalah karena tabiatnya yang bolak balik. Jadi hati (qalb) memang memiliki tabiat tidak konsisten, suka berdalih dan mencari-cari alasan pembenar. Nurani bagaikan kotak hitam (black box) di dalam hati, sebagai sub sistem yang bekerja secara konsisten ter­hadap kebenaran dan kejujuran. Hati boleh mencari-cari dalih pembenar, akal boleh membuat rumusan yang logis membenarkan dirinya, tetapi nurani tetap konsisten membisikkan bahwa yang salah tetap salah, dan yang benar tetap benar. Dalam Al Qur’an, nurani disebut dengan nama bashirah, (Q/75;14-15) yang mengandung arti pandangan mata batin sebagai lawan dari pandangan mata kepala. Bagi orang yang nuraninya sehat, pandangan mata hatinya lebih tajam menembus dimensi ruang dan waktu, berbeda dengan mata kepala yang sangat terbatas jangkauan pan­dangannya. Bagi orang yang mata hatinya buta, maka ketajaman penglihatan mata kepala tidak banyak membantu menemukan kebenaran (Q/22:46).

Menurut seorang ulama klasik, Ibn al Qayyim al Jauzi, bashirah atau nurani adalah cahaya yang ditem­patkan oleh Allah di dalam hati setiap manusia; nurun yaqdzi­fuhullah fi al qalbi. Oleh karena itu nurani bisa menjadi hotline manu­sia dengan Tuhannya. Cahaya ini pula yang menyebabkan manusia rindu kepada Tuhan, yang menyebabkan manusia bisa menangis ketika berdoa, yang menyebabkan manusia tak ter­kecoh oleh godaan rendah harta duniawi dan seba­liknya bisa melihat dengan jelas tingginya nilai keutamaan kebajikan yang bersifat ukhrawi. Jiwa manusia merupakan kesatuan sistem, oleh karena itu berfungsinya nurani juga bisa disebut sebagai sehat­nya hati (qalbun salim) atau seperti yang dikatakan oleh Imam Fakhr ar Razi dalam tafsir al Kabir, sebagai akal yang prima (al ‘aql as salim).

Mengapa hati nurani bisa mati ?
Al Qur’an mengingatkan bahwa Allah telah menye­diakan hukuman neraka Jahannam bagi manusia dan jin, yakni mereka yang mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (kebenaran), mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (kebenaran) dan mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka tak ubahnya binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka adalah orang-orang yang lalai (Q/7;179).

Imam Gazali memisalkan hati nurani dengan kaca cermin. Bagi orang yang bersih dari dosa, maka nura­ni­nya bagaikan cermin yang bening, sekecil apapun noda di wajah, segera akan nampak di cerminnya. Adapun orang yang suka melakukan dosa kecil, maka nuraninya bagaikan cermin yang terkena debu. Ia bisa menggambarkan wajah, tetapi noda-noda kecil tidak nampak. Sedangkan orang yang biasa melakukan dosa besar, maka nuraninya gelap, seperti cermin yang tersiram cat hitam. Hanya sebagian kecil dari cerminnya yang bisa digunakan untuk bercermin, oleh karena itu pelaku dosa besar tidak pernah merasa dirinya bersalah, karena cermin hatinya tidak bisa menampakkan apa-apa. Selanjut­nya Al Ghazali me­misalkan nurani orang yang mencampuraduk perbuatan baik dan perbuatan dosa dengan cermin yang retak. Cermin yang retak tidak bisa menggam­barkan wajah secara benar, hidung bisa nampak dua, mata menjadi empat, mulut menjadi menceng dan se­ba­gainya, sehingga orang yang seperti itu selalu kacau dalam memandang kebenar­an dan kesalahan, tidak bisa obyektif dan biasanya me­miliki kepri­badian yang pecah (split personality).

Bagaimana caranya meng­­hidupkan nurani?
secara umum jawabannya adalah menjauhi perbuatan dosa, baik dosa kepada Tuhan maupun dosa kepada manusia, karena perbuatan dosa merupakan daki yang mengotori cermin hati. Secara lebih spesifik, sebagai terapi, berdoa di tempat suci , —di Multazam misalnya— juga dapat menjadi shock therapy terhadap hati nurani. Mengapa di Ka‘bah banyak orang bisa menangis tersedu-sedu, karena disana ia tidak bisa tidak kecuali harus jujur kepada Tuhan. Di sana ter­bayang semua kesalahan yang pernah dilakukan tanpa sedikitpun bisa mencari-cari alasan pembenar. Jika psikologi schok therapy ini berhasil dipertahan­kan lama, maka selanjutnya nuraninya akan hidup, dan itulah yang disebut haji mabrur. Berakrab-akrab dengan problem kemanusiaan juga bisa menajamkan nurani. Orang yang selalu bergelut langsung mem­bantu kesulitan orang kecil, rakyat kebanyakan, maka nuraninya sedikit demi sedikit akan bercahaya.

Hatinya menjadi lembut, rasa syukurnya meningkat. Ia akan memiliki kepekaan yang kuat terhadap hal-hal yang berdampak buruk kepada kehidupan riil manusia. Apa hubungannya dengan menghidupkan nurani? Sudah barang tentu ada hubungannya, karena orang kecil relatif jujur, maka menyayangi orang kecil ber­makna menggosok-gosok kejujuran, dan hal itu mendatang­kan rahmat Tuhan. Sayangilah yang di bumi, niscaya kalian akan disayang Tuhan, irhamu man fi al ardhi yarhamukum man fi as sama. Demikian firman Allah dalam hadis qudsiy.

Adapun orang yang menunjukkan kepedulian kepada orang kecil tetapi dimaksud untuk publikasi politik, maka hal itu termasuk bentuk kebohongan, bohong kepada manusia dan bohong kepada Tuhan, apalagi jika menjadikan kesulitan orang kecil sebagai proyek mencari keuntungan sendiri. Dalam keadaan seperti itu seberapapun banyaknya kontribusi yang diberikan, tidak akan membuat nuraninya bercahaya. Wallohu a‘lam bis sawab.

Read More
posted by : Mubarok institute

Tuesday, November 21, 2006

Salawat Anti Anarki Global
Pada era delapan puluhan, mula-mula dikumandangkan oleh ulama besar Jakarta K.H. Abdullah Syafi‘i melalui suara Radio Dakwah Assyafi’iyyah, kemudian berkumandang hampir pada setiap masjid Jakarta, pembacaan salawat yang dikenal dengan salawat zalimin.

Teks doa salawat itu berbunyi:
Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad,
wa asyghiliz dzalimin biz-dzalimin,
wa akhrijna min bainihim salimin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma‘in.
Arti doa salawat itu ialah bermohon kepada Tuhan agar orang-orang zalim disibukkan oleh urusan sesama orang zalim, dan kita bermohon kepada Tuhan agar bisa keluar secara selamat dari jebakan-jebakan orang zalim.

Doa salawat itu dipopulerkan oleh K.H. Abdulah Syafi‘i dalam suasana ketidak mampuan menghadapi manufer orang-orang yang berusaha memasukkan aliran kebatinan ke dalam GBHN, menyetarakan dengan agama.

Nampaknya doa salawat itu lebih tepat dikumandangkan sekarang, ketika anarki bukan hanya berlangsung dari jalanan hingga Senayan, tetapi dunia Barat dibawah pimpinan Amerika Serikat juga melakukan anarki global. Dengan isu terorisme, dunia digiring untuk menghukum siapa saja yang menjadi penghalang negeri adi daya itu, padahal hingga hari ini tidak ada bukti siapa pelaku terorisnya. Bukan rahasia lagi bahwa Amerika membutuhkan jaminan pasokan minyak dunia, karena tanpa minyak, Amerika akan berubah menjadi hutan beton. Setelah runtuhnya Uni Sovyet, Amerika menjadi satu-satunya polisi dunia, oleh karena itu Amerika leluasa melakukan hegemoni dunia.

Dengan rekayasa media, opini publik dunia dibentuk oleh AS sesuai dengan kepentingan nasionalnya, yakni menguasai minyak dunia. Kini giliran Indonesia diluluh lantakkan sendi-sendi kedaulatannya, dan dalam kondisi compang-camping krisis nampaknya Pemerintah sudah tidak punya harga diri untuk bangkit membela kehormatan bangsanya. Banyak petinggi negara secara sadar menservice Amerika dengan pernyataan, data dan akses. Sungguh sangat berbeda dengan Bung Karno yang meski ketika itu negara RI masih sangat miskin, tetapi berani berdiri tegak bahkan berani keluar dari PBB.

Sudah dapat dibayangkan bagaimana dampak pernyataan bahwa —Jama’ah Islamiyah— yang entah ada atau tidak dan entah di mana adanya dinyatakan sebagai teroris oleh PBB, dan tragisnya Pemerintah RI tidak berani untuk abstain sekalipun. Jamaah Islamiyyah adalah nama kumpulan orang Islam yang ada di setiap kampung di dunia Islam, tetapi kelak, setiap yang ada nama jamaahnya atau Islamiyyahnya akan begitu mudah dihubung-hubungkan dengan terorisme international. Umat Islam di dunia telah disandera oleh rekayasa fiktif. Sungguh sangat keji anarki yang dilakukan oleh Amerika, tetapi sudah sepantasnya bahwa bangsa yang tidak punya harga diri seperti kita sekarang sebagaimana dikatakan al Qur’an akan dipermainkan (wa zulzilu (Q/2:214)
Tetapi sesunggguhnya, gerakan anti Islam bukan hal baru.

Sejak zaman Nabi sudah ada kekuatan “global” yang berusaha membungkam kebenaran. Manuver nasional dan global sekarang sebenarnya adalah wujud dari manuver kezaliman. Yang menembak dan yang ditembak keduanya memang zalim. Zalim artinya menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, tidak proporsional. Oleh karena itu yang dibutuhkan oleh bangsa dan umat dewasa ini adalah tetap tenang, jangan ikut menari oleh pukulan gendang Amerika. Apalah artinya upacara menangisi korban bom Bali yang kebanyakan orang Australia, tetapi ribuan korban saudara sendiri di Kalimantan, Ambon, Maluku dan Poso tidak menyentuh hati kita.

Kita tidak boleh lupa akan sejarah, siapa di belakang PRRI-Permesta hampir 40 tahun yang lalu. Memang dewasa ini kondisi bangsa dan umat sangat tidak berdaya menghadapi propaganda yang direkayasa sedemikian canggih oleh persekongkolan global, tetapi yakinlah bahwa kebenaran tidak pernah mati, dan kebohongan akan terbongkar. Mereka memang pandai merekayasa makar, tetapi seperti dijanjikan Tuhan, yakinlah bahwa Allah lebih pandai membuat makar, wa makaru wa makarallah, wa Allohu khoir al makirin (Q/3:54). Sejarah juga sudah membuktikan bagaimana kekuatan super power runtuh. Siapa yang menduga bahwa Uni Sovyet akhirnya runtuh setelah dipermalukan oleh negeri miskin dan gerilyawan kecil Mujahidin Afganistan. Untuk itu, mari kita kumandangkan secara nasional salawat:
Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad,
wa asyghiliz dzalimin biz-dzalimin,
wa akhrijna min bainihim salimin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma‘in.

Read More
posted by : Mubarok institute
Makna Kehadiran Manusia
Agama mengajarkan bahwa tidak ada satupun ciptaan Tuhan yang tidak fungsionil, semuanya ada makna keberadaannya sehingga diciptakan. Perbedaan antara manusia yang satu dengan yang lain dimaksud agar mereka saling mengenal dan saling memberi manfaat (lita`arafu), dan perbedaan kondisi serta perbedaan peluang dimaksud untuk menguji manusia, siapa yang paling baik perbuatannya (liyabluwakum ayyukum ahsanu `amala, liyabluwakum fi ma atakum), dan manusia yang paling terhormat di depan Tuhan adalah manusia yang paling bertakwa (atqakum).

Hidup saling menindas pastilah tidak indah. Demikian juga persaingan secara tidak fair juga tidak menimbulkan keindahan. Keindahan dalam hidup adalah manakala manusia berpegang teguh kepada nilai luhur dalam hidupnya. Manusia boleh bekerjasama, boleh bersaing, dan sesekali boleh berperang membela hak-haknya. Jika dalam hidupnya yang dinamis, masyarakat manusia tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai akhlak, maka peperangan sekalipun akan melahirkan pelajaran dan hikmah yang tak ternilai harganya.

Akhlak bukanlah perilaku, tetapi keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah dan spontan tanpa berfikir untung rugi. Orang yang berakhlak mulia pastilah mulia pula perbuatannya, tetapi tidak semua perbuatan baik dikerjakan oleh orang yang berakhlak baik. Penipu terkadang melakukan perbuatan baik, ramah dan menolong orang sebagai bagian dari rencana penipuannya.

Agama mengajarkan kepada manusia untuk bergaul secara indah dengan yang lain, vertikal dan horizontal. Kepada Tuhan, manusia diajarkan untuk tahu diri sebagai makhluk ciptaan Nya, oleh karena itu akhlak manusia kepada Tuhan antara lain berterima kasih (syukur), berpasrah diri (tawakkal) dan siap melaksanakan tugas (ibadah). Kepada sesama manusia diajarkan untuk saling mengapresiasi, yang muda hormat kepada yang tua, dan yang tua menyayangi yang muda. Kepada alam, manusia dianjurkan untuk mengelola dan memanfaatkan secara wajar, tidak mengekpoitir dan merusaknya. Kepada diri sendiri manusia diajarkan untuk sabar dan jujur.

Read More
posted by : Mubarok institute

Sunday, November 19, 2006

Keadilan Sebagai Kaidah Hukum Alam
Keadilan adalah kata jadian dari kata adil yang terambil dari bahasa Arab ‘adala - ‘adl. Dalam bahasa Arab kata ‘adl mengandung arti “sama”, terutama dalam hal yang bersifat immateriil. Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata adil diartikan sebagai (a) tidak berat sebelah/tidak memihak, (b) berpihak kepada kebenaran, dan (c) sepatutnya/tidak sewenang-wenang. Jadi dibalik kata adil terkandung arti memperlakukan secara sama, tidak berpihak kecuali atas dasar prinsip kebenaran dan kepatutan, atau seperti yang disebut dalam ungkapan bahasa Arab, wadl‘u assyai’ fi mahallihi, artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Kata adil mengisyaratkan adanya dua pihak atau lebih yang harus diperlakukan secara “sama”.

Dalam al Qur’an. Keadilan disebut dengan kata al ‘adl, al qisth dan al mizan. Kata al qisth mengandung arti “bagian” yang wajar dan patut, sehingga pengertian sama tidak harus persis sama, tetapi bisa beda bentuk asal substansinya sama. Sedangkan kata al mizan mengandung arti seimbang atau timbangan, merujuk pengertian bahwa keadilan itu mendatangkan harmoni (tidak jomplang) karena segala sesuatu diperlakukan atau ditempatkan sesuai dengan semestinya. Alam tata surya misalnya, diciptakan Tuhan dengan mengetrapkan prinsip keseimbangan, wassama a rafa‘aha wa wadla‘a al mizan (Q/55:7). Dengan keseimbangan itu maka alam berjalan harmoni, siang, malam, kemarau, musim hujan, musim panas, musim dingin, gerhana, yang dengan itu manusia bisa menikmati keteraturan keseimbangan itu dengan menghitung jam, bulan, tahun, cuaca, arah angin dan sebagainya. Dengan keseimbangan (mizan) alam ini , manusia kemudian menyadari tentang ozon, efek rumah kaca dan sebagainya.

Demikian juga keseimbangan yang ada pada tata bumi, struktur tanah, resapan air, habitat makhluk hidup, kesemuanya diletakkan dalam sistem keadilan, yakni sistem yang menempatkan seluruh makhluk dalam satu siklus dimana kesemuanya diperlakukan secara “sama”, proporsional dan sepantasnya. Semua makhluk hidup sampai yang sekecil-kecilnya disediakan rizkinya oleh sistem tersebut. Sistem keadilan dan harmoni itu membuat semua makhluk memiliki makna atas kehadirannya. Kotoran manusia yang oleh manusia dipandang najis, menjijikkan dan membahayakan kesehatannya, ternyata ia sangat bermakna bagi ikan gurame di kolam, yang dengan menu najis itu ikan gurame menjadi gemuk. Kehadiran ikan gurame yang gemuk selanjutnya menjadi sangat bermakna bagi manusia, karena dibutuhkan gizinya.

Allah menciptakan dan mengelola alam ini dengan keadilan sebagai sunnatullah, maka Allahpun mengetrapkan prinsip keadilan ini pada kehidupan manusia. Hukum sunnatullah itu bersifat pasti dan tidak bisa diganti, oleh karena itu siapapun yang berlaku adil maka dialah yang berhak menerima buahnya berupa kehidupan yang harmoni, sebaliknya siapapun yang menyimpang dari prinsip keadilan (zalim) ia akan memetik buahnya berupa ketidak harmonisan.

Sunnatullah berlaku pada alam, pada tubuh manusia, pada kehidupan indifidu manusia, pada kehidupan keluarga, kehidupan masyarakat, kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu ada perintah untuk berlaku adil meski kepada diri sendiri, berlaku adil kepada orang yang menjadi tanggung jawabnya dan ada juga keharusan menegakkan keadilan sosial.

Read More
posted by : Mubarok institute

Thursday, November 16, 2006

Kiat 3: Ketika Makan
Setelah pulang dari masjid, mempersiapkan diri untuk bekerja, terlebih dahulu menyantap hidangan pagi untuk sarapan, mungkin sendiri-sendiri, mungkin bersama keluarga dalam satu meja makan. Agama Islam mengajarkan adab makan sebagai berikut:
1. Hendaknya mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan, jika tangannya kotor.

2. Niat makan (minum) untuk memperkuat tubuh menjalankan tugas beribadah kepada Allah.

3. Memulai dengan berdoa ketika mencicipi makanan, dengan doa sebagai berikut:
Allahumma ba rik lana fi hi wa at `imna khairan minhu
Artinya: Ya Allah berkatilah kami pada makanan ini dan berikan kami makanan yang lebih baik dari ini.

Setelah selesai makan hendaknya membaca doa:
Allahumma ba rik lana fi hi wa zidna minhu
Artinya: Ya Allah berkatilah kami pada makanan ini dan tambahilah kami dari padanya. (H.R.Silsilah sahihah)

4. Bacalah Bismillah ketika mulai makan, dan jika lupa membaca pada awalnya, maka bacalah:

Bismillahi awwalahu wa akhirahu
Artinya: Dengan nama Allah awal dan akhirnya.

5. Hendaknya makan dengan tangan kanan, dan mengambil makanan yang dekat dengannnya.

6. Duduk dalam keadaan merendah. Jika makannya lesehan maka hendaknya melipat dua lutut dan duduk diatas dua kaki, atau duduk di atas kaki kiri dengan menegakkan kaki kanan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah. Jangan makan sambil bertelekan.

7. Memakan makanan yang tersedia dan tidak menghina makanan. Jika sesuai dengan selera silakan makan, jika tidak sesuai, tinggalkan.

8. Hendaknya makan tidak terlalu kenyang tetapi juga tidak terlalu sedikit. Rasulullah bersabda:
Cukuplah bagi anak Adam makan beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya untuk beribadah.

9. Tidak memaksakan diri menyantap makanan (minuman) yang masih terlalu panas, tunggulah hingga mendingin. Tidak pantas pula meniup makanan (minuman) apalagi sampai bernafas dalam gelas atau mangkok. Hadis Ibn Abbas menceriterakan bahwa Rasulullah melarang bernafas dalam bejana atau menghembusnya. (HR. Turmuzi)

10. Tidak terlalu banyak memasukkan makanan ke dalam mulut, mengecilkan suap ke mulut dan mengunyah hingga lembut. Jangan sisakan makanan sedikitpun dari piring anda, dan bahkan dari tangan anda, karena kita tidak tahu bagian makanan mana yang paling diberkati Allah.

11. Jika sedang makan bersama, jangan melakukan sesuatu yang membuat orang lain merasa jijik, misalnya mengambil lauk dari mangkok bersama langsung dengan tangannya, atau terlalu mendekatkan mulut ke makanan yang sedang disantap bersama. Demikian juga hendaknya tidak membicarakan hal-hal yang menjijikkan atau hal yang dapat menghilangkan selera makan orang lain.

12. Hendaknya mengambil makanan ke dalam piring secukupnya saja, agar tidak tersisa karena kekenyangan, seperti yang biasa terjadi dalam persta-pesta, karena makanan yang tersisa itu kemudian menjadi mubazir. Menurut Al Qur’an perbuatan mubazir itu merupakan perilaku tercela.

13. Hendaknya jangan memaksa orang lain memakan makanan banyak, seperti yang terkadang terjadi ketika tuan rumah menjamu tamu.

14. Bersyukur dan memuji Allah setelah mencicipi makanan, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah, yakni dengan membaca doa:

Al hamdu lillahil lazi at `amani ha dzat ta `am, wa razaqani hi min ghairi haulin minni wala quwwah
Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah memberi aku makanan ini serta memberikan padaku rizki tanpa daya kekuatan dariku. (HR. Muslim)

15. Jika makanan itu merupakan jamuan, berdoalah untuk tuan rumah yang menjamunya, sebagai berikut:
Aftara `indakum as sa imun wa akala ta `a makum al abra ru wa sallat `alaikum al mala ikatu
Artinya: Telah berbuka di sisimu orang yang berpuasa, telah dicicipi makananmu oleh orang-orang yang berbuat kebaikan dan telah didoakan kepadamu oleh para malaikat. (H.R. Muslim)
atau doa di bawah ini:
Allahumma at `im man at `amani wa asqi man saqa ni
Artinya: Ya Allah berilah makanan kepada orang yang telah memberi makanan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang telah memberi minuman kepadaku. (H.R. Muslim)

Read More
posted by : Mubarok institute

Tuesday, November 14, 2006

Ruhani-2: Bagaimana cara Meningkatkan Kualitas ruhani?
Manusia adalah makhluk yang memiliki kecerdasan intelektiual, emosional dan spiritual, atau apa yang sekarang disebut IESQ. Oleh karena itu dalam meningkatkan kualitas ruhani, maka langkah-langkahnyapun harus mengikuti tahapan tiga kecerdasan tersebut.

Pertama;
Dalam mensikapi permasalahan berfikirlah logis, masuk akal. Kegunaan berfikir itu untuk (a) menjawab pertanyaan, (b) untuk mengatasi problem, (c) mengambil keputusan dan (d) menciptakan hal yang baru atau kreatifitas. Orang berfikir itu ada yang berfikir nalar atau realistis, ada yang tidak realistis, ada yang evaluatip, dan ada yang berfikir kreatip.. Ada tahapan dalam berfikir, yaitu berfikir, berzikir, kemudian tafakkur dan kemudian tadabbur. Banyak orang berfikir tetapi tidak tafakkur, banyak orang berzikir, juga belum tafakkur. Puncak dari tafakkur adalah tadabbur . Kata Nabi, jika aku diam itu karena mikir, jika aku berbicara , itu karena zikir dan jika aku melihat, itu karena mengambil pelajaran (an yakuna shumty fikran, wa nuthqy dzikran , wa bashary `ibratan)

Kedua
Tajamkan perasaan dalam memahami realita, dengan pertanyaan-pertanyaan;
1. siapa sesungguhnya anda?,
2. sesungguhnya anda pejuang atau parasit?,
3. lebih banyak mana yang anda berikan dengan yang anda ambil?,
4. benarkah anda terhormat ?,
5. siapa sebenarnya yang paling berperan?.
6. Dan seterusnya.

Ketajaman perasaan akan terbangun jika kita bersentuhan langsung dengan problem mendasar manusia; menyaksikan dan terjun membantu orang kelaparan, orang kesakitan, orang kesulitan. Sekedar membaca Laporan orang tentang problem orang lain biasanya hanya masuk memori (kognitip), tetapi tidak menyentuh hati (afektip) sehingga kurang mendorong pada perilaku (psikomotorik).

Ketiga
Jangan lupa sabar (sabar=kecerdasan emosional). Sabar adalah tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi cobaan dan rintangan, dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka mencapai tujuan. Jadi orang yang bisa sabar adalah orang yang selalu ingat kepada tujuan, karena kesabaran itu diperlukan adalah justeru demi untuk mencapai tujuan. Orang yang tidak sabar biasanya , karena lupa tujuan akhir, ia mudah terpedaya untuk melayani gangguan-gangguan yang tidak prinsipil, sehingga apa yang menjadi tujuan terlupakan dan segalanya menjadi berantakan. Sabarpun mengenal batas waktu, oleh karena itu jika suatu ketika mengalami kegagalan, sudah diulang gagal, diulang lagi gagal lagi, maka orang yang sabar harus berfikir mencari alternatip, karena boleh jadi sumber masalahnya justeru pada keputusan awal yang kurang tepat. Manusia dengan kualitas penyabar adalah sosok manusia yang ulet, tak kenal menyerah, tak kenal putus asa, dan tak kurang akal.

Ia bukan hanya mampu mengatasi kesulitan yang datang dari luar, kesulitan tehnis misalnya, tetapi juga mampu mengatasi kesulitan yang datang dari diri sendiri, kebosanan, kemalasan atau syahwat misalnya. Al Qur’an menghargai manusia unggul yang penyabar, yakni yang sabar dan memiliki kecerdasan intelektuil, Emosionil dan Spirituil (IQ, EQ dan SQ ) , setara dengan seratus orang kafir (yang sombong, emosionil dan tak mempunyai nilai keruhanian) (Q/al Anfal, 65). Dalam keadaan normal. Al Qur’an menghargai peribadi penyabar setara dengan dua orang biasa (Q/8: 66).

Kesabaran dibutuhkan ketika (a) menghadapi musibah (b) menghadapi godaan hidup nikmat (c) dalam peperangan (d) ketika marah (e) ketika menghadapi bencana yang mencekam, (f) ketika mendengar gossip dan fitnah (h) ketika ada peluang hidup mewah, dan (I) ketika hanya menerima sedikit.


Keempat
Nyalakan cahaya nurani (SQ). Api itu menyala jika ada bahan bakarnya dan jika tidak tertutup. Fitrah manusia memiliki potensi iman yang memancar dalam jiwanya, tetapi seringkali tidak bisa menyala karena tertutup oleh daki. Daki yang menghalangi cahaya pada dasarnya adalah materi. Orang yang hatinya mata duitan pasti nuraninya tak bercahaya, karena cahaya itu inmateri, maka yang materialis tidak mungkin mendekat kepada yang inmateri. Mengisi bahan bakar cahaya nurani dapat dilakukan dengan ilmu (belajar, membaca dan mendengar), dengan praktek lapangan (safar, menghadapi kesulitan, berjuang membela kebenaran).

Untuk membuka tabir materi caranya dengan :

(One) Memutus ketergantungan kepada hal-hal yang bersifat duniawi, dimulai dengan membayar zakat (bertarip 2,5-5-10%), infaq (menurut kebutuhan) dan sedekah (boleh 50-100%) dan puasa. Orang yang sanggup memutus ketergantungannya kepada materi pasti kaya. Kaya hati itu lebih tinggi nilainya dibanding kaya materi.
(Two) menjauhi maksiat, karena maksiat itu mematikan cahaya (gelap). Semua pelaku maksiat pasti hatinya gelap, dan sifat maksiat itu menular (gelap dan menutupi cahaya).
(Three) berwisata spiritual (salat, haji, dan safar). Wisata spiritual akan mengubah dunia yang sempit menjadi luas, yang berat menjadi ringan, yang pahit menjadi manis. Manfaat wisata ada lima : (a) menghilangkan stress (tafarruju hammin), (b) rizki kehidupan (iktisabu ma`isyatin), (c) memperoleh ilmu, (d) adab atau etika dan (e) pengalaman bergaul dengan orang besar (suhbatu majidin)

Read More
posted by : Mubarok institute
RUHANI-1:Ruhani itu apa ?
Manusia adalah makhluk yang memiliki dimensi jasmani dan ruhani, jiwa dan raga. Meski tubuh manusia juga memiliki kerumitan, tetapi ilmu yang berbicara tentang kesehatan tubuh sudah sangat maju, jumlah dokter sudah sangat banyak, industri obat juga sudah berkembang pesat. Sedang ilmu yang berbicara tentang dimensi ruhani manusia, masih jauh tertinggal, konsep keruhanian juga masih belum final perumusannya, ahli kesehatan ruhaninya bukan saja kurang tetapi juga tidak ada standarisasi, sehingga siapa sebenarnya expert bidang kerohanian; psikolog, psikiater, kyai, dukun atau paranormal , semuanya masih diserahkan kepada pasar. Ketika kita dipaksa harus menjawab pertanyaan; hakikat manusia sesungguhnya jasmaninya atau ruhaninya ? maka hampir pasti kita menjawab yang kedua. Sehari-haripun orang awam berkata, manusia itu yang penting kan hatinya, yang penting jiwanya.

Ruhani itu apa ?

Kata ruhani berasal dari kata ruh. Dalam bahasa Arab kalimat ruh mempunyai banyak arti. Disamping kata ruh ada kata (rih) yang berarti angin dan rauh - yang berarti rahmat. Ruh dalam bahasa Arab juga digunakan untuk menyebut jiwa, nyawa, nafas, wahyu, perintah dan rahmat. Jika kata ruhani dalam bahasa Indonesia digunakan untuk menyebut lawan dari dimensi jasmani, maka dalam bahasa Arab, kalimat (ruhaniyyun- ruhaniy) digunakan untuk menyebut semua jenis makhluk halus yang tidak berjasad, seperti malaikat dan jin, Dalam Al-Qur’an, ruh juga digunakan bukan hanya satu arti. Term-term yang digunakan Al-Qur’an dalam menyebut ruh, bermacam-macam. Pertama ruh disebut sebagai sesuatu :
ويسئلونك عن الرّوح قل الرّوح من امر ربّى وما أوتيتم من العلم الاّ قليلا

artinya : Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh, jawablah bahwa ruh itu urusan Tuhanku, dan kalian tidak diberitahu tentang ruh itu kecuali hanya sedikit (Q/17:85)

Melihat dari latar belakang turunnya ayat tersebut , yaitu pertanyaan orang tentang ruh yang belum bisa dijawab secara memuaskan oleh manusia ketika itu adalah ruh manusia yang menjadikan seseorang masih tetap hidup .Jawaban singkat Al-Qur’an atas pertanyaan itu menunjukkan bahwa ruh akan tetap menjadi rahasia yang hanya diketahui oleh Tuhan. Kebanyakan penyebutan ruh dalam Al-Qur’an seperti dalam surat al Anbiyā/21:91), dan surat as Sajdah/32:9) juga Q/66:12, Q/15:29, Q/38:72) adalah menunjuk pada ruh dimaksud diatas.

Selanjutnya Al-Qur’an juga banyak menggunakan kalimat ruh untuk menyebut hal lain, seperti :
1. malaikat Jibril, atau jenis malaikat lain, الرّوح الأمين arruh al amin seperti yang tersebut dalam surat Q/26:193, Q/2:87, Q/16:102, Q/70:4, Q/7838, Q/97:4),
2. rahmat Allah kepada kaum mu’minin (وأيّدهم بروح منه) seperti yang tersebut dalam surat al Mujādilah/58:22)
3. kitab suci Al-Qur’an (وكذلك أوحينا اليك روحا من أمرنا) seperti dalam surat as Syūra/42:52).

Penyebutan ruh untuk Al-Qur’an menurut para mufassir dinisbatkan kepada ruh kebenaran yakni bahwa al Qur’an merupakan penyebab adanya kehidupan akhirat seperti yang disifatkan dalam surat al ‘Ankabūt/29:64 bahwa akhirat itu adalah kehidupan yang sebenarnya (وانّ الدّار الآخرة لهى الحيوان). Sedangkan ruh dalam hubungannya dengan Nabi Isa, seperti yang tersebut dalam surat an Nisā/4: 171 (انّما المسيح عيسى ابن مريم رسول الله وكلمته القاها الى مريم وروح منه) sebagian mufassir menyebut bahwa kalimat وروح منه bukan dalam arti ditiupkan ruh dari Allah tetapi Isa itu sendiri adalah wujud rahmat dan cinta Nya.

Aspek-Aspek Ruhani Manusia

Berbeda dengan aspek-aspek jasmani manusia yang dapat dilihat dan dikonfirmasi dengan alat, aspek-aspek ruhani manusia hanya bisa diakses melalui fikiran dan perasaan. Instrumen keruhanian manusia seperti yang disebut dalam al Qur’an adalah `aql, qalb, nafs, syahwat, hawa, dan bashirah, yang kesemuanya berada dalam sistem nafsani.

1. `Aql (akal) lebih merupakan aspek intelektual manusia yang kerjanya berfikir dan problem solving capasity, mampu menemukan kebenaran tetapi bukan menentukannya. Istilah akal yang sehat (al `aql as salim) sering digunakan untuk menyebut kesehatan seluruh aspek ruhani.

2. Qalb (hati) merupakan pusat kendali sistem ruhani, alat untuk memahami realita dan pemutus tindakan, berkesadaran.Hati hanya memutus apa yang disadari, sedang apa yang sudah dilupakan tidak lagi berada dalam hati, tetapi di dalam file alam bawah sadar di dalam nafs, yang terkadang muncul dalam mimpi. Tabiat hati itu inkonsisten, berubah-ubah. Istilah hati yang sehat (qalbun salim) juga digunakan untuk menyebut kesehatan seluruh sistem nafsani.

3. Bashirah (hati nurani) merupakan titik Tuhan (God Spot), atau menurut ilmu tasauf sebagai cahaya ketuhanan yang ada dalam hati (nurun yaqdzifuhullah fi al qalb). Berbeda dengan hati yang bertabiat inkonsisten, nurani kejujuranya sangat konsisten dan tidak mau diajak kompromi. Jika anda merasa iba, empati, menangis di Ka`bah, itu semua bersumber dari kejujuran nurani.

4. Syahwat, merupakan penggerak tingkah laku (motiv). Menurut al Qur’an manusia dihiasi dengan syahwat kepada lain jenis (seksual) anak-anak (kebanggan), perhiasan atau benda berharga (kebanggaan ), kendaraan yang bagus (kebanggan dan manfaat), ternak dan kebun (manfaat dan kebanggan). Syahwat sifatnya netral, dan halal sepanjang prosedurnya benar.

5. Hawa (dalam bahasa Indonesia menjadi hawa nafsu), adalah syahwat kepada kepada sesuatu yang rendah, yang haram, yang merusak, yang berdosa. Menyalurkan syahwat seksual degan menikah bernilai ibadah, berpahala, menyalurkannya melalui zina adalah wujud hawa nafsu, berdosa. Ingin kaya dengan kerja keras adalah ibadah , jika dengan korupsi adalah wujud dari hawa. Tabiat hawa adalah ingin mereguk kenikmatan sesegera mungkin dan tak peduli kepada akibat. Jika hati dan akal senang merenung ulang, mempertimbang untung rugi, maka hawa nafsu mengedepankan aji mumpung, sikat duluan mikir belakangan. Begitu kuatnya pengaruh hawa sehinga menurut al Qur’an ada orang yang mempertuhankan hawa (ittakhaza ilahahu hawahu), maksudnya dalam hidupnya ia tunduk patuh kepada tuntutan hawa nafsu, membelakangkan akal sehat dan hati nurani.

Read More
posted by : Mubarok institute

Monday, November 13, 2006

Psikologi Mimpi-4: Mimpi & Gus Dur
Gus Dur sering tertidur ketika seminar, bahkan ketika sidang MPR. dalam kapasitasnya sebagai Presiden RI, tetapi tidurnya tidak sama dengan tidur kita. Sejarah orang besar juga akrab dengan tidur yang produktip. Imam Syafei menurut suatu riwayat ia baru bisa merumuskan berbagai pemikiran fiqhnya secara sistematis, setelah terlebih dahulu tidur. Tidur bagi orang besar (besar kapasitas spiritualnya) merupakaan saat menata memori hingga informasi yang ada di dalamnya tersusun rapi sesuai dengan struktur kebenaran logis atau fralsafi. Para ulama biasanya sebelum tidur terlebih dahulu berwudlu, salat tahajud dan menyambung pemancar spiritualnya ke nur ilahiyah. Tidurnya orang yang duduk mendengarkan khutbah Jum`ah malah menurut fiqh tidak membatalkan wudlunya. Tidurnya orang puasa jga berpahala.

Konon sewaktu Gus Dur menjadi Presiden, banyak sekali pembisik yang datang. Semua bisikan didengar, tetapi kemudian ia tidur dan setelah tidur lahirlah keputusan presiden yang mengejutkan semua pembisiknya. Kebanyakan Presiden yang dijatuhkan akhirnya benar-benar jatuh. Bung Karno tidak berani keluar rumah setelah tidak jadi Presiden. Pak Harto juga tidak lagi leluasa berkomunikasi dengan dunia luar setelah lengser. Habibi butuh waktu beberapa tahun ngungsi ke Jerman sebelum meluncurkan buku memorinya yang menghebohkan. Megawati bahkan hingga kini tidak berani hadir di istana pada hari upacara proklamasi kemerdekaan RI, juga belum siap ketemu SBY yang pernah menjadi bawahannya. Hanya Gus Dur, meski sudah strook dua kali, tetapi tetap saja percaya diri ketemu dengan siapa saja. Ia temui Pak harto, Megawati, Amin rais dan SBY, Akbar Tanjung tanpa beban, tanpa repot-repot. Di rumahnya bilangan Ciganjur, para bekas presiden dan presiden, juga bekas musuh-musuhnya, pada dating menghadiri akad nikah puterinya. Ke Israel, ia juga tak problem kesana.

Pada diri Gus Dur itu terkumpul beberapa pemancar yang bisa dihubungkan dengan satelit spiritual; intelektual, sufistik dan mistik. Dari orang seperti Gus Dur susah dibedakan mana yang gagasan, obsessi dan mimpi karena ketiganya sering muncul bareng dan dan urutannya sering tidak konsistren.Gus Dur dikenal sangat konsisten dalam ketidak konsistenannya. Sekarang orang baru menyadari sesungguhnya Gus Dur tidak melakukan kesalahan yang mengharuskannya dilengserkan. Juga banyak gagasannya yang aneh-aneh, tapi sepuluh-duapuluh tahun kemudian baru terasa relevan. Pada tahun 1983an,di depan diskusi CSIS , dikala NU belum dihitung, ia mengatakan bahwa nanti akan terjadi semua presiden akan mencari wakilnya dari NU. Semua orang tertawa karena menganggapnya lawakan, tetapi pada tahun 2004, lawakannya menjadi kenyataan. SBY, Megawati, Wiranto,dan Agum Gumelar, semuanya capres, mereka memang memilih orang NU menjadi cawapresnya, yaitu Yusuf Kalla, Hasyim Muzadi, Solahuddin Wahid, dan Hamzah Haz.

Pemimpin itu ada yang datang tepat waktu, ada yang kedaluwarsa, dan ada yang datang terlalu cepat. Gus Dur termasuk pemimpin yang terlalu cepat datang mendahulkui zamannya, oleh karena itu banyak gagasannya tidak bisa difahami orang sekarang. Dalam perspektip pewayangan, Gus Dur itu memiliki karakteristik kepribadian Semar (guru), Petruk (pelawak) dan Togog (tokoh ngawur) sekaligus. Hal yang begituserius disampaikan sebagai lawakan, terkadang dibalik ngomong ngawurnya, ada juga benarnya. Maknanya Gus dur tak pernah salah, yang salah adalah yang mendengarkan tanpa menseleksi mana kata katanya sebagai Guru bangsa (Semar), mana yang sekedar lawakan (Petruk) dan mana yang sekedar ngawur-ngawuran (Togog). Bingung kan ? Wallohu a`lam.

Read More
posted by : Mubarok institute
Psikologi Mimpi-3 Mimpi Perspektip Psikologi dan Logika
Mimpi dan Logika

Dari al Qur’an dapat diketahui bahwa ta`bir mimpi itu mengandung muatan-muatan logika, misalnya mimpinya Fir’aun tentang sapi kurus sapi gemuk,. Ta`bir mimpi sapi gemuk adalah panen, dan sapi kurus adalah paceklik. Tujuh sapi gemuk dimakan tujuh sapi kurus, ta`birnya adalah tujuh kali hasil panen harus dihemat-hemat karena akan ada tujuh kali musim paceklik. Demikian juga mimpinya Nabi Yusuf tentang bintang dan matahari.

mimpi-mimpi yang kita alami, baik yang merupakan jawaban dari salat istikharah maupun mimpi yang datang sendiri dapat dianalisis dengan jalan fikiran yang logis, misalnya ada hubungan antara api dan bahaya, hubungan air jernih atau keruh dengan kemulusan atau kisruh, hubungan antara burung dengan calon isteri, hubungan antara digigit ular dengan datangnya pelamar, hubungan antara bayi dan sukses, hubungan antara jenazah dan rizki dan sebagainya- dan sebagainya. Hanya saja jarak antara isyarat mimpi dengan kenyataan itu sangat jauh, terkadang melewati masa yang panjang.

Mimpi Zulaikha menikah dengan menteri Mesir yang tampan misalnya, baru terbukti setelah bertahun-tahun, setelah Zulaikha kawin dulu dengan menteri Mesir yang sudah tua. Juga mimpi Yusup ketika masih kanak-kanak baru terbukti setelah Yusuf Dewasa menjadi menteri di Mesir. Dalam proses yang panjang antara mimpi dan kenyataan itulah muncul para ahli ta`bir mimpi, sebagian dari ahl ilmu hikmah (sufistik) sebagian psikolog (ilmiah), sebagian dukun (mistis), masing-masing menggunakan saluran satelit yang berbeda; malakuty, intelektual dan syaithany.

Mimpi perspektip Psikologi
Karena mimpi juga ada alur pikir logikanya, maka sangat mungkin Psikologi bisa digunakan sebagai pisau analisanya, terutama menggunakan jendela alam bawah sadar. Memori manusia sangatlah besar kapasitasnya, dengan file yang sangat banyak. Ada file yang mudah dipanggil, ada yang susah dipanggil dan ada yang sudah tidak bisa dipanggil. Yang terakhir ini berada dalam gudang alam bawah sadar.


Karena jaringan psikis itu sangat lembut dan peka, maka seperti dalam jaringan telpon terkadang terjadi salah pencet atau salah sambung, nah ketika itulah apa yang sudah berada di alam bawah sadar bisa muncul di alam mimpi, dan bahkan terkadang nyambung ke saraf fisik sehingga terjadilah ngompol (bagi anak-anak) dan mimpi basah (bagi remaja) atau ngamuk secara fisik (bagi orang yang teralu lama memendam dendam). Demikian juga bagi orang yang obsessinya sangat kuat, apa yang baru dirancang sudah bisa muncul sempurna di alam mimpinya.

Read More
posted by : Mubarok institute
My Photo
Name:

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA achmad.mubarok@yahoo.com

Only Articles In
Photos of Activities
Best Seller Books by Prof. DR Achmad Mubarok MA
Join Mubarok Institute’s Mailing List
Blog Development By
Consultation


Shoutbox


Mubarok Institute Weblog System
Designed by Kriswantoro
Powered by Blogger